SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
]
PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul “Analisis
Potensi Kawasan Pesisir Pulau Rempang dan Galang Kecamatan Galang Kota
Batam untuk Pengembangan Ekowisata” adalah karya saya sendiri di bawah
bimbingan Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dan/atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulisan tesis yang berjudul “Analisis Potensi
Kawasan Pesisir Pulau Rempang dan Galang Kota Batam untuk Pengembangan
Ekowisata” dapat penulis selesaikan.
Dalam menyelesaikan penulisan tesis ini, penulis telah mencurahkan
segala kemampuan, waktu dan tenaga yang dimiliki untuk mendapatkan hasil
yang baik. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan (PSL), Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian penulisan tesis
ini, tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan arahan berbagai pihak. Maka
dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1) Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA selaku Ketua Komisi Pembimbing
yang telah memberikan arahan penelitian dan pembahasan berbagai
aspek pada proses penulisan tesis.
2) Dr. Ir. Soehartini Sekartjakrarini, M.Sc selaku Anggota Komisi
Pembimbing yang telah memberikan arahan, kritik dan saran yang
konstruktif dalam setiap konsultasi, sehingga penulisan tesis ini dapat
diselesaikan.
3) Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc selaku Penguji luar Komisi.
4) Keluarga (Bapak Basita Ginting, Ibu Maridalena Tarigan, Lenyta
Ginting, Abraham Ginting dan Gito Ginting) yang telah memberikan
doa dan dukungan pada penulis selama penulis mengikuti studi lanjut
di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan,
Sekolah Pascasarjana IPB.
5) Keluarga besar MSP IPB yang telah memberikan dukungan dan
semangat pada penulis selama penulis mengikuti studi lanjut di
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan,
Sekolah Pascasarjana IPB.
6) Teman-teman PSL angkatan 2004 yang telah bekerjasama selama
mengikuti proses belajar di IPB.
Dengan segala kerendahan hati penulis menerima berbagai masukan dalam
upaya penyempurnaan tesis ini. Sekian dan terima kasih.
Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 23 Juli 1980 sebagai anak kedua
dari empat bersaudara dari pasangan Basita Ginting dan Maridalena Tarigan.
Tahun 1998 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Bogor dan pada tahun yang
sama diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur UMPTN dan memilih
jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Pendidikan Sarjana Perikanan diselesaikan pada tahun 2003.
Pada tahun 2004 penulis berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan
pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penulis memilih Program
Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
1.3. Kerangka Pemikiran........................................................................ 4
1.4. Perumusan Masalah ........................................................................ 6
1.5. Manfaat Penelitian .......................................................................... 7
LAMPIRAN 110
DAFTAR TABEL
Halaman
7. Jumlah TK, SD, SLTP dan SLTA di rinci menurut klasifikasinya per
Kelurahan tahun 2004 .......................................................................... 38
11. Jumlah hasil tangkapan ikan laut di rinci per Kelurahan di Kecamatan
Galang tahun 2004 ................................................................................ 41
16 . Penilaian unsur daya tarik Pantai Melayu, Mawar, dan Melur ............... 62
Halaman
Halaman
1 Potensi Wisata Sumberdaya Alam di Pulau Rempang dan Galang ............... 106
Pariwisata
Evaluasi
Perencana Pengembangan
Ekowisata
2.2. Ekowisata
Menurut buku Ecotourism : A Guide For Planners and Managers,
ecotourism diartikan sebagai suatu responsible travel ke lingkungan alami yang
mendukung konservasi dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat.
Akar ekowisata terletak pada wisata alam ruang terbuka. Saat itu
pengembangan sektor wisata masih difokuskan pada produk yang bersifat massal
(mass-tourism) yang hanya mementingkan kegiatan ekonomi. Sementara itu,
semakin banyaknya kunjungan wisata, timbul rasa keprihatinan dan kekhawatiran
terhadap degradasi lingkungan yang diakibatkannya. Untuk itu dicari model
gagasan pariwisata yang lebih sehat dan bermanfaat, berkelanjutan dan
meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat. Salah satu model tersebut adalah
ekowisata
Istilah ekowisata berasal dari kata :
1. Eco-logical = ekologi, artinya sebagai sumberdaya dan daya tarik ekowisata
alam memberikan kontribusi positif terhadap pelestarian alam dan
lingkungan
2. Eco-nomical = ekonomi, artinya ekowisata merupakan kegiatan ekonomi yang
berkelanjutan
3. Evaluating Community Opinion = Evaluasi Kepentingan dan Opini
Masyarakat, artinya ekowisata mempunyai kepedulian terhadap peningkatan
peran serta masyarakat, dan upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat.
