Anda di halaman 1dari 123

i

MANFAAT EKONOMI DAN ANALISIS STAKEHOLDER


WISATA ALAM GUNUNG PANANJAKAN 1 TAMAN
NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU

AMALIA INSHAN FADILAH

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
ii
iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manfaat Ekonomi dan
Analisis Stakeholder Wisata Alam Gunung Pananjakan 1 Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan
hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Amalia Inshan Fadilah


NIM H44120053
ii
iii

ABSTRAK

AMALIA INSHAN FADILAH. Manfaat Ekonomi dan Analisis Stakeholder Wisata


Alam Gunung Pananjakan 1 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Dibimbing oleh
METI EKAYANI dan DANANG PRAMUDITA.

Kegiatan wisata alam merupakan upaya yang dilakukan taman nasional


untuk mengatasi permasalahan trade-off antara kepentingan ekologi dan ekonomi.
Salah satu taman nasional di Indonesia yang menerapkan upaya ini adalah Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Lokasi wisata alam yang sudah
dikembangkan salah satunya adalah Gunung Pananjakan 1 yang berada di bawah
tanggung jawab Resort Pengelolaan Taman Nasional Gunung Pananjakan.
Pelaksanaan dan pemenuhan kebutuhan kegiatan wisata alam di Gunung
Pananjakan 1 melibatkan berbagai stakeholder. Tujuan dari penelitian ini yaitu
mengestimasi nilai manfaat ekonomi wisata alam bagi masyarakat sekitar Gunung
Pananjakan 1, mengestimasi kontribusi kegiatan wisata alam dalam memenuhi
kebutuhan pelestarian TNBTS, dan mengidentifikasi peran stakeholder dalam
kegiatan wisata alam di Gunung Pananjakan 1. Metode yang digunakan adalah
analisis pendapatan, analisis stakeholder (aktor grid), dan analisis deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan estimasi manfaat ekonomi wisata alam
Gunung Pananjakan 1 bagi masyarakat memberikan rata-rata pendapatan wisata
sebesar Rp 2,598,648.29 per bulan. Kegiatan wisata memberikan kontribusi tinggi
terhadap pendapatan total (61.93%) dan kontribusi sangat tinggi terhadap
covering pengeluaran rumah tangga (123.53%). Estimasi manfaat ekonomi wisata
alam bagi pelestarian TNBTS menunjukkan apabila Penerimaan Negara Bukan
Pajak dapat digunakan secara langsung, kegiatan wisata alam mampu memberikan
kontribusi sangat tinggi dalam memenuhi kebutuhan pelestarian TNBTS
(167.83%). Secara umum, stakeholder kegiatan wisata alam Gunung Pananjakan
1 sudah mendukung kegiatan wisata alam yang memberikan manfaat ekonomi dan
ekologi, namun masih terdapat beberapa stakeholder yang perlu meningkatkan
peran dan kapasitas.

Kata kunci: covering, ekologi, stakeholder, TNBTS, wisata


iv

ABSTRACT
AMALIA INSHAN FADILAH. Economic Benefit and Stakeholders Analysis of
Natural Tourism in Pananjakan 1 Bromo Tengger Semeru National Park.
Supervised by METI EKAYANI and DANANG PRAMUDITA.

Natural tourism activities are made to overcome the problems of trade-offs


between ecological and economic interests in national park. One of the national
parks in Indonesia that implement this scheme is the Bromo Tengger Semeru
National Park (BTSNP). One of natural tourism sites that already developed is
Pananjakan 1 which under Resort Management of Pananjakan Mountain National
Park’s responsibility. Limited human resources and infrastructures encourage the
involvement of other stakeholders in conducting natural tourism. The aim of this
study are to estimate the economic benefits of natural tourism for the surrounding
communities of Pananjakan 1, to estimate the contribution of natural tourism
activities to covering the needs of BTSNP sustainability, and to identify the role
of natural tourism stakeholder activities in Pananjakan 1. The study was
conducted by using income analysis, stakeholders analysis (actor grid), and
qualitative descriptive analysis. The result of this study indicated the economic
benefits of natural tourism in Pananjakan 1 gave the average tourism revenue
amount to IDR 2,598,648.29 per month. The contribution of natural tourism was
high to the total income (61.93%) and very high on covering of household
expenditures (123.53%). When non-tax revenue can be used directly, the
economic benefits of natural tourism can provide very high contribution on
covering the needs of BTSNP sustainability (167.83%). Basically, stakeholders of
natural tourism in Pananjakan 1 supported natural tourism that provide economic
and ecological benefits. However, there are some stakeholders who need to
enhance the role and capacity.

Keywords: BTSNP, covering, ecology, stakeholder, tourismstakeholder


v

MANFAAT EKONOMI DAN ANALISIS STAKEHOLDER


WISATA ALAM GUNUNG PANANJAKAN 1 TAMAN
NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU

AMALIA INSHAN FADILAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
vi
viii
ix

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2016 ini ialah
Manfaat Ekonomi dan Analisis Stakeholder Wisata Alam Gunung Pananjakan 1
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Kedua orangtua tercinta yaitu Ayah Kirta Suherman dan Ibu Atik Lismayanti
serta adik-adik tercinta yaitu Mentari Salma Fauziah dan M. Arasy Nafis
Sya’ban yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat, dan dukungan
kepada penulis.
2. Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak
Danang Pramudita, SP, M.Si selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan,
arahan, dan waktu yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan Bapak
Bahroin Idris Tampubolon, SE, M.Si selaku dosen penguji wakil departemen
atas bimbingan, arahan, dan waktu yang telah diberikan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing akademik atas
bimbingan, arahan, dan waktu yang telah diberikan selama penulis
menjalankan kuliah.
5. Seluruh dosen dan staf Departemen ESL yang telah memberikan ilmu,
bantuan, dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan masa studi di
ESL.
6. Pihak pengelola Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Resort
Pengelolaan Taman Nasional Gunung Pananjakan, masyarakat sekitar, serta
stakeholder terkait yang telah memberikan saran dan informasi selama
pengumpulan data.
7. Rekan-rekan bimbingan skripsi yaitu Hacika, Ayu, Erlina, Fathiya, Silvia,
Nurul, dan Ade atas semangat, saran, dan bantuan selama menyelesaikan
skripsi ini.
8. Teman-teman di Departemen ESL Rifqi, Remy, Aziz, Nella, Ririn, Rahayu,
Astrid, Ulfah, dan teman-teman ESL 49 lainnya atas kebersamaan, semangat,
dan bantuannya.
9. Muhamad Rafei yang telah memberikan semangat, saran, dan dukungan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pengembangan ilmu
pengetahuan.

Bogor, Agustus 2016

Amalia Inshan Fadilah


x
xi

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..... 1
1.2 Perumusan Masalah……………………………………………………..... 4
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………..... 6
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………………7
II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... ..9
2.1 Taman Nasional…………………………………………………………... 9
2.2 Wisata Alam…………………………………………………………….. 12
2.3 Manfaat Ekonomi Wisata .......................................................................... 14
2.4 Pendapatan Wisata .................................................................................... 14
2.5 Stakeholder……………………………………………………………………….15
2.6 Penelitian Terdahulu…………………………………………………….. 16
III KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................................ 19
IV METODOLOGI PENELITIAN....................................................................... 23
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………… 23
4.2 Jenis dan Sumber Data…………………………………………………... 23
4.3 Metode Pengambilan Contoh……………………………………………. 23
4.4 Metode Analisis Data……………………………………………………. 25
4.4.1 Definisi Konseptual………………………………………………. 25
4.4.2 Analisis Pendapatan……………………………………………….27
4.4.3 Covering Biaya Konservasi………………………………………. 29
4.4.4 Analisis Stakeholder……………………………………………………. 29
4.4.5 Analisis Deskriptif Kualitatif……………………………………...33
V GAMBARAN UMUM.................................................................................... 35
5.1 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru………………………………. 35
5.2 Resort Pengelolaan Taman Nasional Gunung Pananjakan……………… 37
5.3 Profil Desa Wonokitri…………………………………………………… 40
5.4 Karakteristik Responden………………………………………………… 40
5.4.1 Karakteristik Responden Pelaku Usaha......................................... 40
xii

5.4.2 Karakteristik Responden Stakeholder Wisata................................ 42


VI HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 45
6.1 Estimasi Nilai Manfaat Ekonomi Wisata Gunung Pananjakan 1……….. 45
6.1.1 Share Pendapatan Wisata Terhadap Total Pendapatan
Masyarakat…………………………….…………………….........45
6.1.2 Covering Kebutuhan Rumah Tangga Masyarakat dari Kegiatan
Wisata………………………………….…………………….........51
6.2 Estimasi Nilai Kontribusi Wisata Terhadap Pelestarian TNBTS……….. 56
6.3 Analisis Stakeholder Kegiatan Wisata Gunung Pananjakan 1 .................. 58
6.3.1 Identifikasi Stakeholder................................................................... 58
6.3.2 Identifikasi Pengaruh dan Kepentingan Stakeholder...................... 59
6.3.3 Kondisi Pemetaan Stakeholder Terkait Manfaat Ekonomi dan
Ekologi Kegiatan Wisata Alam di Gunung Pananjakan 1 .............. 69
VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 75
7.1 Simpulan ................................................................................................... 75
7.2 Saran ......................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 77
LAMPIRAN .......................................................................................................... 81
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 107
xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1 Penelitian terdahulu ....................................................................................... 17
2 Jumlah responden penelitian ......................................................................... 24
3 Matriks metode analisis data ......................................................................... 25
4 Penilaian tingkat kepentingan........................................................................ 31
5 Penilaian tingkat pengaruh ............................................................................ 32
6 Jalan masuk dan perhubungan menuju Gunung Bromo TNBTS .................. 36
7 Tarif tiket masuk kawasan TNBTS ............................................................... 37
8 Karakteristik responden pemilik usaha dan tenaga kerja di Gunung
Pananjakan 1 .................................................................................................. 41
9 Karakteristik key person stakeholder wisata alam Gunung Pananjakan 1 .... 43
10 Share pendapatan wisata terhadap pendapatan total pemilik usaha jasa
wisata alam Gunung Pananjakan 1 ................................................................ 47
11 Share pendapatan wisata terhadap pendapatan total tenaga kerja jasa
wisata alam Gunung Pananjakan 1 ................................................................ 49
12 Covering pendapatan wisata terhadap pengeluaran RT pemilik usaha
jasa wisata alam Gunung Pananjakan 1 ......................................................... 52
13 Covering pendapatan wisata terhadap pengeluaran RT tenaga kerja jasa
wisata alam Gunung Pananjakan 1 ................................................................ 54
14 Kegiatan konservasi BBTNBTS tahun 2015 ................................................. 57
15 Covering biaya konservasi TNBTS tahun 2015 ............................................ 58
16 Stakeholder kegiatan wisata alam Gunung Pananjakan 1 ............................. 58
17 Tingkat pengaruh stakeholder kegiatan wisata alam Gunung
Pananjakan 1 .................................................................................................. 60
18 Tingkat kepentingan stakeholder kegiatan wisata alam Gunung
Pananjakan 1 .................................................................................................. 60

DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Jumlah wisatawan TNBTS tahun 2011-2015 .................................................. 4
2 Skema kerangka alur berpikir ........................................................................ 21
3 Aktor grid ...................................................................................................... 30
4 Atraksi wisata Gunung Pananjakan ............................................................... 37
xiv

5 Sarana dan prasarana RPTN Gunung Pananjakan ......................................... 38


6 Persentase kontribusi pendapatan wisata terhadap pendapatan total
pemilik usaha ................................................................................................. 48
7 Persentase kontribusi pendapatan wisata terhadap pendapatan total
tenaga kerja .................................................................................................... 50
8 Persentase covering pendapatan wisata terhadap pengeluaran RT
pemilik usaha ................................................................................................. 53
9 Persentase covering pendapatan wisata terhadap pengeluaran RT tenaga
kerja ................................................................................................................ 55
10 Plot pengaruh dan kepentingan stakeholder kegiatan wisata alam di
Gunung Pananjakan 1 .................................................................................... 61
11 Skema tata kelola kegiatan wisata alam Gunung Pananjakan 1 .................... 71

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1 Kuesioner manfaat ekonomi wisata alam Gunung Pananjakan 1 .................. 83
2 Kuesioner stakeholder wisata alam Gunung Pananjakan 1 ........................... 86
3 Penerimaan, pengeluaran, dan pendapatan RT pemilik usaha jasa wisata
alam Gunung Pananjakan 1............................................................................ 90
4 Penerimaan, pengeluaran, dan pendapatan RT tenaga kerja jasa wisata
alam Gunung Pananjakan 1............................................................................ 94
5 Share pendapatan wisata terhadap pendapatan total pemilik usaha jasa
wisata alam Gunung Pananjakan 1 ................................................................ 96
6 Share pendapatan wisata terhadap pendapatan total tenaga kerja jasa
wisata alam Gunung Pananjakan 1 ................................................................ 98
7 Covering pengeluaran RT pemilik usaha jasa wisata alam Gunung
Pananjakan 1 .................................................................................................. 99
8 Covering pengeluaran RT tenaga kerja jasa wisata alam Gunung
Pananjakan 1 ................................................................................................ 101
9 Pendapatan wisata, pendapatan non wisata, pendapatan total, pengeluaran
RT, share wisata, dan covering pengeluaran RT masyarakat sekitar
Gunung Pananjakan 1 .................................................................................. 102
10 Kegiatan konservasi TNBTS tahun 2015..................................................... 103
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati hutan dan perairan tinggi


sehingga dinobatkan sebagai salah satu dari mega-biodiversity country di dunia.
Sebagian besar dari keanekaragaman hayati tersebut, khususnya yang endemik,
langka atau dilindungi dan unik, terdapat di dalam 50 taman nasional yang
letaknya tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Perkembangan taman nasional di
Indonesia sendiri merupakan bagian dari wacana perlindungan hutan dan
pelestarian alam bersamaan dengan isu lingkungan hidup dan pembangunan
berkelanjutan (Putro et al. 2012).
Taman nasional memiliki peran dalam konservasi keanekaragaman hayati
karena melingkupi 60% kawasan konservasi di Indonesia. Salah satu peran taman
nasional adalah mempertahankan keseimbangan keanekaragaman hayati di
dalamnya serta mempertahankan keseimbangan antara berbagai bentuk
permintaan dan tekanan terhadap kualitas ekosistem alam (Putro et al. 2012).
Menurut Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, taman nasional merupakan kawasan
pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi
yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
Penetapan kawasan konservasi salah satunya taman nasional, bertujuan
untuk mencapai kelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistem sehingga
mampu meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup masyarakat sekitar
sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pemanfaatan sumberdaya alam
hayati dan ekosistem kawasan konservasi oleh masyarakat sekitar dikategorikan
menjadi dua, yaitu pemanfaatan hasil hutan yang sifatnya dapat dinikmati atau
dikonsumsi secara langsung dan yang sifatnya tidak langsung menunjang
keberlangsungan hidup manusia (Hallsworth 1982). Saat ini pemanfaatan kawasan
konservasi lebih ditujukan untuk pemanfaatan tidak langsung, sehingga
permasalahan dengan masyarakat sekitar seperti perambahan kawasan sering
2

terjadi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya alternatif


pemanfaatan lain yang dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat
sekitar (Sunarminto 2005).
Ekayani et al. (2014) mengemukakan taman nasional sebagai bagian dari
kawasan konservasi memiliki trade-off antara kepentingan ekologi dan ekonomi.
Kepentingan ekologi yang dimaksud berupa kegiatan untuk memulihkan kembali
fungsi ekologis kawasan (konservasi), sedangkan kepentingan ekonomi berupa
pemanfaatan oleh masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan perekonomian.
Lebih lanjut, pemanfaatan kawasan oleh masyarakat sekitar secara ilegal dapat
menjadi ancaman besar bagi kelestarian kawasan. Sunarminto (2005) dan Ekayani
et al. (2014) mengemukakan kegiatan wisata alam yang dikelola dengan baik dan
benar mampu menjadi alternatif kegiatan pemanfaatan kawasan konservasi yang
memberikan manfaat langsung bagi masyarakat sekitar.
Ernawati (2010) mengemukakan pergeseran trend wisata menjadi wisata
yang memperhatikan konservasi lingkungan, kehidupan masyarakat tradisional,
wisata spiritual, dan wisata alam mengalami peningkatan secara global. Kondisi
tersebut menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk mengembangkan dan
mempromosikan kegiatan wisata alam di kawasan konservasi (Sunarminto 2005).
Manfaat dari kegiatan wisata antara lain meningkatkan penerimaan devisa negara,
memperluas dan mempercepat kesempatan berusaha dan kerja, mempercepat
pemerataan pendapatan, serta mendorong pertumbuhan pembangunan wilayah
yang memiliki potensi alam terbatas (Yoeti 2008a).
Sudarmadji dan Widyastuti (2014) mengemukakan pengembangan
kegiatan wisata dan pembangunan dapat dilihat dalam bentuk manfaat (sisi
positif) dan bentuk kerugian atau permasalahan yang ditimbulkan (sisi negatif).
Manfaat adanya kegiatan wisata adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat
sekitar. Adapun kerugian yang ditimbulkan antara lain mengancam kelestarian
sumber daya alam yang ditawarkan sebagai objek wisata, menurunkan kualitas
lingkungan akibat pembangunan sarana dan prasarana wisata, mengubah kondisi
sosial dan budaya masyarakat, serta menghilangkan kearifan lokal.
Alikodra (2012) mengemukakan pengembangan kegiatan wisata di
kawasan konservasi menimbulkan dampak lingkungan yang dikategorikan
3

menjadi dua kategori. Pertama, dampak yang ditimbulkan karena pembangunan


sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata. Pembangunan sarana dan
prasarana pendukung seringkali mengubah pola lansekap, membuka hutan, dan
menebang pohon, sehingga dapat mengubah kondisi bentang alam kawasan.
Kedua, dampak yang ditimbulkan karena interaksi antara pengunjung dan
lingkungan, misalnya menimbulkan gangguan terhadap habitat satwa, merusak
tumbuhan khas atau langka, vandalisme, dan membuang sampah sembarangan.
Pengembangan wisata menjadi sebuah industri melibatkan kepentingan
berbagai pihak sehingga berpengaruh luas terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan
budaya. Mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 85 Tahun 2014
tentang Tata Cara Kerjasama Penyelenggaraan Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam, pengembangan wisata khususnya di taman nasional
juga melibatkan berbagai pihak, yakni kelembagaan atau mitra terkait
pengembangan wisata alam berupa kerjasama promosi, pembangunan sarana dan
prasarana wisata alam, pembangunan pusat informasi dan pembinaan masyarakat.
Lebih lanjut lagi, Peraturan Pemerintah RI Nomor 18 Tahun 1994 tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman
Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam mengemukakan dalam upaya memenuhi
permintaan layanan barang dan jasa pariwisata, pemerintah mengizinkan adanya
pengusahaan pariwisata berupa penyelenggaraan sarana pariwisata di taman
nasional yang dikelola oleh masyarakat, lembaga, atau mitra.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) merupakan salah satu
taman nasional di Indonesia yang mengembangkan kegiatan wisata alam.
Berdasarkan Rencana Pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Tahun 2015-2024, TNBTS memiliki peran dalam menjaga dan memelihara fungsi
kawasan konservasi yang selaras dengan upaya pelestarian kawasan dan mampu
memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya yang
dilakukan Balai Besar TNBTS adalah pengelolaan wisata berdasarkan prinsip
ekowisata, yaitu pengembangan wisata alam yang mengedepankan konservasi
lingkungan, pendidikan lingkungan, kesejahteraan penduduk lokal, dan
menghargai penduduk lokal (Nugroho 2011). Pengembangan wisata di TNBTS
4

yang melibatkan berbagai pihak terkait khususnya masyarakat sekitar kawasan


bertujuan untuk mewujudkan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) berada pada 4 wilayah


administratif, yaitu Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten
Malang, dan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Kawasan TNBTS
dikelilingi oleh 64 desa penyangga termasuk 2 desa enclave yang tersebar di 18
kecamatan dan 4 kabupaten. Kondisi tersebut menyebabkan interaksi masyarakat
sekitar dengan kawasan TNBTS cukup tinggi karena dukungan aksesibilitas tinggi.
Aksesibilitas menuju TNBTS dapat dijangkau melalui 4 pintu masuk, yaitu
Probolinggo (Sukapura, Cemorolawang), Pasuruan (Wonokitri, Pananjakan),
Malang (Tumpang, Ngadas), dan Lumajang (Senduro, Burno).
Sebagai kawasan konservasi, TNBTS memiliki fungsi pemanfaatan
kawasan yang didominasi oleh kegiatan wisata. Bentuk wisata yang berkembang
di TNBTS bersifat massal karena didorong oleh target pendapatan yang masih
mengandalkan jumlah kunjungan. Objek wisata utama yang mampu memberikan
pendapatan hanya terbatas pada empat lokasi, yaitu Cemorolawang, Pananjakan,
Tumpang, dan Ranu Pani. Trend jumlah wisatawan TNBTS tahun 2011-2015
ditampilkan pada Gambar 1.

600,000.00
500,000.00
400,000.00
300,000.00
200,000.00
100,000.00
-
2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah wisatawan
125,471.00 275,874.00 552,644.00 536,338.00 474,056.00
(orang)

Sumber: BBTNBTS (2015a)


Gambar 1 Jumlah wisatawan TNBTS tahun 2011-2015

Gambar 1 menunjukkan kunjungan wisata mengalami peningkatan dari


tahun 2011 sampai 2013, sedangkan dari tahun 2013 sampai 2015 mengalami
penurunan. Penurunan pada tahun 2013 sampai 2015 terjadi karena TNBTS
mengalami perubahan rayon dari Rayon III menjadi Rayon II sehingga terjadi
5

peningkatan tarif masuk kawasan. Pertumbuhan jumlah wisatawan berpengaruh


terhadap penerimaan TNBTS, semakin tinggi jumlah kunjungan maka semakin
tinggi jumlah penerimaan. Tingginya jumlah kunjungan juga menimbulkan
berbagai dampak negatif terutama dampak terhadap objek dan daya tarik wisata.
Berdasarkan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) TNBTS periode 2015-
2024, kerusakan objek dan daya tarik wisata akan merugikan usaha jasa wisata
yang kekuatannya terletak pada kealamian dan keutuhan objek dan kawasan
(BBTNBTS 2014). Selain itu, permasalahan juga timbul karena masih terbatasnya
pelayanan di bidang wisata, baik dari segi sumber daya manusia (SDM) maupun
sarana dan prasarana pendukung wisata. Terbatasnya SDM yang dimiliki
menjadikan fungsi perlindungan dan pengawetan keanekaragaman hayati dan
ekosistemnya menjadi prioritas kedua setelah sebagian tenaga fokus pada
pengelolaan wisata (BBTNBTS 2014).
Mengacu pada RPJP TNBTS periode 2015-2024, pengelolaan wisata
TNBTS dibagi menjadi tiga ruang, yaitu kawasan yang sudah berkembang,
kawasan yang sedang berkembang, dan kawasan potensial untuk dikembangkan.
Salah satu daerah tujuan wisata di kawasan sudah berkembang adalah Gunung
Pananjakan 1. Gunung Pananjakan 1 merupakan view point dalam atraksi wisata
di Gunung Pananjakan. Atraksi wisata di Gunung Pananjakan 1 adalah
pemandangan matahari terbit (sunrise) dengan latar belakang pemandangan
Kaldera Tengger dan puncak Gunung Semeru.
Kondisi sarana dan prasarana pendukung wisata alam di Gunung
Pananjakan 1 masih terbatas dan mengalami kerusakan (RPTN Gunung
Pananjakan 2015). Sumber daya manusia yang dimiliki jumlahnya terbatas, yaitu
5 orang pegawai negeri sipil (PNS) dan 2 orang tenaga upah. Pengelolaan wisata
di Gunung Pananjakan 1 yang berada di bawah tanggung jawab Resort
Pengelolaan Taman Nasional Gunung Pananjakan dibantu oleh stakeholder lain
yang didominasi oleh masyarakat sekitar. Keterlibatan masyarakat berupa
pelayanan distribusi tiket, pengamanan pengunjung dan kawasan, serta pelayanan
penyediaan jasa wisata.
Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata sesuai dengan prinsip yang
dianut oleh TNBTS antara lain prinsip konservasi, ekonomi, dan peran aktif
6

masyarakat (BBTNBTS 2014). Maksud dari prinsip tersebut yaitu pemanfaatan


keanekaragaman hayati dan ekosistem oleh pengelola kawasan, penyelenggara
wisata, masyarakat sekitar, dan stakeholder terkait yang mampu memberikan
keseimbangan antara manfaat ekonomi dan manfaat ekologi kawasan.
Keterlibatan masyarakat saat ini diduga telah memberikan manfaat ekonomi yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga masyarakat.
Berdasarkan pemaparan di atas, manfaat ekonomi kegiatan wisata yang
sudah berkembang di Gunung Pananjakan 1 perlu diestimasi nilainya untuk
mengetahui besarnya share pendapatan wisata terhadap pendapatan total dan
covering pendapatan wisata terhadap pengeluaran kebutuhan rumah tangga
masyarakat sekitar. Selain itu, manfaat ekonomi wisata bagi pelestarian TNBTS
juga perlu diestimasi untuk mengetahui covering penerimaan wisata terhadap
pelestarian TNBTS. Selanjutnya, stakeholder yang terlibat dalam kegiatan wisata
di Gunung Pananjakan 1 perlu diidentifikasi perannya untuk mengetahui sejauh
mana keterlibatannya dalam kegiatan wisata. Pemaparan tersebut kemudian dapat
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana manfaat ekonomi wisata alam bagi masyarakat sekitar Gunung
Pananjakan 1?
2. Bagaimana kontribusi kegiatan wisata alam dalam memenuhi kebutuhan
pelestarian TNBTS?
3. Bagaimana peran stakeholder kegiatan wisata alam di Gunung Pananjakan 1?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan,


dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Mengestimasi nilai manfaat ekonomi wisata alam bagi masyarakat sekitar
Gunung Pananjakan 1.
2. Mengestimasi kontribusi kegiatan wisata alam dalam memenuhi kebutuhan
pelestarian TNBTS.
3. Mengidentifikasi peran stakeholder kegiatan wisata alam di Gunung
Pananjakan 1.
7

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:


1. Bagi pemerintah dan para pihak terkait, hasil penelitian diharapkan dapat
menjadi pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengembangan sektor
wisata alam di kawasan konservasi.
2. Bagi Balai Besar TNBTS, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pertimbangan dalam membuat tata kelola kegiatan wisata alam yang
memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar dan mampu menjaga
kelestarian kawasan.
3. Bagi para pelaku usaha jasa wisata alam, hasil penelitian diharapkan dapat
menjadi informasi untuk memperoleh prospek dan peluang usaha jasa wisata
alam di TNBTS.
4. Bagi akademisi, sebagai bahan tambahan dan rujukan dalam penelitian-
penelitian selanjutnya.
5. Bagi penulis, sebagai syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar Sarjana di
Institut Pertanian Bogor.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah:


1. Manfaat ekonomi yang diteliti merupakan manfaat ekonomi yang dirasakan
oleh masyarakat sekitar kawasan sebagai pemilik usaha dan tenaga kerja jasa
wisata.
2. Analisis pendapatan merupakan analisis pendapatan tunai karena komponen
biaya yang digunakan hanya biaya tidak tetap (variable cost).
3. Penerimaan non wisata merupakan penerimaan non wisata bersih yang
diterima oleh pelaku usaha diluar kegiatan wisata.
4. Kontribusi kegiatan wisata dalam memenuhi kebutuhan pelestarian TNBTS
dilihat dari penerimaan tiket masuk kawasan.
5. Analisis stakeholder dilakukan untuk mengetahui aktor serta peran
berdasarkan tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholder dalam kegiatan
wisata alam di Gunung Pananjakan 1.
8
9

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taman Nasional

Definisi taman nasional secara resmi tercantum pada peraturan perundang-


undangan mengenai konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yaitu
Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990 Bab 1 Pasal 1 Ayat 11 sebagai berikut:
“….kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan
sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.”
Taman nasional di Indonesia harus memenuhi kriteria sebagaimana
ditetapkan dalam Pasal 8 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
Alam yang meliputi:
1. memiliki sumber daya alam hayati dan ekosistem yang khas dan unik yang
masih utuh dan alami serta gejala alam yang unik.
2. memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh.
3. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis
secara alami.
4. merupakan wilayah yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona pemanfaatan,
zona rimba, dan/atau zona lainnya sesuai dengan keperluan.
Pengelolaan taman nasional bertujuan untuk mengawetkan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa dalam rangka mencegah kepunahan spesies,
melindungi sistem penyangga kehidupan, dan memanfaatkan keanekaragaman
hayati secara lestari sebagaimana tercantum dalam PP RI Nomor 28 Tahun 2011
Pasal 2 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
Tujuan taman nasional bervariasi tergantung kondisi kawasan dan latar belakang
serta alasan utama penetapan kawasan taman nasional.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 56 Tahun 2006 tentang
Pedoman Zonasi Taman Nasional, pengelolaan taman nasional dilakukan melalui
sistem zonasi yang didasarkan pada potensi dan fungsi kawasan dengan
memperhatikan aspek ekologi, sosial, ekonomi, dan budaya. Penetapan zona
taman nasional telah diatur dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor
10

