Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pulau Bali saat ini telah menjadi primadona pariwisata di Indonesia dengan
keselarasan alam, manusia, dan kebudayaannya. Menurut Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan
wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Pariwisata di Bali berperan sangat
penting, salah satunya dalam pembangunan ekonomi.
Salah satu kabupaten di Bali yang memiliki potensi dan posisi strategis dalam
mengembangkan pariwisata yaitu Kabupaten Badung. Adanya Bandara Internasional
I Gusti Ngurah Rai di Kabupaten Badung bagian selatan ini mampu menjadikan
Kabupaten Badung sebagai pusat pertumbuhan investasi di bidang pariwisata dan
semakin memperkuat posisinya sebagai penyumbang PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto) terbesar untuk Kabupaten Badung (Patera, 2016: 35). Namun, dibalik
gemerlapnya pariwisata Kabupaten Badung bagian selatan, ternyata masih terdapat
kesenjangan terhadap pembangunan pariwisata di wilayah Kabupaten Badung bagian
utara yang sebagian besar masyarakatnya bergantung pada pengelolaan pertanian.
Desa Pelaga merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Petang,
Kabupaten Badung yang memiliki potensi pada lahan pertanian. Lahan pertanian
tersebut didukung dengan pesona alam yang indah. Pada 15 September 2010, Desa
Pelaga berhasil ditetapkan sebagai DesaWisata yang tertera pada Peraturan Bupati
Badung Nomor 47 Tahun 2010 Tentang Penetapan Kawasan Desa Wisata di Kabupaten
Badung. Jenis pariwisata yang dapat dikembangkan di Desa Pelaga yaitu Wisata Alam
(Eco Tourism), Wisata Spiritual (Spritual Tourism), dan Wisata Agro (AgroTourism).
Hal tersebut yang menjadi motivasi Bagus Discovery Group berkolaborasi dengan
BTDC (Bali Tourism Development Corporation) mengembangkan agrowisata yang
diberi nama Bagus Agro Pelaga di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung
guna merealisasikan rencana Pemerintah Kabupaten Badung dalam mengembangkan
pariwisata wilayah Kabupaten Badung bagian utara.

1
Agrowisata di Bagus Agro Pelaga merupakan wisata alam yang menggabungkan
aktivitas sektor pertanian dengan sektor pariwisata. Jika ingin mengembangkan
agrowisata di Bagus Agro Pelaga tanpa melakukan eksploitasi berlebihan, maka perlu
adanya strategi dengan konsep Tri Hita Karana yang diharapkan dapat menciptakan
keharmonisan antara sektor pertanian dan pariwisata, sehingga pariwisata dapat
dilestarikan, untuk generasi berikutnya.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis termotivasi melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai strategi pengembangan agrowisata dengan konsep Tri Hita Karana di
Desa Pelaga. Maka dari itu, penulis mengangkat karya tulis ini dengan judul
“STRATEGI BAGUS AGRO PELAGA DALAM MENGEMBANGKAN
AGROWISATA DENGAN KONSEP TRI HITA KARANA UNTUK
MELESTARIKAN PARIWISATA DI DESA PELAGA, KECAMATAN
PETANG, KABUPATEN BADUNG TAHUN 2016.” Penulis menggunakan dua
variabel, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Pengembangan agrowisata di
Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung sebagai variabel terikat, dan
strategi Bagus Agro Pelaga sebagai variabel bebas.

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1.1.1 Strategi apa saja yang digunakan Bagus Agro Pelaga dalam mengembangkan
agrowisata dengan konsep Tri Hita Karana untuk melestarikan pariwisata di Desa
Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung?
1.1.2 Apa manfaat dengan adanya strategi pengembangan agrowisata di Bagus Agro
Pelaga dengan konsep Tri Hita Karana untuk melestarikan pariwisata di Desa
Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung?

1.2 Tujuan Penelitian

2
1.2.1 Untuk mengetahui strategi yang digunakan Bagus Agro Pelaga dalam
mengembangkan agrowisata dengan konsep Tri Hita Karana untuk melestarikan
pariwisata di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung.
1.2.2 Untuk mengetahui manfaat dengan adanya strategi pengembangan agrowisata di
Bagus Agro Pelaga dengan konsep Tri Hita Karana untuk melestarikan pariwisata
di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung.

1.3 Manfaat penelitian


1.3.1 Bagi Penulis
a. Menambah pengetahuan tentang agrowisata di Bagus Agro Pelaga.
b. Menambah wawasan mengenai strategi pengembangan agrowisata di Bagus Agro
Pelaga.
c. Menambah pengalaman menulis dalam penelitian.