Dalam konteks perumusan Rencana Strategis Pengembangan Ekowisata
Nasional, dengan merujuk pada prinsip-prinsip yang berlaku universal,
rekomendasi-rekomendasi yang terangkat dalam berbagai forum diskusi dan hasil-
hasil kajian dan tuntutan obyektif di lapangan, batasan Ekowisata Nasional
dirumuskan sebagai berikut : Ekowisata adalah suatu konsep pengembangan dan
penyelenggaraan kegiatan pariwisata berbasis pemanfaatan lingkungan untuk
perlindungan, serta berintikan partisipasi aktif masyarakat, dan dengan penyajian
produk bermuatan pendidikan dan pembelajaran, berdampak negatif minimal,
memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan ekonomi daerah, dan
diberlakukan bagi kawasan lindung, kawasan terbuka, kawasan alam binaan, serta
kawasan budaya.
Penerapan konsep ekowisata nasional yang diberlakukan bagi kawasan-
kawasan sebagaimana disebutkan dalam batasan tersebut, mengartikan bahwa
konsep ini berlaku bagi pengembangan dan penyelenggaraan pariwisata yang
mengambil tempat di antara lain kawasan konservasi hutan dan laut, kawasan
budaya, kawasan pulau-pulau kecil dan pesisir, kawasan rural binaan dan
pedesaan serta kawasan-kawasan lain yang memeiliki kerentanan ekologis yang
tinggi seperti misalnya kawasan karst dan kawasan esensial (Sekartjakrarini,
2003).
Wheat (1994) dalam Goodwin (1997), berpendapat bahwa ekoturisme
adalah “pasar khusus (niche market) untuk wisatawan yang sadar lingkungan dan
tertarik untuk mengamati alam”. Steele (1993) dalam Goodwin (1997),
menggambarkan kegiatan ekoturisme sebagai “proses ekonomi yang memasarkan
ekosistem yang indah dan langka secara internasional untuk menarik
pengunjung”. Wight (1994) dalam Goodwin (1997), memberi batasan yang lebih
tegas, yaitu perjalanan wisata yang dipromosikan sebagai wisata yang
berwawasan lingkungan, sama seperti produk yang dikemas dan berabel hijau di
pasar swalayan.
Pada Gambar 2 dibawah ini dijelaskan, bahwa manusia (wisatawan) dan
alam (termasuk di dalamnya kehidupan penduduk setempat) menjadi input dari
kegiatan ekoturisme. Output dari proses ini ada dua macam (Hani, 1994) : (1)
Output langsung yang langsung dirasakan oleh manusia adalah unsur hiburan dan
penambahan pengetahuan. Sedang output langsung bagi alam adalah perolehan
dana yang kelak sebagian darinya difungsikan untuk mengelola kegiatan
konservasi alam secara swadaya; (2) Output tak langsung yaitu berupa tumbuhnya
kesadaran dalam diri wisatawan untuk lebih memperhatikan sikap hidupnya di
hari-hari esok agar kegiatan yang dilakukan tidak berdampak buruk pada alam.
Kesadaran ini diharapkan tumbuh akibat adanya kesan mendalam yang diperoleh
wisatawan selama berinteraksi aktif secara langsung dengan lingkungan alam,
disertai pemahaman-pemahaman ekologis yang dituturkan oleh guide
pendampingnya.
ALAM
3.3.1. Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-
ODTWA)
Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-
ODTWA) adalah suatu kegiatan yang dilakukan terhadap suatu obyek (lokasi)
wisata alam melalui analisis daerah operasi, dengan menggunakan instrumen
kriteria penilaian dan pengembangan, guna mendapatkan kepastian kelayakan
obyek dapat atau tidaknya suatu obyek dikembangkan menjadi obyek wisata
alam.
Analisis data : setelah data terkumpul (panjang pantai pasir putih, luas
lahan untuk akomodasi, dan kebutuhan air bersih) kemudian dianalisis dengan
membandingkan potensi kawasan dengan standarisasi seperti tersebut di atas.
Dari hasil analisa akan dapat ditentukan daya tampung kawasan pesisir
Kecamatan Galang Kota Batam untuk menerima jumlah maksimum wisatawan
yang berkunjung ke daerah tersebut.