56 Tahun 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional. Putro et al. (2012)
mengemukakan peruntukan masing-masing zona taman nasional sebagai berikut.
1. Zona inti untuk perlindungan ekosistem, pengawetan flora dan fauna khas
beserta habitatnya yang peka terhadap gangguan dan perubahan, sumber
plasma nutfah dari jenis tumbuhan dan satwa liar, penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan penunjang budidaya.
2. Zona rimba untuk kegiatan pengawetan dan pemanfaatan sumberdaya alam
dan lingkungan bagi kepentingan penelitian, pendidikan konservasi, wisata
terbatas, habitat satwa migran, menunjang budidaya, dan mendukung zona inti.
3. Zona pemanfaatan untuk pengembangan pariwisata alam dan rekreasi, jasa
lingkungan, pendidikan, penelitian, dan pengembangan yang menunjang
pemanfaatan dan budidaya.
4. Zona tradisional untuk pemanfaatan potensi tertentu taman nasional oleh
masyarakat setempat secara lestari melalui pengaturan pemanfaatan dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
5. Zona rehabilitasi untuk mengembalikan ekosistem kawasan yang rusak
menjadi atau mendekati kondisi ekosistem alamiahnya.
6. Zona religi, budaya, dan sejarah untuk memperlihatkan dan melindungi nilai-
nilai hasil karya, budaya, sejarah, arkeologi maupun keagamaan, sebagai
wahana penelitian, pendidikan, serta wisata alam sejarah, arkeologi, dan
religius.
7. Zona khusus untuk kepentingan aktivitas kelompok masyarakat yang tinggal
di wilayah tersebut sebelum ditunjuk atau ditetapkan sebagai taman nasional
dan sarana penunjang kehidupan, serta kepentingan yang tidak dapat dihindari
berupa sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi, dan listrik.
Sebagai bagian dari kawasan konservasi, taman nasional menghadapi
tantangan yang berasal dari masyarakat berupa keterbatasan pemahaman
masyarakat terhadap konservasi. Konservasi banyak dipahami masyarakat sebagai
aturan yang membatasi kegiatan manusia untuk memanfaatkan sumberdaya alam
hayati dan ekosistemnya sehingga seringkali masyarakat melakukan perlawanan
agar tetap bisa memanfaatkan sumberdaya alam hayati dan ekosistem untuk
memenuhi kebutuhan perekonomiannya (Alikodra 2012). Lebih lanjut lagi,
11

Alikodra (2012) mengemukakan fenomena tersebut terjadi karena masyarakat


tidak merasakan adanya keuntungan atau manfaat dari kegiatan konservasi,
bahkan sebaliknya merasa banyak dirugikan karena akses terhadap kawasan
dibatasi oleh adanya aturan.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, taman nasional memberikan solusi
berupa pemanfaatan kawasan yang mampu meningkatkan sosial ekonomi
masyarakat sekitar (Alikodra 2012). Solusi untuk menyeimbangkan antara
kepentingan taman nasional (konservasi) dan masyarakat (ekonomi) salah satunya
melalui kegiatan wisata (Alikodra 2012; Ekayani et al. 2014). Kegiatan wisata di
taman nasional dapat dilakukan di zona rimba, zona pemanfaatan, serta zona religi,
budaya, dan sejarah. Berdasarkan UU RI Nomor 5 Tahun 1990 Pasal 31 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, pemanfaaatan untuk
kegiatan wisata dilakukan tanpa mengurangi fungsi pokok taman nasional. Selain
itu, pembangunan sarana wisata harus tercantum dalam rencana pengelolaan
taman nasional.
Berdasarkan UU RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, pengelolaan taman nasional dilaksanakan
oleh pemerintah dan dapat melibatkan masyarakat. Selanjutnya, dalam peraturan
tersebut disebutkan bahwa keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan pariwisata
adalah sebagai pelaku pengusahaan pariwisata. Hal tersebut terjadi karena
masyarakat telah mendapatkan hak atas pengusahaan di zona pemanfaatan taman
nasional. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 85 Tahun 2014 tentang Tata Cara
Kerjasama Penyelenggaraan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
Alam Pasal 5 menyebutkan kegiatan pariwisata di taman nasional dapat
bekerjasama dengan mitra lainnya, yaitu badan usaha, lembaga internasional, dan
pihak lainnya seperti instansi pemerintah atau lembaga negara, kelompok
masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, perorangan, lembaga pendidikan, atau
yayasan. Lebih lanjut lagi, pada Pasal 11 disebutkan bahwa kerjasama yang dapat
dilaksanakan adalah kerjasama dalam hal pengembangan wisata alam berupa
kerjasama promosi, pembangunan sarana dan prasarana wisata alam,
pembangunan pusat informasi dan pembinaan masyarakat.
12

2.2 Wisata Alam

Definisi wisata dijelaskan pada Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009


tentang Kepariwisataan Bab 1 Pasal 1 Ayat 1, yaitu: “….kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat
tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan
daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara”. Selanjutnya,
UU RI Nomor 10 Tahun 2009 mengemukakan berbagai kegiatan wisata yang
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah dinamakan pariwisata. Menurut
Yoeti (2008b), pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait
di bidang tersebut.
Definisi wisata alam tertuang dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
48 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa,
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam Pasal 1 Ayat 4
yang berbunyi:
“Wisata Alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk
menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di kawasan suaka
margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.”
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 48 Tahun 2010, segala
sesuatu yang berhubungan dengan wisata alam, termasuk usaha pemanfaatan
objek dan daya tarik serta usaha-usaha yang terkait dengan wisata alam
dinamakan dengan pariwisata alam. Definisi pengusahaan pariwisata khususnya
di zona pemanfaatan taman nasional tercantum dalam Peraturan Pemerintah RI
Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona
Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam
yakni berupa kegiatan untuk menyelenggarakan usaha sarana pariwisata
berdasarkan rencana pengelolaan.
Jenis pengusahaan pariwisata yang dapat dilaksanakan tercantum dalam
PP RI Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Wisata Alam di Zona
Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam,
13

yaitu: 1) akomodasi seperti pondok wisata, bumi perkemahan, karavan,


penginapan remaja, 2) makanan dan minuman, 3) sarana wisata tirta, 4) angkutan
wisata, 5) cinderamata, dan 6) sarana wisata budaya. Selanjutnya, jenis
pengusahaan pariwisata diperluas lagi menjadi dua kategori sebagaimana
tercantum dalam PP RI Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Wisata Alam
di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata
Alam, yaitu:
1. Usaha penyediaan jasa wisata alam, yaitu jasa informasi pariwisata, jasa
pramuwisata, jasa transportasi, jasa perjalanan wisata, dan jasa makanan dan
minuman.
2. Usaha penyediaan sarana wisata alam, yaitu wisata tirta, akomodasi, dan
sarana wisata petualangan.
Persyaratan untuk mendirikan usaha sarana pariwisata tercantum dalam PP
RI Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Wisata Alam di Zona
Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam,
yaitu: (a) luas kawasan yang dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan
prasarana pariwisata alam maksimum 10% dari luas zona pemanfaatan taman
nasional yang bersangkutan, (b) bentuk bangunan bergaya arsitektur budaya
setempat, dan (c) tidak mengubah bentang alam yang ada. Mengacu pada PP RI
Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Wisata Alam di Suaka Margasatwa,
Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam Pasal 8,
pengusahaan pariwisata ini diselenggarakan oleh koperasi, badan usaha, dan
perorangan.
Salah satu upaya pengembangan kegiatan wisata alam berupa pengusahaan
pariwisata oleh instansi pemerintah, swasta, atau masyarakat tentunya
memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat. Sunarminto (2005)
mengemukakan pengembangan kegiatan wisata alam di kawasan konservasi
mampu memberikan dampak positif (manfaat) berupa peningkatan dana bagi
kawasan, penyediaan kesempatan kerja dan usaha bagi masyarakat sekitar, serta
pendidikan lingkungan bagi pengunjung.
14

2.3 Manfaat Ekonomi Wisata

Manfaat ekonomi dibagi menjadi dua macam yaitu, manfaat ekonomi


langsung dan manfaat ekonomi tidak langsung (Fauzi 2014). Manfaat ekonomi
langsung memiliki sifat tangible, yaitu nilainya dapat dihitung secara moneter,
sedangkan manfaat ekonomi tidak langsung memiliki sifat intangible, yaitu
nilainya sulit atau tidak dapat dihitung secara moneter. Manfaat ekonomi tangible
yang dapat dirasakan dalam pemanfaatan kawasan taman nasional antara lain
berupa penerimaan bagi pihak yang terlibat dalam kegiatan wisata.
Menurut Ashley et al. (2007) kegiatan wisata memberikan manfaat bagi
perekonomian dan pengurangan kemiskinan. Manfaat tersebut dikategorikan oleh
The ODI World Bank sebagai berikut.
1. Manfaat langsung pariwisata (direct effect), yaitu upah dan penerimaan bagi
masyarakat yang berpartisipasi langsung dalam kegiatan pariwisata, baik
pekerja maupun pemilik usaha.
2. Manfaat tidak langsung (indirect effect) dihasilkan dari rantai nilai pariwisata
yang melibatkan sektor lainnya dalam kegiatan pariwisata, seperti penyedia
bahan baku makanan, transportasi, konstruksi, furnitur, dan lain-lain.
3. Manfaat dinamis (dynamic effect), yaitu pengaruh pariwisata terhadap strategi
livelihood masyarakat lokal, strategi pengembangan usaha mikro,
pembangunan infrastruktur, dan penguatan posisi perempuan untuk
mendapatkan penerimaan dari kegiatan pariwisata.
Penelitian yang dilaksanakan di Gunung Pananjakan 1 bertujuan untuk
mengestimasi manfaat ekonomi langsung kegiatan wisata alam, yaitu berupa
penerimaan wisata bagi pemilik dan tenaga kerja jasa wisata. Penerimaan wisata
merupakan salah satu komponen yang diperlukan untuk mengestimasi manfaat
ekonomi dengan metode analisis pendapatan.

2.4 Pendapatan Wisata

Partisipasi langsung masyarakat dalam menyediakan barang dan jasa


kebutuhan wisata bagi pengunjung memberikan manfaat berupa penerimaan.
Penerimaan merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga
jual (Soekartawi 2006). Penerimaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
15

penerimaan yang diterima masyarakat yang berperan sebagai pemilik usaha


maupun tenaga kerja. Adapun penerimaan yang diterima oleh pemilik usaha
berasal dari pengeluaran belanja pengunjung terhadap konsumsi barang dan jasa
wisata seperti makanan, cinderamata, ataupun jasa angkutan jeep dan ojeg,
sedangkan penerimaan bagi tenaga kerja berupa upah yang diterima secara rutin
sesuai kesepakatan dengan pemilik usaha.
Nugroho (2002) mengemukakan biaya yang dikeluarkan oleh pemilik usaha
dalam menyediakan kebutuhan barang dan jasa wisata dapat dikategorikan
berdasarkan obyek pengeluaran, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja atau
upah, biaya listrik, biaya transportasi, dan biaya retribusi. Lebih lanjut lagi,
Soekartawi (2006) mengkategorikan biaya menjadi dua jenis, yaitu biaya tetap (fix
cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang
jumlahnya relatif tetap dan terus dikeluarkan meskipun produksi yang diperoleh
banyak atau sedikit, misalnya biaya sewa lahan dan pajak. Adapun biaya tidak
tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh,
misalnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Soekartawi (2006) mengemukakan selisih antara penerimaan dan biaya
dinamakan pendapatan. Pendapatan masyarakat sekitar kemudian dikategorikan
berdasarkan kondisi di lokasi penelitian, yaitu pendapatan wisata dan pendapatan
non wisata. Pendapatan wisata merupakan pendapatan yang diperoleh dari
kegiatan wisata, sedangkan pendapatan non wisata merupakan pendapatan yang
diperoleh diluar kegiatan wisata, misalnya dari kegiatan pertanian. Penelitian yang
dilaksanakan di Gunung Pananjakan 1 bertujuan untuk mengestimasi manfaat
ekonomi dengan menggunakan analisis pendapatan terhadap pemilik dan tenaga
kerja yang tergabung dalam paguyuban usaha. Paguyuban usaha di Gunung
Pananjakan 1 merupakan stakeholder wisata yang memiliki peran dalam
pelaksanaan kegiatan wisata alam yang mampu memberikan manfaat ekonomi.

2.5 Stakeholder

Nastran (2014) mengemukakan stakeholder adalah setiap kelompok atau


individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan
organisasi. Vibol et al. (2001) mengemukakan stakeholder merupakan organisasi
16

yang memiliki kesepakatan bersama dengan berbagai institusi yang mencakup


komunitas lokal, institusi pemerintah, dan kelompok kepentingan lainnya.
Stakeholder dalam kegiatan wisata didefinisikan oleh Damanik dan Weber (2006)
sebagai kelompok usaha yang tidak secara khusus menawarkan produk dan jasa
wisata tetapi seringkali bergantung pada wisatawan sebagai pengguna jasa dan
produk itu. Stakeholder yang dimaksud terdiri dari pemerintah, masyarakat lokal,
dan lembaga swadaya masyarakat.
Keterlibatan berbagai stakeholder dalam suatu pemanfaatan sumber daya
alam selanjutnya dapat diidentifikasi dengan menggunakan analisis stakeholder
(Candrea dan Bouriaud 2009). Analisis stakeholder ini mampu mengidentifikasi
aktor-aktor yang terlibat dalam suatu kegiatan dan mampu mengidentifikasi
tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholder dalam suatu kegiatan.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian untuk mengestimasi nilai manfaat ekonomi dari adanya kegiatan


wisata di suatu kawasan bagi masyarakat sekitar dan mengidentifikasi stakeholder
yang terlibat dalam kegiatan wisata telah banyak dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Penelitian terdahulu mengenai manfaat ekonomi dapat dilihat dari
hasil penelitian Sultika (2010) dan Rifki (2013), sedangkan penelitian mengenai
analisis stakeholder dapat dilihat dari hasil penelitian Handayani (2014) dan
Vidya (2014). Penelitian terdahulu disajikan dalam Tabel 1.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah (1)
estimasi nilai manfaat ekonomi diperoleh dengan menggunakan analisis
pendapatan dan diidentifikasi kontribusinya dalam memenuhi kebutuhan rumah
tangga pemilik dan tenaga kerja usaha, (2) manfaat ekonomi bagi TNBTS
diestimasi untuk mengetahui covering biaya konservasi TNBTS apabila
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dapat digunakan secara langsung, (3)
analisis stakeholder bertujuan untuk mengetahui aktor dan peran berdasarkan
tingkat pengaruh dan kepentingan dalam kegiatan wisata alam di Gunung
Pananjakan 1, dan (4) estimasi manfaat ekonomi dan hasil analisis stakeholder
diidentifikasi lebih lanjut untuk mengetahui hubungan koordinasi, hubungan
instruksi, dan hubungan aliran dana.
17

Tabel 1 Penelitian terdahulu


No Nama peneliti Judul penelitian Hasil penelitian
1 Muhammad Nilai dan Manfaat Manfaat ekonomi TWA Rimbo Panti bagi
Rifki (2013) Ekonomi konservasi diperoleh melalui segmentasi
Pengembangan Taman wisata dan penetapan tarif sesuai Willingness
Wisata Alam bagi To pay (WTP) pengunjung di tiap segmen.
Konservasi dan Manfaat bagi konservasi adalah menurunnya
Masyarakat Sekitar tekanan pengunjung terhadap Taman Wisata
(Studi Kasus Taman Alam Rimbo Panti yang berarti mengurangi
Wisata Alam Rimbo potensi ancaman bagi kelestarian cagar alam.
Panti Kabupaten Penurunan pengunjung tersebut justru dapat
Pasaman, Sumatera meningkatkan pendapatan pengelola.
Barat) Estimasi pendapatan dengan penetapan tiket
di tiap segmen wisata akan meningkatkan
pendapatan pengelola dari Rp 88,180,000
menjadi Rp 283,305,998 yang dapat
dialokasikan untuk dana konservasi cagar
alam.

2 Lalis Yuliana Analisis Pendapatan Analisis pendapatan dilakukan untuk


Sultika (2010) dan Persepsi mengetahui pendapatan petani dari
Masyarakat terhadap pemanfaatan hutan rakyat dan di luar hutan
Hutan Rakyat (Studi rakyat serta untuk mengetahui kontribusinya
Kasus: Hutan terhadap pendapatan total petani. Rata-rata
Rakyat di Desa pendapatan dari hasil hutan rakyat sebesar
Sidamulih Kecamatan Rp 7,928,117.00/tahun/petani dan
Pamarican dan Desa kontribusinya adalah 33.02%. Pendapatan
Bojong Kecamatan diluar hasil hutan rakyat rata-rata sebesar Rp
Langkaplancar, 16,082,550.00/tahun/petani dan
Kabupaten Ciamis, kontribusinya adalah 66.98%.
Jawa Barat)

3 Nurul Mekanisme Hubungan Pengelolaan wisata alam di zona


Handayani Para Pihak Dalam pemanfaatan Plengkung Taman Nasional
(2014) Pengelolaan Wisata Alas Purwo melibatkan 12 stakeholder.
Alam Di Zona Stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan
Pemanfaatan Plengkung wisata alam berdasarkan kepentingan dan
Taman Nasional Alas pengaruh terdiri dari: (a) key player yaitu
Purwo TNAP, Disparbud BWI, PT WPA, PT PIW,
PT PEL, PT WWAH, (b) subject yaitu biro
perjalanan, (c) context setter yaitu Direktorat
PJLKKHL, dan (d) tidak ada crowd.

4 Vidya (2014) Dampak Ekonomi dan Identifikasi tingkat pengaruh dan


Analisis Stakeholder kepentingan stakeholder wisata Pantai
Wisata Pantai Gondoriah menggunakan analisis
Gondoriah Sumatera stakeholder. Analisis tersebut menunjukkan
Barat bahwa kuadran A terdiri atas 4 aktor,
kuadran B terdiri atas 4 aktor, kuadran C
terdiri atas 2 aktor, dan kuadran D terdiri atas
3 aktor. Peranan masing-masing stakeholder
belum terlaksana dengan baik sehingga dapat
menurunkan kualitas lingkungan.
18
19

III KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan Pernyataan Menteri Pertanian Nomor 736 Tahun 1982,


Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) ditetapkan pada tanggal 14
Oktober 1982 oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia. Kawasan seluas
50,276.3 ha ini mencakup sebagian Kabupaten Malang, Probolinggo, Pasuruan,
dan Lumajang, Jawa Timur. Sebagai kawasan konservasi, TNBTS memiliki dua
kepentingan, yaitu kepentingan ekologi dan kepentingan ekonomi. Kepentingan
ekologi yang dimaksud berupa fungsi pokok taman nasional yang berperan dalam
perlindungan dan pengawetan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Adapun
kepentingan ekonomi yang dimaksud berupa pemanfaatan sumberdaya alam
hayati dan ekosistemnya oleh masyarakat sekitar, salah satunya melalui kegiatan
wisata alam. Candrea dan Bouriaud (2009) mengemukakan kegiatan wisata dan
keanekaragaman hayati memiliki hubungan kuat yang dapat bersifat positif dan
negatif. Lebih lanjut lagi, Tapper dan Cochrane (2005) mengemukakan kegiatan
wisata dapat menurunkan kualitas keanekaragaman hayati, namun di sisi lain
dapat menjadi alasan untuk melindungi keanekaragaman hayati tersebut.
Kegiatan wisata di TNBTS yang sudah berkembang salah satunya berada
di Resort Pengelolaan Taman Nasional Gunung Pananjakan dengan view point
yaitu Gunung Pananjakan 1. Pelaksanaan kegiatan wisata di Gunung Pananjakan 1
saat ini melibatkan masyarakat sekitar yang berasal dari desa penyangga TNBTS.
Keterlibatan masyarakat ini memberikan manfaat ekonomi berupa pendapatan
wisata. Manfaat ekonomi wisata dapat diestimasi nilainya dengan menggunakan
analisis pendapatan. Analisis pendapatan digunakan untuk mengestimasi share
pendapatan wisata terhadap pendapatan total masyarakat sekitar dan untuk
mengestimasi covering pengeluaran rumah tangga masyarakat sekitar.
Lebih lanjut lagi, pemanfaatan kawasan untuk kegiatan wisata juga
memberikan manfaat bagi TNBTS berupa penerimaan dari tiket masuk. Saat ini,
target penerimaan TNBTS masih bergantung pada jumlah kunjungan (BBTNBTS
2014). Semakin banyak jumlah kunjungan wisata maka semakin tinggi
penerimaan TNBTS. Keterbatasan SDM menjadikan kegiatan perlindungan dan
pengawetan sumberdaya alam hayati dan ekosistem menjadi prioritas kedua
20

setelah kegiatan wisata. Meski demikian, Candrea dan Bouriaud (2009)


mengemukakan kegiatan wisata yang dikelola secara berkelanjutan dapat menjadi
sumber penerimaan potensial untuk mendukung kegiatan perlindungan dan
pengawetan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Manfaat kegiatan wisata
terhadap kegiatan konservasi dapat diketahui dengan mengestimasi covering
penerimaan wisata terhadap biaya konservasi. Estimasi covering biaya konservasi
dilakukan secara keseluruhan, artinya tidak terbatas hanya di kawasan Gunung
Pananjakan 1 saja. Hal ini dilakukan karena kegiatan konservasi dilakukan
berdasarkan kebutuhan masing-masing resort, tidak terbatas pada resort yang
menyumbangkan penerimaan wisata cukup tinggi.
Keterbatasan SDM yang dimiliki oleh TNBTS menjadikan pemanfaatan
kawasan untuk kegiatan wisata memerlukan keterlibatan dari berbagai stakeholder
terkait. Penelitian ini menggunakan analisis stakeholder untuk mengetahui aktor
yang berperan dalam kegiatan wisata di Gunung Pananjakan 1. Penggunaan
metode ini dilakukan untuk mengidentifikasi peran aktor berdasarkan tingkat
pengaruh dan kepentingan dalam kegiatan wisata. Estimasi manfaat ekonomi
wisata bagi masyarakat sekitar menjadi salah satu dasar dalam menentukan
ketergantungan stakeholder terhadap kegiatan wisata. Selanjutnya, peran
stakeholder tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan analisis deskriptif
kualitatif.
Luaran yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah terciptanya tata
kelola kegiatan wisata alam yang mampu memberikan manfaat ekonomi bagi
masyarakat sekitar dan mampu menjaga kelestarian TNBTS. Berdasarkan
pemaparan tersebut, alur berpikir penelitian dituangkan dalam Gambar 2.
21

Penetapan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) di sebagian


Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Malang, dan Pasuruan

Kepentingan Kepentingan
ekologi ekonomi

Perlindungan dan pengawetan Pemanfaatan sumberdaya alam


sumberdaya alam hayati dan hayati dan ekosistemnya untuk
ekosistemnya kegiatan wisata alam

Upaya konservasi
TNBTS Dampak Dampak Keterlibatan stakeholder
negatif positif lain (masyarakat)

Kebutuhan biaya konservasi

PNBP bagi Manfaat Kepentingan


BBTNBTS ekonomi bagi dan pengaruh
masyarakat stakeholder
sekitar multipihak

Analisis pendapatan Analisis stakeholder


(aktor grid) dan analisis
deskriptif kualitatif

Covering Covering Share


biaya pengeluaran pendapatan
konservasi RT wisata

Tata kelola kegiatan wisata alam yang mampu memberikan manfaat ekonomi bagi
masyarakat sekitar dan mampu menjaga kelestarian TNBTS

Keterangan:

Metode yang digunakan


Ruang lingkup penelitian

Gambar 2 Skema kerangka alur berpikir


22
23

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru


dengan studi kasus di Gunung Pananjakan 1. Gunung Pananjakan 1 merupakan
spot utama wisata yang berada di Resort Pengelolaan Taman Nasional Gunung
Pananjakan dan termasuk ke dalam kawasan wisata TNBTS yang sudah
berkembang. Daya tarik wisata berupa pemandangan matahari terbit (sunrise)
dengan latar belakang pemandangan Kaldera Tengger dan puncak Gunung
Semeru. Pemilihan lokasi juga mempertimbangkan ketersediaan responden yaitu
pelaku usaha yang hanya ada di Gunung Pananjakan 1. Penelitian dilakukan pada
Bulan Februari-Maret tahun 2016.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang diolah
secara kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari wawancara kepada
responden dengan menggunakan kuesioner. Data primer yang dibutuhkan berupa
karakteristik pemilik usaha dan tenaga kerja, jumlah penerimaan pemilik unit
usaha dan tenaga kerja, jumlah pengeluaran pemilik usaha dalam menjalankan
usaha, jumlah pengeluaran rumah tangga pemilik usaha dan tenaga kerja, serta
peranan stakeholder terkait kegiatan wisata alam. Data sekunder diperoleh dari
Balai Besar TNBTS, Resort Pengelolaan Taman Nasional Gunung Pananjakan,
Kantor Desa Wonokitri, stakeholder terkait kegiatan wisata alam di Gunung
Pananjakan 1, jurnal ilmiah, dan karya tulis ilmiah lainnya. Data sekunder yang
dibutuhkan berupa jumlah unit usaha yang ada di Gunung Pananjakan 1, struktur
organisasi, serta tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) dari stakeholder terkait
kegiatan wisata alam.

4.3 Metode Pengambilan Contoh

Metode pengambilan contoh untuk pemilik unit usaha dan tenaga kerja
dilakukan dengan menggunakan metode non-probability sampling. Teknik
pengambilan contoh yaitu purposive sampling, artinya responden dipilih sesuai
24

kriteria tertentu. Pertimbangan kriteria untuk pemilik unit usaha dan tenaga kerja
adalah keterwakilan jenis usaha dan pekerjaan terkait kegiatan wisata alam.
Responden stakeholder dipilih dengan metode non-probability sampling. Masing-
masing stakeholder diwakilkan oleh key person yang dipilih dengan
menggunakan teknik snowball sampling. Pemilihan key person dengan snowball
sampling pada mulanya mengambil sampel pada sejumlah kecil sampel, kemudian
sampel-sampel tersebut memilih anggota-anggotanya, dan seterusnya hingga
diperoleh jumlah yang diperlukan (Sulaiman dan Kusherdyana 2013). Pemilihan
key person diawali dari Balai Besar TNBTS, kemudian dilanjutkan pada
stakeholder selanjutnya. Jumlah responden penelitian selanjutnya disampaikan
pada Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah responden penelitian
No Responden Jumlah (orang)
1 Pemilik usaha jasa wisata
a) Asongan 3
b) Ojeg 10
c) Penyewaan jeep 10
d) PKL cinderamata dan makanan 8
e) PKL cinderamata dan penyewaan jaket 1
f) PKL cinderamata 1
g) PKL makanan 2
h) Pemandu wisata 3
Jumlah 38
2 Tenaga kerja jasa wisata
a) Driver jeep 8
b) Koordinator paguyuban jeep 2
c) Penjaga kios 2
d) Volunteer 16
Jumlah 28
3 Key person stakeholder wisata
a) Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru 1
b) Resort Pengelolaan Taman Nasional Gunung Pananjakan 1
c) Desa Wonokitri 1
d) Local Working Group (LWG) Bromo Tengger Sejahtera 1
e) Paguyuban jeep 1
f) Paguyuban ojeg 1
g) Paguyuban Pedagang Kaki Lima (PKL) 1
h) Volunteer 1
Jumlah 8
Sumber: Data primer (2016)
25

4.4 Metode Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menampilkan data yang dikumpulkan oleh


peneliti ke dalam bentuk yang mudah diinterpretasikan. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Matriks metode analisis data
Tujuan penelitian Data yang diperlukan Jenis Sumber Metode analisis data
data data
Mengestimasi nilai 1. Karakteristik Primer Pemilik Analisis pendapatan:
manfaat ekonomi pelaku usaha usaha dan 1. Share
wisata bagi 2. Karakteristik usaha tenaga pendapatan
masyarakat sekitar 3. Penerimaan wisata kerja wisata terhadap
Gunung 4. Pengeluaran wisata pendapatan total
Pananjakan 1 5. Pendapatan non 2. Covering
wisata pendapatan
6. Pengeluaran rumah wisata terhadap
tangga pengeluaran RT

Mengestimasi 1. PNBP wisata Sekunder BBTNBTS Analisis pendapatan:


kontribusi kegiatan TNBTS covering biaya
wisata dalam 2. Biaya konservasi konservasi
memenuhi TNBTS
pelestarian TNBTS

Mengidentifikasi 1. Aktor Primer Key person Analisis stakeholder


peran stakeholder 2. Peran dan stakeholder (aktor grid) dan
kegiatan wisata 3. Tingkat pengaruh sekunder analisis deskriptif
Gunung dan kepentingan kualitatif
Pananjakan 1

4.4.1 Definisi Konseptual

1. Penerimaan wisata adalah penerimaan yang diterima oleh pemilik usaha dan
tenaga kerja dari kegiatan wisata. Penerimaan wisata pemilik usaha berasal
dari pengeluaran wisata pengunjung, seperti pembelian makanan dan
cinderamata, penyewaan jaket, serta penggunaan jasa angkutan jeep dan ojeg.
Adapun penerimaan wisata tenaga kerja berasal dari upah rutin dari pemilik
usaha serta uang tip pengunjung yang menggunakan toilet umum dan jasa
memandu wisata.
2. Pengeluaran wisata adalah biaya yang dikeluarkan pemilik usaha untuk
memenuhi kebutuhan barang dan jasa wisata. Pengeluaran wisata yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya tidak tetap yang dikeluarkan oleh
pemilik usaha saat usahanya beroperasi seperti biaya bahan baku, tenaga kerja,
transportasi, gas, listrik, retribusi, kebersihan, dan keamanan.
26

3. Pendapatan wisata adalah selisih antara penerimaan wisata dan pengeluaran


wisata. Pendapatan wisata yang dihitung berasal dari pendapatan wisata
responden pelaku usaha ditambah dengan pendapatan wisata anggota keluarga
dalam satu rumah tangga.
4. Pendapatan non wisata adalah selisih penerimaan dan pengeluaran usaha di
luar kegiatan wisata, yaitu pertanian, pegawai negeri sipil, pedagang, pengepul,
dan guru honorer. Pendapatan wisata pada penelitian ini nilainya sama dengan
penerimaan bersih non wisata.
5. Pendapatan total adalah penjumlahan antara pendapatan wisata dan
pendapatan non wisata.
6. Pengeluaran rumah tangga adalah biaya yang dikeluarkan anggota rumah
tangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Komponen pengeluaran rumah
tangga yaitu biaya listrik, gas, pangan, transportasi, pendidikan, kesehatan, air,
pajak bumi dan bangunan (PBB), serta pajak kendaraan. Adapun biaya pangan
dan transportasi selama melakukan usaha wisata di Gunung Pananjakan 1
termasuk ke dalam perhitungan pengeluaran rumah tangga.
7. Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) wisata adalah salah satu komponen
PNBP yang berasal dari kegiatan wisata, yaitu pungutan masuk pengunjung
dan kendaraan.
8. Biaya konservasi adalah biaya yang dikeluarkan pengelola kawasan untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan konservasi langsung seperti pemulihan
kawasan hutan terdegradasi, peningkatan populasi terancam punah, penurunan
jumlah hotspot, dan lain-lain.
9. Volunteer resmi adalah tenaga pembantu yang bekerja untuk mendukung
kegiatan konservasi di dalam kawasan dan sudah mendapatkan gaji tetap dari
pihak pengelola. Volunteer resmi berperan dalam mendistribusikan tiket,
menjaga keamanan, menjaga kebersihan kawasan, sarana, dan prasarana
pendukung wisata.
10. Volunteer non resmi adalah relawan dari masyarakat sekitar kawasan yang
bertugas untuk menjaga keamanan serta kebersihan kawasan, sarana, dan
prasarana pendukung wisata, namun belum mendapatkan gaji tetap dari pihak
pengelola.
27

4.4.2 Analisis Pendapatan

Manfaat ekonomi langsung (tangible) dari kegiatan wisata alam dapat


dirasakan oleh masyarakat sekitar dalam bentuk penerimaan wisata. Estimasi nilai
manfaat ekonomi dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan. Analisis
pendapatan dilakukan untuk mengetahui share pendapatan wisata terhadap
pendapatan total pelaku usaha, covering pendapatan wisata terhadap pengeluaran
RT pelaku usaha, dan covering biaya konservasi TNBTS.
Soekartawi (2006) mengemukakan pendapatan merupakan selisih antara
penerimaan dan biaya sebagaimana ditunjukkan oleh persamaan berikut.
………………………………………………………………........(1)
Keterangan:
π = Pendapatan (Rp/bulan) TC = Total biaya (Rp/bulan)
TR = Total penerimaan (Rp/bulan)

Pendapatan pelaku usaha di Gunung Pananjakan 1 terdiri atas dua macam,


yaitu pendapatan wisata dan pendapatan non wisata. Pendapatan wisata
merupakan selisih antara penerimaan wisata dan biaya usaha wisata yang
dikeluarkan oleh pelaku usaha. Biaya usaha wisata merupakan biaya operasional
yang dikeluarkan selama usaha berlangsung, antara lain biaya bahan baku, tenaga
kerja, kebersihan, retribusi, keamanan, bensin, listrik, dan gas. Adapun
pendapatan non wisata merupakan pendapatan yang diterima pelaku usaha diluar
kegiatan wisata, misalnya pendapatan yang diperoleh dari pertanian. Selanjutnya,
pendapatan wisata dan pendapatan non wisata diakumulasikan untuk memperoleh
pendapatan total rumah tangga pelaku usaha sebagaimana ditunjukkan oleh
persamaan berikut.
………………………..…………………………………........(2)
Keterangan:
= Pendapatan total rumah tangga (Rp/bulan)
= Pendapatan wisata (Rp/bulan)
= Pendapatan non wisata (Rp/bulan)

4.4.2.1 Share Pendapatan Wisata Terhadap Pendapatan Total

Share pendapatan wisata terhadap pendapatan total rumah tangga pelaku


usaha dapat dihitung menggunakan persamaan berikut (Sundari et al. 2012).
28



..........................................................................................(3)

Keterangan :
Kp = Kontribusi pendapatan wisata Pk = Pendapatan wisata tunai
Prt = Pendapatan keluarga pelaku usaha n = Jumlah sampel penelitian

Persamaan tersebut digunakan untuk menghitung kontribusi pendapatan


wisata dari seluruh pelaku usaha yang menjadi sampel. Penelitian ini menghitung
kontribusi pendapatan wisata dengan mengkategorikannya berdasarkan jenis
usaha dan curahan waktu kegiatan wisata. Persamaan kontribusi pendapatan
wisata tersebut kemudian disesuaikan dengan tujuan penelitian, sehingga
diperoleh formula sebagai berikut.
....................................................................................................(4)

Keterangan :
S = Share pendapatan wisata terhadap pendapatan total (%)
= pendapatan wisata (Rp/bulan)
= pendapatan total rumah tangga (Rp/bulan)

Nilai persentase share pendapatan wisata terhadap pendapatan total rumah


tangga pelaku usaha dapat diartikan sebagai berikut (Sundari et al. 2012).
1. Kategori sangat rendah, yaitu jika persentase share pendapatan wisata <25%
pendapatan rumah tangga pelaku wisata.
2. Kategori rendah, yaitu jika persentase share pendapatan wisata 25%-49%
pendapatan rumah tangga pelaku wisata.
3. Kategori tinggi, yaitu jika persentase share pendapatan wisata 50%-75%
pendapatan rumah tangga pelaku wisata.
4. Kategori sangat tinggi, yaitu jika persentase share pendapatan wisata >75%
pendapatan rumah tangga pelaku wisata.