1.3.2 Bagi Masyarakat dan Sekolah


a. Memberikan informasi mengenai agrowisata.
b. Memberikan informasi mengenai strategi pengembangan pariwisata.
c. Menambah wawasan para siswa untuk melakukan penelitian.
d. Menambah pristise sekolah.

1.3.3 Bagi Pemerintah


a. Memberikan informasi mengenai perkembangan agrowisata di Bagus Agro
Pelaga, Desa Pelaga.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Strategi


Strategi adalah rencana berskala besar yang berorintas jangkauan masa depan
yang jauh serta ditetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan organisasi
berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya dalam kondisi persaingan yang
semuanya diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dengan berbagai sasaran
organisasi yang bersangkutan. Menurut Chandler (dalam Anoraga. 2004: 339), strategi
adalah sasaran dan tujuan jangka panjang sebuah perusahaan dan arah tindakan serta
alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan itu. Maka dari
itu, strategi dapat didefinisikan sebagai kekuatan-kekuatan sumber daya, kapabilitas,
dan kompetensi inti internal untuk mencapai tujuan perusahaan dalam lingkungan
persaingan.
Berkaitan dengan memenangkan medan tempur persaingan dan mendapatkan
kepemimpinan global, tujuan strategi secara tidak langsung berarti bentang sumber
daya, kapabilitas, dan kompetisi inti organisasi. Ketika dibangun dengan efektif, tujuan
strategi dapat membuat orang melakukan hal-hal dengan cara-cara yang sebelumnya
dianggap tidak mungkin. Sehubungan dengan masalah strategi, maka strategi juga dapat
didefinisikan sebagai program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan
mengimplementasikan misinya. Makna yang terkandung dari strategi adalah bahwa para
manajer memainkan peran yang aktif, sadar, dan rasional dalam merumuskan strategi
organisasi.

2.2 Definisi Pengembangan


Menurut Scumpeter (dalam Jhingan, 1993: 3), pengembangan merupakan
perubahan spontan dan terputus-putus senantiasa mengubah dan mengganti situasi
keseimbangan untuk waktu sebelumnya. Menurut Kellog (dalam Moekijat, 2001: 20),
pengembangan dapat didefinsikan sebagai suatu perubahan dalam diri orang yang
memungkinkan yang bersangkutan bekerja efektif. Menurut Hafsah (2000: 198),
pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, dan

4
masyarakat melalui pemberian bimbingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan
dan meningkatkan kemampuan usaha usaha kecil agar menjadi usaha yang tangguh dan
mandiri. Mangkuprawira (2004: 135) menyatakan bahwa pengembangan merupakan
upaya meningkatkan pengetahuan yang mungkin 10 digunakan segera atau sering untuk
kepentingan di masa depan.
Sedangkan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) (1994: 655)
menyatakan bahwa pengembangan adalah cara atau hasil kerja mengembangkan sesuatu
(pekerjaan, usaha, kepribadian, dan lain sebagainya). Berdasarkan pengertian diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan merupakan segala sesuatu yang
dilaksanakan untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang
akan datang memberikan informasi, pengarahan, pengaturan, dan pedoman dalam
pengembangan usaha.

2.3 Definisi Pariwisata


Pengertian pariwisata menurut undang-undang No. 10 Tahun 2009 Pasal 1 butir 3,
pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah
daerah. Menurut Oka Yoeti (1996), pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan
untuk sementara waktu yang diselengarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain
dengan maksud tujuan bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang di
kunjungi, tetapi semata-mata menikmati perjalanan tersebut untuk memenuhi
kebutuhan/keinginan yang bermacam-macam.
Berdasarkan definisi diatas maka pariwisata merupakan aktifitas manusia untuk
sementara waktu yang dilakukan secara sadar dari satu tempat ke tempat lain dengan
tujuan untuk bersenang-senang bukan mencari nafkah dengan berbagai kegiatan
pariwisata.