Selat Singapura
PULAU BATAM
125000
125000
Legenda :
Jalan
Pulau Bintan Batas Kelurahan
Batas Kabupaten
Pasir
Lokasi Industri
Daratan
Mang rove
Laut
100000
100000
100°00' 106°00' 112°00'
Lokasi Penelitian
4°00'
4°00'
2°00'
2°00'
Kab. Karimun
75000
75000
100°00' 106°00' 112°00'
8 0 8 16 Km
Sumber Data :
50000
50000
1. BAPPED A of Batam C ity
2. LANDSAT UTM+ 2005
350000 375000 400000 425000 3. Survey 2006
112000
112000
Kab. KEPRI
PROPINSI KEPRI
Legenda :
# Lokasi Penelitian
Jalan Utama
Bintan Island Batas Kelurahan
Batas Kabupaten
Terumbu Karang
104000
104000
Pantai Berpasir
Pasir
Daratan
Mangrove
Laut
Lokasi Penelitian
4°00'
4°00'
96000
96000
Pantai Melayu
#
Desa Sembulang
#
Pantai Mawar
2°00'
2°00'
#
88000
Pengelolaan Sum berdaya Alam dan Lingkunagan
2006
8 0 8 16 Km
Camp Pengungsian
#
Pantai Melur
#
Sumber Data :
1. BAPPEDA of Batam City
2.. LANDSAT UTM+ 2005
392000 400000 408000 416000 3. Survey 2006
96000
Pantai
#
Melayu Kab. KE PRI
#
Desa Sem bulang Legenda :
Pantai Mawar # # Lokasi Penelitian
Ja lan Utam a
Batas Kelurahan
Batas Kabupaten
Terum bu Karang
Pantai Be rpasir
Pasir
Daratan
88000
88000
Mangrove
Laut
Cam p Pengungsian
#
#
Pantai Melur 100°00' 106°00' 112°00'
Lokasi Penelitian
4°00'
4°00'
80000
80000
2°00'
2°00'
100°00' 106°00' 112°00'
72000
8 0 8 16 Km
Sumber Data :
1. BAPPED A of Batam C ity
2..LANDSAT U TM+ 2005
408000 416000 424000
3. Survey 2006
45
40
35
Jumlah 30
penduduk 25
(%)
20
15
10
0
1-19 20-39 40-59 60->75
Kelompok umur
Tabel 7. Jumlah TK, SD, SLTP dan SLTA di rinci menurut klasifikasinya
per Kelurahan tahun 2004
TK SD SLTP SLTA
No. Kelurahan
Ne- Swas- Ne- Swas- Ne- Swas- Ne- Swas-
gri ta gri ta gri ta gri ta
1 Pulau Abang - - 2 - 1 - - -
2 Karas - - 6 - 1 - 1 -
3 Sijantung - - 3 - - - - -
4 Sembulang - - 6 - 1 - - -
5 Rempang Cate - - 4 1 1 - - -
6 Subang mas - - 2 - - - - -
7 Galang Baru - - 4 - 1 - 1 -
Sumber : Kecamatan Galang dalam Angka 2005
Kecamatan Galang yang terletak di daerah hinterland dan jauh dari pusat
pemerintahan Kota Batam mempunyai daerah yang cukup luas dan masih banyak
lahan kosong yang belum dimanfaatkan dengan optimal, dengan demikian potensi
pertanian dan pariwisata sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Kecamatan
Galang selain memiliki lahan yang subur untuk pertanian juga memiliki daerah
pantai berpasir putih yang dapat dikembangkan untuk pariwisata.
Potensi alam yang cukup banyak dan luas wilayah yang belum
dimanfaatkan membuat Kecamatan Galang cocok dikembangkan menjadi
kawasan industri yang berbasis pertanian (Tabel 9.). Melihat potensi yang
dimiliki maka pemerintah mempunyai rencana kedepan untuk membangun
industri pertanian, hal ini tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Batam No. 2
Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam pada pasal 41 dan
42.
Tabel 9. Penggunaan luas lahan di rinci menurut penggunaan di Kecamatan
Galang tahun 2004
No. Kelurahan Pemukiman Sawah Tegalan Perkebunan Hutan
1 Pulau Abang 13.37 - 22.30 20.50 8.02
2 Karas 14.50 - 25.70 28.50 14.50
3 Sijantung 6.50 - 25.00 48.00 517.00
4 Sembulang 5.13 - 8.85 7.96 3.18
5 Rempang Cate 5.91 - 9.80 8.90 17.80
6 Subang mas 2.80 - 4.80 4.30 8.70
7 Galang Baru 0.25 - 0.41 0.37 0.97
Kec. Galang - 96.86 118.53 210.17
Sumber : Kecamatan Galang dalam Angka 2005
Pada Tabel 10 dapat dilihat luas lahan/tanah yang memiliki kriteria subur,
yang memungkinkan masyarakat untuk bercocok tanam dan bermata pencaharian
sebagai petani.
110000
110000
PROPINSI KEPRI
100000
100000
Pantai Berpasir
Pasir
Daratan
Mangrove
Laut
# Pantai Melayu
# Desa Sembulang
Pantai Mawar #
100°00' 106°00' 112°00'
90000
90000
Lokasi Penelitian
4°00'
4°00'
2°00'
2°00'
#
Camp Pengungsian
un
Pantai Melur
rim
#
Ka
80000
Theresia Rachmalia G
P052040351
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkunagan
2006
8 0 8 16 Km
Sumber Data :
1. BAPPEDA of Batam City
2. LANDSAT UTM+ 2005
390000 400000 410000 420000 430000 3. Survey 2006
B. Pantai Melur
Salah satu obyek wisata yang dapat dijual kepada wisatawan baik lokal
maupun mancanegara sebagai tempat kunjungan wisata di Kota Batam adalah
Pantai Melur. Pantai Melur terletak di Kota Batam Kecamatan Galang Pulau
Galang, sekitar 45 Km Selatan Batam. Dengan panjang pantai 5,5 Km2 Pantai
Melur memiliki berbagai macam potensi wisata yang dapat dijual kepada
wisatawan, seperti keindahan alam pantai dengan pasir putihnya yang bersih,
kejernihan airnya dengan deburan ombak yang dapat dinikmati untuk mandi dan
berenang, berjemur di tengah terik matahari, menikmati hembusan angin semilir
yang bertiup sepoi-sepoi ketika berteduh dibawah pohon-pohon yang rindang.