4.4.2.2 Covering Pengeluaran Rumah Tangga

Manfaat ekonomi wisata alam selanjutnya dapat digunakan untuk


memenuhi kebutuhan rumah tangga pemilik usaha dan tenaga kerja. Covering
terhadap pengeluaran rumah tangga pemilik usaha dan tenaga kerja dapat dilihat
dari persamaan berikut.
....................................................................................................(5)
29

Keterangan:
I = Covering pengeluaran RT (%) B = Pengeluaran RT (Rp/bulan)
= Pendapatan wisata (Rp/bulan)
Nilai persentase covering pendapatan wisata terhadap pengeluaran rumah
tangga pelaku usaha dapat diartikan sebagai berikut.
1. Kategori sangat rendah, yaitu jika persentase covering pengeluaran RT <25%.
2. Kategori rendah, yaitu jika persentase covering pengeluaran RT 25%-49% .
3. Kategori tinggi, yaitu jika persentase covering pengeluaran RT 50%-75% .
4. Kategori sangat tinggi, yaitu jika persentase covering pengeluaran RT >75%.

4.4.3 Covering Biaya Konservasi

Manfaat kegiatan wisata juga dirasakan oleh TNBTS, yaitu berupa


penerimaan dari tiket masuk kawasan. Penerimaan ini menjadi sumber
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang cukup tinggi bagi TNBTS.
Kontribusi kegiatan wisata alam dalam memenuhi kebutuhan konservasi TNBTS
dapat diestimasi melalui covering biaya konservasi yang ditunjukkan oleh
persamaan berikut.

....................................................................................................(6)

Keterangan:
Q = Covering biaya konservasi TNBTS (%) C = Biaya konservasi (Rp/tahun)
P = Penerimaan BBTNBTS (Rp/tahun)
Nilai persentase covering biaya konservasi dapat diartikan sebagai berikut.
1. Kategori sangat rendah, yaitu jika persentase covering biaya konservasi
<25%.
2. Kategori rendah, yaitu jika persentase covering biaya konservasi 25%-49% .
3. Kategori tinggi, yaitu jika persentase covering biaya konservasi 50%-75% .
4. Kategori sangat tinggi, yaitu jika persentase covering biaya konservasi >75%.

4.4.4 Analisis Stakeholder

Analisis stakeholder adalah analisis yang dilakukan untuk


mengidentifikasi dan memetakan stakeholder berdasarkan tingkat kepentingan
dan pengaruhnya dalam suatu sistem (Mumtas dan Wichien 2013). Tujuan akhir
dari analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui aktor
30

dan perannya dalam kegiatan wisata alam Gunung Pananjakan 1. Tahapan yang
dilakukan dalam menganalisis stakeholder yaitu: (1) mengidentifikasi aktor dan
peran stakeholder yang terlibat, dan (2) mengklasifikasikan stakeholder
berdasarkan kepentingan dan pengaruh.
Stakeholder dipetakan dalam matriks berdasarkan kepentingan dan
pengaruh masing-masing sesuai panduan penilaian. Jumlah nilai yang didapatkan
oleh masing-masing stakeholder adalah 25 poin untuk besarnya kepentingan dan
nilai 25 poin untuk besarnya pengaruh. Penilaian tingkat kepentingan stakeholder
ditunjukkan pada Tabel 4 dan penilaian tingkat pengaruh stakeholder ditunjukkan
oleh Tabel 5. Selanjutnya, skor dari masing-masing kepentingan dan pengaruh
dijumlahkan dan dicari nilai tengahnya. Setelah hasil dari matriks tersebut
diketahui, maka pengaruh dan kepentingan stakeholder diplotkan dalam aktor grid
yang ditunjukkan oleh Gambar 3.
Tinggi

Subject Players
Kepentingan

(Kuadran I) (Kuadran II)

Bystanders Actors
(Kuadran III) (Kuadran IV)

Rendah Tinggi
Pengaruh
Sumber: Reed et. al (2009)
Gambar 3 Aktor grid

Keterangan mengenai Gambar 3 adalah sebagai berikut.


1. Kuadran I (Subject) merupakan stakeholder yang memiliki kepentingan tinggi
namun pengaruhnya rendah dalam kegiatan wisata alam.
2. Kuadran II (Players) merupakan stakeholder yang memiliki kepentingan dan
pengaruh tinggi dalam kegiatan wisata alam.
3. Kuadran III (Bystanders) merupakan stakeholder yang memiliki kepentingan
dan pengaruh yang rendah dalam kegiatan wisata alam.
4. Kuadran IV (Actors) merupakan stakeholder yang memiliki pengaruh tinggi
namun kepentingannya rendah dalam kegiatan wisata alam.
31

Tabel 4 Penilaian tingkat kepentingan


No Variabel Unsur Indikator Skor
1 Keterlibatan a. Perencanaan wisata a. Terlibat seluruh kegiatan 5
stakeholder b. Pengorganisasian wisata b. Terlibat 3 kegiatan 4
dalam kegiatan c. Pelaksanaan wisata c. Terlibat 2 kegiatan 3
wisata d. Pengawasan/ evaluasi wisata d. Terlibat 1 kegiatan 2
e. Tidak terlibat 1

2 Manfaat a. Sumber penerimaan a. Mendapat seluruh 5


kegiatan wisata manfaat
bagi b. Menciptakan lapangan kerja b. Mendapat 3 manfaat 4
stakeholder c. Membuka akses c. Mendapat 2 manfaat 3
d. Mendorong pembangunan d. Mendapat 1 manfaat 2
daerah
e. Tidak mendapat manfaat 1

3 Kewenangan a. Perlindungan dan a. Terlibat seluruh kegiatan 5


stakeholder pengamatan objek wisata
dalam kegiatan b. Pembangunan sarana dan b. Terlibat 3 kegiatan 4
wisata prasarana
c. Memberikan layanan c. Terlibat 2 kegiatan 3
perizinan
d. Penyediaan data/ informasi d. Terlibat 1 kegiatan 2
e. Tidak terlibat 1

4 Prioritas a. Sangat prioritas a. Sangat menjadi prioritas 5


stakeholder (fokus dalam seluruh
kegiatan wisata kegiatan wisata)
b. Prioritas b. Prioritas (jika mencapai 4
80%)
c. Cukup prioritas c. Cukup (jika mencapai 3
60%)
d. Kurang Prioritas d. Kurang (jika mencapai 2
40%)
e. Tidak ada prioritas e. Tidak menjadi prioritas 1
(jika kurang dari 20%)

5 Ketergantungan a. Sangat tinggi a. 81% - 100% wisata 5


stakeholder sebagai sumber
pada kegiatan pendapatan stakeholder
wisata b. Tinggi b. 61% - 80% wisata 4
sebagai sumber
pendapatan stakeholder
c. Sedang c. 41% - 60% wisata 3
sebagai sumber
pendapatan stakeholder
d. Rendah d. 21% - 40% wisata 2
sebagai sumber
pendapatan stakeholder
e. Sangat rendah e. ≤20% wisata sebagai 1
sumber pendapatan
stakeholder
32

Tabel 5 Penilaian tingkat pengaruh


No Variabel Unsur Indikator Skor
1 Peran dan a. Pemberian gaji/ upah a. Berperan dalam semua 5
partisipasi (kontribusi dana) unsur
stakeholder b. Penyediaan lahan b. Berperan dalam 3 unsur 4
dalam kegiatan c. pemberian bantuan/ c. Berperan dalam 2 unsur 3
wisata kegiatan (kontribusi SDM)
d. Pemberian penghargaan d. Berperan dalam 1 unsur 2
e. Tidak berperan 1

2 Kekuatan a. Mengadakan forum untuk a. Jika mampu melakukan 5


stakeholder membahas (opini/pendapat) interaksi dalam 4 kegiatan
dalam interaksi kegiatan wisata
terkait b. Mengadakan kerjasama b. Melakukan interaksi 4
kegiatan kegiatan wisata dalam 3 kegiatan
wisata c. Promosi wisata alam c. Melakukan interaksi 3
dalam 2 kegiatan
d. Mengubah aturan d. Melakukan interaksi 2
pengelolaan wisata alam dalam1 kegiatan
e. Tidak melakukan interaksi 1
dalam kegiatan

3 Kontrol dan a. Memberikan sanksi a. Jika dapat memberikan 5


pengawasan administrasi semua sanksi
stakeholder b. Memberikan sanksi finansial a. Memberikan 3 sanksi 4
dalam b. Memberikan sanksi moral c. Memberikan 2 sanksi 3
kegiatan d. Memberikan sanksi hukum c. Memberikan 1 sanksi 2
wisata d. Tidak dapat memberikan 1
sanksi

4 Kekuatan a. Karisma stakeholder a. Jika mempunyai semua 5


kepribadian kekuatan kepribadian
stakeholder b. Kekuatan fisik b. Mempunyai 3 kekuatan 4
terkait kegiatan kepribadian
wisata c. Kecerdasan mental/ spiritual c. Mempunyai 2 kekuatan 3
kepribadian
d. Kekayaan d. Mempunyai 1 kekuatan 2
kepribadian

5 Kapasitas/ a. Anggaran mencukupi a. Jika semua sumberdaya 5


kondisi sesuai kapasitasnya
sumberdaya b. SDM sesuai dengan bidang b. Terdapat 3 sumberdaya 4
yang keahlian yang sesuai kapasitasnya
disediakan c. Fasilitas yang disediakan c. Terdapat 2 sumberdaya 3
stakeholder mencukupi yang sesuai kapasitasnya
dalam kegiatan d. Tersedia informasi yang d. Terdapat 1 sumberdaya 2
wisata akurat yang sesuai kapasitasnya
e. Tidak terdapat sumberdaya 1
yang sesuai kapasitasnya
33

Setelah melakukan tahapan analisis stakeholder di atas, dapat diketahui


stakeholder mana saja yang memiliki peran berdasarkan tingkat kepentingan dan
pengaruh dalam kegiatan wisata di Gunung Pananjakan 1.

4.4.5 Analisis Deskriptif Kualitatif

Mukhtar (2013) memaparkan analisis deskriptif kualitatif merupakan


metode penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai
subjek penelitian dan perilaku subjek penelitian pada suatu periode tertentu.
Analisis deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai
kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di
masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke
permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang
kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu (Bungin 2011). Metode ini digunakan
untuk menjawab tujuan dalam penelitian ini, terutama penjelasan mengenai
analisis stakeholder.
34
35

V GAMBARAN UMUM

5.1 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Berdasarkan Pernyataan Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/82 tanggal


14 Oktober 1982, kawasan Bromo Tengger Semeru, komplek Pegunungan
Tengger dan Jambangan atau Semeru ditetapkan sebagai kawasan taman nasional.
Sebelum ditetapkan sebagai taman nasional, kawasan seluas 58,000 ha terdiri dari
Cagar Alam Laut pasir (5,247.53 ha), Cagar Alam Ranu Kumbolo (1,403 ha),
Taman Wisata Laut Pasir Tengger (2.67 ha), Taman Wisata Ranu Pane dan Ranu
Regulo (96 ha), Taman Wisata Darungan (380 ha), hutan lindung dan hutan
produksi terbatas (43,210 ha). Selanjutnya, pada tahun 1997 luas Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru (TNBTS) mengalami perubahan berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan No. 278/Kpts-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 menjadi 50,276.3
ha, terdiri dari daratan seluas 50,266.05 ha dan perairan (danau) seluas 10.25 ha.
Secara administratif, kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
(TNBTS) berada di Provinsi Jawa Timur. TNBTS ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Kehutanan No.178/Menhut-II/2005 tanggal 29 Juni 2005 seluas
50,276.20 ha yang meliputi wilayah 4 kabupaten, yaitu Kabupaten Probolinggo
(3,600.37 ha), Pasuruan (4,642.52 ha), Malang (18,692.96 ha), dan Lumajang
(23,340.35 ha). Letak kawasan secara astronomis terletak pada 7o54’-8o55’13” LS
dan 112o51’-113o04’ BT dengan batas kawasan TNBTS sebagai berikut:
1. Barat : Kabupaten Malang yaitu Kecamatan Wajak, Tirtoyudo, Tumpang,
Poncokusumo, dan Jabung.
2. Timur : Kabupaten Lumajang yaitu Kecamatan Gucialit dan Kecamatan
Senduro, serta Kabupaten Probolinggo yaitu Kecamatan Sumber.
3. Utara : Kabupaten Probolinggo yaitu Kecamatan Lumbang dan Sukapura,
serta Kabupaten Pasuruan yaitu Kecamatan Tutur, Tosari,
Lumbang, dan Puspo
4. Selatan : Kabupaten Malang yaitu Kecamatan Ampelgading dan Tirtoyudo,
serta Kabupaten Lumajang yaitu Kecamatan Pronojiwo dan
Candipuro.
36

Aksesibilitas menuju kawasan TNBTS dapat ditempuh melalui empat


pintu masuk utama. Rute dan sarana angkutan menuju Gunung Bromo sebagai
objek wisata utama TNBTS disampaikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Jalan masuk dan perhubungan menuju Gunung Bromo TNBTS
No Rute Jarak Sarana Keadaan/ Waktu Keterangan
(Km) angkutan kondisi jalan tempuh
(menit)
1 Surabaya – Malang 89 Umum Aspal 90 Bis/taksi
Malang – Tumpang 18 Umum Aspal 30 Taksi
Tumpang – 12 Umum Aspal 30 Jeep/taksi
Gubugklakah
Gubugklakah – Ngadas 16 Sewa Aspal/cor 40 Jeep
Ngadas – Jemplang 1 Sewa Beton/cor 10 Jeep
Jemplang – Bromo 10 Sewa Tanah/pasir 60 Jeep/kuda

2 Surabaya – Pasuruan 40 Umum Aspal/baik 45 Bis/taksi


Pasuruan – Warungdowo 4 Umum Aspal/baik 15 Bis/taksi
Warungdowo – Tosari 36 Umum Aspal/baik 60 Taksi
Tosari – Wonokitri 3 Sewa Aspal/baik 15 Jeep/taksi
Wonokitri – Dingklik 6 Sewa Aspal/baik 25 Jeep
Dingklik – Pananjakan 4 Sewa Aspal/baik 20 Jeep
Dingklik - Laut Pasir 3 Sewa Aspal/baik 20 Jeep
Laut Pasir – Bromo 4 Sewa Pasir 20-60 Kuda/jeep

3 Surabaya - Probolinggo 100 Umum Aspal/baik 120 Bis/taksi


(Tongas)
Tongas – Sukapura 16 Umum Aspal/baik 30 Bis/taksi
Sukapura – 27 Umum Aspal/baik 60 Bis/taksi
Cemorolawang
Cemorolawang – Bromo 2.5 Sewa Batu/pasir 40 Kuda
Sumber: BBTNBTS (2014)

Berdasarkan Tabel 6, kondisi jalan masuk kawasan, khususnya Gunung


Bromo, sebagian sudah bagus dan mudah dilewati, namun sebagian lain
kondisinya belum mendukung, yakni berupa tanah yang cukup sulit dilewati.
Sarana transportasi di pintu-pintu masuk sudah mulai memadai dan angkutan
umum sudah banyak tersedia, misalnya di Probolinggo. Namun, di sebagian pintu
masuk seperti di Malang sarana dan prasarana transportasi belum memadai
sehingga pengunjung harus menyewa kendaraan khusus, yaitu mobil jeep.
Sebagai kawasan konservasi, TNBTS menjadikan kegiatan wisata sebagai
sumber penerimaan utama dalam memenuhi target pendapatan. Kegiatan wisata
yang dilakukan berupa kegiatan wisata massal yang tergolong ke dalam kegiatan
37

wisata alam. Kegiatan wisata alam tersebut dilaksanakan pada zona pemanfaatan,
salah satunya Gunung Pananjakan 1 yang berada di Resort Pengelolaan Taman
Nasional Gunung Pananjakan. Besarnya tarif untuk memasuki kawasan
ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 7 Tarif tiket masuk kawasan TNBTS
Hari kerja (senin-jumat) Hari libur (sabtu-minggu)
No Jenis tiket masuk
Biaya (Rp) Satuan Biaya (Rp) Satuan
1 Wisatawan nusantara 27,500.00 Orang/hari 32,500.00 Orang/hari

2 Wisatawan mancanegara 217,500.00 Orang/hari 317,500.00 Orang/hari

3 Kendaraan roda dua 5,000.00 Unit 5,000.00 Unit

4 Kendaraan roda empat 10,000.00 Unit 10,000.00 Unit

5 Sepeda 2,000.00 Unit 2,000.00 Unit


Sumber: Data primer (2016)

5.2 Resort Pengelolaan Taman Nasional Gunung Pananjakan

Resort Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Gunung Pananjakan


merupakan salah satu Resort yang berada dibawah tanggung jawab Seksi
Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I dan berada pada wilayah administratif
Kabupaten Pasuruan. Luas kawasan Gunung Pananjakan adalah 3,150.54 ha
dengan empat spot wisata utama, yaitu Gunung Pananjakan 1, Bukit Setia atau
Bukit Kingkong, Bukit Cinta, dan Simpang Dingklik. Kawasan ini berada pada
zona rimba, pemanfaatan intensif, dan rehabilitasi, serta memiliki sepuluh desa
penyangga yang tersebar pada empat kecamatan. Penelitian hanya dilaksanakan di
Gunung Pananjakan 1 sebagai spot utama dalam atraksi wisata di Gunung
Pananjakan. Atraksi wisata di Gunung Pananjakan 1 berupa pemandangan
matahari terbit dengan latar belakang Kaldera Tengger dan Puncak Gunung
Semeru sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.

(a) Matahari terbit di Gunung Pananjakan (b) Pemandangan dari Gunung Pananjakan
Sumber: Data primer (2016)
Gambar 4 Atraksi wisata Gunung Pananjakan
38

Aksesibiltas menuju Gunung Pananjakan dapat ditempuh melalui 3 pintu


masuk utama sebagaimana telah disampaikan pada Tabel 6. Namun, aksesibilitas
paling cepat dapat ditempuh melalui pintu utama dari arah Pasuruan-
Warungdowo-Tosari-Wonokitri-Dingklik-Pananjakan yang berjarak 53 km,
dengan lama perjalanan 1.45 jam. Perjalanan menuju Gunung Pananjakan dapat
ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi sampai pos 1 (berada di Desa
Wonokitri) dan selanjutnya diganti dengan kendaraan jeep menuju Gunung
Pananjakan. Kondisi medan yang berat dan dalam rangka pemberdayaan
masyarakat sekitar, maka angkutan pengunjung dari pos 1 menuju Gunung
Pananjakan harus menggunakan angkutan wisata berupa jeep yang dikelola oleh
masyarakat (BBTNBTS 2013).

(a) Pos pelayanan tiket (b) Mushalla BSM (c) Pos informasi

(d) Tribun view point (e) Toilet (f) Kantor RPTN

Sumber: Data primer (2016)


Gambar 5 Sarana dan prasarana RPTN Gunung Pananjakan

Gambar 5 menunjukkan sarana dan prasarana di RPTN Gunung


Pananjakan. Berdasarkan blok kawasan, RPTN Gunung Pananjakan memiliki
sarana dan prasarana sebagai berikut.
1. Blok Pananjakan Bawah (BSM), terdiri atas parkiran, gazebo, mushalla, toilet,
tempat wudhu, pos portal, gapura BSM, dan tempat sampah. Kondisi sarana
dan prasarana di blok ini masih baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan
staf RPTN Gunung Pananjakan, sarana dan prasarana di blok ini merupakan
hasil kerjasama dengan Bank Syariah Mandiri (BSM) sehingga untuk biaya
operasional ditanggung oleh pihak BSM.
39

2. Blok Pananjakan (warung), terdiri atas tempat parkir, mushalla, pos jaga,
portal, tempat sampah, dan toilet. Pos jaga dan portal berada dalam kondisi
baik, sedangkan sisanya mengalami kerusakan dan tidak digunakan lagi.
3. Blok Pananjakan View Point, terdiri atas tribun, gazebo, shelter, pos saar,
tower repiter, toilet, gapura, dan tempat sampah. Kondisi sarana dan prasarana
yang mengalami kerusakan adalah tribun sehingga tidak dapat digunakan
untuk duduk dan dapat mengganggu kenyamanan pengunjung.
4. Blok Wonokitri, terdiri atas pondok kerja, pos informasi, toilet, pos
masyarakat peduli api (MPA), dan gapura. Sarana dan prasarana berada pada
kondisi baik. Blok ini digunakan sebagai pos distribusi tiket masuk dan tempat
tinggal bagi volunteer yang berasal dari luar Desa Wonokitri.
5. Blok Dingklik, terdiri atas pos jaga, gapura, shelter, papan rute wisata,
petunjuk arah, grafik atau papan vandalisme, dan tempat sampah. Sarana dan
prasarana yang berada dalam kondisi baik hanya gapura. Kerusakan sarana
dan prasarana pendukung wisata ini membuat informasi wisata tidak
tersampaikan dengan baik dan kenyamanan pengunjung cukup terganggu.
6. Blok Pakis Bincil, hanya terdapat tempat sampah dan gapura. Kedua sarana
dan prasarana tersebut mengalami kerusakan dan tidak dapat digunakan lagi.
7. Blok Nongkojajar, hanya ada pondok kerja. Berdasarkan hasil wawancara
dengan staf RPTN Gunung Pananjakan, pondok kerja tersebut baru selesai
direnovasi pada tahun 2015 dan saat ini belum digunakan untuk mendukung
aktivitas wisata maupun konservasi.
Pengelolaan RPTN Gunung Pananjakan dilakukan oleh 5 orang Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan 2 orang tenaga upah. Keterbatasan SDM ini kemudian
dibantu oleh volunteer yang berasal dari masyarakat sekitar. Saat ini, volunteer
berjumlah 18 orang. Berdasarkan tugasnya, volunteer di RPTN Gunung
Pananjakan terdiri atas 5 orang tenaga pendukung retribusi tiket, 2 tenaga upah
yang bertugas di bidang keamanan dan kebersihan kawasan, 2 orang volunteer
yang menjaga mushalla BSM, dan 9 orang relawan yang bertugas di bidang
kebersihan dan pelayanan pengunjung.
40

5.3 Profil Desa Wonokitri

Desa Wonokitri merupakan desa yang berbatasan langsung dengan pintu


masuk kawasan TNBTS dari arah Kabupaten Pasuruan. Luas wilayah desa ini
adalah 1,120.29 ha dengan batas wilayah desa, yaitu: (1) sebelah utara berbatasan
dengan Desa Sedaeng, (2) sebelah timur berbatasan dengan Desa Keduwung, (3)
sebelah selatan berbatasan dengan Desa Podokoyo, dan (4) sebelah barat
berbatasan dengan Desa Tosari. Desa Wonokitri terbagi menjadi 2 dusun, yaitu
Dusun Wonokitri yang terdiri dari 3 RW (Rukun Warga) dan 16 RT (Rukun
Tetangga), serta Dusun Sanggar yang terdiri dari 2 RW dan 10 RT. Desa
Wonokitri berada pada wilayah Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa
Timur.
Penduduk Desa Wonokitri berjumlah 2,967 jiwa, terdiri dari 680 kepala
keluarga dengan proporsi 1,447 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 1,520 jiwa
berjenis kelamin perempuan. Mata pencaharian penduduk antara lain menjadi
petani, pelaku wisata, buruh tani, dan pedagang. Penduduk yang terlibat sebagai
pelaku wisata berperan sebagai pemilik dan tenaga kerja di warung atau kios
barang kebutuhan wisata, pengemudi angkutan jeep, ojeg, pemandu wisata, dan
volunteer.

5.4 Karakteristik Responden

Karakteristik responden manfaat ekonomi diklasifikasikan berdasarkan


jenis kelamin, usia, status pernikahan, status kependudukan, lama tinggal,
pendidikan terakhir, jumlah tanggungan keluarga, jenis pekerjaan utama, dan jenis
pekerjaan sampingan. Adapun karakteristik responden analisis stakeholder
diklasifikasikan berdasarkan jabatannya dalam stakeholder.

5.4.1 Karakteristik Responden Pelaku Usaha

Responden untuk mengestimasi manfaat ekonomi berasal dari pelaku


usaha, yaitu pemilik dan tenaga kerja usaha jasa wisata. Jumlah responden pelaku
usaha adalah 66 orang, terdiri dari 38 orang pemilik usaha dan 28 orang tenaga
kerja. Karakteristik responden pelaku usaha ditunjukkan pada Tabel 8.
41

Tabel 8 Karakteristik responden pemilik usaha dan tenaga kerja di Gunung


Pananjakan 1
Karakteristik Pemilik usaha Tenaga kerja
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(orang) (%) (orang) (%)
1. Jenis Kelamin
a. Laki-laki 33 86.84 25 89.29
b. Perempuan 5 13.16 3 10.71
Jumlah 38 100.00 28 100.00
2. Usia
a. <21 1 2.63 3 10.71
b. 21-30 9 23.68 12 42.86
c. 31-40 13 34.21 9 32.14
d. 41-50 10 26.32 4 14.29
e. >50 5 13.16 0 0
Jumlah 38 100.00 28 100.00
3. Status Pernikahan
a. Menikah 36 94.74 24 85.71
b. Belum Menikah 2 5.26 4 14.29
Jumlah 38 100.00 28 100.00
4. Pendidikan Terakhir
a. Tidak tamat SD/ sederajat 2 5.26 3 10.71
b. SD/ sederajat 16 42.11 10 35.71
c. SMP/ sederajat 18 47.37 6 21.43
d. SMA/ sederajat 2 5.26 8 28.57
e. Sarjana 0 0 1 3.57
Jumlah 38 100.00 28 100.00
5. Tanggungan keluarga
a. 2 orang 3 7.89 0 0
b. 3 orang 10 26.32 5 17.86
c. 4 orang 8 21.05 13 46.43
d. 5 orang 9 23.68 7 25.00
e. 6 orang 8 21.05 3 10.71
Jumlah 38 100.00 28 100.00
6. Jenis Pekerjaan Utama
a. Wiraswasta 3 7.89 3 10.71
b. Volunteer 0 0.00 3 10.71
c. Petani 35 92.11 15 53.57
d. Lainnya 0 0 7 25.00
Jumlah 38 100.00 28 100.00
7. Pekerjaan Sampingan
a. Ada 37 97.37 23 82.14
b. Tidak Ada 1 2.63 5 17.86
Jumlah 38 100.00 28 100.00
Sumber: Data primer (2016)

Tabel 8 menunjukkan karakteristik pemilik usaha dan tenaga kerja jasa


wisata alam di Gunung Pananjakan 1. Pemilik usaha dan tenaga kerja didominasi
oleh masyarakat berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan hasil wawancara,
rendahnya partisipasi perempuan dalam kegiatan wisata terjadi karena perempuan
memiliki tugas untuk mengurus keperluan rumah tangga dan pertanian keluarga.
Responden pemilik usaha didominasi oleh pemilik usaha berusia antara 31-40
42

tahun karena berdasarkan hasil wawancara pada rentang usia ini masyarakat sudah
cukup mapan sehingga mampu memiliki usaha sendiri. Tenaga kerja didominasi
oleh tenaga kerja berusia antara 21-30 tahun karena pada rentang usia ini
masyarakat baru mulai produktif untuk bekerja sehingga banyak masyarakat yang
masih bekerja pada orang lain.
Responden pemilik usaha yang sudah menikah sebanyak 94.74% dengan
jumlah tanggungan keluarga paling tinggi hanya tiga orang saja, sedangkan tenaga
kerja yang sudah menikah sebanyak 85.71% dengan jumlah tanggungan keluarga
paling tinggi sebanyak empat orang. Berdasarkan hasil wawancara, rendahnya
jumlah tanggungan keluarga diakibatkan oleh adat istiadat yang dianut oleh
Masyarakat Tengger selaku masyarakat sekitar kawasan TNBTS yang membatasi
jumlah keluarga dalam satu rumah maksimal dua keluarga sehingga banyak anak
yang sudah menikah memiliki rumah tangga sendiri. Tingkat pendidikan
responden pelaku usaha cenderung rendah karena sebagian besar responden hanya
lulusan SD dan SMP. Mayoritas responden pelaku usaha memiliki pekerjaan
utama di bidang pertanian, baik yang bekerja di ladang sendiri maupun bekerja di
ladang orang lain (sebagai buruh tani), sedangkan pekerjaan di bidang wisata
dijadikan sebagai pekerjaan sampingan.