2.4 Definisi Pengembangan Pariwisata


Pengembangan pariwisata menurut Pearce (1981:12) dapat diartikan sebagai
usaha untuk melengkapi atau meningkatkan fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan
masyarakat. Pada pengembangan pariwisata, terdapat faktor yang dapat menentukan

5
keberhasilan pengembangan pariwisata (Yoeti: 1996) yaitu tersedianya objek dan daya
tarik wisata, adanya sarana dan prasarana sehingga memungkinkan wisatawan
mengunjungi suatu daerah atau kawasan wisata, dan tersedianya sarana kepariwisataan
yang dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Berdasarkan pengertian di atas mengenai pengembangan pariwisata, dapat
dijelaskan bahwa pengembangan pariwisata adalah suatu bentuk pembangunan dari
yang belum ada menjadi ada, dan yang sudah ada menjadi lebih baik dan berkualitas
yang berkaitan dengan sektor kepariwisataan dengan memperhatikan kode etik
pariwisata global yang telah menjadi standar dalam pengembangan pariwisata.

2.5 Pengembangan Pariwisata


Alasan utama pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata, baik
secara lokal, regional atau ruang lingkup nasional pada suatu Negara sangat erat
kaitannya dengan pembangunan perokonomian daerah atau Negara tersebut. Dengan
perkataan lain, pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah tujuan wisata selalu
akan diperhitungkan dengan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak.
Uang yang dibelanjakan wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata sangat besar
pengaruhnya bagi daerah tujuan wisata atau Negara yang mengembangkan pariwisata
sebagai suatu industri. Tidak hanya akan dapat meningkat penerimaan devisa Negara,
pendapatan nasional, penerimaan pajak, tetapi sekaligus akan memperkuat posisi neraca
pembayaran Negara.
Alasan kedua pengembangan pariwisata itu lebih banyak bersifat non ekonomis.
Wisatawan yang datang berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata salah satu
motivasinya adalah untuk menyaksikan dan melihat keindahan alam dan termasuk
didalamnya cagar alam, kebun raya, tempat bersejarah dan candi–candi, bangunan kuno,
perkebunan, dan sawah ladang.
Sesungguhnya, dengan adanya kegiatan kepariwisataan akan timbul hasrat dan
keinginan untuk memelihara semua asset wisata dimaksud. Industri pariwisata
dikatakan sebagai industri tanpa cerobong asap yang bebas dari polusi dan pencemaran
lainnya. Walaupun kegiatan kepariwisataan banyak dipengaruhi oleh kemajuan
teknolgi, transportasi dan komunikasi, tetapi tempat–tempat yang menjadi pemusatan

6
wisatawan itu selalu menghendaki suasana yang nyaman, bersih dan aman dan memiliki
lingkungan yang terpelihara sehingga tercipta suasana harmonis dan menyenangkan
bagi semua pengunjung.
Alasan ketiga mengapa bidang pariwisata perlu dikembangkan ialah untuk
menghilangkan kepicikan berpikir, mengurangi salah pengertian, dapat mengetahui
tingkah laku orang lain yang datang berkunjung, terutama bagi masyarakat dimana
proyek kepariwisataan itu dibangun. Pertukaran pikiran dan adanya interaksi antara
wisatawan yang dating dengan penduduk setempat akan dapat membuka mata penduduk
sekitarnya dalam banyak hal. Perbedaan pandangan, penafsiran dan salah pengertian
dapat dihilangkan melalui kepariwisataan. Hal ini dapat terjadi, karena dalam bisnis
pariwisata, mereka yang melayani para wisatawan harus bersikap tanpa membedakan
ras, bangsa dan agama. Jadi, perbedaan politik, aliran dan kepercayaan, salah
pengertian, prasangka buruk akan dapat dihilangkan melalui kegiatan kepariwisataan.
Di sinilah pentingnya perencanaan dalam pengembangan pariwisata pada suatu
daerah tertentu. Para pengambil kebijaksanaan hendaklah sebelumnya melakukan
penelitian atau pengkajian terhadap semua aspek yang berkaitan dengan pariwisata itu.
Mulai dari potensi yang dimiliki daerah tersebut, kebiasaan hidup masyarakat
disekitarnya, kepercayaan yang di anutnya, sampai dengan tingkah laku atau kebiasaan
wisatawan yang direncanakan akan ditarik untuk berkunjung kedaerah tersebut.
Sesuai dengan instruksi presiden No. 9 Tahun 1969 ini dikatakan dalam pasal 2,
bahwa tujuan pariwisata pengembangan kepariwisataan adalah:
1. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan Negara dan
masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan
mendorong kegiatan–kegiatan industri–industri penunjang dan industri–industri
samping lainnya.
2. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan
Indonesia.
3. Meningkatkan persaudaraan/persahabatan nasional dan internasional.