Kekuatan daya tarik lain yang dimiliki oleh Pantai Melur adalah lokasi Pantai
Melur yang berdekatan dengan obyek wisata eks Kamp Pengungsian Sinam, yang
hanya berjarak sekitar tiga kilometer.
Tabel 16. Penilaian unsur daya tarik Pantai Melayu, Mawar dan Melur
(Bobot : 6)
Keindahan Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Keindahan Pantai
b. Keserasian Pandangan Pantai
30 25 20 15 10
dan sekitarnya
1
c. Air Laut Jernih dan Bersih
d. Pandangan Ke Arah Laut
Indah
e. Keserasian Panorama Laut
Pasir Tidak/
Pasir Pasir Pasir
Ber- Sedikit
2 Pasir Putih Coklat Merah
lumpur Berpasir
30 25 20 15 10
Variasi Kegiatan Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Berenang
b. Berjemur 30 25 20 15 10
3 c. Menikmati Pemandangan
d. Bersampan
e. Olahraga
f. Memancing
Kebersihan Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Tidak ada pengaruh
pelabuhan
b. Tidak ada pengaruh
pemukiman 30 25 20 15 10
4 c. Tidak ada tempat pelelangan
ikan
d. Tidak ada pengaruh musim
e. Tidak ada pengaruh sungai
f. Tidak ada sumber pencemaran
lain
Keselamatan/Keamanan Pantai : Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Tidak ada arus balik
berbahaya
b. Tidak ada kecuraman dasar 30 25 20 15 10
5 c. Bebas gangguan binatang
berbahaya
d. Tidak ada kepercayaan yang
mengganggu
e. Tidak ada Bahaya Tsunami
Lanjutan Tabel 16
> 150 126-150 76-125 50-75 < 50
6 Lebar Pantai
30 25 20 15 10
Pantai Melayu, Mawar dan Melur merupakan obyek wisata pantai yang
banyak dikunjungi oleh wisatawan dikarenakan memiliki keindahan pantai yang
serasi dengan lingkungan sekitarnya, selain itu baik Pantai Melayu, Mawar dan
Melur juga memiliki air laut yang bersih dan jernih, pasir putih sehingga para
wisatawan merasa nyaman berenang, berjemur, olahraga dan bahkan bersampan
ke tengah lautan.
Kebersihan yang terdapat di ketiga pantai tersebut disebabkan karena tidak
adanya pengaruh pelabuhan, pemukiman, tempat pelelangan ikan, musim, sungai
dan tidak ada sumber pencemaran lain. Sejauh ini kondisi di ketiga pantai ini
masih aman dan baik, karena tempat pelelangan ikan yang secara resmi belum
ada, yang ada hanya tempat penjualan ikan yang terletak di Kelurahan sembulang
dalam bentuk kios. Pemukiman penduduk memiliki lokasi sendiri yang terdapat
di Desa Sijantung dan Desa Sembulang.
Keamanan dan keselamatan pantai dapat dikatakan aman karena tidak ada
arus balik berbahaya, tidak ada kecuraman dasar, bebas gangguan binatang
berbahaya dan tidak ada bahaya tsunami. Pantai-pantai yang potensial terlanda
tsunami antara lain di pantai Barat Sumatera, Pantai Selatan Jawa, Bali, Nusa
Tenggara, Biak dan Maluku. Bahaya tsunami menurut Davis (1996) merupakan
gelombang laut dengan periode yang sangat panjang dan dengan kecepatan tinggi,
yang ditimbulkan oleh adanya gangguan dasar secara mendadak, seperti
pergeseran lempeng, peletusan gunung api bawah laut, atau pelongsoran tebing
dasar laut. Namun bagaimanapun wilayah Indonesia memiliki potensi bahaya
tsunami karena wilayah Indonesia merupakan pertemuan tubrukan lempeng
tektonik, sehingga di dasar laut Indonesia banyak dijumpai pusat gempa. Oleh
karena itu kita tetap harus waspada.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu penghuni di Pantai Mawar
yang bernama Pak Hitam bahwa selama ini kawasan pantai aman dan jauh dari
gangguan-gangguan baik itu manusia ataupun makhluk lain. Namun ada
beberapa yang harus di hindari yaitu bila berada di Pantai Mawar pengunjung
tidak boleh bersiul, hal ini akan menimbulkan angin kencang. Untuk di Pantai
Melur juga ada beberapa yang harus dihindari, yaitu bila berada di pantai tidak
boleh minum minuman keras hingga mabuk, tidak boleh berduaan melakukan
tindakan susila karena hal ini juga akan menimbulkan angin ribut dan ombak
tinggi. Hal ini boleh dipercaya atau tidak, tetapi sejauh ini larangan tersebut
membuat kawasan pantai aman dari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.