5.4.2 Karakteristik Responden Stakeholder Wisata

Key person stakeholder wisata di Gunung Pananjakan 1 berjumlah delapan


orang. Karakteristik responden dilihat dari jabatan pada stakeholder. Key person
tersebut merupakan pimpinan sebuah lembaga, pimpinan masyarakat, atau orang
yang dipandang lebih tahu tentang situasi dan kondisi penelitian (Mukhtar 2013).
Key person dalam penelitian ini merupakan orang-orang yang mengetahui situasi
dan kondisi kegiatan wisata alam Gunung Pananjakan 1 sehingga mampu
memberikan penjelasan terkait pengaruh dan kepentingan stakeholder kegiatan
wisata alam di Gunung Pananjakan 1. Karakteristik key person stakeholder
ditunjukkan pada Tabel 9.
43

Tabel 9 Karakteristik key person stakeholder wisata alam Gunung Pananjakan 1


No Stakeholder Jumlah (orang) Jabatan
1 Balai Besar Taman Nasional Bromo 1 Staf seksi pemanfaatan
Tengger Semeru dan pelayanan
2 Resort Pengelolaan Taman Nasional 1 Staf RPTN Gunung
Bromo Tengger Semeru Pananjakan
3 Desa Wonokitri 1 Kepala desa
4 Local Working Group Bromo Tengger 1 Ketua
Sejahtera
5 Paguyuban jeep 1 Sekretaris
6 Paguyuban ojeg 1 Ketua
7 Paguyuban pedagang kaki lima 1 Ketua
8 Volunteer 1 Volunteer resmi
Sumber: Data primer (2016)

Pemilihan key person menggunakan teknik snowball sampling dengan key


person pertama adalah Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
(BBTNBTS) selaku pengelola kawasan. Selanjutnya, BBTNBTS
merekomendasikan key person kedua dan ketiga, yaitu Resort Pengelolaan Taman
Nasional (RPTN) Gunung Pananjakan dan Local Working Group (LWG) Bromo
Tengger Sejahtera. RPTN Gunung Pananjakan merekomendasikan volunteer,
sedangkan LWG Bromo Tengger Sejahtera merekomendasikan paguyuban usaha
jasa wisata di Gunung Pananjakan 1.
44
45

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Estimasi Nilai Manfaat Ekonomi Wisata Alam Gunung Pananjakan 1

Gunung Pananjakan 1 merupakan salah satu spot destinasi wisata alam


dari 4 spot yang ada di Gunung Pananjakan TNBTS. Waktu yang tepat untuk
menikmati pemandangan sunrise (matahari terbit) di Gunung Pananjakan 1 adalah
pukul 03.30-05.30 WIB, sehingga menjadikan Gunung Pananjakan 1 menjadi spot
pertama yang dikunjungi oleh pengunjung dari semua pintu masuk kawasan
TNBTS. Tingginya jumlah kunjungan setiap hari tentunya menjadi kesempatan
bagi masyarakat sekitar untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan
wisata.
Masyarakat yang ikut berpartisipasi adalah masyarakat desa penyangga
TNBTS, salah satunya adalah masyarakat Desa Wonokitri. Keterlibatan
masyarakat sekitar dalam kegiatan wisata berupa penyediaan barang dan jasa
kebutuhan penunjang wisata seperti makanan, cinderamata, jasa penyewaan jaket,
jasa angkutan transportasi, dan jasa pemandu wisata. Keterlibatan tersebut
memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar selaku pelaku usaha, baik
sebagai pemilik usaha maupun tenaga kerja. Manfaat kegiatan wisata bagi
masyarakat sekitar dapat diestimasi melalui share pendapatan wisata terhadap
total pendapatan masyarakat dan covering pendapatan wisata terhadap
pengeluaran rumah tangga masyarakat.

6.1.1 Share Pendapatan Wisata Terhadap Total Pendapatan Masyarakat

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, pelaku usaha di Gunung


Pananjakan 1 didominasi oleh masyarakat dari Desa Wonokitri. Masyarakat
menawarkan barang dan jasa wisata kepada pengunjung yang datang setiap hari.
Pelaku usaha terdiri atas pemilik usaha dan tenaga kerja. Jenis usaha yang
berkembang di Gunung Pananjakan 1 terdiri atas 6 jenis, yaitu: 1) asongan, 2)
ojeg, 3) penyewaan jeep, 4) pedagang kaki lima (PKL), 5) pemandu wisata, dan 6)
volunteer. Jenis barang dan jasa yang disediakan oleh PKL yaitu makanan,
cinderamata, dan penyewaan jaket. Beberapa jenis usaha tersebut sudah memiliki
paguyuban, antara lain asongan dan PKL yang tergabung dalam paguyuban PKL,
46

ojeg yang tergabung dalam paguyuban ojeg, dan penyewaan jeep yang tergabung
dalam paguyuban jeep. Saat ini, hanya paguyuban jeep yang sudah memiliki
tenaga kerja untuk mengkoordinasikan sistem penyewaan jeep.
Berdasarkan curahan waktu, pelaku usaha sektor wisata dibagi menjadi dua
jenis, yaitu reguler dan occasional. Pelaku usaha yang bekerja selama hari kerja
dan hari libur (lebih dari 2 hari dalam seminggu) disebut pelaku usaha reguler,
sedangkan pelaku usaha yang bekerja pada saat hari libur saja (1-2 hari dalam
seminggu) disebut pelaku usaha occasional. Masyarakat sekitar TNBTS
mayoritas menjadikan pekerjaan sektor wisata sebagai pekerjaan sampingan,
sedangkan pekerjaan utamanya adalah petani ladang. Selain petani ladang,
beberapa responden memiliki pekerjaan lain sebagai pegawai negeri sipil (PNS),
guru honorer, pemilik bengkel, peternak babi, pedagang, dan pengepul. Kondisi
tersebut menunjukkan bahwa sumber pendapatan masyarakat terbagi menjadi dua
jenis, yaitu pendapatan wisata dan pendapatan non wisata.
Pendapatan wisata berasal dari total pendapatan wisata yang diperoleh
pelaku usaha dan anggota keluarga lainnya yang masih berada dalam satu rumah
tangga. Pendapatan non wisata merupakan pendapat pelaku usaha dan anggota
keluarga lainnya di luar sektor wisata, misalnya pertanian. Selanjutnya, setiap
pelaku usaha akan memperoleh pendapatan total dari hasil penjumlahan
pendapatan wisata dan pendapatan non wisata. Tabel 10 dan 11 menunjukkan
persentase share wisata terhadap pendapatan total pelaku usaha di Gunung
Pananjakan 1, masing-masing menunjukkan share wisata bagi pemilik usaha dan
tenaga kerja. Perhitungan mengenai pendapatan rata-rata wisata dan pendapatan
total rata-rata pemilik usaha terdapat pada Lampiran 3, sedangkan perhitungan
mengenai share wisata terhadap pendapatan total rata-rata pemilik usaha terdapat
pada Lampiran 5.
Tabel 10 menunjukkan share wisata terhadap pendapatan total rata-rata
pemilik usaha memiliki kontribusi tinggi (73.59%). Jenis usaha yang memiliki
persentase share wisata tertinggi adalah PKL makanan occasional, sedangkan
jenis usaha yang memiliki persentase share wisata terendah adalah penyewaan
jeep occasional. Share wisata PKL makanan occasional memberikan kontribusi
sangat tinggi terhadap pendapatan total rata-rata, artinya kegiatan wisata menjadi
47

sumber pendapatan utama bagi jenis usaha ini. Share wisata penyewaan jeep
occasional hanya memberikan kontribusi rendah terhadap pendapatan total rata-
rata, artinya kegiatan wisata bukan merupakan sumber pendapatan utama bagi
jenis usaha ini.
Tabel 10 Share pendapatan wisata terhadap pendapatan total pemilik usaha jasa
wisata alam Gunung Pananjakan 1
Jenis usaha Curahan Pendapatan Pendapatan Share wisata
waktu rata-rata wisata total rata-rata terhadap
per bulan (Rp) per bulan (Rp) pendapatan total
rata-rata (%)
(a) (b) (c) (d) (e) = (c)/(d)*100
Asongan Reguler 1,633,333.33 1,825,000.00 89.50
Occasional - - -
Reguler 5,255,600.00 6,273,100.00 83.78
Ojeg
Occasional 338,400.00 1,269,650.00 26.65
Penyewaan jeep Reguler 7,961,611.11 11,689,736.11 68.11
Occasional 1,403,333.33 5,747,083.33 24.42
PKL cinderamata Reguler 8,570,000.00 9,729,523.81 88.08
dan makanan Occasional 650,000.00 1,025,000.00 63.41
PKL cinderamata Reguler 4,600,000.00 5,850,000.00 78.63
dan penyewaan - - -
Occasional
jaket
PKL cinderamata Reguler 2,820,000.00 4,070,000.00 69.29
Occasional - - -
PKL makanan Reguler 1,445,000.00 1,695,000.00 85.25
Occasional 3,700,000.00 3,850,000.00 96.10
Pemandu wisata Reguler 9,645,000.00 12,832,500.00 75.16
Occasional 3,240,000.00 3,802,500.00 85.21
Rata-rata 3,943,252.14 5,358,391.79 73.59
Sumber: Hasil olahan data primer (2016)

Berdasarkan curahan waktu, jenis usaha wisata Gunung Pananjakan 1 terdiri


atas reguler dan occasional sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 10, kecuali jenis
usaha asongan, PKL cinderamata dan penyewaan jaket, serta PKL cinderamata
hanya terdiri atas pemilik usaha reguler. Asongan, PKL cinderamata dan
penyewaan jaket, serta PKL cinderamata bekerja setiap hari (reguler) karena
barang dan jasa yang ditawarkan merupakan barang dan jasa yang paling diminati
oleh pengunjung. Jenis usaha wisata di Gunung Pananjakan 1 baik reguler
maupun occasional memberikan kontribusi terhadap pendapatan total rata-rata
yang beragam bagi setiap pemilik usaha. Curahan waktu yang diluangkan oleh
pemilik usaha reguler lebih banyak dibandingkan dengan usaha occasional
sehingga share pendapatan wisata yang didapatkan lebih tinggi, kecuali pada
usaha PKL makanan dan pemandu wisata. PKL makanan occasional memiliki
48

share wisata lebih tinggi dibandingkan PKL makanan reguler karena jenis
makanan yang dijual berbeda. PKL makanan reguler hanya menjual pisang dan
kentang goreng dengan harga murah, yaitu Rp 1,000.00 per buah dan Rp 3,000.00
per tusuk, sedangkan PKL makanan occasional menjual bakso dengan harga lebih
tinggi yaitu Rp 7,000.00 per porsi. Selain itu, jenis makanan PKL makanan
occasional lebih diminati oleh pengunjung dibandingkan dengan jenis makanan
PKL makanan reguler. Adapun pemandu wisata reguler memiliki share lebih
rendah dibandingkan pemandu wisata occasional karena pemandu wisata reguler
memiliki pendapatan non wisata yang lebih tinggi dibandingkan pendapatan
wisata.
Selanjutnya, share wisata terhadap pendapatan total rata-rata pemilik usaha
dikategorikan ke dalam empat kategori kontribusi, yaitu sangat rendah, rendah,
tinggi, dan sangat tinggi. Persentase kontribusi pendapatan wisata terhadap
pendapatan total pemilik usaha di Gunung Pananjakan 1 ditunjukkan pada
Gambar 6.
Kontribusi Kontribusi
sangat rendah
rendah 8%
8%

Kontribusi Kontribusi
sangat tinggi
tinggi 23%
61%

Sumber: Hasil olahan data primer (2016)


Gambar 6 Persentase kontribusi pendapatan wisata terhadap pendapatan total
pemilik usaha

Gambar 6 menunjukkan manfaat ekonomi wisata yang dirasakan oleh


pemilik usaha memiliki kontribusi berbeda-beda. Pemilik usaha yang
mendapatkan manfaat ekonomi wisata sangat tinggi yaitu jenis usaha yang
bersifat reguler seperti PKL cinderamata dan makanan, PKL cinderamata dan
penyewaan jaket, ojeg, asongan, pemandu wisata, dan PKL makanan, serta jenis
usaha yang bersifat occasional yaitu PKL makanan dan pemandu wisata. Pemilik
usaha yang mendapatkan manfaat ekonomi wisata tinggi yaitu jenis usaha yang
49

bersifat occasional seperti PKL cinderamata dan makanan, sedangkan jenis usaha
yang bersifat reguler terdiri atas penyewaan jeep dan PKL cinderamata. Pemilik
usaha yang mendapatkan manfaat ekonomi wisata rendah yaitu jenis usaha
penyewaan ojeg occasional. Pemilik usaha yang mendapatkan manfaat ekonomi
wisata sangat rendah yaitu jenis usaha penyewaan jeep occasional.
Manfaat ekonomi wisata juga dirasakan oleh tenaga kerja yang dibagi
menjadi empat jenis, yaitu driver jeep, koordinator paguyuban jeep, penjaga kios,
dan volunteer. Hasil penelitian menunjukkan tenaga kerja didominasi oleh
volunteer (volunteer resmi dan non resmi) dan driver jeep. Volunteer resmi
merupakan volunteer yang sudah diresmikan oleh pengelola TNBTS dan sudah
mendapatkan gaji tetap setiap bulan, sedangkan volunteer non resmi merupakan
volunteer yang belum diresmikan oleh pengelola TNBTS dan belum mendapatkan
gaji tetap setiap bulan. Driver jeep merupakan masyarakat yang menjadi
pengemudi angkutan jeep milik orang lain (jeep bukan milik pribadi). Tenaga
kerja tersebut kemudian dibedakan berdasarkan curahan waktunya, yaitu reguler
dan occasional.
Tabel 11 menunjukkan besarnya estimasi nilai pendapatan rata-rata wisata
dan kontribusinya terhadap pendapatan total rata-rata tenaga kerja jasa wisata
alam di Gunung Pananjakan 1. Perhitungan mengenai pendapatan rata-rata wisata
dan pendapatan total tenaga kerja terdapat pada Lampiran 4, sedangkan
perhitungan mengenai share wisata terhadap pendapatan total rata-rata tenaga
kerja terdapat pada Lampiran 6.
Tabel 11 Share pendapatan wisata terhadap pendapatan total tenaga kerja jasa
wisata alam Gunung Pananjakan 1
Jenis tenaga Curahan Pendapatan rata- Pendapatan total Share wisata
kerja waktu rata wisata per rata-rata per terhadap pendapatan
bulan (Rp) bulan (Rp) total rata-rata (%)
(a) (b) (c) (d) (e) = (c)/(d)*100
Driver jeep Reguler 1,210,000.00 2,461,041.67 49.17
Occasional 650,000.00 1,059,375.00 61.36
Koordinator Reguler - - -
paguyuban jeep Occasional 800,000.00 4,206,250.00 19.02
Penjaga kios Reguler 3,500,000.00 3,906,250.00 89.60
Occasional - - -
Volunteer Reguler 1,244,266.67 2,608,850.00 47.69
Occasional 120,000.00 3,960,000.00 3.03
Rata-rata 1,254,044.45 3,033,627.78 41.34
Sumber: Hasil olahan data primer (2016)
50

Tabel 11 menunjukkan share wisata terhadap pendapatan total rata-rata


tenaga kerja memiliki kontribusi rendah. Jenis usaha yang memiliki persentase
share wisata tertinggi adalah penjaga kios reguler, sedangkan jenis usaha yang
memiliki presentase share wisata terendah adalah volunteer occasional. Share
wisata penjaga kios reguler memberikan kontribusi sangat tinggi terhadap
pendapatan total rata-rata, artinya kegiatan wisata menjadi sumber pendapatan
utama bagi tenaga kerja ini. Share wisata volunteer occasional hanya memberikan
kontribusi sangat rendah terhadap pendapatan total rata-rata, artinya kegiatan
wisata bukan merupakan sumber pendapatan utama bagi tenaga kerja ini.
Berdasarkan curahan waktu, tenaga kerja reguler terdiri atas driver jeep,
penjaga kios, dan volunteer, sedangkan tenaga kerja occasional terdiri atas driver
jeep, koordinator paguyuban jeep, dan volunteer. Tabel 11 menunjukkan tenaga
kerja reguler memiliki pendapatan wisata lebih tinggi dibandingkan tenaga kerja
occasional. Hal ini menyebabkan share wisata terhadap pendapatan total TK
reguler lebih tinggi dibandingkan TK occasional, kecuali untuk driver jeep.
Rendahnya share wisata driver jeep reguler dibandingkan driver jeep occasional
terjadi karena jenis tenaga kerja ini memiliki pendapatan non wisata yang lebih
tinggi dibandingkan pendapatan wisata.
Besarnya kontribusi pendapatan wisata terhadap pendapatan total tenaga
kerja selanjutnya dikategorikan ke dalam empat kategori kontribusi, yaitu sangat
rendah, rendah, tinggi, dan sangat tinggi. Klasifikasi tersebut ditunjukkan oleh
Gambar 7.
Kontribusi Kontribusi
sangat sangat
tinggi rendah
17% 33%

Kontribusi
tinggi Kontribusi
17% rendah
33%

Sumber: Hasil olahan data primer (2016)


Gambar 7 Persentase kontribusi pendapatan wisata terhadap pendapatan total
tenaga kerja
51

Gambar 7 menunjukkan kontribusi kegiatan wisata terhadap pendapatan


total tenaga kerja memiliki nilai berbeda-beda. Tenaga kerja yang merasakan
manfaat ekonomi wisata sangat tinggi terdiri atas penjaga kios reguler. Tenaga
kerja yang merasakan manfaat ekonomi tinggi yaitu driver jeep occasional.
Tenaga kerja yang merasakan manfaat ekonomi rendah yaitu driver jeep reguler
dan volunteer reguler, sedangkan tenaga kerja dengan manfaat ekonomi wisata
sangat rendah yaitu koordinator paguyuban jeep occasional dan volunteer
occasional. Pemandu wisata dan penjaga kios mendapatkan kontribusi wisata
sangat tinggi karena upah yang diterima sebagai tenaga kerja berasal dari
pengeluaran pengunjung langsung. Koordinator paguyuban jeep mendapatkan
kontribusi sangat rendah karena upah berasal dari biaya operasional pengemudi
jeep yang beroperasi (Rp 5,000.00 per jeep) dengan kisaran jeep yang beroperasi
setiap hari sebanyak 20 unit. Volunteer occasional mendapatkan kontribusi sangat
rendah karena upah yang diterima hanya berasal dari 10% pemasukan toilet BSM
pada akhir pekan (Rp 15,000.00 per hari).
Hasil analisis pendapatan terhadap pemilik dan tenaga kerja jasa wisata
alam Gunung Pananjakan 1 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan wisata
sebesar Rp 2,598,648.29 per bulan dengan persentase kontribusi terhadap
pendapatan total rata-rata sebesar 61.93%. Persentase tersebut menunjukkan
kegiatan wisata alam di Gunung Pananjakan 1 memberikan manfaat ekonomi
tinggi bagi masyarakat sekitar. Perhitungan mengenai total rata-rata pendapatan
wisata, pendapatan total, dan share wisata terhadap pendapatan total masyarakat
sekitar terdapat pada Lampiran 9.

6.1.2 Covering Kebutuhan Rumah Tangga Masyarakat dari Kegiatan


Wisata

Manfaat ekonomi wisata berupa pendapatan wisata selanjutnya akan


diestimasi nilai kontribusinya terhadap pemenuhan kebutuhan rumah tangga (RT)
masyarakat, yaitu covering pendapatan wisata terhadap pengeluaran RT.
Kebutuhan RT dalam penelitian ini merupakan pengeluaran rutin yang
dikeluarkan setiap bulannya mencakup konsumsi pangan, air, gas, listrik,
transportasi, pendidikan, pajak, dan lain-lain. Semakin besar manfaat ekonomi
wisata bagi masyarakat diharapkan mampu memenuhi kebutuhan rutin rumah
52

tangga masyarakat. Kelebihan dari pendapatan wisata selanjutnya dapat


digunakan untuk memenuhi kebutuhan lain di luar kebutuhan rumah tangga,
misalnya untuk tabungan, investasi pada lahan pertanian dan kendaraan, atau
modal usaha non wisata.
Tabel 12 menunjukkan hasil estimasi covering pendapatan wisata terhadap
pengeluaran RT pemilik usaha. Perhitungan mengenai pendapatan wisata dan
pengeluaran RT pemilik usaha terdapat pada Lampiran 3, sedangkan perhitungan
mengenai covering pendapatan wisata terhadap pengeluaran RT pemilik usaha
terdapat pada Lampiran 7.
Tabel 12 Covering pendapatan wisata terhadap pengeluaran RT pemilik usaha
jasa wisata alam Gunung Pananjakan 1
Jenis usaha Curahan Pendapatan Pengeluaran Covering pendapatan
waktu rata-rata wisata rata-rata RT wisata terhadap
per bulan (Rp) per bulan (Rp) pengeluaran RT (%)
(a) (b) (c) (d) (e) = (c)/(d)*100
Asongan Reguler 1,633,333.33 2,248,000.00 72.66
Occasional - - -
Ojeg Reguler 5,255,600.00 3,208,316.67 163.81
Occasional 338,400.00 1,876,183.33 18.04
Penyewaan jeep Reguler 7,961,611.11 3,495,520.83 227.77
Occasional 1,403,333.33 1,578,888.89 88.88
PKL cinderamata Reguler 8,570,000.00 2,379,821.43 360.11
dan makanan Occasional 650,000.00 3,098,333.33 20.98
PKL cinderamata Reguler 4,600,000.00 1,927,916.67 238.60
dan penyewaan Occasional - - -
jaket
PKL cinderamata Reguler 2,820,000.00 1,205,000.00 234.02
Occasional - - -
PKL makanan Reguler 1,445,000.00 1,215,833.33 118.85
Occasional 3,700,000.00 1,785,000.00 207.28
Pemandu wisata Reguler 9,645,000.00 3,291,500.00 293.03
Occasional 3,240,000.00 1,795,416.67 180.46
Rata-rata 3,943,252.14 2,238,902.40 176.12
Sumber: Hasil olahan data primer (2016)

Tabel 12 menunjukkan rata-rata covering pendapatan wisata terhadap


pengeluaran RT pemilik usaha termasuk ke dalam kategori sangat tinggi. Jenis
usaha yang memiliki nilai covering pengeluaran RT tertinggi adalah usaha PKL
cinderamata dan makanan, sedangkan jenis usaha yang memiliki nilai covering
pengeluaran RT terendah adalah usaha ojeg occasional. Nilai covering usaha PKL
cinderamata dan makanan melebihi angka 100% dan termasuk ke dalam kategori
sangat tinggi, artinya seluruh pengeluaran RT dapat dipenuhi dari pendapatan
wisata. Nilai covering usaha ojeg occasional termasuk ke dalam kategori sangat
53

rendah, artinya kurang dari 25% pengeluaran RT dapat dipenuhi dari pendapatan
wisata.
Tabel 12 menunjukkan nilai pengeluaran RT relatif lebih kecil dibandingkan
dengan nilai pendapatan wisata. Berdasarkan hasil wawancara, masyarakat sekitar
memiliki gaya hidup sederhana dan lebih suka memanfaatkan sumberdaya alam
sekitar untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Hal tersebut dapat dilihat dari
cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, yaitu masyarakat
mengandalkan hasil produk pertanian dari lahan pertanian pribadi. Hasil pertanian
yang biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari berupa
sayuran seperti jagung, kentang, dan kubis, serta hasil ternak seperti babi dan
ayam. Di samping itu, masyarakat lebih sering menggunakan kayu bakar untuk
aktivitas memasak dibandingkan dengan menggunakan gas elpiji. Kayu bakar
berasal dari pohon cemara yang berada di sekitar kawasan Perhutani dan dari
pohon cemara yang sudah tumbang di kawasan TNBTS. Selanjutnya, covering
pendapatan wisata terhadap pengeluaran RT pemilik usaha dikategorikan menjadi
empat kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah. Persentase
covering pengeluaran RT terdapat pada Gambar 8.
Kontribusi Kontribusi
sangat rendah rendah
15% 0%

Kontribusi
tinggi
8%

Kontribusi
sangat tinggi
77%

Sumber: Hasil olahan data primer (2016)


Gambar 8 Persentase covering pendapatan wisata terhadap pengeluaran RT
pemilik usaha

Gambar 8 menunjukkan tingkat covering pengeluaran RT dengan kontribusi


sangat tinggi diperoleh oleh jenis usaha reguler seperti PKL makanan, ojeg, PKL
cinderamata, PKL cinderamata dan makanan, PKL cinderamata dan penyewaan
jaket, pemandu wisata, penyewaan jeep, serta jenis usaha occasional seperti
penyewaan jeep, pemandu wisata, dan PKL makanan. Covering pengeluaran RT
54

dengan kontribusi tinggi diperoleh oleh asongan reguler. Covering pengeluaran


RT dengan kontribusi rendah tidak terdapat pada jenis usaha yang ada di Gunung
Pananjakan 1, sedangkan covering pengeluaran RT dengan kontribusi sangat
rendah diperoleh oleh ojeg occasional serta PKL cinderamata dan makanan
occasional.
Covering pendapatan wisata terhadap pengeluaran rumah tangga dilakukan
juga untuk tenaga kerja sektor wisata. Nilai covering dibedakan berdasarkan jenis
usaha, baik reguler dan occasional. Nilai estimasi tersebut ditunjukkan pada Tabel
13. Perhitungan mengenai pendapatan wisata dan pengeluaran RT tenaga kerja
terdapat pada Lampiran 4, sedangkan perhitungan mengenai covering pendapatan
wisata terhadap pengeluaran RT tenaga kerja terdapat pada Lampiran 8.
Tabel 13 Covering pendapatan wisata terhadap pengeluaran RT tenaga kerja jasa
wisata alam Gunung Pananjakan 1
Jenis tenaga Curahan Pendapatan rata- Pengeluaran Covering pendapatan
kerja waktu rata wisata per rata-rata RT wisata terhadap
bulan (Rp) per bulan (Rp) pengeluaran RT (%)
(a) (b) (c) (d) (e) = (c)/(d)*100
Driver jeep Reguler 1,210,000.00 2,480,062.50 48.79
Occasional 650,000.00 1,517,708.33 42.83
Koordinator Reguler - - -
paguyuban jeep Occasional 800,000.00 2,730,000.00 29.30
Penjaga kios Reguler 3,500,000.00 1,357,500.00 257.83
Occasional - - -
Volunteer Reguler 1,244,266.67 1,981,413.89 62.80
Occasional 120,000.00 1,743,333.33 6.88
Rata-rata 1,254,044.45 1,968,336.34 63.71
Sumber: Hasil olahan data primer (2016)

Tabel 13 menunjukkan rata-rata covering pendapatan wisata terhadap


pengeluaran RT tenaga kerja termasuk ke dalam kategori sangat tinggi. Jenis
tenaga kerja yang memiliki nilai covering pengeluaran RT tertinggi adalah
penjaga kios reguler, sedangkan jenis tenaga kerja yang memiliki nilai covering
pengeluaran RT terendah adalah volunteer occasional. Nilai covering penjaga
kios reguler melebihi angka 100% dan termasuk ke dalam kategori sangat tinggi,
artinya seluruh pengeluaran RT dapat dipenuhi dari pendapatan wisata. Nilai
covering usaha volunteer occasional termasuk ke dalam kategori sangat rendah,
artinya kurang dari 25% pengeluaran RT dapat dipenuhi dari pendapatan wisata.
Tabel 13 menunjukkan terdapat satu jenis usaha yang seluruh pengeluaran
RT-nya dapat dipenuhi dari pendapatan wisata, yaitu penjaga kios reguler.
55

Selanjutnya, jenis tenaga kerja dikategorikan berdasarkan tingkat covering


pengeluaran RT sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 9.
Kontribusi Kontribusi
sangat sangat
tinggi rendah
17% 16%

Kontribusi
tinggi
Kontribusi
17%
rendah
50%

Sumber: Hasil olahan data primer (2016)


Gambar 9 Persentase covering pendapatan wisata terhadap pengeluaran RT tenaga
kerja