Untuk keutuhan potensi yang terdapat di ketiga pantai tersebut dapat
dikatakan semua potensi yang ada seperti hutan bakau, karang, pasir putih,
ketersediaan air tawar dalam keadaan baik. Khususnya di Pantai Mawar terdapat
sumber mata air yang berasal dari bukit yang airnya mengalir terus sepanjang
tahun dengan sangat deras. Ketersediaan air bersih ini sangat menunjang sekali
untuk kegiatan ekowisata yang berlangsung di Pantai Mawar dan sekitarnya.
Untuk penilaian unsur daya tarik Kamp Pengungsian Vietnam dapat
dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Penilaian unsur daya tarik Kamp Pengungsian Vietnam
(Bobot : 6)
Keindahan Alam Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Pandangan Lepas dalam obyek
b. Variasi Pandangan Dalam
30 25 20 15 10
Obyek
1 c. Pandangan Lepas Menuju
Obyek
d. Keserasian Warna dan
Bangunan Dalam Obyek
e. Pandangan Lingkungan Obyek
Keunikan Sumberdaya Alam Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Flora
b. Fauna 30 25 20 15 10
2
c. Wisata Sejarah Kemanusiaan
d. Dikelilingi Bukit
e. Wisata Spiritual
Banyaknya Potensi Sumberdaya Alam
yang Menonjol Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Wisata Sejarah
3 b. Wisata Spiritual 30 25 20 15 10
c. Hijaunya Hutan
d. Udara Sejuk dan Segar
e. Flora dan Fauna
Keutuhan Sumberdaya Alam : Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Flora
b. Fauna 30 25 20 15 10
4
c. Batuan
d. Air Tawar
e. Gejala Alam
Kepekaan Sumberdaya Alam Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Batuan
b. Flora 30 25 20 15 10
5
c. Fauna
d. Erosi
e. Ekosistem
Lebih Ada Ada 4- Ada 2-
Jenis Kegiatan Wisata Alam : 7 6-7 5 3
Ada 1
a. Religius
b. Pendidikan/Sejarah 30 25 20 15 10
c. Menikmati Pemandangan
6 d. Penelitian
e. Tracking
f. Fotografi
g. Budaya
h. Olahraga
Lanjutan Tabel 17
Kebersihan Udara dan Lokasi Bersih Tidak Ada Ada 3- Ada 5-
Ada 7
Tidak Ada Pengaruh Dari : Ada 1-2 4 6
a. Alam
b. Industri 30 25 20 15 10
7 c. Jalan Ramai Motor/Mobil
d. Pemukiman Penduduk
e. Sampah
f. Binatang
g. Corat-coret
Kerawanan Kawasan : Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Perambahan
b. Pencurian 30 25 20 15 10
8 c. Kebakaran
d. Gangguan Terhadap Flora dan
Fauna
e. Masuknya Flora dan Fauna
Tabel 18. Penilaian potensi pasar Pulau Rempang dan Galang (Bobot : 5)
No UNSUR/SUB UNSUR NILAI
1 2 3
Jumlah Penduduk/Propinsi
> 15.000- 10.000- 10.000- <
(x 1000)
20.000 20.000 15.000 5.000 5.000
Kepadatan Penduduk/Km2
100 90 72 60 48 36
101-200 100 84 70 56 42
1 201-300 110 96 80 64 48
301-400 120 102 86 68 51
401-500 130 114 95 76 57
501-600 140 120 100 80 60
700 160 132 110 88 66
Jumlah
Ada Ada Ada Ada Ada
Tingkat Kebutuhan Wisata
5 4 3 2 1
a. Kesempatan Ada
b. Perilaku Berwisata
2
c. Tingkat Kejenuhan penduduk
30 25 20 15 10
tinggi
d. Tingkat Pendapatan Tinggi
e. Tingkat Kesejahteraan Tinggi
Jumlah
Tabel 21. Penilaian kondisi lingkungan sosial ekonomi Pulau Rempang dan
Galang (Bobot : 5)
UNSUR/SUB
No NILAI
UNSUR
Ada tapi tidak Dalam proses
Tata Ruang Ada dan sesuai Tidak ada
1 sesuai penyusunan
Wilayah Obyek
30 20 15 5
Hutan negara Hutan adat Hutan hak Tanah milik
2 Status Lahan
30 25 20 15
Tingkat > 40% 25-40% 10-24% < 10%
3
Pengangguran 30 25 20 15
Sebagian besar
Sebagian besar Pemilik
pedagang kecil,
Mata Pencaharian buruh tani dan Petani/nelayan lahan/kapal
4 industri kecil dan
Penduduk nelayan pegawai
pengrajin
30 25 20 15
Ruang gerak > 50 41-50 31-40 < 40
5
pengunjung (ha) 30 25 20 10
Sebagian besar Sebagian besar
Sebagian Sebagian besar
lulus SLTA ke lulus SLTP ke
6 Pendidikan besar lulus SD tidal lulus SD
atas atas
30 25 20 15
Tidak
Tingkat kesuburan
7 subur/kritis Sedang Subur Sangat subur
tanah
30 25 20 10
Tidak Sangat
Sumber daya alam
8 potensial Kurang potensial Potensial potensial
mineral
30 25 20 10
Lanjutan Tabel 21
UNSUR/SUB
No NILAI
UNSUR
Persepsi
masyarakat
terhadap Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 1-2
pengembangan
obyek wisata alam
a. Kurang
9 mendukung
b. Mendukung 30 25 20 10
c. Sangat
mendukung
d. Baik
e. Menguntungkan
Kota Batam telah memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2004-
2014 yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Batam No. 2 Tahun 2004. Namun
pelaksanaanya hingga saat ini belum sesuai dengan yang tertuang dalam Perda
tersebut. Salah satunya adalah yang terjadi di Pulau Rempang dan Galang, saat
ini rencana tata ruang pulau Rempang dan Galang masih belum terkoordinasi dan
terlihat bebas tidak mengikuti aturan yang ada. Pemerintah ataupun Otorita Kota
Batam belum terlibat secara langsung dalam pengelolaan Pulau Rempang dan
Galang sebagai kawasan wisata yang berwawasan lingkungan. Pengelolaan di
Pantai mawar misalnya hanya dilakukan secara mandiri oleh penduduk yang
sudah lama menetap di kawasan tersebut sebagai tambahan pendapatan.