Gambar 9 menunjukkan masing-masing tenaga kerja memiliki tingkat


covering RT berbeda-beda. Tenaga kerja dengan kontribusi sangat tinggi yaitu
penjaga kios reguler. Tenaga kerja dengan kontribusi tinggi yaitu volunteer
reguler. Tenaga kerja dengan kontribusi rendah yaitu koordinator paguyuban jeep,
driver jeep reguler, dan driver jeep occasional, sedangkan tenaga kerja dengan
kontribusi sangat rendah yaitu volunteer occasional. Tingkat covering penjaga
kios sangat tinggi karena meskipun memiliki pendapatan wisata lebih tinggi
dibanding TK lain tetapi pengeluaran RT relatif sama (rata-rata sekitar dua juta
rupiah per bulan). Volunteer occasional memiliki tingkat covering sangat rendah
karena volunteer occasional masih berstatus sebagai pelajar sekolah menengah
atas dan bukan merupakan anggota rumah tangga utama yang mencari nafkah.
Analisis pendapatan terhadap pemilik dan tenaga kerja jasa wisata Gunung
Pananjakan 1 menunjukkan rata-rata tingkat covering pendapatan wisata terhadap
pengeluaran RT sebesar 123.53%. Artinya, covering pengeluaran RT bagi
masyarakat sekitar termasuk ke dalam kategori sangat tinggi dan seluruh
pengeluaran RT dapat dipenuhi dari pendapatan wisata. Perhitungan mengenai
total rata-rata pendapatan wisata, pengeluaran RT, dan covering pengeluaran RT
masyarakat sekitar terdapat pada Lampiran 9.
56

6.2 Estimasi Nilai Kontribusi Wisata Terhadap Pelestarian TNBTS

Manfaat ekonomi kegiatan wisata alam juga dirasakan oleh Balai Besar
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) selaku pengelola kawasan.
Manfaat yang dirasakan berupa penerimaan pungutan masuk baik dari pengunjung
maupun kendaraan. Berdasarkan PP RI Nomor 12 Tahun 2014 tentang Jenis dan
Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian
Kehutanan, pungutan masuk kawasan tidak dapat digunakan secara langsung oleh
pengelola taman nasional karena merupakan bagian dari Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) yang harus disetor langsung secepatnya ke kas negara.
Untuk memenuhi kebutuhan pelestarian kawasan, BBTNBTS menggunakan dana
yang diajukan pada Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (RAPBN)
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi kontribusi wisata dalam
memenuhi kebutuhan konservasi TNBTS apabila BBTNBTS dapat menggunakan
PNBP secara langsung untuk memenuhi kebutuhan konservasi kawasan. Studi
kasus yang digunakan adalah kegiatan konservasi pada tahun terakhir yaitu tahun
2015. Kegiatan konservasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu konservasi
langsung dan konservasi tidak langsung. Konservasi langsung merupakan
kegiatan utama yang ditujukan untuk memenuhi kepentingan ekologi kawasan,
sedangkan konservasi tidak langsung merupakan kegiatan pendukung konservasi
dalam mendukung kepentingan ekologi kawasan. Kegiatan konservasi BBTNBS
pada tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 14 dengan rincian kegiatan terdapat
pada Lampiran 10.
Tabel 14 menunjukkan program konservasi langsung yang memiliki biaya
tertinggi adalah pelayanan, pengamanan, dan pengawasan wisata dalam rangka
memenuhi target minimal sebanyak 20 juta orang wisatawan nusantara selama 5
tahun ke kawasan konservasi. Hal ini terjadi agar kegiatan pemanfaatan kawasan
untuk kegiatan wisata mampu memberikan manfaat ekonomi tinggi dan tetap
menjaga kelestarian kawasan. Adapun program konservasi tidak langsung yang
memiliki biaya tertinggi adalah penyelenggaraan layanan perkantoran yang
optimal dalam mendukung tata kelola kepemerintahan yang baik.
57

Tabel 14 Kegiatan konservasi BBTNBTS tahun 2015


Konservasi langsung Konservasi tidak langsung
No Biaya Biaya
Program/ jenis kegiatan Program/ jenis kegiatan
(Rp/tahun) (Rp/tahun)
1 Pemulihan kawasan konservasi yang 611,604,400 Penyusunan dan pengesahan 75,843,000
ekosistemnya terdegradasi (termasuk dokumen Perencanaan
penyelesaian konflik pemanfaatan Pengelolaan Kawasan
lahan di dalam kawasan konservasi)

2 Peningkatan populasi 25 spesies satwa 154,340,900 Penyusunan paket data dan 82,050,000
terancam punah prioritas sesuai The informasi kawasan konservasi
IUCN Red List of Threatened Species yang valid dan reliable pada 50
sebesar 10% sesuai baseline data TN di Indonesia
tahun 2013

3 Pembinaan desa di daerah penyangga 130,327,500 Peningkatan kapasitas sumber 217,639,500


kawasan konservasi daya manusia di bidang
perlindungan dan pengamanan
hutan

4 Pembinaan Kader Konservasi (KK), 127,727,000 Pelaksanaan 15 Nilai SAKIP 562,805,373


Kelompok Pecinta Alam (KPA) Ditjen KSDA dan Ekosistem
Kelompok Swadaya Masyarakat/ minimal 78 (A) di tahun 2019
Kelompok Profesi (KSM/KP) yang
berstatus aktif sebanyak 6,000 orang

5 Monitoring pemanfaatan energi air 28,010,000 Penyelenggaraan layanan 14,501,603,720


dari kawasan konservasi untuk perkantoran yang optimal dalam
keperluan mini/micro hydro power mendukung tata kelola
plant sebanyak minimal 50 unit kepemerintahan yang baik

6 Penyelesaian kasus tipihut yang 43,018,000 - -


sebanyak minimal 75 kasus per tahun

7 Pelaksanaan kegiatan pengamanan 1,050,431,041 - -


serta penindakan terhadap gangguan
dan ancaman bidang kehutanan

8 Penurunan jumlah hotspot pada 120,835,300 - -


kawasan hutan konservasi sebesar
10% dari toleransi maksimal tahun
2014

9 Penurunan luas kebakaran hutan dan 337,250,892 - -


lahan dari toleransi maksimal tahun
2014

10 Pelayanan, pengamanan, dan 83,511,449 - -


pengawasan wisata dalam rangka
memenuhi target minimal sebanyak
1.5 juta orang wisatawan
mancanegara selama 5 tahun ke
kawasan konservasi

11 Pelayanan, pengamanan, dan 6,190,723,135 - -


pengawasan wisata dalam rangka
memenuhi target minimal sebanyak
20 juta orang wisatawan nusantara
selama 5 tahun ke kawasan konservasi
Sub total 8,877,779,617 Sub total 15,439,941,593
Total 24,317,721,210
Sumber: BBTNBTS (2015b); BBTNBTS (2015c)

Estimasi covering biaya konservasi dalam penelitian ini hanya


menggunakan biaya untuk memenuhi kegiatan konservasi langsung. Hasil
penelitian ditunjukkan pada Tabel 15.
58

Tabel 15 Covering biaya konservasi TNBTS tahun 2015


PNBP wisata Covering biaya konservasi
Biaya konservasi (Rp/tahun)
(Rp/tahun) (%)
(a) (b) (c) = (a)/(b)*100
14,899,597,591.00* 8,877,779,617.00** 167.83
Sumber: *BBTNBTS (2015a)
**BBTNBTS (2015b); BBTNBTS (2015c)

Tabel 15 menunjukkan bahwa jika PNBP dapat digunakan secara langsung,


kegiatan wisata mampu memenuhi kebutuhan konservasi dengan kontribusi
sangat tinggi (167.83%), artinya seluruh pengeluaran kebutuhan konservasi pada
tahun 2015 mampu dipenuhi oleh pendapatan dari PNBP wisata. Selanjutnya,
kelebihan pendapatan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pendukung konservasi lainnya (kegiatan konservasi tidak langsung).

6.3 Analisis Stakeholder Kegiatan Wisata Alam Gunung Pananjakan 1

Tahapan pertama untuk melakukan analisis stakeholder adalah


mengidentifikasi stakeholder berdasarkan perannya. Kedua, mengklasifikasikan
stakeholder berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruh.

6.3.1 Identifikasi Stakeholder

Identifikasi stakeholder dilakukan untuk mengetahui aktor yang terlibat


dalam kegiatan wisata alam di Gunung Pananjakan 1. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat 8 stakeholder yang dikelompokkan menjadi dua kelompok,
yaitu kelompok pemerintah dan masyarakat. Stakeholder kegiatan wisata alam di
Gunung Pananjakan 1 ditunjukkan pada Tabel 16.
Tabel 16 Stakeholder kegiatan wisata alam Gunung Pananjakan 1
No Stakeholder Keterangan
1 Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) Pemerintah
2 Resort Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Gunung Pananjakan Pemerintah
3 Desa Wonokitri Pemerintah
4 Paguyuban Pedagang Kaki Lima (PKL) Desa Wonokitri Masyarakat
5 Paguyuban ojeg Desa Wonokitri Masyarakat
6 Local Working Group (LWG) Bromo Tengger Sejahtera Masyarakat
7 Volunteer Masyarakat
8 Paguyuban Jeep Desa Wonokitri Masyarakat
Sumber: Data primer (2016)
59

Balai Besar Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) merupakan instansi


pemerintah yang berperan sebagai pengelola kawasan TNBTS. Sebagai pelaksana
teknis, BBTNBTS memiliki peran dalam menerapkan kebijakan yang harus
dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan wisata di kawasan TNBTS.
BBTNBTS memiliki peran dalam merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan, dan mengawasi kegiatan wisata. Pelaksanaan peran BBTNBTS
dalam kegiatan wisata alam di Gunung Pananjakan 1 diinstruksikan kepada RPTN
Gunung Pananjakan.
RPTN Gunung Pananjakan termasuk ke dalam instansi pemerintah yang
memiliki peran dalam melaksanakan setiap instruksi dari BBTNBTS. Pelaksanaan
peran RPTN Gunung Pananjakan dibantu oleh volunteer yang berasal dari
kelompok masyarakat. Terdapat keterlibatan instansi pemerintah lain dalam
kegiatan wisata alam Gunung Pananjakan 1 yaitu Desa Wonokitri. Keterlibatan ini
terjadi karena Desa Wonokitri merupakan Desa terakhir sebelum memasuki pintu
masuk kawasan TNBTS. Desa Wonokitri menyediakan lahan yang digunakan
untuk parkir kendaraan pengunjung.
Stakeholder yang termasuk ke dalam kelompok masyarakat merupakan
kelompok unit usaha yang memiliki usaha jasa wisata di Gunung Pananjakan 1.
Kelompok unit usaha tersebut dibedakan berdasarkan jenis barang dan jasa yang
disediakan, yaitu Paguyuban Jeep Desa Wonokitri. Paguyuban PKL Desa
Wonokitri, dan Paguyuban Ojeg Desa Wonokitri. Semua paguyuban tersebut
berada di bawah Local Working Group Bromo Tengger Sejahtera selaku forum
komunikasi masyarakat yang ditunjuk langsung oleh BBTNBTS untuk
mengkoordinasikan kelompok unit usaha di Gunung Pananjakan 1.

6.3.2 Identifikasi Pengaruh dan Kepentingan Stakeholder

Stakeholder yang telah diidentifikasi perannya, diklasifikasikan


berdasarkan tingkat pengaruh dan kepentingannya dalam kegiatan wisata alam di
Gunung Pananjakan 1 TNBTS. Tingkat pengaruh stakeholder dilihat dari
kewenangan stakeholder dalam mempengaruhi kegiatan wisata alam, baik
kewenangan formal maupun non formal. Semakin tinggi kewenangan stakeholder
dalam kegiatan wisata alam maka tingkat pengaruhnya semakin tinggi.
60

Selanjutnya, tingkat kepentingan stakeholder dilihat dari ketergantungan


stakeholder terhadap kegiatan wisata, semakin tinggi ketergantungan terhadap
kegiatan wisata maka tingkat kepentingan akan semakin tinggi. Hasil scoring
tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholder ditunjukkan pada Tabel 17 dan 18.
Tabel 17 Tingkat pengaruh stakeholder kegiatan wisata alam Gunung
Pananjakan 1
Tingkat pengaruh stakeholder Total
No Nama stakeholder
P1 P2 P3 P4 P5 skor
A. Pemerintah
1 BBTNBTS 4 5 3 5 5 22
2 RPTN Gunung Pananjakan 2 3 2 2 3 12
3 Desa Wonokitri 2 3 1 3 2 11
Rata-rata 3 4 2 3 3 15
B. Masyarakat
4 Paguyuban PKL 2 2 1 2 3 10
5 Paguyuban ojeg 2 3 2 2 3 12
6 LWG Bromo Tengger Sejahtera 3 4 3 4 5 19
7 Volunteer 2 1 1 2 2 8
8 Paguyuban jeep 3 3 2 2 5 15
Rata-rata 2 3 2 2 4 13
Sumber: Hasil olahan data primer (2016)
Keterangan:
P1 : Peran dan partisipasi stakeholder dalam kegiatan wisata
P2 : Kekuatan stakeholder dalam interaksi terkait kegiatan wisata
P3 : Kontrol dan pengawasan stakeholder dalam kegiatan wisata
P4 : Kekuatan pribadi stakeholder dalam kegiatan wisata
P5 : Kapasitas atau kondisi sumberdaya yang disediakan stakeholder dalam
kegiatan wisata

Tabel 18 Tingkat kepentingan stakeholder kegiatan wisata alam Gunung


Pananjakan 1
Tingkat kepentingan stakeholder Total
No Nama stakeholder
K1 K2 K3 K4 K5 skor
A. Pemerintah
1 BBTNBTS 5 4 5 3 4 21
2 RPTN Gunung Pananjakan 4 3 3 3 3 16
3 Desa Wonokitri 1 2 2 1 3 9
Rata-rata 3 3 3 2 3 15
B. Masyarakat
4 Paguyuban PKL 3 3 3 4 4 17
5 Paguyuban ojeg 2 3 2 2 3 12
6 LWG Bromo Tengger Sejahtera 4 4 3 3 3 17
7 Volunteer 2 3 3 4 3 15
8 Paguyuban jeep 3 3 3 3 3 15
Rata-rata 3 3 3 3 3 15
Sumber: Hasil olahan data primer (2016)
61

Keterangan:
K1 : Keterlibatan stakeholder dalam kegiatan wisata
K2 : Manfaat kegiatan wisata bagi stakeholder
K3 : Kewenangan stakeholder dalam kegiatan wisata
K4 : Curahan waktu stakeholder dalam kegiatan wisata
K5 : Tingkat ketergantungan stakeholder dalam kegiatan wisata

Hasil klasifikasi berdasarkan tingkat pengaruh dan kepentingan tiap


stakeholder selanjutnya ditampilkan dalam bentuk plot aktor grid. Plot aktor grid
terdiri atas empat kuadran, yaitu (1) subject pada kuadran I, merupakan
stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh rendah dan tingkat kepentingan
tinggi, (2) players pada kuadran II, merupakan stakeholder yang memiliki tingkat
pengaruh dan kepentingan tinggi, (3) bystanders pada kuadran III, merupakan
stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh dan kepentingan rendah, dan (4)
actors pada kuadran IV, merupakan stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh
tinggi sedangkan tingkat kepentingannya rendah. Keragaan stakeholder
berdasarkan tingkat pengaruh dan kepentingannya terhadap kegiatan wisata di
Gunung Pananjakan 1 dapat dilihat pada Gambar 10.
31
Kuadran I Kuadran II
Subject Players

BBTNBTS
Kepentingan

Paguyuban PKL LWG


15.5 RPTN
Volunteer Paguyuban jeep
Paguyuban ojeg
Desa Wonokitri

Kuadran III Kuadran IV


Bystanders Actors
0
0 12 24
Pengaruh

Sumber: Hasil olahan data primer (2016)


Gambar 10 Plot pengaruh dan kepentingan stakeholder kegiatan wisata alam di
Gunung Pananjakan 1

Berdasarkan Gambar 10, dapat diketahui klasifikasi stakeholder kegiatan


wisata di Gunung Pananjakan 1 sebagai berikut.
62

1. Subject
Subject merupakan stakeholder yang berada di Kuadran I dan memiliki
kepentingan tinggi pada kegiatan wisata namun pengaruhnya rendah. Stakeholder
yang berada pada kuadran I adalah paguyuban PKL dan RPTN Gunung
Pananjakan. Berikut ini identifikasi kepentingan dan pengaruh masing-masing
stakeholder kegiatan wisata Gunung Pananjakan 1.
1) Paguyuban Pedagang Kaki Lima (PKL)
Paguyuban PKL merupakan kelompok masyarakat yang memiliki usaha
penyediaan barang atau jasa wisata. Selain terlibat secara langsung dalam
pelaksanaan kegiatan wisata, paguyuban PKL juga terlibat dalam pengawasan
kegiatan wisata khususnya kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung selama di
dalam kawasan. Tingginya tingkat kepentingan paguyuban PKL dalam kegiatan
wisata terjadi karena kegiatan wisata memberikan manfaat ekonomi bagi setiap
pelaku usaha. Manfaat ekonomi tersebut berupa lapangan kerja sampingan dan
penerimaan wisata.
BBTNBTS telah menetapkan aturan yang harus dipatuhi oleh anggota
paguyuban PKL, yaitu jumlah bangunan PKL maksimal sebanyak 20 kios dan
bersifat semi permanen. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan taman nasional
sebagai kawasan konservasi yaitu tidak melakukan perubahan pada kawasan
taman nasional. Tingkat ketergantungan paguyuban PKL pada kegiatan wisata
cukup tinggi karena 80% penerimaan dari kegiatan wisata menjadi sumber
pendapatan total. Lebih lanjut lagi, curahan waktu yang diluangkan oleh pelaku
usaha juga menjadi prioritas utama terutama saat musim liburan.
Berbeda dengan tingkat kepentingan, tingkat pengaruh paguyuban PKL
memiliki skor rendah. Hal tersebut terjadi karena paguyuban PKL tidak memiliki
kewenangan dalam membuat atau mempengaruhi setiap kebijakan terkait kegiatan
wisata. Tata tertib yang dimiliki oleh paguyuban hanya mampu mengikat anggota
saja, sedangkan untuk lembaga lain tidak dapat dipengaruhi. Paguyuban PKL
memiliki agenda rutin untuk membahas kegiatan wisata di Gunung Pananjakan 1,
hal ini dilakukan untuk memantau setiap kegiatan pelaku usaha dan memberikan
informasi terbaru terkait kegiatan wisata. Saat ini, paguyuban PKL tidak memiliki
kewenangan dalam memberikan sanksi bagi anggotanya yang melakukan
63

pelanggaran. Hal tersebut terjadi karena setiap pelanggaran terkait kegiatan wisata
ditindak langsung oleh pihak RPTN Gunung Pananjakan. Meskipun demikian,
kapasitas sumberdaya yang dimiliki oleh paguyuban cukup memadai terutama
sumber daya manusia dan fasilitas penunjang kegiatan wisata.
2) Resort Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Gunung Pananjakan
RPTN Gunung Pananjakan berada di bawah BBTNBTS dengan tingkat
pengaruh relatif lebih rendah dan kepentingan cukup tinggi. Keterlibatan RPTN
Gunung Pananjakan antara lain pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan
kegiatan wisata. Pelaksanaan kegiatan wisata oleh RPTN dibantu oleh tenaga
kerja pendukung retribusi tiket, tenaga upah, dan volunteer. Hal ini memberikan
kesempatan bagi masyarakat lokal untuk terlibat dalam kegiatan wisata karena
kegiatan wisata membuka lapangan kerja baru dan mampu memberikan
penerimaan tambahan bagi masyarakat. Selain memberikan manfaat ekonomi bagi
masyarakat yang bekerja di RPTN, kegiatan wisata juga memberikan manfaat
berupa PNBP yang cukup tinggi. Pada tahun 2015, tercatat bahwa RPTN Gunung
Pananjakan memberikan kontribusi PNBP sebesar Rp 4,129,672,000.00.
Ketergantungan RPTN terhadap kegiatan wisata relatif sedang (berkisar antara
41-60%), karena kegiatan wisata bukan merupakan satu-satunya kegiatan yang
menjadi perhatian RPTN. Curahan waktu yang diberikan oleh RPTN untuk
kegiatan wisata cukup menjadi prioritas utama meskipun hampir semua staf dan
tenaga pendukung memiliki pekerjaan utama di bidang pertanian.
RPTN memiliki pengaruh relatif rendah dalam kegiatan wisata karena
semua kegiatan berdasarkan instruksi dan ketentuan dari BBTNBTS. Namun,
RPTN memiliki kewenangan untuk mengadakan forum dengan stakeholder
lainnya terkait kegiatan wisata. Forum tersebut biasanya membahas mengenai
informasi, pelatihan peningkatan kapasitas, maupun diskusi mengenai perubahan
aturan terkait kegiatan wisata. Perubahan terkait kegiatan wisata terjadi karena
harus menyesuaikan dengan kondisi masyarakat sekitar kawasan. Selain itu,
perubahan tersebut harus sepengetahuan BBTNBTS dan disetujui terlebih dahulu.
Kapasitas yang dimiliki oleh RPTN kurang memadai karena anggaran
yang disediakan oleh pihak BBTNBTS seringkali tidak memenuhi kebutuhan
RPTN, ditambah lagi dengan sumber daya manusia yang kurang memadai (hanya
64

5 staf) dibandingkan dengan tugas dan program yang harus dilaksanakan. Meski
demikian, fasilitas dan informasi terkait kegiatan wisata di RPTN Gunung
Pananjakan sudah mampu memenuhi kebutuhan wisata di Gunung Pananjakan 1.
2. Players
Stakeholder yang memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh tinggi
berada di kuadran II terdiri atas dua stakeholder, yaitu Balai Besar Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) dan Local Working Group (LWG)
Bromo Tengger Sejahtera. Kedua stakeholder tersebut memiliki keterlibatan
cukup besar dalam kegiatan wisata di Gunung Pananjakan 1, yaitu dalam
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, atupun pengawasan kegiatan wisata
di Gunung Pananjakan 1. Identifikasi pengaruh dan kepentingan masing-masing
stakeholder pada kuadran II adalah sebagai berikut.
1) Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS)
Bentuk keterlibatan BBTNBTS dalam kegiatan wisata berlaku untuk
semua lokasi wisata di TNBTS, yaitu dalam kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan wisata. Kegiatan wisata
merupakan salah satu upaya pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya agar mampu memberikan manfaat, yaitu menghasilkan PNBP
BBTNBTS dengan persentase kontribusi lebih dari 90% setiap tahunnya
(BBTNBTS 2015a), menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar kawasan
seperti usaha kios makanan dan cinderamata, penyewaan jeep, dan ojeg, serta
membuka akses bagi masyarakat sekitar untuk ikut berperan serta dalam kegiatan
pengelolaan kawasan.
Sebagai pelaksana teknis, BBTNBTS memiliki kewenangan dalam
melakukan pengamanan kegiatan wisata, memberikan informasi dan data terkait
kegiatan wisata, melakukan pelayanan perizinan masuk kawasan, serta
meningkatkan sarana dan prasarana penunjang kegiatan wisata. Program yang
dilaksanakan di kawasan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi kawasan (tupoksi)
taman nasional. Ketergantungan BBTNBTS terhadap kegiatan wisata terlihat dari
besar kontribusi PNBP kegiatan wisata setiap tahunnya. Selain itu, berdasarkan
hasil wawancara dengan key person diketahui curahan waktu dalam kegiatan
wisata menjadi prioritas (sebesar 80%) bagi BBTNBTS. Hal ini ditunjukkan dari
65

kegiatan wisata yang selalu buka setiap hari, mulai pukul 02.00 WIB sampai
17.00 WIB. Petugas yang berada di lapangan memiliki jadwal piket sehingga
kegiatan pengawasan dapat dilakukan 24 jam sehari.
Selain memiliki tingkat kepentingan tinggi, BBTNBTS memiliki pengaruh
yang tinggi dalam kegiatan wisata. Kewenangan BBTNBTS dalam kegiatan
wisata, yaitu mengadakan forum untuk membahas opini atau pendapat terkait
kegiatan wisata, mengadakan kerjasama terkait kegiatan wisata, membuat promosi
kegiatan wisata melalui website atau pameran, serta mengubah aturan kegiatan
wisata. Kebijakan yang dikeluarkan BBTNBTS mampu mempengaruhi
stakeholder lain dalam kegiatan wisata, seperti pelaku usaha wisata. Bentuk
kebijakan yang dikeluarkan antara lain pengaturan transportasi, penerapan tarif
tiket masuk, pemberian izin masuk kawasan, dan pemberian izin usaha wisata.
Setiap pelanggaran memiliki sanksi sesuai perundang-undangan yang berlaku,
apabila pelanggaran dinilai berat maka BBTNBTS menyerahkannya ke pihak
berwenang. Berdasarkan data di BBTNBTS, pelanggaran pada kegiatan wisata
jarang terjadi dan jika ada hanya pelanggaran ringan seperti vandalisme.
Sebagai stakeholder yang memiliki pengaruh tinggi, BBTNBTS memiliki
kapasitas sumberdaya yang memadai untuk mendukung kegiatan wisata, baik
sumber daya manusia yang terlihat pada petugas di lapangan yang memiliki
keahlian sesuai bidangnya, anggaran yang mencukupi setiap tahunnya, fasilitas
penunjang kegiatan wisata, serta informasi terkait kegiatan wisata. Selain itu,
BBTNBTS juga memiliki program rutin dalam membantu pelaksanaan kegiatan
wisata yang lebih baik. Salah satu program rutin yang dilaksanakan berupa
pelatihan dan peningkatan kapasitas pelaku jasa wisata serta pemberian bantuan
fisik untuk menunjang kebutuhan wisata seperti bantuan pemanas air di Desa
Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.
2) Local Working Group (LWG) Bromo Tengger Sejahtera
Bentuk keterlibatan LWG Bromo Tengger Sejahtera dalam kegiatan
wisata alam Gunung Pananjakan 1, yaitu dalam pengorganisasian paguyuban
pelaku usaha, pelaksanaan usaha terkait kegiatan wisata oleh anggota paguyuban,
serta pengawasan kegiatan paguyuban pelaku usaha jasa wisata. Tingkat
kepentingan LWG lebih rendah dibandingkan BBTNBTS karena LWG tidak
66

terlibat dalam perencanaan kegiatan wisata. Manfaat kegiatan wisata bagi LWG
dirasakan oleh setiap anggotanya antara lain sebagai pekerjaan sampingan,
memberikan penerimaan tambahan, dan mendorong pembangunan desa.
LWG merupakan forum komunikasi masyarakat yang ditunjuk oleh
BBTNBTS untuk mewadahi paguyuban pelaku usaha jasa wisata di Gunung
Pananjakan. Kewenangan yang diberikan kepada LWG berupa pemberiaan
rekomendasi bagi setiap pelaku usaha baru yang ingin membuka jasa wisata di
Gunung Pananjakan 1. Selain itu, LWG juga berperan dalam memberikan
informasi terkait kegiatan wisata dan memberikan pelatihan peningkatan kapasitas
paguyuban pelaku usaha. Ketergantungan LWG terhadap kegiatan wisata bersifat
sedang karena sebagian besar anggota LWG menjadikan usaha di bidang wisata
sebagai usaha sampingan (usaha utama di bidang pertanian). Curahan waktu yang
diberikan untuk kegiatan wisata hanya 60% setiap harinya.
Tingkat pengaruh yang dimiliki LWG lebih rendah dibandingkan dengan
BBTNBTS. Meskipun demikian, LWG mampu mempengaruhi lembaga yang ada
dibawahnya, yaitu paguyuban-paguyuban pelaku usaha jasa wisata di Gunung
Pananjakan 1. Bentuk pengaruh LWG yaitu adanya tata tertib yang harus dipatuhi
oleh setiap paguyuban dan apabila terjadi pelanggaran maka akan diberikan sanksi
sesuai jenis pelanggaran. Untuk menunjang kegiatan wisata, LWG mengadakan
forum rutin dengan setiap paguyuban untuk membahas kerjasama dan informasi
terkait kegiatan wisata. Selain itu, LWG memiliki kapasitas yang memadai baik
dari segi anggaran dana, sumber daya manusia, fasilitas, maupun informasi.
3. Bystanders
Bystanders merupakan stakeholder dengan tingkat pengaruh dan
kepentingan rendah dan berada pada kuadran III. Stakeholder yang berada pada
kuadran ini ada 3, yaitu volunteer, Desa Wonokitri, dan paguyuban ojeg. Berikut
ini identifikasi tingkat kepentingan dan pengaruh masing-masing stakeholder.
1) Volunteer
Volunteer berperan dalam mendistribusikan tiket masuk kawasan, menjaga
keamanan pengunjung dan kawasan, menjaga kebersihan sarana dan prasarana
pendukung wisata, menjaga kebersihan kawasan, melindungi dan mengawasi
aktivitas pengunjung, serta melayani kebutuhan wisata bagi pengunjung.
67

Keterlibatan dalam kegiatan wisata menjadikan volunteer memiliki kepentingan


terhadap kegiatan wisata. Kegiatan wisata telah memberikan mereka kesempatan
untuk mendapatkan pekerjaan dan memberikan penerimaan setiap bulannya.
Meski demikian, tingkat ketergantungan volunteer terhadap kegiatan wisata masih
bersifat sedang karena pendapatan dari kegiatan wisata ini sama besarnya dengan
pendapatan dari kegiatan bertani. Curahan waktu untuk kegiatan wisata menjadi
prioritas karena rata-rata setiap volunteer menghabiskan waktu 17 jam per hari
dalam menunjang kegiatan wisata.
Pengaruh yang dimiliki volunteer juga relatif rendah karena tidak memiliki
kewenangan dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mempengaruhi
stakeholder wisata lainnya. Meski demikian, volunteer memiliki kapasitas yang
memadai terkait dengan informasi mengenai kawasan dan kegiatan wisata.
Meskipun tidak memiliki keahlian khusus seperti pendidikan tinggi, volunteer
memberikan kontribusi tinggi dalam membantu memenuhi pelayanan kebutuhan
wisata di Gunung Pananjakan 1.
2) Desa Wonokitri
Desa Wonokitri merupakan desa yang berbatasan langsung dengan pintu
masuk kawasan TNBTS, khususnya Gunung Pananjakan. Desa Wonokitri tidak
memiliki keterlibatan langsung dalam pelaksanaan kegiatan wisata di TNBTS.
Hal ini terjadi karena segala bentuk penyediaan barang dan jasa wisata diserahkan
sepenuhnya kepada masyarakat. Kondisi tersebut menyebabkan Desa Wonokitri
memiliki pengaruh dan kepentingan rendah dalam kegiatan wisata di Gunung
Pananjakan 1.
Kontribusi Desa Wonokitri dalam menyediakan lahan parkir terpusat
untuk kendaraan pribadi menjadikan Desa Wonokitri termasuk ke dalam
stakeholder wisata. Bentuk keterlibatan tidak langsung ini tetap memberikan
manfaat bagi Desa Wonokitri yaitu penerimaan biaya sewa lahan yang diberikan
oleh pihak ketiga selaku pengelola lahan parkir. Adanya sewa lahan ini
memberikan kontribusi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
sehingga pembangunan Desa Wonokitri dapat dilaksanakan. Pelaksanaan kegiatan
wisata oleh Desa Wonokitri tidak menjadi prioritas karena pengelolaan lahan
parkir sepenuhnya dilakukan oleh pihak ketiga. Meski demikian, ketergantungan
68

terhadap kegiatan wisata bersifat sedang (41-60%) karena bukan merupakan


sumber utama APBDes.
3) Paguyuban Ojeg
Paguyuban ojeg merupakan stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh
sedang (antara rendah dan tinggi) dalam kegiatan wisata. Pengaruh sedang yang
dimiliki oleh paguyuban ojeg terhadap anggotanya terjadi karena kapasitas yang
dimiliki oleh paguyuban ojeg cukup memadai, antara lain terkait sumber daya
manusia dan fasilitas kegiatan wisata. Tata tertib yang diterapkan untuk anggota
paguyuban mampu mengatur kegiatan masing-masing ojeg yang beroperasi,
namun belum ada aturan terkait tarif bersama. Apabila terjadi pelanggaran tata
tertib, pelanggar akan dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan kesepakatan
pada forum rutin paguyuban.
Kepentingan paguyuban ojeg terhadap kegiatan wisata bersifat rendah
karena sebagian besar anggota paguyuban hanya menjadikan ojeg sebagai
pekerjaan sampingan. Curahan waktu yang diberikan dalam kegiatan wisata
sebagian besar anggota paguyuban hanya 9 jam per hari sehingga kontribusi
kegiatan wisata dalam memberikan tambahan penerimaan tidak mencapai 50%
dari penerimaan total anggota paguyuban.
4. Actors
Actors merupakan stakeholder yang berada di kuadran IV dan memiliki
tingkat pengaruh tinggi namun tingkat kepentingannya rendah dalam kegiatan
wisata. Stakeholder pada kuadran IV ini yaitu paguyuban jeep. Paguyuban jeep
memiliki tingkat pengaruh dan kepentingan lebih tinggi dibandingkan dengan
paguyuban ojeg. Keterlibatan paguyuban jeep dalam kegiatan wisata berupa
perencanaan paket kegiatan wisata yang dapat dipilih oleh pengunjung dan
pelaksanaan kegiatan wisata berupa penyediaan jasa penyewaan jeep. Manfaat
dari kegiatan wisata ada dua, yaitu menciptakan lapangan pekerjaan dan
memberikan penerimaan bagi anggota paguyuban.
Selain menyediakan jasa angkutan wisata, paguyuban juga memiliki
wewenang untuk memberikan layanan perizinan dan memberikan informasi
terkait kegiatan wisata. Bentuk layanan perizinan yang disediakan adalah
perizinan untuk memasuki kawasan, hal ini dapat terjadi karena paguyuban jeep
69

sudah menjalin kerjasama dengan beberapa agen wisata sehingga tiket masuk
kawasan untuk wisatawan dan kendaraan dapat diurus oleh koordinator
paguyuban. Tingkat ketergantungan paguyuban jeep terhadap kegiatan wisata
bernilai sedang karena pendapatan wisata hanya berkontribusi antara 41-60%
terhadap pendapatan total. Meskipun demikian, penggunaan jeep sebagai
angkutan khusus di dalam kawasan memberikan pendapatan relatif tinggi bagi
anggota paguyuban dibandingkan angkutan lainnya (ojeg).
Identifikasi tingkat pengaruh paguyuban jeep dalam kegiatan wisata
menunjukkan pengaruh paguyuban jeep cukup tinggi, namun hanya mampu
mempengaruhi anggota paguyuban saja. Tata tertib yang telah dibuat serta
perannya yang besar dalam penyediaan angkutan wisata menjadikan pelaksanaan
kegiatan wisata dapat terlaksana dengan tertib. Untuk meningkatkan kenyamanan
dan kapasitas pelayanan wisata, paguyuban mengadakan forum rutin dan
kerjasama dengan stakeholder lainnya. Penerapan tata tertib yang sudah baik
mampu mengurangi pelanggaran yang biasanya terjadi, misalnya pemberian tarif
yang tidak sesuai dengan ketentuan. Bentuk sanksi yang diberikan berupa sanksi
administrasi, yaitu pengurangan jumlah penyewaan jeep. Tingginya pengaruh
paguyuban dalam kegiatan wisata juga dipengaruhi oleh kapasitas yang dimiliki
paguyuban, yaitu anggaran memadai dalam menyediakan layanan jasa wisata,
anggota paguyuban memiliki keahlian dan menguasai kondisi jalan kawasan,
fasilitas jeep yang mencukupi, dan informasi memadai terkait kegiatan wisata.

6.3.3 Kondisi Pemetaan Stakeholder Terkait Manfaat Ekonomi dan Ekologi


Kegiatan Wisata Alam di Gunung Pananjakan 1

Kondisi pemetaan stakeholder terkait manfaat ekonomi dan ekologi


kegiatan wisata alam di Gunung Pananjakan 1 merupakan hasil estimasi manfaat
ekonomi dan analisis stakeholder kegiatan wisata alam. Pemetaan stakeholder
dilakukan untuk mencapai hasil luaran yang diharapkan dari penelitian, yaitu
terciptanya tata kelola kegiatan wisata alam yang mampu memberikan manfaat
ekonomi bagi masyarakat sekitar dan mampu menjaga kelestarian TNBTS.
Hasil analisis stakeholder menunjukkan BBTNBTS sudah memiliki posisi
yang tepat dalam kegiatan wisata alam. BBTNBTS memiliki pengaruh tinggi
kepada stakeholder lain yang terlibat dalam kegiatan wisata alam. Tingkat
70

kepentingan BBTNBTS yang tinggi terhadap kegiatan wisata alam menunjukkan


BBTNBTS memperhatikan keberlanjutan kegiatan wisata alam yang mampu
memberikan manfaat ekonomi dan ekologi. Selanjutnya, posisi LWG Bromo
Tengger Sejahtera sudah tepat yakni di bawah BBTNBTS. Meskipun memiliki
tingkat kepentingan dan pengaruh yang tinggi, LWG hanya berperan sebagai
perantara antara masyarakat dan BBTNBTS. Pengaruh yang tinggi diberikan
kepada paguyuban-paguyuban yang berada di bawahnya agar melaksanakan
kegiatan wisata yang sesuai tata tertib yang disepakati antara BBTNBTS dan
LWG. Adapun, tingkat kepentingan yang tinggi mendorong LWG untuk terus
meningkatkan kapasitas anggota agar manfaat ekonomi dan ekologi dapat berjalan
secara seimbang.
Selanjutnya, posisi RPTN Gunung Pananjakan sebaiknya lebih tinggi
dibandingkan dengan Paguyuban PKL. Meskipun hanya menjalankan instruksi
dari BBTNBTS, RPTN Gunung Pananjakan juga memberikan kontribusi dalam
mendapatkan PNBP wisata yang merupakan pendapatan utama BBTNBTS. Desa
Wonokitri juga perlu mendapatkan posisi yang lebih tinggi dibandingkan
volunteer. Hal ini perlu dilakukan agar desa sekitar kawasan TNBTS memiliki
tanggung jawab dalam menjaga keberlanjutan kegiatan wisata alam yang selaras
dengan kelestarian kawasan. Lebih lanjut lagi, ada baiknya semua paguyuban
yang terlibat berada pada Kuadran IV dengan tingkat kepentingan yang mendekati
tinggi. Hal ini dilakukan agar setiap paguyuban mampu memberikan pengaruh
bagi anggotanya untuk melaksanakan kegiatan wisata yang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Selain itu, tingkat kepentingan yang mendekati tinggi
dapat menjadi dorongan agar anggota paguyuban ikut berpartisipasi dalam
kegiatan wisata alam yang memberikan manfaat ekonomi dan ekologi.
Selanjutnya dibuat skema tata kelola kegiatan wisata alam yang mampu
memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar dan mampu menjaga
kelestarian TNBTS. Skema pada Gambar 11 menunjukkan hubungan instruksi,
hubungan koordinasi, dan hubungan aliran dana antar stakeholder kegiatan wisata
alam Gunung Pananjakan 1.
71

Pusat

PNBP
APBN
BBTNBTS

Bidang PTN Wilayah I LWG Bromo Tengger


Sejahtera

APBN
Seksi PTN Wilayah I Paguyuban Paguyuban Paguyuban
jeep ojeg PKL

Kas

RPTN Gunung Pananjakan


Pemilik jeep Ojeg Pemilik kios

Kelompok Tiket
Sewa jeep

Pengeluaran
pejabat masuk Upah

wisata
fungsional Driver Tenaga
(Polhut/PEH) jeep kerja
Pengeluaran
Pengeluaran
wisata Pengunjung wisata

Volunteer Volunteer non

parkir
Upah
resmi resmi sebagai Biaya
pemandu wisata
dan penjaga toilet
Pengelola lahan parkir

Sewa lahan

Desa Wonokitri
Keterangan:
Hubungan instruksi Hubungan koordinasi
Hubungan aliran dana

Sumber: Hasil olahan data primer (2016)


Gambar 11 Skema tata kelola kegiatan wisata alam Gunung Pananjakan 1

Gambar 11 menunjukkan hubungan instruksi, hubungan koordinasi, dan


hubungan aliran dana antar stakeholder kegiatan wisata alam di Gunung
Pananjakan 1. Hubungan tersebut selanjutnya dijelaskan sebagai berikut.
1. Hubungan Instruksi
Hubungan instruksi menunjukkan alur pemberian instruksi terkait kegiatan
wisata alam di Gunung Pananjakan 1. Pada mulanya instruksi diberikan oleh
pusat (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) ke BBTNBTS untuk
menjalankan program yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
72

Pelaksanaan program wisata alam yang telah disusun oleh BBTNBTS


diinstruksikan kepada bagian-bagian yang ada di bawah BBTNBTS secara
berurutan, yaitu (1) Bidang Pengelolaan Taman Nasional (PTN) Wilayah I, (2)
Seksi Pengelolaan Taman Nasional (PTN) Wilayah I, dan (3) Resort
Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Gunung Pananjakan.
2. Hubungan Koordinasi
Hubungan koordinasi menunjukkan hubungan timbal balik antar stakeholder
kegiatan wisata alam Gunung Pananjakan 1. Koordinasi terjadi antara
BBTNBTS dengan Bidang PTN Wilayah I, Bidang PTN Wilayah I dengan
Seksi PTN Wilayah I, Seksi PTN Wilayah I dengan RPTN Gunung
Pananjakan, RPTN Gunung Pananjakan dengan volunteer, serta BBTNBTS
dengan Kelompok pejabat fungsional seperti polisi hutan (polhut) dan
Pengendali Ekosistem Hutan (PEH). Koordinasi yang dilaksanakan terkait
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan wisata
alam. Selain itu, terdapat koordinasi antara BBTNBTS dan LWG Bromo
Tengger Sejahtera. Koordinasi yang dilaksanakan terkait perizinan
pelaksanaan kegiatan usaha di bidang wisata. LWG Bromo Tengger Sejahtera
selanjutnya akan berkoordinasi dengan paguyuban jeep, paguyuban ojeg, dan
paguyuban PKL dalam pelaksanaan, pengorganisasian, dan pengawasan
kegiatan wisata. Bagi individu yang ingin membuka usaha di Gunung
Pananjakan 1 terlebih dahulu harus meminta surat rekomendasi dari LWG dan
selanjutnya LWG akan menyampaikan kepada BBTNBTS. Apabila
BBTNBTS telah memberikan izin, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan
wisata dilaksanakan oleh anggota paguyuban.
3. Hubungan Aliran Dana
Dana yang digunakan untuk melaksanakan program BBTNBTS berasal
RAPBN yang diajukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Dana yang diterima oleh BBTNBTS akan dialirkan kepada setiap bagian atau
divisi untuk digunakan dalam melaksanakan program yang telah disusun
sebelumnya. Selain menerima dana dari pusat, BBTNBTS memiliki kewajiban
untuk menyetorkan secara langsung Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
ke kas negara. PNBP yang harus disetorkan berasal dari pungutan masuk
73

pengunjung dan kendaraan, pungutan kegiatan, penelitian, dan rumah dinas.


PNBP wisata yang menjadi objek penelitian ini adalah PNBP yang berasal
dari pungutan masuk pengunjung dan kendaraan. Aliran dana terkait kegiatan
wisata juga terjadi antara Seksi PTN Wilayah I kepada volunteer resmi berupa
upah sebesar Rp 600,000 per bulan. Pengeluaran wisata dari pengunjung
menghasilkan aliran dana kepada pemilik dan tenaga kerja usaha jasa wisata di
Gunung Pananjakan 1. Selain itu, pengeluaran pengunjung juga menghasilkan
aliran dana untuk volunteer non resmi berupa uang tip yang merupakan
penerimaan wisata bagi volunteer non resmi yang bekerja sebagai penjaga
toilet dan pemandu wisata, serta menghasilkan aliran dana kepada pengelola
parkir yang kemudian menjadi penerimaan bagi Desa Wonokitri selaku
pemilik lahan parkir. Berdasarkan hasil wawancara, pemilik jeep yang
tergabung dalam paguyuban harus membayar uang kas setiap kali beroperasi.
74
75

VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Simpulan dari hasil penelitian mengenai manfaat ekonomi dan stakeholder


kegiatan wisata di Gunung Pananjakan 1 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
adalah sebagai berikut.
1. Estimasi manfaat ekonomi wisata alam Gunung Pananjakan 1 bagi masyarakat
menunjukkan rata-rata pendapatan wisata sebesar Rp 2,598,648.29 per bulan
dengan kontribusi tinggi pada share terhadap pendapatan total rata-rata
(61.93%) dan kontribusi sangat tinggi pada covering pendapatan wisata
terhadap pengeluaran RT (123.53%).
2. Estimasi manfaat ekonomi wisata alam bagi BBTNBTS menunjukkan apabila
PNBP dapat digunakan secara langsung, kegiatan wisata alam memberikan
kontribusi sangat tinggi dalam memenuhi kebutuhan pelestarian atau
konservasi (167.83%).
3. Stakeholder yang berperan dalam kegiatan wisata alam Gunung Pananjakan 1
adalah: (1) Subject, yaitu Paguyuban PKL dan RPTN Gunung Pananjakan. (2)
Players, yaitu BBTNBTS dan LWG Bromo Tengger Sejahtera, (3) Bystanders,
yaitu volunteer, Desa Wonokitri, dan Paguyuban Ojeg, serta (4) Actors, yaitu
Paguyuban Jeep. Secara umum, stakeholder kegiatan wisata alam Gunung
Pananjakan 1 sudah mendukung kegiatan wisata alam yang memberikan
manfaat ekonomi dan ekologi, namun masih terdapat beberapa stakeholder
yang perlu meningkatkan peran dan kapasitas.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disampaikan saran sebagai berikut:


1. Perlunya peningkatan kapasitas masyarakat dalam mengembangkan usaha jasa
wisata alam Gunung Pananjakan 1 seperti pengembangan produk lokal agar
manfaat ekonomi bagi masyarakat dapat meningkat. Contoh pengembangan
produk lokal seperti makanan olahan dari jagung yang dikemas menjadi
produk cinderamata khas masyarakat.
76

2. Perlunya penetapan tata tertib dan tarif bersama bagi semua paguyuban usaha
jasa wisata alam Gunung Pananjakan 1 agar setiap paguyuban memiliki hak
dan kewajiban yang sama dalam kegiatan wisata alam.
3. Perlunya pelegalan pelaku usaha jasa wisata alam melalui pembentukan
lembaga berbadan hukum yang dapat menaungi pelaku usaha jasa wisata alam
di TNBTS untuk mendapatkan Izin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) agar
manfaat ekonomi wisata alam tetap dirasakan oleh masyarakat sekitar.
4. Berdasarkan PP RI Nomor 12 Tahun 2014 tentang PNBP, setiap pelaku usaha
jasa wisata alam harus membayar izin dan pungutan hasil usaha jasa wisata
alam. Oleh karena itu, perlunya penelitian lebih lanjut mengenai kesediaan
membayar para pelaku usaaha di TNBTS terkait dengan PP tersebut.
77

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra HS. 2012. Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pendekatan


Ecosophy Bagi Penyelamatan Bumi. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ
Pr.
Ashley C, Peter de Brine, Lehr A, Wildeh H . 2007. The Role of Tourism Sector
in Expanding Economic Opportunity. Corporate Social Responsibility
Initiative Report Nomor 23 Cambridge, MA. Kennedy School of
Government. Harvard Univ.
[BBTNBTS] Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. 2013. Buku
Zonasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Malang (ID): Balai
Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
[BBTNBTS] Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. 2014.
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru. Malang (ID): Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru.
[BBTNBTS] Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. 2015a.
Statistik BBTNBTS Tahun 2015. Malang (ID): Balai Besar Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru.
[BBTNBTS] Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. 2015b.
Laporan Capaian Rencana Kerja Tahun 2015 Balai Besar TNBTS.
Malang (ID): Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
[BBTNBTS] Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. 2015c.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2015 Balai Besar TNBTS. Malang (ID):
Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Bungin B. 2011. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta (ID): Kencana.
Candrea AN, Bouriaud L. 2009. A stakeholders' analysis of potential sustainable
tourism development strategies in Piatra Craiului National Park. Ann For
Res. 52: 191-198.
Damanik J, Weber HF. 2006. Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta (ID): Andi.
Ekayani M, Nuva, Yasmin R, Sinaga F, Maaruf LOM. 2014. Wisata alam Taman
Nasional Gunung Halimun Salak: solusi kepentingan ekologi dan ekonomi
(natural tourism at Gunung Halimun Salak National Park: a solution for
ecological and economic interest). JIPI. 19(1): 29-37.
Ernawati NM. 2010. Tingkat kesiapan Desa Tihingan-Klungkung, Bali sebagai
tempat wisata berbasis masyarakat. J Analisis Pariwisata. 10(1): 1-8.
Fauzi A. 2014. Valuasi Ekonomi dan Penilaian Kerusakan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan. Bogor (ID): IPB Pr.
Hallsworth EG. 1982. The human ecology of tropical forest. Di dalam: Hallsworth
EG, editor. Socio-economic Effects and Constraints in Tropical Forest
Management. Australia (AU): J Wiley.
78

Handayani N. 2014. Mekanisme hubungan para pihak dalam pengelolaan wisata


alam di Zona Pemanfaatan Plengkung Taman Nasional Alas Purwo
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta (ID):
Referensi.
Mumtas M, Wichien C. 2013. Stakeholder analysis for sustainable land
management of Pak Phanang River Basin Thailand. Procedia - Social and
Behavioral Sciences. 91(2013): 349-356.doi:10.1016/j.sbspro.2013.08.432.
Nastran M. 2014. Stakeholder analysis in a protected natural park: case study
from Slovenia. J Environmental Planning and Management. 57(9): 1359-
1380.doi: 10.1080/09640568.2013.808608.
Nugroho B. 2002. Analisis Biaya Proyek Kehutanan. Bogor (ID): Yayasan
Penerbit Fakultas Kehutanan.
Nugroho I. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta (ID):
Pustaka Pelajar.
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2010 Tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional,
Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Zonasi Taman Nasional.
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 2014 Tentang
Tata Cara Kerjasama Penyelenggaraan Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Jenis
dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada
Kementerian Kehutanan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1994 Tentang
Pengusahaan Wisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman
Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2010 Tentang
Pengusahaan Wisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman
Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.
Putro HR, Supriatin, Sunkar A, Rossanda D, Prihatini ER. 2012. Pengelolaan
Kolaboratif Taman Nasional di Indonesia. Bogor (ID): IPB Pr.
Reed MS, Graves A, Dandy N, Posthumus H, Hubacek K, Morris J, Prell C,
Quinn CH, Stringer LC. 2009. Who’s in and why? A typology of
stakeholder analysis methods for natural resource management. J
Environmental Management. 90 (2009): 1933-1949.doi:
10.1016/j.jenvman.2009.01.001.
79

[RPTN] Resort Pengelolaan Taman Nasional Gunung Pananjakan. 2015. Laporan


RBM. Pasuruan (ID): Resort Pengelolaan Taman Nasional Gunung
Pananjakan.
Rifki M. 2013. Nilai dan manfaat ekonomi pengembangan taman wisata alam bagi
konservasi dan masyarakat sekitar (Studi kasus Taman Wisata Alam
Rimbo Panti Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat) [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Jakarta (ID): UI Pr.
Sudarmadji, Widyastuti. 2014. Dampak dan kendala wisata Waduk Sermo dari
aspek lingkungan hidup dan risiko bencana. J Tekno Sains. 3(2):81-166.
Sulaiman S, Kusherdyana. 2013. Pengantar Statistika Pariwisata Aplikasinya
dalam Bidang: Pariwisata, Usaha Perjalanan, dan Perhotelan. Bandung
(ID): Alfabeta.
Sultika LY. 2010. Analisis pendapatan dan persepsi masyarakat terhadap hutan
rakyat (studi kasus: hutan rakyat di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican
dan Desa Bojong Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa
Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sunarminto T. 2005. Aspek sosial ekonomi kegiatan ekowisata dalam kawasan
konservasi. Di dalam: Supriyanto, Qadariah L, Herdiansyah, editor.
Pengembangan Ekowisata Indonesia dalam Rangka Meningkatkan Devisa
Negara Dari Sektor Pariwisata. Pekan Ilmiah Kehutanan Nasional II;
2003; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Kehutanan. hlm 8-14.
Sundari HA, Zulfanita, Utami DP. 2012. Kontribusi usahatani ubi jalar (Ipomea
Batatas L) terhadap pendapatan rumah tangga petani di Desa Ukirsari,
Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo. J Surya Agritama. 1(2): 34-45.
Tapper R, Cochrane J. 2005. Forging Links Between Protected Areas and The
Tourism Sector: How Tourism Can Benefit Conservation. Paris (FR):
United Nations Environment Programme.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan.
Vibol K, Proeung S, Dareth P, Thea S, Sarina C, Song S, Chantha V, Vandy N,
Bunly L, Sineum C. 2001. Policy Option for Cambodia’s Ream National
Park: A Stakeholder and Economic Analysis. Cambridge (US): University
of Cambridge.
Vidya. 2014. Dampak ekonomi dan analisis stakeholder wisata Pantai Gondoriah
Sumatera Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Yoeti OA. 2008a. Ekonomi Wisata Introduksi, Informasi, dan Implementasi.
Jakarta (ID): Kompas.
Yoeti OA. 2008b. Dasar-dasar Pengertian Hospitaliti dan Wisata. Bandung (ID):
Alumni.
80
81

LAMPIRAN
82
83

Lampiran 1 Kuesioner manfaat ekonomi wisata alam Gunung Pananjakan 1

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
Jl. Kamper Wing 5 Level 5 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680

KUESIONER MANFAAT EKONOMI PARIWISATA


Data hasil kuesioner ini hanya digunakan sebagai bahan skripsi mengenai
“MANFAAT EKONOMI DAN ANALISIS STAKEHOLDER WISATA ALAM
GUNUNG PANANJAKAN 1 TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU”
yang dilakukan oleh Amalia Inshan Fadilah (H44120053), mahasiswi Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Mohon partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan
lengkap demi keobjektifan data. Informasi ini dijamin kerahasiaannya, tidak untuk
dipublikasi, dan tidak untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan kerjasamanya Saya
ucapkan terima kasih.

No. Kuesioner : ………………………….


Tanggal wawancara : ………………………….

A. Karakteristik Responden Pelaku Usaha


1. Nama lengkap :
2. Jenis kelamin : 1) L 2) P
3. Usia : …………. tahun
4. Alamat tinggal : …………………………………………......
5. Penduduk Suku Tengger : 1) Ya 2) Tidak
jika tidak, a. Asal :
b. Alasan tinggal :
6. Lama tinggal di daerah ini : …………. tahun
7. Status pernikahan : 1) Menikah 2) Belum menikah
8. Pendidikan terakhir :
1) Tidak tamat SD/ sederajat 4) SMA/ sederajat
2) SD/ sederajat 5) Diploma
3) SMP/ sederajat 6) Sarjana
9. Jenis pekerjaan terkait pariwisata: 1) Ya 2) Tidak
10. Pekerjaan utama :
1) PNS, bidang kerja………………… 4) Petani
2) Wiraswasta, bidang usaha…………. 5) Pegawai swasta, bidang kerja…….
3) Volunteer 6) Lainnya,………………………….
11. Pekerjaan sampingan :
1) PNS, bidang kerja………………… 4) Petani
2) Wiraswasta, bidang usaha…………. 5) Pegawai swasta, bidang kerja…….
3) Volunteer 6) Lainnya, ………………………….

B. Keterlibatan dalam Kegiatan Pariwisata


1. Apa bentuk keterlibatan anda dalam kegiatan wisata di lokasi ini?
1) Pemilik unit usaha, (Lanjut ke pertanyaan no 2-12)
2) Pekerja di unit usaha di bidang pariwisata
3) Mengelola parkir
4) Menjaga dan menarik biaya tiket masuk pintu utama
5) Menjaga dan menarik biaya tiket masuk di spot lokasi pariwisata
6) Menjaga kelestarian SDAL TNBTS
7) Menjaga keamanan di lokasi wisata
8) Mengelola objek wisata termasuk pengumpulan penerimaan dari objek wisata
84

2. Jenis Usaha apa yang anda jalankan? ………………………………………


3. Sudah berapa lama unit usaha ini dijalankan?....................tahun
4. Curahan waktu di pekerjaan bidang pariwisata: ……. Jam/hari dan …………... Hari/minggu
5. Apa alasan Anda memilih lokasi ini untuk unit usaha?
a. Pertimbangan sendiri,
alasan:.....................................................................……………………………………………
b. Ketentuan dari pihak terkait (Pemkot, pengelola TN, desa), bentuk aturannya:
……………………………………...………………………..………………………………
6. Berapa modal awal yang dibutuhkan untuk mendirikan usaha
anda? ...........................................Rupiah
7. Berapa biaya sewa tempat usaha anda per bulan? ...........................................Rp/bulan
8. Apakah saat ini ada biaya retribusi terkait usaha yang anda jalankan?
1) Ya,
2) Tidak
a. Apabila jawaban ya, retribusi tersebut untuk apa dan dibayarkan ke siapa?
untuk……………............dibayar ke ………….......................
b. Apabila jawaban ya, berapa retribusi yang dibayarkan:
Rp …..........…………/hari atau /bulan atau / tahun (coret salah satu)
9. Apa saja rincian biaya operasional dan biaya lainnya yang anda keluarkan terkait unit usaha
anda?
1. Biaya bahan baku Rp …………….
2. Biaya tenaga kerja Rp …………….
3. Biaya kebersihan Rp …………….
4. Biaya retribusi ……………………… Rp …………….
5. Biaya keamanan Rp …………….
6. Biaya ………………………………… Rp …………….
Jumlah Rp …………….
10. Berapa rata-rata penerimaan/omzet per hari yang anda peroleh dari unit usaha
anda?..............Rp/hari
11. Berapa persen rata-rata keuntungan dari omzet per hari yang anda peroleh dari unit usaha
anda?................. persen
12. Apa saja kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ini? (*boleh lebih dari satu)
a. Teknis: (a) lokasi usaha, (b) keterampilan usaha
Alasan:……………………………………………………………...…………………...............
b. Ekonomi: (a) kurangnya wisatawan, (b) saingan dengan pedagang lain
Alasan:……………………………………………………………...…………………..............
c. Sosial: (a) konflik usaha, (b) konflik pengelolaan
Alasan:……………………………………………………………...…………………..............
d. Lingkungan: (a) Cuaca, (b) Longsor
Alasan:……………………………………………………………...…………………..............

C. Karakteristik Usaha Non Pariwisata


1. Status pekerjaan: 1) Pekerjaan utama 2) Pekerjaan sampingan
2. Pendapatan pribadi dari pekerjaan non pariwisata per bulan: Rp…………………
3. Curahan waktu di pekerjaan non pariwisata: ……. Jam/hari dan ………... Hari/minggu

D. Karakteristik Rumah Tangga


1. Jumlah tanggungan keluarga : ………….. orang
2. Pendapatan anggota rumah tangga lainnya per bulan:
No. Anggota Pekerjaan Penghasilan Pekerjaan non Penghasilan
keluarga pariwisata (Rp/bulan) pariwisata (Rp/bulan)
1 Istri/Suami*
2 Anak 1**
3 Anak 2**
5 Lainnya,
……………

Keterangan : * Coret salah Satu


**Anak yang masih membantu keuangan rumah tangga
85

3. Pengeluaran rumah tangga per bulan:


a. Listrik per bulan : Rp ................................................
b. Air per bulan : Rp………………………………..
c. Pangan per hari atau per bulan : Rp ................................................
d. Transportasi : Rp ................................................
e. Pendidikan anak : Rp ...................... /bulan atau/tahun
f. Kesehatan : Rp ...............................................
g. Lainnya, ………............... . : Rp ...............................................
4. Jika pendapatan RT melebihi pengeluaran RT, maka digunakan untuk apa?...........................
dan berapa jumlahnya? Rp…………………………...
5. Jika pendapatan RT tidak memenuhi pengeluaran RT, darimana sumber penerimaan
lainnya?......................................................dan berapa jumlahnya? Rp………………………
86

Lampiran 2 Kuesioner stakeholder wisata alam Gunung Pananjakan 1


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
Jl. Kamper Wing 5 Level 5 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680

KUESIONER STAKEHOLDER PARIWISATA

Data hasil kuesioner ini hanya digunakan sebagai bahan skripsi mengenai
“MANFAAT EKONOMI DAN ANALISIS STAKEHOLDER WISATA ALAM
GUNUNG PANANJAKAN 1 TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU”
yang dilakukan oleh Amalia Inshan Fadilah, mahasiswi Departemen Ekonomi Sumberdaya
dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Mohon partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan
lengkap demi keobjektifan data. Informasi ini dijamin kerahasiaannya, tidak untuk
dipublikasi, dan tidak untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan kerjasamanya Saya
ucapkan terima kasih.

No. Kuesioner : ………………………….


Tanggal wawancara : ………………………….

A. Identitas Responden
1. Nama Responden : ......................................................................
2. Nama Instansi/ Kelompok : ......................................................................
3. Jabatan : ......................................................................
4. Alamat Kantor : ......................................................................
......................................................................
5. No. Telp / Faximile : .....................................................................
6. E – mail : ......................................................................
7. Latar Belakang Pendidikan :
1) Tidak tamat SD/ sederajat 4) SMA/ sederajat
2) SD/ sederajat 5) Diploma
3) SMP/ sederajat 6) Sarjana (S1/S2/S3)

B. Informasi Umum
1. Potensi (objek) pariwisata apa saja yang terdapat di TNBTS? ....................................................
2. Setiap objek pariwisata termasuk ke dalam zona apa saja? ………….........................................