Belum terlaksananya rencana tata ruang dengan baik juga disebabkan
karena status lahan yang tidak jelas yang berada di sekitar Pulau Rempang dan
Galang. Pemerintah Kota Batam mengklaim bahwa lahan yang ada saat ini
adalah milik mereka, begitu juga dengan Otorita Kota Batam mereka merasa yang
paling berhak atas status lahan yang terdapat di Pulau Rempang dan Galang.
Ketidakjelasan status inilah yang juga membuat para investor swasta
mengundurkan niatnya untuk menanamkan modalnya dalam pengembangan
Pulau Rempang dan Galang sebagai daerah wisata yang berwawasan lingkungan.
Tingkat Pengangguran di Pulau Rempang dan Galang saat ini cukup besar,
hal ini disebabkan karena tidak ada lapangan kerja di sekitar kawasan tersebut.
Setelah lulus SLTP jarang sekali yang meneruskan ke SLTA karena untuk dapat
mengenyam pendidikan di bangku SLTA harus pergi ke luar Pulau Rempang dan
Galang, sehingga sebagian besar masyarakat setelah lulus SLTP berstatus sebagai
pengangguran.
Sebagian besar masyarakat di daerah ini berprofesi sebagai buruh tani
dan nelayan, itupun hanya sekedar untuk konsumsi dan kebutuhan sehari-hari.
Padahal sumberdaya alam mineral dan tingkat kesuburan tanah di kawasan ini
cukup subur dan potensial bila diarahkan sebagai kawasan penghasil pertanian
yang dapat dijual ke luar Pulau Rempang dan Galang, bahkan sampi ke Kota
Batam.
Oleh karena itu dengan potensi sumberdaya alam yang dimiliki Pulau
Rempang dan Galang sektor pariwisata merupakan salah satu alternatif dalam
membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar. Saat ini pelaksanaan kegiatan
pariwisata di Pulau Rempang dan Galang masih belum terpusat, masih dikelola
secara individu untuk kepentingan sendiri. Oleh karena itu pelaksanaanya juga
tidak maksimal, ini juga dapat dilihat dari ruang gerak pengunjung yang tidak
terlalu padat. Bila dilibatkan secara langsung masyarakat sekitar Pulau Rempang
dan Galang sebagian besar pasti akan mendukung pengembangan ekowisata yang
direncanakan, namun dibutuhkan pendekatan yang tepat.