C. Tingkat Kepentingan Stakeholder dalam Kegiatan Wisata


1. Bagaimanakah bentuk keterlibatan lembaga/instansi/kelompok Bapak/Ibu/Saudara dalam
kegiatan wisata di TNBTS?
.....................................................................................................................................................
2. Manfaat apa sajakah yang diperoleh lembaga/instansi/kelompok Bapak/Ibu/Saudara dari
kegiatan wisata di TNBTS?
.................................................................................................................................. .....................
3. Bagaimanakah bentuk kewenangan lembaga/instansi/kelompok Bapak/Ibu/Saudara dalam
kegiatan wisata di TNBTS?
.....................................................................................................................................................
4. Apa sajakah program kerja lembaga/instansi/kelompok Bapak/Ibu/Saudara yang terkait
kegiatan wisata di TNBTS? Berapa persenkah program kerja tersebut dalam Tupoksi
lembaga/instansi/kelompok Bapak/Ibu/Saudara?
........................................................................................................................................................
5. Bagaimanakah tingkat ketergantungan lembaga/instansi/kelompok Bapak/Ibu/Saudara
berdasarkan sumber pendapatan yang diperoleh dari kegiatan wisata di TNBTS? Berapa
persenkah hasil yang diperoleh lembaga/instansi/kelompok Bapak/Ibu/Saudara?
......................................................................................................................................................
6. Berapa lama anda terlibat dalam kegiatan wisata di TNBTS? ………………………………….
87

Tabel 1. Penilaian tingkat kepentingan stakeholder dalam kegiatan wisata


No Unsur Sub Unsur Jawaban 5 4 3 2 1
1 Keterlibatan a. Perencanaan kegiatan wisata
stakeholder b. Pengorganisasian kegiatan
dalam kegiatan wisata
wisata c. Pelaksanaan kegiatan wisata
d. Pengawasan/ evaluasi kegiatan
wisata
Keterangan Scoring Skor 5 : Terlibat semua kegiatan
Skor 4 : Terlibat dalam 3 kegiatan, yaitu
Skor 3 : Terlibat dalam 2 kegiatan, yaitu
Skor 2 : Terlibat dalam 1 kegiatan, yaitu
Skor 1 : Tidak terlibat kegiatan

No Unsur Sub Unsur Jawaban 5 4 3 2 1


2 Manfaat a. Sumber penerimaan
kegiatan wisata b. Menciptakan lapangan kerja
bagi stakeholder c. Membuka akses
d. Mendorong pembangunan
Daerah
Keterangan Scoring Skor 5 : Terlibat semua kegiatan
Skor 4 : Terlibat dalam 3 kegiatan, yaitu
Skor 3 : Terlibat dalam 2 kegiatan, yaitu
Skor 2 : Terlibat dalam 1 kegiatan, yaitu
Skor 1 : Tidak terlibat kegiatan

No Unsur Sub Unsur Jawaban 5 4 3 2 1


3 Kewenangan a. Perlindungan dan pengamanan
stakeholder obyek wisata
dalam b. Pembangunan sarana dan
kegiatan wisata prasarana
c. Memberikan layanan perizinan
d. Penyediaan data/ informasi
Keterangan Scoring Skor 5 : Terlibat semua kegiatan
Skor 4 : Terlibat dalam 3 kegiatan, yaitu
Skor 3 : Terlibat dalam 2 kegiatan, yaitu
Skor 2 : Terlibat dalam 1 kegiatan, yaitu
Skor 1 : Tidak terlibat kegiatan

No Unsur Sub Unsur Jawaban 5 4 3 2 1


4 Curahan waktu a. Sangat prioritas
stakeholder b. Prioritas
dalam kegiatan c. Cukup prioritas
wisata d. Kurang prioritas
e. Tidak Prioritas
Keterangan Scoring Skor 5: Sangat prioritas, jika seluruh kegiatan stakeholder hanya fokus
dalam kegiatan wisata
Skor 4: Prioritas, jika 80% kegiatan stakeholder dalam kegiatan wisata
Skor 3 : Cukup prioritas, jika 60% kegiatan stakeholder dalam kegiatan
wisata
Skor 2: Kurang prioritas, jika 40% kegiatan stakeholder dalam kegiatan
wisata
Skor 1:Tidak prioritas, jika kurang dari 20% kegiatan stakeholder
dalam kegiatan wisata
88

No Unsur Sub Unsur Jawaban 5 4 3 2 1


5 Tingkat a. SangatTinggi
ketergantungan b. Tinggi
stakeholder c. Sedang
terhadap d. Rendah
kegiatan wisata e. SangatRendah

Keterangan Scoring Skor 5 : Sangat tinggi, 81- 100% pariwisata sebagai sumber pendapatan
stakeholder
Skor 4 : Tingggi, 61-80% pariwisata sebagai sumber pendapatan
stakeholder
Skor 3 : Sedang, 41-60% pariwisata sebagai sumber pendapatan
stakeholder
Skor 2 : Rendah, 21-40% pariwisata sebagai sumber pendapatan
stakeholder
Skor 1 : Sangat rendah, kurang dari 21 % pariwisata sebagai sumber
pendapatan stakeholder

D. Tingkat Pengaruh Stakeholder dalam Kegiatan Wisata


1. Apakah lembaga/instansi/kelompok Bapak/Ibu/Saudara memberikan pengaruh terhadap
lembaga/kelompok lain dalam kegiatan wisata di TNBTS? .........................................................
2. Lembaga/kelompok mana sajakah yang dipengaruhi? .................................................................
3. Bagaimana cara lembaga/instansi/kelompok Bapak/Ibu/Saudara mempengaruhi sesuai dengan
kondisi lembaga/instansi/kelompok tersebut?...............................................................................
4. Apakah lembaga/instansi/kelompok Bapak/Ibu/Saudara memberikan sanksi untuk
mempengaruhi lembaga/kelompok lain dalam kegiatan wisata di TNBTS?................................
5. Bentuk sanksi apa yang diberlakukan dan kapankah sanksi tersebut diberikan kepada
lembaga/kelompok lain?.................................................................................................................
6. Apakah lembaga/instansi/kelompok Bapak/Ibu/Saudara memberikan bantuan kepada pihak lain
terkait dengan kegiatan wisata di TNBTS? Apa sajakah bentuk bantuan
tersebut? .........................................................................................................................................
7. Apakah terdapat kekuatan pribadi di dalam lembaga/instansi/kelompok Bapak/Ibu/Saudara?
Darimanakah kekuatan kepribadian tersebut?...............................................................................
8. Bagaimana kewenangan organisasi dari lembaga/instansi/kelompok Bapak/Ibu/Saudara dalam
kegiatan wisata di TNBTS?............................................................................................................
9. Seberapa besarkah kekuatan anggaran dana yang dialokasikan untuk kegiatan wisata di
TNBTS? ……………………………………….............................................................................
10. Berapakah jumlah SDM yang dimiliki oleh lembaga/instansi/kelompok Bapak/Ibu/Saudara dan
bagaimanakah klasifikasi pendidikan SDM tersebut? .........................................................
11. Bagaimanakah cakupan jejaring kerja yang dilakukan lembaga/instansi/kelompok
Bapak/Ibu/Saudara?.....................................................................................................................

Tabel 2. Penilaian tingkat pengaruh stakeholder dalam kegiatan wisata

No Unsur Sub Unsur Jawaban 5 4 3 2 1


1 Peran dan partisipasi a. Pemberian gaji/upah
stakeholder (kontribusi dana)
dalam kegiatan b. Penyedian lahan
wisata c. Pemberian
bantuan/kegiatan
(kontribusi SDM)
d. Pemberian penghargaan
Keterangan Scoring Skor 5 : Berperan dalam semua unsur
Skor 4 : Berperan dalam 3 unsur
Skor 3 : Berperan dalam 2 unsur
Skor 2 : Berperan dalam 1 unsur
Skor 1 : Tidak berperan
89

No Unsur Sub Unsur Jawaban 5 4 3 2 1


2 Kewenangan a. Mengadakan forum untuk
stakeholder membahas
dalam interaksi (opini/pendapat) kegiatan
terkait kegiatan wisata
wisata b. Mengadakan kerjasama
kegiatan wisata
c. Promosi kegiatan wisata
d. Mengubah aturan kegiatan
wisata
Keterangan Scoring Skor 5 : Jika mampu melakukan interaksi dalam 4kegiatan
Skor 4 : Melakukan interaksi dalam 3 kegiatan
Skor 3 : Melakukan interaksi dalam 2 kegiatan
Skor 2 : Melakukan interaksi dalam1 kegiatan
Skor 1 : Tidak melakukan interaksi dalam kegiatan

No Unsur Sub Unsur Jawaban 5 4 3 2 1


3 Kontrol dan a. Memberikan sanksi
pengawasan administrasi
stakeholder b. Memberikan sanksi
dalam kegiatan finansial
wisata c. Memberikan sanksi moral
d. Memberikan sanksi hukum
Keterangan Scoring Skor 5 : Jika dapat memberikan semua sanksi
Skor 4 : Memberikan 3 sanksi
Skor 3 : Memberikan 2 sanksi
Skor 2 : Memberikan1sanksi
Skor 1 : Tidak dapat memberikan sanksi

No Unsur Sub Unsur Jawaban 5 4 3 2 1


4 Kekuatan pribadi a. Karisma stakeholder
stakeholder b. Kekuatan fisik
terkait kegiatan c. Kecerdasan
wisata mental/spiritual
d. Kekayaan

Keterangan Scoring Skor 5 : Jika mempunyai semua kekuatan kepribadian


Skor 4 : Mempunyai 3 kekuatan kepribadian
Skor 3 : Mempunyai 2 kekuatan kepribadian
Skor 2 : Mempunyai 1 kekuatan kepribadian
Skor 1 : Tidak dapat mempunyai kekuatan kepribadian

No Unsur Sub Unsur Jawaban 5 4 3 2 1


5 Kapasitas/ kondisi a. Anggaran mencukupi
sumberdaya yang b. SDM sesuai dengan bidang
disediakan keahlian
stakeholder dalam c. Fasilitas yang disediakan
mendukung mencukupi
kegiatan wisata d. Tersedia informasi yang
akurat
Keterangan Scoring Skor 5 : Jika semua sumberdaya sesuai kapasitasnya
Skor 4 : Terdapat 3 sumberdaya yang sesuai kapasitasnya
Skor 3 : Terdapat 2 sumberdaya yang sesuai kapasitasnya
Skor 2 : Terdapat 1sumberdaya yang sesuai kapasitasnya
Skor 1 : Tidak terdapat sumberdaya yang sesuai kapasitasnya
Lampiran 3 Penerimaan, pengeluaran, dan pendapatan RT pemilik usaha jasa wisata alam Gunung Pananjakan 1

90
Res- Penerimaan wisata (Rp/bulan) Penerimaan Total Pengeluaran Pengeluaran Total Pendapatan Pendapatan Total
ponden Responden Anggota Total non wisata penerimaan usaha RT (Rp/bulan) pengeluaran wisata non wisata pendapatan
keluarga lain bersih (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) RT
(Rp/bulan) (Rp/bulan)
A B C D E F G H I J K
E = C+D H = F+G I = C-F J=D K = I+J
Asongan reguler
1 700,000 2,800,000 3,500,000 375,000 3,875,000 500,000 2,242,500 2,742,500 3,000,000 375,000 3,375,000
2 1,200,000 1,200,000 2,400,000 75,000 2,475,000 800,000 2,811,250 3,611,250 1,600,000 75,000 1,675,000
3 800,000 0 800,000 125,000 925,000 500,000 1,690,250 2,190,250 300,000 125,000 425,000
Sub 2,700,000 4,000,000 6,700,000 575,000 7,275,000 1,800,000 6,744,000 8,544,000 4,900,000 575,000 5,475,000
total
Sub 900,000 1,333,333 2,233,333 191,666 2,425,000 600,000 2,248,000 2,848,000 1,633,333 191,666 1,825,000
rata-
rata
Ojeg occasional
4 400,000 0 400,000 625,000 1,025,000 80,000 2,206,250 2,286,250 320,000 625,000 945,000
5 400,000 0 400,000 625,000 1,025,000 192,000 1,100,833 1,292,833 208,000 625,000 833,000
6 400,000 0 400,000 625,000 1,025,000 68,000 2,340,000 2,408,000 332,000 625,000 957,000
7 300,000 0 300,000 500,000 800,000 64,000 1,481,333 1,545,333 236,000 500,000 736,000
8 800,000 0 800,000 2,281,250 3,081,250 204,000 2,252,500 2,456,500 596,000 2,281,250 2,877,250
Sub 2,300,000 0 2,300,000 4,656,250 6,956,250 608,000 9,380,916 9,988,916 1,692,000 4,656,250 6,348,250
total
Sub 460,000 0 460,000 931,250 1,391,250 121,600 1,876,183 1,997,783 338,400 931,250 1,269,650
rata-
rata
Ojeg reguler
9 4,200,000 0 4,200,000 1,275,000 5,475,000 510,000 4,096,666 4,606,666 3,690,000 1,275,000 4,965,000
10 4,000,000 0 4,000,000 625,000 4,625,000 720,000 4,726,000 5,446,000 3,280,000 625,000 3,905,000
11 8,000,000 0 8,000,000 1,500,000 9,500,000 480,000 2,942,500 3,422,500 7,520,000 1,500,000 9,020,000
12 1,600,000 3,400,000 5,000,000 1,125,000 6,125,000 272,000 2,709,333 2,981,333 4,728,000 1,125,000 5,853,000
13 10,000,000 0 10,000,000 562,500 10,562,500 2,940,000 1,567,083 4,507,083 7,060,000 562,500 7,622,500
Sub 27,800,000 3,400,000 31,200,000 5,087,500 36,287,500 4,922,000 16,041,583 20,963,583 26,278,000 5,087,500 31,365,500
total
Sub 5,560,000 680,000 6,240,000 1,017,500 7,257,500 984,400 3,208,316 4,192,716 5,255,600 1,017,500 6,273,100
rata-
rata
Lampiran 3 Penerimaan, pengeluaran, dan pendapatan RT pemilik usaha jasa wisata alam Gunung Pananjakan 1 (Lanjutan)
Res- Penerimaan wisata (Rp/bulan) Penerimaan Total Pengeluaran Pengeluaran Total Pendapatan Pendapatan Total
ponden Responden Anggota Total non wisata penerimaan usaha RT (Rp/bulan) pengeluaran wisata non wisata pendapatan
keluarga lain bersih (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) RT
(Rp/bulan) (Rp/bulan)
A B C D E F G H I J K
E = C+D H = F+G I = C-F J=D K = I+J
Penyewaan jeep occasional
14 3,200,000 0 3,200,000 4,500,000 7,700,000 1,480,000 1,116,666 2,596,666 1,720,000 4,500,000 6,220,000
15 3,200,000 0 3,200,000 2,250,000 5,450,000 1,480,000 1,686,666 3,166,666 1,720,000 2,250,000 3,970,000
16 3,016,000 0 3,016,000 8,750,000 11,766,000 1,296,000 1,562,916 2,858,916 1,720,000 8,750,000 10,470,000
17 1,800,000 0 1,800,000 6,625,000 8,425,000 1,560,000 883,750 2,443,750 240,000 6,625,000 6,865,000

18 1,500,000 0 1,500,000 1,687,500 3,187,500 640,000 2,533,333 3,173,333 860,000 1,687,500 2,547,500
19 3,600,000 0 3,600,000 2,250,000 5,850,000 1,440,000 1,690,000 3,130,000 2,160,000 2,250,000 4,410,000
Sub 16,316,000 0 16,316,000 26,062,500 42,378,500 7,896,000 9,473,333 17,369,333 8,420,000 26,062,500 34,482,500
total
Sub 2,719,333 0 2,719,333 4,343,750 7,063,083 1,316,000 1,578,888 2,894,888 1,403,333 4,343,750 5,747,083
rata-
rata
Penyewaan jeep reguler
20 6,400,000 18,000,000 24,400,000 9,000,000 33,400,000 2,080,000 3,522,916 5,602,916 22,320,000 9,000,000 31,320,000
21 4,500,000 0 4,500,000 3,375,000 7,875,000 1,673,555 8,475,833 10,149,388 2,826,444 3,375,000 6,201,444
22 5,700,000 0 5,700,000 37,500 5,737,500 1,920,000 752,500 2,672,500 3,780,000 37,500 3,817,500
23 4,000,000 0 4,000,000 2,500,000 6,500,000 1,080,000 1,230,833 2,310,833 2,920,000 2,500,000 5,420,000
Sub 20,600,000 18,000,000 38,600,000 14,912,500 53,512,500 6,753,555 13,982,083 20,735,638 31,846,444 14,912,500 46,758,944
total
Sub 5,150,000 4,500,000 9,650,000 3,728,125 13,378,125 1,688,388 3,495,520 5,183,909 7,961,611 3,728,125 11,689,736
rata-
rata
PKL (Cinderamata dan makanan) occasional
24 1,600,000 0 1,600,000 375,000 1,975,000 950,000 3,098,333 4,048,333 650,000 375,000 1,025,000
Sub 1,600,000 0 1,600,000 375,000 1,975,000 950,000 3,098,333 4,048,333 650,000 375,000 1,025,000
total
Sub 1,600,000 0 1,600,000 375,000 1,975,000 950,000 3,098,333 4,048,333 650,000 375,000 1,025,000
rata-
rata
PKL (Cinderamata dan makanan) reguler

91
25 7,200,000 0 7,200,000 1,875,000 9,075,000 3,150,000 1,710,333 4,860,333 4,050,000 1,875,000 5,925,000
Lampiran 3 Penerimaan, pengeluaran, dan pendapatan RT pemilik usaha jasa wisata alam Gunung Pananjakan 1 (Lanjutan)

92
Res- Penerimaan wisata (Rp/bulan) Penerimaan Total Pengeluaran Pengeluaran Total Pendapatan Pendapatan Total
ponden Responden Anggota Total non wisata penerimaan usaha RT (Rp/bulan) pengeluaran wisata non wisata pendapatan
keluarga lain bersih (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) RT
(Rp/bulan) (Rp/bulan)
A B C D E F G H I J K
E = C+D H = F+G I = C-F J=D K = I+J
26 30,000,000 0 30,000,000 3,750,000 33,750,000 6,050,000 4,196,333 10,246,333 23,950,000 3,750,000 27,700,000
27 14,000,000 0 14,000,000 437,500 14,437,500 4,237,500 3,151,250 7,388,750 9,762,500 437,500 10,200,000
28 18,000,000 0 18,000,000 0 18,000,000 1,027,500 2,361,666 3,389,166 16,972,500 0 16,972,500
29 5,000,000 0 5,000,000 1,241,666 6,241,666 905,000 2,564,166 3,469,166 4,095,000 1,241,666 5,336,666
30 700,000 0 700,000 62,500 762,500 610,000 913,333 1,523,333 90,000 62,500 152,500
31 16,400,000 0 16,400,000 750,000 17,150,000 15,330,000 1,761,666 17,091,666 1,070,000 750,000 1,820,000
Sub 91,300,000 0 91,300,000 8,116,666 99,416,666 31,310,000 16,658,750 47,968,750 59,990,000 8,116,666 68,106,666
total
Sub 13,042,857 0 13,042,857 1,159,523 14,202,380 4,472,857 2,379,821 6,852,678 8,570,000 1,159,523 9,729,523
rata-
rata
PKL (Cinderamata dan penyewaan jaket) reguler
32 7,600,000 0 7,600,000 1,250,000 8,850,000 3,000,000 1,927,916 4,927,916 4,600,000 1,250,000 5,850,000
Sub 7,600,000 0 7,600,000 1,250,000 8,850,000 3,000,000 1,927,916 4,927,916 4,600,000 1,250,000 5,850,000
total
Sub 7,600,000 0 7,600,000 1,250,000 8,850,000 3,000,000 1,927,916 4,927,916 4,600,000 1,250,000 5,850,000
rata-
rata
PKL (Cinderamata) reguler
33 3,400,000 0 3,400,000 1,250,000 4,650,000 580,000 1,205,000 1,785,000 2,820,000 1,250,000 4,070,000
Sub 3,400,000 0 3,400,000 1,250,000 4,650,000 580,000 1,205,000 1,785,000 2,820,000 1,250,000 4,070,000
total
Sub 3,400,000 0 3,400,000 1,250,000 4,650,000 580,000 1,205,000 1,785,000 2,820,000 1,250,000 4,070,000
rata-
rata
PKL (Makanan) reguler
34 1,300,000 1,300,000 2,600,000 250,000 2,850,000 1,155,000 1,215,833 2,370,833 1,445,000 250,000 1,695,000
Sub 1,300,000 1,300,000 2,600,000 250,000 2,850,000 1,155,000 1,215,833 2,370,833 1,445,000 250,000 1,695,000
total
Sub 1,300,000 1,300,000 2,600,000 250,000 2,850,000 1,155,000 1,215,833 2,370,833 1,445,000 250,000 1,695,000
rata-
rata
Lampiran 3 Penerimaan, pengeluaran, dan pendapatan RT pemilik usaha jasa wisata alam Gunung Pananjakan 1 (Lanjutan)
Res- Penerimaan wisata (Rp/bulan) Penerimaan Total Pengeluaran Pengeluaran Total Pendapatan Pendapatan Total
ponden Responden Anggota Total non wisata penerimaan usaha RT (Rp/bulan) pengeluaran wisata non wisata pendapatan
keluarga lain bersih (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) RT
(Rp/bulan) (Rp/bulan)
A B C D E F G H I J K
E = C+D H = F+G I = C-F J=D K = I+J
PKL (Makanan) occasional
35 4,000,000 0 4,000,000 150,000 4,150,000 300,000 1,785,000 2,085,000 3,700,000 150,000 3,850,000
Sub 4,000,000 0 4,000,000 150,000 4,150,000 300,000 1,785,000 2,085,000 3,700,000 150,000 3,850,000
total
Sub 4,000,000 0 4,000,000 150,000 4,150,000 300,000 1,785,000 2,085,000 3,700,000 150,000 3,850,000
rata-
rata
Pemandu wisata reguler
36 10,400,000 0 10,400,000 1,000,000 11,400,000 1,170,000 1,603,833 2,773,833 9,230,000 1,000,000 10,230,000
37 10,400,000 0 10,400,000 5,375,000 15,775,000 340,000 4,979,166 5,319,166 10,060,000 5,375,000 15,435,000
Sub 20,800,000 0 20,800,000 6,375,000 27,175,000 1,510,000 6,583,000 8,093,000 19,290,000 6,375,000 25,665,000
total
Sub 10,400,000 0 10,400,000 3,187,500 13,587,500 755,000 3,291,500 4,046,500 9,645,000 3,187,500 12,832,500
rata-
rata
Pemandu wisata occasional
38 4,000,000 0 4,000,000 562,500 4,562,500 760,000 1,795,416 2,555,416 3,240,000 562,500 3,802,500
Sub 4,000,000 0 4,000,000 562,500 4,562,500 760,000 1,795,416 2,555,416 3,240,000 562,500 3,802,500
total
Sub 4,000,000 0 4,000,000 562,500 4,562,500 760,000 1,795,416 2,555,416 3,240,000 562,500 3,802,500
rata-
rata
Total 203,716,000 26,700,000 230,416,000 69,622,916 300,038,916 61,544,555 89,891,166 151,435,722 168,871,444 69,622,916 238,494,361
Rata- 4,625,553 601,025 5,226,578 1,415,139 6,641,718 1,283,326 2,238,902 3,522,229 3,943,252 1,415,139 5,358,391
rata

93
Lampiran 4 Penerimaan, pengeluaran, dan pendapatan RT tenaga kerja jasa wisata alam Gunung Pananjakan 1

94
Respon- Penerimaan wisata (Rp/bulan) Penerimaan non Total Pengeluaran Pengeluaran Total Pendapatan Pendapatan Total
den Responden Anggota Total wisata bersih penerimaan usaha RT (Rp/bulan) pengeluaran wisata non wisata pendapatan
keluarga lain (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) RT
(Rp/bulan)
A B C D E F G H I J K
E = C+D H = F+G I = C-F J=D K = I+J
Driver jeep occasional
1 1,200,000 0 1,200,000 500,000 1,700,000 0 3,046,666 3,046,666 1,200,000 500,000 1,700,000
2 200,000 0 200,000 637,500 837,500 0 417,500 417,500 200,000 637,500 837,500
3 400,000 0 400,000 187,500 587,500 0 1,491,666 1,491,666 400,000 187,500 587,500
4 800,000 0 800,000 312,500 1,112,500 0 1,115,000 1,115,000 800,000 312,500 1,112,500
Sub total 2,600,000 0 2,600,000 1,637,500 4,237,500 0 6,070,833 6,070,833 2,600,000 1,637,500 4,237,500
Sub rata-
650,000 0 650,000 409,375 1,059,375 0 1,517,708 1,517,708 650,000 409,375 1,059,375
rata
Driver jeep reguler
5 1,440,000 0 1,440,000 1,500,000 2,940,000 0 3,340,833 3,340,833 1,440,000 1,500,000 2,940,000
6 2,400,000 0 2,400,000 0 2,400,000 0 2,937,333 2,937,333 2,400,000 0 2,400,000
7 600,000 0 600,000 1,316,666 1,916,666.67 0 2,653,333 2,653,333 600,000 1,316,666 1,916,666
8 400,000 0 400,000 2,187,500 2,587,500 0 988,750 988,750 400,000 2,187,500 2,587,500
Sub total 4,840,000 0 4,840,000 5,004,166 9,844,166.67 0 9,920,250 9,920,250 4,840,000 5,004,166 9,844,166
Sub rata-
1,210,000 0 1,210,000 1,251,041 2,461,041.67 0 2,480,062 2,480,062 1,210,000 1,251,041 2,461,041
rata
Koordinator paguyuban jeep occasional
9 800,000 0 800,000 6,250,000 7,050,000 0 3,560,000 3,560,000 800,000 6,250,000 7,050,000
10 800,000 0 800,000 562,500 1,362,500 0 1,900,000 1,900,000 800,000 562,500 1,362,500
Sub total 1,600,000 0 1,600,000 6,812,500 8,412,500 0 5,460,000 5,460,000 1,600,000 6,812,500 8,412,500
Sub rata-
800,000 0 800,000 3,406,250 4,206,250 0 2,730,000 2,730,000 800,000 3,406,250 4,206,250
rata
Penjaga kios reguler
11 2,600,000 0 2,600,000 437,500 3,037,500 0 1,875,000 1,875,000 2,600,000 437,500 3,037,500
12 4,400,000 0 4,400,000 375,000 4,775,000 0 840,000 840,000 4,400,000 375,000 4,775,000
Sub total 7,000,000 0 7,000,000 812,500 7,812,500 0 2,715,000 2,715,000 7,000,000 812,500 7,812,500
Sub rata-
3,500,000 0 3,500,000 406,250 3,906,250 0 1,357,500 1,357,500 3,500,000 406,250 3,906,250
rata
Volunteer occasional
13 120,000 0 120,000 3,840,000 3,960,000 0 1,743,333 1,743,333 120,000 3,840,000 3,960,000
Lampiran 4 Penerimaan, pengeluaran, dan pendapatan RT tenaga kerja jasa wisata alam Gunung Pananjakan 1 (Lanjutan)
Respon- Penerimaan wisata (Rp/bulan) Penerimaan non Total Pengeluaran Pengeluaran Total Pendapatan Pendapatan Total
den Responden Anggota Total wisata bersih penerimaan usaha RT (Rp/bulan) pengeluaran wisata non wisata pendapatan
keluarga lain (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) RT (Rp/bulan)

A B C D E F G H I J K
E = C+D H = F+G I = C-F J=D K = I+J
Sub
120,000 0 120,000 3,840,000 3,960,000 0 1,743,333 1,743,333 120,000 3,840,000 3,960,000
total
Sub
rata- 120,000 0 120,000 3,840,000 3,960,000 0 1,743,333 1,743,333 120,000 3,840,000 3,960,000
rata
Volunteer reguler
14 1,500,000 900,000 2,400,000 187,500 2,587,500 0 2,710,000 2,710,000 2,400,000 187,500 2,587,500
15 1,500,000 0 1,500,000 125,000 1,625,000 0 2,071,250 2,071,250 1,500,000 125,000 1,625,000
16 564,000 600,000 1,164,000 250,000 1,414,000 0 1,883,333 1,883,333 1,164,000 250,000 1,414,000
17 500,000 0 500,000 375,000 875,000 0 1,077,083 1,077,083 500,000 375,000 875,000
18 600,000 0 600,000 1,125,000 1,725,000 0 1,180,333 1,180,333 600,000 1,125,000 1,725,000
19 1,200,000 0 1,200,000 2,250,000 3,450,000 0 1,419,333 1,419,333 1,200,000 2,250,000 3,450,000
20 2,000,000 0 2,000,000 500,000 2,500,000 0 2,570,833 2,570,833 2,000,000 500,000 2,500,000
21 2,100,000 0 2,100,000 1,250,000 3,350,000 0 1,754,166 1,754,166 2,100,000 1,250,000 3,350,000
22 2,200,000 0 2,200,000 6,450,000 8,650,000 0 2,890,000 2,890,000 2,200,000 6,450,000 8,650,000
23 500,000 0 500,000 156,250 656,250 0 2,512,083 2,512,083 500,000 156,250 656,250
24 600,000 0 600,000 925,000 1,525,000 0 1,100,000 1,100,000 600,000 925,000 1,525,000
25 600,000 0 600,000 1,666,666 2,266,666 0 2,333,625 2,333,625 600,000 1,666,666 2,266,666
26 600,000 0 600,000 2,333,333 2,933,333 0 2,353,333 2,353,333 600,000 2,333,333 2,933,333
27 1,000,000 0 1,000,000 2,000,000 3,000,000 0 1,501,250 1,501,250 1,000,000 2,000,000 3,000,000
28 1,700,000 0 1,700,000 875,000 2,575,000 0 2,364,583 2,364,583 1,700,000 875,000 2,575,000
Sub
17,164,000 1,500,000 18,664,000 20,468,750 39,132,750 0 29,721,208 29,721,208 18,664,000 20,468,750 39,132,750
total
Sub
rata- 1,144,266 100,000 1,244,266 1,364,583 2,608,850 0 1,981,413 1,981,413 1,244,266 1,364,583 2,608,850
rata
Total 33,324,000 1,500,000 34,824,000 38,575,416 73,399,416 0 55,630,625 55,630,625 34,824,000 38,575,416 73,399,416
Rata-
1,237,377 16,666 1,254,044 1,779,583 3,033,627 0 1,968,336 1,968,336 1,254,044 1,779,583 3,033,627
rata

95
96

Lampiran 5 Share pendapatan wisata terhadap pendapatan total pemilik usaha


jasa wisata alam Gunung Pananjakan 1
Pendapatan non Share wisata
Pendapatan wisata Total pendapatan
wisata terhadap pendapatan
(Rp/bulan) RT (Rp/bulan)
Responden (Rp/bulan) total (%)
A B C D
C = A+B D = A/C*100
Asongan reguler
1 3,000,000.00 375,000.00 3,375,000.00 88.89
2 1,600,000.00 75,000.00 1,675,000.00 95.52
3 300,000.00 125,000.00 425,000.00 70.59
Sub total 4,900,000.00 575,000.00 5,475,000.00 -
Sub rata-rata 1,633,333.33 191,666.67 1,825,000.00 89.50
Ojeg occasional
4 320,000.00 625,000.00 945,000.00 33.86
5 208,000.00 625,000.00 833,000.00 24.97
6 332,000.00 625,000.00 957,000.00 34.69
7 236,000.00 500,000.00 736,000.00 32.07
8 596,000.00 2,281,250.00 2,877,250.00 20.71
Sub total 1,692,000.00 4,656,250.00 6,348,250.00 -
Sub rata-rata 338,400.00 931,250.00 1,269,650.00 26.65
Ojeg reguler
9 3,690,000.00 1,275,000.00 4,965,000.00 74.32
10 3,280,000.00 625,000.00 3,905,000.00 83.99
11 7,520,000.00 1,500,000.00 9,020,000.00 83.37
12 4,728,000.00 1,125,000.00 5,853,000.00 80.78
13 7,060,000.00 562,500.00 7,622,500.00 92.62
Sub total 26,278,000.00 5,087,500.00 31,365,500.00 -
Sub rata-rata 5,255,600.00 1,017,500.00 6,273,100.00 83.78
Penyewaan jeep occasional
14 1,720,000.00 4,500,000.00 6,220,000.00 27.65
15 1,720,000.00 2,250,000.00 3,970,000.00 43.32
16 1,720,000.00 8,750,000.00 10,470,000.00 16.43
17 240,000.00 6,625,000.00 6,865,000.00 3.50
18 860,000.00 1,687,500.00 2,547,500.00 33.76
19 2,160,000.00 2,250,000.00 4,410,000.00 48.98
Sub total 8,420,000.00 26,062,500.00 34,482,500.00 -
Sub rata-rata 1,403,333.33 4,343,750.00 5,747,083.33 24.42
Penyewaan jeep reguler
20 22,320,000.00 9,000,000.00 31,320,000.00 71.26
21 2,826,444.44 3,375,000.00 6,201,444.44 45.58
22 3,780,000.00 37,500.00 3,817,500.00 99.02
23 2,920,000.00 2,500,000.00 5,420,000.00 53.87
Sub total 31,846,444.44 14,912,500.00 46,758,944.44 -
Sub rata-rata 7,961,611.11 3,728,125.00 11,689,736.11 68.11
PKL (Cinderamata dan makanan) occasional
24 650,000.00 375,000.00 1,025,000.00 63.41
Sub total 650,000.00 375,000.00 1,025,000.00 -
Sub rata-rata 650,000.00 375,000.00 1,025,000.00 63.41
PKL (Cinderamata dan makanan) reguler
25 4,050,000.00 1,875,000.00 5,925,000.00 68.35
26 23,950,000.00 3,750,000.00 27,700,000.00 86.46
27 9,762,500.00 437,500.00 10,200,000.00 95.71
28 16,972,500.00 0 16,972,500.00 100.00
29 4,095,000.00 1,241,666.67 5,336,666.67 76.73
30 90,000.00 62,500.00 152,500.00 59.02
31 1,070,000.00 750,000.00 1,820,000.00 58.79
Sub total 59,990,000.00 8,116,666.67 68,106,666.67 -
Sub rata-rata 8,570,000.00 1,159,523.81 9,729,523.81 88.08
PKL (Cinderamata dan penyewaan jaket) reguler
32 4,600,000.00 1,250,000.00 5,850,000.00 78.63
Sub total 4,600,000.00 1,250,000.00 5,850,000.00 -
Sub rata-rata 4,600,000.00 1,250,000.00 5,850,000.00 78.63
97

Lampiran 5 Share pendapatan wisata terhadap pendapatan total pemilik usaha


jasa wisata alam Gunung Pananjakan 1 (Lanjutan)
Responden Pendapatan wisata Pendapatan non Total pendapatan Share wisata
(Rp/bulan) wisata RT (Rp/bulan) terhadap
(Rp/bulan) pendapatan total
(%)
A B C D
C = A+B D = A/C*100
PKL (Cinderamata) reguler
33 2,820,000.00 1,250,000.00 4,070,000.00 69.29
Sub total 2,820,000.00 1,250,000.00 4,070,000.00 -
Sub rata-rata 2,820,000.00 1,250,000.00 4,070,000.00 69.29
PKL (Makanan) reguler
34 1,445,000.00 250,000.00 1,695,000.00 85.25
Sub total 1,445,000.00 250,000.00 1,695,000.00 -
Sub rata-rata 1,445,000.00 250,000.00 1,695,000.00 85.25
PKL (Makanan) occasional
35 3,700,000.00 150,000.00 3,850,000.00 96.10
Sub total 3,700,000.00 150,000.00 3,850,000.00 -
Sub rata-rata 3,700,000.00 150,000.00 3,850,000.00 96.10
Pemandu wisata reguler
36 9,230,000.00 1,000,000.00 10,230,000.00 90.22
37 10,060,000.00 5,375,000.00 15,435,000.00 65.18
Sub total 19,290,000.00 6,375,000.00 25,665,000.00 -
Sub rata-rata 9,645,000.00 3,187,500.00 12,832,500.00 75.16
Pemandu wisata occasional
38 3,240,000.00 562,500.00 3,802,500.00 85.21
Sub total 3,240,000.00 562,500.00 3,802,500.00 -
Sub rata-rata 3,240,000.00 562,500.00 3,802,500.00 85.21
Total 168,871,444.44 69,622,916.67 238,494,361.11 -
Rata-rata 3,943,252.14 1,415,139.65 5,358,391.79 73.59
98

Lampiran 6 Share pendapatan wisata terhadap pendapatan total tenaga kerja


jasa wisata alam Gunung Pananjakan 1
Responden Pendapatan wisata Pendapatan non wisata Total pendapatan RT Share wisata
(Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) terhadap
pendapatan total
(%)
A B C D
C = A+B L = A/C*100
Driver jeep occasional
1 1,200,000.00 500,000.00 1,700,000.00 70.59
2 200,000.00 637,500.00 837,500.00 23.88
3 400,000.00 187,500.00 587,500.00 68.09
4 800,000.00 312,500.00 1,112,500.00 71.91
Sub total 2,600,000.00 1,637,500.00 4,237,500.00 -
Sub rata-rata 650,000.00 409,375.00 1,059,375.00 61.36
Driver jeep reguler
5 1,440,000.00 1,500,000.00 2,940,000.00 48.98
6 2,400,000.00 - 2,400,000.00 100.00
7 600,000.00 1,316,666.67 1,916,666.67 31.30
8 400,000.00 2,187,500.00 2,587,500.00 15.46
Sub total 4,840,000.00 5,004,166.67 9,844,166.67 -
Sub rata-rata 1,210,000.00 1,251,041.67 2,461,041.67 49.17
Koordinator paguyuban jeep occasional
9 800,000.00 6,250,000.00 7,050,000.00 11.35
10 800,000.00 562,500.00 1,362,500.00 58.72
Sub total 1,600,000.00 6,812,500.00 8,412,500.00 -
Sub rata-rata 800,000.00 3,406,250.00 4,206,250.00 19.02
Penjaga kios reguler
11 2,600,000.00 437,500.00 3,037,500.00 85.60
12 4,400,000.00 375,000.00 4,775,000.00 92.15
Sub total 7,000,000.00 812,500.00 7,812,500.00 -
Sub rata-rata 3,500,000.00 406,250.00 3,906,250.00 89.60
Volunteer occasional
13 120,000.00 3,840,000.00 3,960,000.00 3.03
Sub total 120,000.00 3,840,000.00 3,960,000.00 -
Sub rata-rata 120,000.00 3,840,000.00 3,960,000.00 3.03
Volunteer reguler
14 2,400,000.00 187,500.00 2,587,500.00 92.75
15 1,500,000.00 125,000.00 1,625,000.00 92.31
16 1,164,000.00 250,000.00 1,414,000.00 82.32
17 500,000.00 375,000.00 875,000.00 57.14
18 600,000.00 1,125,000.00 1,725,000.00 34.78
19 1,200,000.00 2,250,000.00 3,450,000.00 34.78
20 2,000,000.00 500,000.00 2,500,000.00 80.00
21 2,100,000.00 1,250,000.00 3,350,000.00 62.69
22 2,200,000.00 6,450,000.00 8,650,000.00 25.43
23 500,000.00 156,250.00 656,250.00 76.19
24 600,000.00 925,000.00 1,525,000.00 39.34
25 600,000.00 1,666,666.67 2,266,666.67 26.47
26 600,000.00 2,333,333.33 2,933,333.33 20.45
27 1,000,000.00 2,000,000.00 3,000,000.00 33.33
28 1,700,000.00 875,000.00 2,575,000.00 66.02
Sub total 18,664,000.00 20,468,750.00 39,132,750.00
Sub rata-rata 1,244,266.67 1,364,583.33 2,608,850.00 47.69
Total 34,824,000.00 38,575,416.67 73,399,416.67 -
Rata-rata 1,254,044.44 1,779,583.33 3,033,627.78 41.34
99

Lampiran 7 Covering pengeluaran RT pemilik usaha jasa wisata alam Gunung


Pananjakan 1
Responden Pengeluaran RT (Rp/bulan) Pendapatan wisata (Rp/bulan) Covering pengeluaran RT
(%)
A B C
C = B/A*100
Asongan reguler
1 2,242,500.00 3,000,000.00 133.78
2 2,811,250.00 1,600,000.00 56.91
3 1,690,250.00 300,000.00 17.75
Sub total 6,744,000.00 4,900,000.00 -
Sub rata-rata 2,248,000.00 1,633,333.33 72.66
Ojeg occasional
4 2,206,250.00 320,000.00 14.50
5 1,100,833.33 208,000.00 18.89
6 2,340,000.00 332,000.00 14.19
7 1,481,333.33 236,000.00 15.93
8 2,252,500.00 596,000.00 26.46
Sub total 9,380,916.67 1,692,000.00 -
Sub rata-rata 1,876,183.33 338,400.00 18.04
Ojeg reguler
9 4,096,666.67 3,690,000.00 90.07
10 4,726,000.00 3,280,000.00 69.40
11 2,942,500.00 7,520,000.00 255.56
12 2,709,333.33 4,728,000.00 174.51
13 1,567,083.33 7,060,000.00 450.52
Sub total 16,041,583.33 26,278,000.00 -
Sub rata-rata 3,208,316.67 5,255,600.00 163.81
Penyewaan jeep occasional
14 1,116,666.67 1,720,000.00 154.03
15 1,686,666.67 1,720,000.00 101.98
16 1,562,916.67 1,720,000.00 110.05
17 883,750.00 240,000.00 27.16
18 2,533,333.33 860,000.00 33.95
19 1,690,000.00 2,160,000.00 127.81
Sub total 9,473,333.33 8,420,000.00 -
Sub rata-rata 1,578,888.89 1,403,333.33 88.88
Penyewaan jeep reguler
20 3,522,916.67 22,320,000.00 633.57
21 8,475,833.33 2,826,444.44 33.35
22 752,500.00 3,780,000.00 502.33
23 1,230,833.33 2,920,000.00 237.24
Sub total 13,982,083.33 31,846,444.44 -
Sub rata-rata 3,495,520.83 7,961,611.11 227.77
PKL (Cinderamata dan makanan) oocasional
24 3,098,333.33 650,000.00 20.98
Sub total 3,098,333.33 650,000.00 -
Sub rata-rata 3,098,333.33 650,000.00 20.98
PKL (Cinderamata dan makanan) reguler
25 1,710,333.33 4,050,000.00 236.80
26 4,196,333.33 23,950,000.00 570.74
27 3,151,250.00 9,762,500.00 309.80
28 2,361,666.67 16,972,500.00 718.67
29 2,564,166.67 4,095,000.00 159.70
30 913,333.33 90,000.00 9.85
31 1,761,666.67 1,070,000.00 60.74
Sub total 16,658,750.00 59,990,000.00 -
Sub rata-rata 2,379,821.43 8,570,000.00 360.11
PKL (Cinderamata dan penyewaan jaket) reguler
32 1,927,916.67 4,600,000.00 238.60
Sub total 1,927,916.67 4,600,000.00 -
Sub rata-rata 1,927,916.67 4,600,000.00 238.60
PKL (Cinderamata) reguler
33 1,205,000.00 2,820,000.00 234.02
Sub total 1,205,000.00 2,820,000.00 -
Sub rata-rata 1,205,000.00 2,820,000.00 234.02
100

Lampiran 7 Covering pengeluaran RT pemilik usaha jasa wisata alam Gunung


Pananjakan 1 (Lanjutan)
Covering pengeluaran RT
Responden Pengeluaran RT (Rp/bulan) Pendapatan wisata (Rp/bulan)
(%)
A B C
C = B/A*100
PKL (Makanan) reguler
34 1,215,833.33 1,445,000.00 118.85
Sub total 1,215,833.33 1,445,000.00
Sub rata-rata 1,215,833.33 1,445,000.00 118.85
PKL (Makanan) occasional
35 1,785,000.00 3,700,000.00 207.28
Sub total 1,785,000.00 3,700,000.00 -
Sub rata-rata 1,785,000.00 3,700,000.00 207.28
Pemandu wisata reguler
36 1,603,833.33 9,230,000.00 575.50
37 4,979,166.67 10,060,000.00 202.04
Sub total 6,583,000.00 19,290,000.00 -
Sub rata-rata 3,291,500.00 9,645,000.00 293.03
Pemandu wisata occasional
38 1,795,416.67 3,240,000.00 180.46
Sub total 1,795,416.67 3,240,000.00 -
Sub rata-rata 1,795,416.67 3,240,000.00 180.46
Total 89,891,166.67 168,871,444.44 -
Rata-rata 2,238,902.40 3,943,252.14 176.12
101

Lampiran 8 Covering pengeluaran RT tenaga kerja jasa wisata alam Gunung


Pananjakan 1
Covering pengeluaran RT
Responden Pengeluaran RT (Rp/bulan) Pendapatan wisata (Rp/bulan)
(%)
A B C
C = B/C*100
Driver jeep occasional
1 3,046,666.67 1,200,000.00 39.39
2 417,500.00 200,000.00 47.90
3 1,491,666.67 400,000.00 26.82
4 1,115,000.00 800,000.00 71.75
Sub total 6,070,833.33 2,600,000.00 -
Sub rata-rata 1,517,708.33 650,000.00 42.83
Driver jeep reguler
5 3,340,833.33 1,440,000.00 43.10
6 2,937,333.33 2,400,000.00 81.71
7 2,653,333.33 600,000.00 22.61
8 988,750.00 400,000.00 40.46
Sub total 9,920,250.00 4,840,000.00 -
Sub rata-rata 2,480,062.50 1,210,000.00 48.79
Koordinator paguyuban jeep occasional
9 3,560,000.00 800,000.00 22.47
10 1,900,000.00 800,000.00 42.11
Sub total 5,460,000.00 1,600,000.00 -
Sub rata-rata 2,730,000.00 800,000.00 29.30
Penjaga kios reguler
11 1,875,000.00 2,600,000.00 138.67
12 840,000.00 4,400,000.00 523.81
Sub total 2,715,000.00 7,000,000.00
Sub rata-rata 1,357,500.00 3,500,000.00 257.83
Volunteer Occasional
13 1,743,333.33 120,000.00 6.88
Sub total 1,743,333.33 120,000.00
Sub rata-rata 1,743,333.33 120,000.00 6.88
Volunteer reguler
14 2,710,000.00 2,400,000.00 88.56
15 2,071,250.00 1,500,000.00 72.42
16 1,883,333.33 1,164,000.00 61.81
17 1,077,083.33 500,000.00 46.42
18 1,180,333.33 600,000.00 50.83
19 1,419,333.33 1,200,000.00 84.55
20 2,570,833.33 2,000,000.00 77.80
21 1,754,166.67 2,100,000.00 119.71
22 2,890,000.00 2,200,000.00 76.12
23 2,512,083.33 500,000.00 19.90
24 1,100,000.00 600,000.00 54.55
25 2,333,625.00 600,000.00 25.71
26 2,353,333.33 600,000.00 25.50
27 1,501,250.00 1,000,000.00 66.61
28 2,364,583.33 1,700,000.00 71.89
Sub total 29,721,208.33 18,664,000.00
Sub rata-rata 1,981,413.89 1,244,266.67 62.80
Total 55,630,625.00 34,824,000.00 -
Rata-rata 1,968,336.34 1,254,044.44 63.71
102

Lampiran 9 Pendapatan wisata, pendapataan non wisata, pendapatan total,


pengeluaran RT, share wisata, dan covering pengeluaran RT
masyarakat sekitar Gunung Pananjakan 1
Responden Pengeluaran Pendapatan Pendapatan Total Share wisata Covering
RT (Rp/bulan) wisata non wisata pendapatan RT terhadap pengeluaran
(Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) pendapatan RT (%)
total (%)
A B C D E F
E= F=
D = B+C
B/D*100 B/A*100
Pemilik usaha
Sub total 89,891,166.67 168,871,444.44 69,622,916.67 238,494,361.11 - -
Sub rata-rata 2,238,902.40 3,943,252.14 1,415,139.65 5,358,391.79 73.59 176.12
Tenaga kerja
Sub total 55,630,625.00 34,824,000.00 38,575,416.67 73,399,416.67 - -
Sub rata-rata 1,968,336.34 1,254,044.44 1,779,583.33 3,033,627.78 41.34 63.71
Total 145,521,791.67 203,695,444.44 108,198,333.33 311,893,777.78 - -
Rata-rata 2,103,619.37 2,598,648.29 1,597,361.49 4,196,009.78 61.93 123.53
103

Lampiran 10 Kegiatan konservasi TNBTS tahun 2015


No Program/ jenis kegiatan Komponen kegiatan
Konservasi langsung
1 Pemulihan kawasan konservasi yang 1. Pelaksanaan pemulihan ekosistem:
ekosistemnya terdegradasi (termasuk a. Terlaksananya pemeliharaan kebun koleksi tanaman restorasi
penyelesaian konflik pemanfaatan Ranupani (100 ha)
lahan di dalam kawasan konservasi) b. Terlaksananya identifikasi area restorasi (385 ha)
2. Monitoring dan evaluasi: Terlaksananya fasilitasi restorasi
ekosistem Ranu Pani
3. Pemeliharaan batas kawasan konservasi:
a. Terlaksananya pemancangan batas zonasi TNBTS 173 km
b. Terlaksananya persiapan rekonstruksi batas kawasan TNBTS
97 km
c. Terlaksananya rekonstruksi batas kawasan TNBTS 97 km
d. Terselesaikannya rekonstruksi batas kawasan TNBTS 97 km

2 Peningkatan populasi 25 spesies satwa 1. Monitoring dan pemetaan satwa liar:


terancam punah prioritas sesuai The a. Terlaksananya identifikasi aves
IUCN Red List of Threatened Species b. Terlaksananya monitoring macan tutul
sebesar 10% sesuai baseline data tahun c. Terlaksananya monitoring elang Jawa
2013 2. Penyusunan database spesies:
a. Terlaksananya monitoring ekosistem Ranu Tompe
b. Terlaksananya pembahasan desain wisata alam
c. Terlaksananya pembinaan habitat anggrek di savana Oro-oro
Ombo (20 Ha)
d. Terlaksananya kampanye biodiversitas cagar biosfer

3 Pembinaan desa di daerah penyangga Pembinaan daerah penyangga kawasan konservasi:


kawasan konservasi a. Terlaksananya peningkatan kapasitas masyarakat desa penyangga
b. Terlaksananya pendidikan dan pelatihan pembuatan pakan ternak
c. Terlaksananya pelatihan pembuatan biogas kandang tepus

4 Pembinaan Kader Konservasi (KK), Pembinaan kader konservasi / kelompok pecinta alam / kelompok
Kelompok Pecinta Alam (KPA) swadaya masyarakat / kelompok profesi:
Kelompok Swadaya Masyarakat/ a. Terlaksananya pendidikan konservasi untuk pelajar
Kelompok Profesi (KSM/KP) yang b. Terlaksananya bina cinta alam bagi siswa sekolah
berstatus aktif sebanyak 6,000 orang c. Terlaksananya jambore / kemah konservasi

5 Monitoring pemanfaatan energi air Monitoring pemanfaatan air: terlaksananya monitoring pemanfaatan
dari kawasan konservasi untuk air
keperluan mini/micro hydro power
plant sebanyak min 50 unit

6 Penyelesaian kasus tindak pidana Terselesaikannya kasus hukum di bidang kehutanan


kehutanan sebanyak minimal 75 kasus
per tahun

7 Pelaksanaan kegiatan pengamanan dan Patroli pengamanan hutan:


penindakan terhadap gangguan dan a. Terlaksananya perawatan dan operasional kendaraan bermotor
ancaman bidang kehutanan b. Terlaksananya operasi intelejen
c. Terlaksananya operasi gabungan pengamanan hutan
d. Terselenggaranya kampanye linpambut dan pengelolaan TNBTS
e. Terlaksananya operasi fungsional
f. Terlaksananya patroli bersama masyarakat mitra polisi hutan
g. Terlaksananya fasilitasi tim penanganan perambahan dan GIS
h. Terlaksananya perjalanan dalam rangka perlindungan dan
pengamanan hutan
i. Terlaksananya pengamanan dan perlindungan hutan berbasis
resort

8 Penurunan jumlah hotspot pada Penyadartahuan dan promosi pencegahan kebakaran hutan:
kawasan hutan konservasi sebesar 10% a. Terlaksananya sosialisasi dalkarhut melalui apel siaga kebakaran
dari toleransi maksimum tahun 2014 b. Terlaksananya sosialisasi dalkarhut melalui penyuluan/kampanye
penanggulangan kebakaran hutan
104

Lampiran 10 Kegiatan konservasi TNBTS tahun 2015 (Lanjutan)


No Program/ jenis kegiatan Komponen kegiatan
9 Penurunan luas kebakaran hutan dan 1. Perawatan dan operasional kendaraan bermotor: terlaksananya
lahan dari tolerasni maksimal tahun perawatan dan operasional kendaraan bermotor roda-4 dan roda-2
2014 2. Pra pemadaman: Terlaksananya posko dalkarhut
3. Pemadaman dan penanganan pasca kebakaran hutan:
a. Terlaksananya pemadaman kebakaran hutan
b. Terselesaikannya pembuatan ilaran api/sekat bakar
4. Monev dan pelaporan pemadaman dan penanganan pasca
kebakaran hutan: Terlaksananya monitoring pasca kebakaran

10 Pelayanan, pengamanan, dan Kemitraan usaha wisata/pengelolaan kawasan konservas:


pengawasan wisata dalam rangka a. Terlaksananya pembahasan RPP dan RKT Kerjasama
mencapai target minimal sebanyak 1.5 b. Terlaksananya fasilitasi kerjasama pengelolaan kawasan
juta orang wisatawan mancanegara
selama 5 tahun ke kawasan konservasi

11 Pelayanan, pengamanan, dan 1. Pengembangan sarpras pengusahaan wisata alam


pengawasan wisata dalam rangka a. Terlaksananya penertiban kegiatan pendakian Semeru
mencapai target minimal sebanyak 20 b. Terlaksananya penertiban pendakian 17 Agustus
juta orang wisatawan nusantara selama c. Terlaksananya pembersihan jalur pendakian semeru
5 tahun ke kawasan konservasi d. Terlaksananya peningkatan SDM pelaku Jasa wisata
e. Terlaksananya operasional SAR dan evakuasi pengunjung
f. Terlaksananya pelayanan pengunjung idul fitri
g. Terlaksananya pelayanan pengunjung akhir tahun
h. Terlaksananya penertiban pengunjung dan kawasan pada saat
Upacara Yadnya Kasada
i. Terlaksananya penanganan kapasitas penanganan kawasan
wisata pasca erupsi
j. Terlaksananya pembersihan kawasan gunung bromo dan laut
pasir
2. Pemeliharaan sarpras wisata alam
a. Terlaksananya pemeliharaan sarpras wisata alam
b. Terlaksananya pengadaan personal use petugas pelayanan
pengunjung
c. Terlaksananya perbaikan jalan wisata Jemplang – Bukit
Teletubbies
d. Terlaksananya pembangunan sarpras wisata alam
(pembuatan oagar pengaman pengunjung di blok B29,
pembuatan paving dan pagar pengaman tahap II Bukit
Kingkong)
3. Informasi dan promosi
a. Terlaksananya pembuatan leaflet dan kalender publikasi
b. Tersusunnya bulletin
c. Terlaksananya pameran pembangunan tingkat nasional
d. Terlaksananya pameran pembangunan tingkat regional
e. Terlaksananya liputan jurnalistik
f. Terlaksananya festival layang- layang
g. Terselenggaranya fasilitasi seminar cagar biosfer
h. Terlaksananya lomba foto potensi TNBTS
i. Tersusunnya buku informasi TNBTS
j. Terlaksananya kajian kesediaan wisatawan untuk membayar
(willingness to pay)
k. Terlaksananya monitoring pemungutan PNBP di 4 pintu
masuk
Konservasi tidak langsung
12 Penyusunan dan pengesahan dokumen Penyusunan rencana pengelolaan kawasan konservasi:
Perencanaan Pengelolaan Kawasan a. Terlaksananya sosialisasi dan revisi Renstra 2015 – 2019
b. Fasilitasi ISO 14001 dan 9001

13 Penyusunan paket data dan informasi Penyusunan/pembuat an paket data informasi yang valid:
kawasan konservasi yang valid dan a. Terlaksananya penyelenggaraan sistem informasi
reliable pada 50 TN di seluruh b. Terlaksananya pendataan statistik BBTNBTS tahun 2014
Indonesia
105

Lampiran 10 Kegiatan konservasi TNBTS tahun 2015 (Lanjutan)


No Program/ jenis kegiatan Komponen kegiatan
14 Peningkatan kapasitas sumberdaya Peningkatan SDM pengamanan hutan:
manusia di bidang perlindungan dan a. Terselenggaranya bimbingan teknis peraturan perundangan di
pengamanan hutan bidang kerjasama
b. Terselenggaranya peningkatan kompetensi pejabat fungsional
c. Terlaksananya pengurusan surat- surat senpi
d. Terselengaranya rapat fungsional
e. Terselengaranya rapat koordinasi pamhut lingkup SPTN dengan
Muspika
f. Terselengaranya penyuluhan/kampanye linpamhut

15 Pelaksanaan15 Nilai SAKIP Ditjen 1. Program dan anggaran


KSDA dan Ekosistem minimal 78.00 a. Tersusunnya rencana kerja tahun 2016
(A) di Tahun 2019 b. Tersusunnya RKAKL dan pemetaan anggaran tahun 2016
c. Tersusunnya RO dan POK tahun 2015
2. Evaluasi dan pelaporan:
a. Tersusunnya laporan tahunan BBTNBTS Tahun 2014
b. Tersusunnya LAKIP BBTNBTS tahun 2014
3. Administrasi kepegawaian
a. Sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP)
b. Terselenggaranya penilaian DUPAK
c. Terselenggaranya penatausahaan kepegawaian
4. Administrasi keuangan: terselenggaranya SAI (SAKPA dan
SIMAKBMN)
5. Peningkatan kapasitas kelembagaan:
a. Terlaksananya rapat pengelolaan TNBTS
b. Terlaksananya fasilitasi kegiatan lingkup balai, bidang I dan
bidang II
c. Terlaksananya pengembangan SDM
d. Terselesaikannya penggantian papan nomenklatur
16 Penyelenggaraan layanan perkantoran 1. Pembayaran gaji dan tunjangan
yang optimal dalam mendukung tata 2. Penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran
kelola kepemerintahan yang baik 3. Pengadaan kendaraan roda 4 dan roda 2
4. Pengadaan computer (laptop dan harddisk)
5. Pengadaan printer
6. Pengadaan kamera (kamera trap, HT dual band, handycam dan
action kamera)
7. Pengadaan peralatan elektronik
8. Pengadaan bangunan kantor:
a. Pembangunan toilet jemplang
b. Pembuatan pagar SPTN II
c. Pembuatan pagar SPTN III
d. Pembuatan atap kanopi kantor bidang II
e. Renovasi rumah dinas Jl. Raden Intan

Sumber: BBTNBTS (2015c)


106
107

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Sukabumi pada tanggal 17 Juli 1994 dari ayah
Kirta Suherman dan ibu Atik Lismayanti. Penulis adalah anak pertama dari tiga
bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Lembursitu
tahun 2006, setelah itu penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di
SMP Negeri 3 Kota Sukabumi tahun 2009 dan penulis juga menyelesaikan
pendidikan menengah atas di SMA Negeri 3 Kota Sukabumi tahun 2012.
Pada tahun yang sama yaitu tahun 2012 penulis lulus seleksi masuk
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) dan diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama masa
perkuliahan, penulis aktif dalam Organisasi Mahasiswa Daerah Ikatan Keluarga
dan Mahasiswa Sukabumi (IKAMASI) dan menjadi Sekretaris IKAMASI periode
2013-2014. Penulis juga aktif dalam Himpunan Profesi Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan yaitu Resource and Environmental Economics
Student Association (REESA) sebagai staf Divisi Campus Social Responsibility
periode 2013-2014 dan sebagai Ketua Divisi Campus Social Responsibility
periode 2014-2015. Selain itu, penulis pun aktif dalam program kreativitas
mahasiswa (PKM) khususnya PKM-M (Pengabdian Masyarakat) dan berhasil
didanai Dikti pada tahun 2014. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan baik
di lingkup departemen, fakultas, maupun institut.

Anda mungkin juga menyukai