Tabel 23. Penilaian kondisi iklim Pulau Rempang dan Galang (Bobot : 4)
No UNSUR/SUB UNSUR NILAI
1 2 3
10-12
Pengaruh iklim terhadap 7-9 bln 4-6 bln 4 bln < 4 bln
1 bln
waktu kunjungan
30 25 20 15 10
28-
Suhu udara pada musim 20-21 22-24/17-19 25-27/14-16 30/11- > 30/10
2 13
kemarau (◦C)
30 25 20 15 10
Jumlah bulan kering rata- 8 bln 7 bln 6 bln 5 bln 4 bln
3
rata per tahun 30 20 15 10 5
Kelembaban rata-rata per > 65% 60-65% 59-55% 54-45% < 45%
4
tahun 30 20 15 10 5
Percepatan angin pada 6-7/<
5 musim kemarau 1-2 3-4/'0.7-0.9 5-6/'0.4-0.6 0.3-0.4 > 7/< 0.3
(knot/jam) 30 20 10 1
Sumber : Kecamatan Galang dalam angka, 2005
4.4.7. Akomodasi
Penilaian unsur akomodasi untuk kelima obyek yang terdapat di Pulau
Rempang dan Galang dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Penilaian akomodasi Pulau Rempang dan Galang (Bobot : 3)
UNSUR/SUB UNSUR NILAI
Sampai dengan 30 10
30-50 15
Jumlah Kamar 50-75 20
(buah) 75-100 25
> 100 30
Jumlah
Sumber : Batam dalam angka, 2005
Tabel 25. Penilaian prasarana dan sarana penunjang Pulau Rempang dan
Galang (Bobot : 2)
MACAM
No UNSUR/SUB UNSUR 4 3 2 1 Tidak
macam macam macam macam ada
Prasarana
a. Kantor Pos 30 25 20 15 10
b. Telepon Umum
c. Puskesmas/Klinik
1 d. Wartel dan Fax
e. Warnet
f. Jaringan TV
g. Jaringan Radio
h. Surat Kabar
Lanjutan Tabel 25
MACAM
No UNSUR/SUB UNSUR 4 3 2 1 Tidak
macam macam macam macam ada
Sarana Penunjang
a. Rumah makan/minum 30 25 20 15 10
b. Pusat Perbelanjaan
2 c. Bank/Money Changer
d. Toko Cindera Mata
e. Tempat Peribadatan
f. Toilet Umum
Tabel 26. Penilaian air bersih Pulau Rempang dan Galang (Bobot : 4)
No UNSUR NILAI
2 1-2 0.5-0.9 0,5
1 Debit air sumber (l/det)
30 25 20 15
Jarak sumber air terhadap 0-3 km 3.1-5 km 5.1-7 km > 7 km
2
lokasi obyek 30 25 20 15
Lanjutan Tabel 26
No UNSUR NILAI
Agak
Dapat tidaknya air dialirkan Sangat mudah Mudah Sukar
sukar
3 ke obyek atau mudah dikirim
dari tempat lain 30 25 20 15
30 25 20 10
Tabel 27. Penilaian hubungan obyek dengan obyek wisata lain (Bobot 1)
Nilai Obyek
Jumlah Obyek Lain Jml
No Potensi Wisata
nilai
Pasar Lain
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
s/d 50 Sejenis 100 80 60 40 20 1 - - - - - - -
1 Tak
Sejenis 90 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 1 -
Sejenis 80 100 80 60 40 20 1 - - - - - -
51-
2 Tak
100
Sejenis 70 80 90 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10
Sejenis 60 80 100 80 60 40 20 1 - - - - -
101-
3 Tak
150
Sejenis 50 60 70 80 90 100 90 80 70 60 50 40 30
Sejenis 40 60 80 100 80 60 40 20 10 - - - -
151-
4 Tak
200
Sejenis 30 40 50 60 70 80 90 100 90 80 70 60 50
Tabel 30. Estimasi daya tampung wisatawan berdasarkan luas lahan untuk
akomodasi (penginapan)
Luas Lahan Fasilitas Daya Tampung
No Nama Pulau
(ha) Akomodasi (orang)
Saat ini kegiatan wisata yang tengah berlangsung di Pulau Rempang dan
Galang arah dan tujuannya belum jelas, meskipun sudah tertuang dalam Perda
Kota Batam No. 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam
Tahun 2004-2014. Hal ini disebabkan karena hingga saat ini belum ada investor
swasta yang benar-benar komitmen menginvestasikan modalnya di kawasan Pulau
Rempang dan Galang. Dari hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan, hal
ini diakibatkan karena pengelolaan yang statusnya masih belum jelas antara
Otorita Batam dan Pemerintah Kota Batam.
Oleh karena itu sebagai salah satu strategi utama dalam pengembangan
Pulau Rempang dan Galang dalam pengembangan ekowisata adalah menarik dan
mengundang minat investor swasta. Hal ini dapat dilakukan dengan penegasan
dan dikeluarkannya peraturan mengenai status lahan yang ada di Pulau Rempang
dan Galang berada dalam pengelolaan siapa. Setelah ada peraturan yang jelas
maka pemerintah dapat langsung mengemplementasikan kegiatan wisata sesuai
dengan Perda No.2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Batam yang didalamnya mencakup Pulau Rempang dan Galang dengan modal
dari pihak swasta.
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
1. Adanya koordinasi dan kerjasama antara Otorita Batam dan Pemerintah Kota
Batam dalam pengelolaan Pulau Rempang dan Galang sehingga rencana
pengembangan ekowisata sesuai dengan Perda No. 2 Tahun 2004 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2004-2014 dapat berjalan.
2. Potensi Pulau Rempang dan Galang untuk dikembangkan sebagai daerah
wisata sebaiknya dimanfaatkan secara optimal dengan kaidah konservasi agar
tidak terjadi fenomena ”tourism kill tourism”.
3. Masyarakat multi etnis dengan budayanya selalu dilibatkan dalam segala
kegiatan rencana pengembangan ekowisata maupun dalam pelaksanannya di
kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Baehaqie. A dan B.S. Helvoort. 1993. Potensi dan konservasi kawasan pesisir
untuk ekoturisme di Indonesia. makalah disajikan pada seminar
nasional manajemen kawasan pesisir untuk ekoturisme dalam rangka
dies natalis ke 30 IPB. program studi magister manajemen. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Bengen. 2001. Ekosistem dan sumberdaya alam pesisir dan laut. Pusat kajian
sumberdaya pesisir dan lautan. Intitut Pertanian Bogor
Clawson. 1968. Organization and use park system’s planning. Proceding of the
conference on conservationof nature and natural resources in tropical
south east asia. IUCN. Marges. Switzerland
Dahuri.R. 1999. Kebijakan dan strategi pengelolaan wilayah pesisir dan lautan
secara berkelanjutan. Makalah disajikan pada pelatihan untuk pelatih
bidang pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu. Bogor
Direktorat wisata alam dan pemanfaatan jasa lingkungan. 2002. Penilaian obyek
dan daya tarik wisata alam (analisis daerah operasi. Departemen
Kehutanan. Bogor
Douglas. R.W. 1982. Forest recreation. Pergamon Press. Oxford
Hani. 1994. Ekoturism di Indonesia harus punya nilai tambah. Harian Kompas,
2 Agustus 1994. Jakarta
Mahi. 1994. Pendekatan hirarki spasial sistem lahan dalam evaluasi lahan
pertanian terkomputer. Disertasi doktor Institut Pertanian Bogor. Bogor
Mc. Corduchy, H.B. 1970. Introduction to marine biology. Mosby Co. St.
Louis.
Wong P. 1991. Coastal tourism in southeast asia. ICLARM education series 13,
40p. International center for living aquatic resources management,
Manila, Philippines.
Woro. 1999. Evaluasi lahan untuk pariwisata. Makalh disajikan pada pelatihan
aplikasi GIS untuk pesisir dan kelautan tingkat pengelola basis data.
PUSPICS-fakultas geografi UGM. Yogyakarta
Analisis daerah operasi obyek dan daya tarik wisata alam (ADO-
ODTWA) dilakukan dengan menggunakan instrumen kriteria penilaian dan
pengembangan yang terdiri dari beberapa unsur yaitu : daya tarik, potensi pasar,
kadar hubungan/aksesbilitas, Kondisi lingkungan sosial ekonomi, pelayanan
masyarakat, kondisi iklim, akomodasi, prasarana dan sarana penunjang,
tersedianya air bersih, hubungan obyek dengan obyek wisata lain dan keamanan.
a. Kriteria penilaian Pantai Melayu, Mawar, Melur
- Daya tarik 1620
- Potensi pasar 950
- Kadar hubungan/aksesbilitas 775
- Kondisi lingkungan sosek 1150
- Pelayanan masyarakat 50
- Kondisi iklim 340
- Akomodasi 90
- Prasarana dan sarana penunjang 120
- Tersedianya air bersih 560
- Hubungan obyek dengan obyek lain 100
- Keamanan 120
Total 5875
Kriteria Kesesuaian :
Layak :
- Baik sekali : 6342 - 7050
- Baik : 5633 - 6341
- Cukup : 4924 – 5632
- Sedang : 4215 – 4923
Tidak layak :
- Kurang : 3506 – 4214
- Kurang sekali : 2797 – 3505
- Buruk : < 2796
b. Kriteria penilaian Wilayah Pesisir Desa Sembulang
- Daya tarik 2160
- Potensi pasar 950
- Kadar hubungan/aksesbilitas 775
- Kondisi lingkungan sosek 1150
- Pelayanan masyarakat 50
- Kondisi iklim 340
- Akomodasi 90
- Prasarana dan sarana penunjang 120
- Tersedianya air bersih 560
- Hubungan obyek dengan obyek lain 100
- Keamanan 120
Total 6415
Kriteria Kesesuaian :
Layak :
- Baik sekali : 6830 - 7590
- Baik : 6069 - 6829
- Cukup : 5308 - 6068
- Sedang : 4547 - 5307
Tidak layak :
- Kurang : 3786 - 4546
- Kurang sekali : 3025 - 3785
- Buruk : < 3024
Kriteria Kesesuaian :
Layak :
- Baik sekali : 6179 - 6870
- Baik : 5487 - 6178
- Cukup : 4795 - 5486
- Sedang : 4103 - 4794
Tidak layak :
- Kurang : 3411 - 4102
- Kurang sekali : 2719 - 3410
- Buruk : < 2718
Lampiran 3. Standar Luas yang dibutuhkan untuk kegiatan wisata hiking,
walking, running dan jogging
Orang Pergantian orang Orang per
Kegiatan per km dalam sehari hari
Hiking, walking, running dan 500 4 2000
jogging di Kota
Hiking, walking, running dan 50 4 20
jogging di dalam kota
Hiking, walking, running dan 10 4 40
jogging dalam kawasan alami
Lampiran 4. Karakteristik wisatawan Pulau Rempang dan Galang