7
2.6 Prinsip–Prinsip Dasar Pengelolaan Pariwisata
Pengelolaan Pariwisata haruslah mengacu pada prinsip–prinsip pengelolaan yang
menekankan nilai–nilai kelestarian lingkungan alam, komunitas, dan nilai sosial yang
memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta bermanfaat bagi
kesejahteraan komunitas lokal. Menurut Cox (1985, dalam Dowling dan Fennel, 2003:
2), pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip–prinsip berikut:
1. Pembangunan dan Pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada kearifan
lokal dan spesial lokal sense yang merefleksikan keunikan peningggalan budaya
dan keunikan lingkungan.
2. Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi basis
pengembangan kawasan pariwisata.
3. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah budaya
lokal.
4. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan budaya dan lingkungan
lokal.
5. Memberikan dukungan dan legitiminasi pada pembangunan dan pengembangan
pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif, tetapi sebaliknya
mengendalikan dan/atau menghentikan aktivitas pariwisata tersebut jika
melampaui ambang batas (carrying capacity) lingkungan alam atau akseptabilitas
sosial walaupun disisi lain mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.
Di samping itu, pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip–prinsip
keseimbangan antar berebagai elemen yang saling berinteraksi dan mempengaruhi.
Prinsip–prinsip keseimbangan yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut (
Liu, 1994: 10 – 11; Buckley, 2004: 5 – 13):
1. Pembangunan versus konservasi Pariwisata tidak hanya menyangkut bagaimana
membangun dan mengelola suatu kawasan menjadi obyek wisata, namun
pengelolaannya harus mempertimbangkan prinsip–prinsip keberlanjutan dan proteksi
baik terhadap aspek ekonomi, budaya, dan lingkungan. Keseimbangan antara
pembangunan dan konservasi menjadi factor yang esensial bagi keberlanjutan
pariwisata.

8
2. Penawaran versus permintaan
Pengelolaan pariwisata harus memperhatikan keseimbangan antara sisi penawaran
(supply) dan permintaan (demand). Penawaran mewakili produk pariwisata seperti
taman wisata alam, akomoasi, dengan gaya lokal, eko-tur, sarana rekreasi, aktivitas
budaya, dan sebagainya. Sedangkan permintaan mengacu kepada pasar pariwisata yaitu
wisatwan tipe apa yang akan disasar, berapa jumlah yang akan berwisata, dimana
mereka akan menginap, berapa uang yang akan mereka keluarkan, kegiatan menarikapa
yang akan mereka lakukan dan sebagainya. Menyeimbngkan penawran dan permintaan
merupakan
salah satu kunci untuk tetap suksesnya pariwisata. Penekanan salah satu atas yang
lainnya akan membawa masalah dimasa yang akan datang.
3. Keuntungan versus biaya
Pengeloalaan pariwisata harus memperhatikan dan memastikan bahwa ada
keseimbangan distribusi keuntungan (benefit) dan biaya (cost). Hal ini menyangkut
pengembalian investasi yang cukup, pengalokasian Fee untuk mengatasi dampak
aktivitas pariwisata, pengembalian, yang optimal atas biaya sosial, ekonomi, dan budaya
bagi penddudk lokal, insentif dan besaran pajak yang wajar. Dalam rangka menciptakan
pengelolaan pariwisata yang mampu membiayai diri sendiri (economically self-
sufficient) perlu di susun kebijakan financial dan fiscal yang wajar di samping juga
harus memperhatikan factor nonekonomi seperti biaya dan keuntungan sosial dan
lingkungan. Keseimbangan pengelolaan keuntungan dan biaya menjadi salah satu
penentu keberlanjutan pariwisata.
4. Manusia versus lingkungan
Tantangan pengelolaan pariwisata adalah mencari keseimbangan antara
traditional ways dengan modern practices. Di beberapa kawasan wisata, penduduk
lokal kadang belum atau bakan tidak menerapkan metode konservasi dalam mengelola
sumberdaya yang di milikinya. Hal itu mungkin disebabkan oleh ketersediaan sumber
daya melimpah di masa lalu. Cepat atau lambat kondisi itu tidak akan dapat bertahan
mengingat pertumbuhan penduduk yang begitu cepat secara alami akn memerlukan
ruang dan sumber daya untuk hidup dan penghidupannya. Keberadaan pariwisata dapat
diarahkan sebagai wahana penyeimbang antara kepentingan kebutuhan manusia dan

9
kelestarian lingkungan. Pariwisata hendaknya menyediakan metode untuk mengelola
lingkungan yang lestari baik melalui konsep kawasan konservasi, pembaharuan sumber
daya alam, daur ulang, dan sebagainya. Tentu saja usaha pelestarian lingkungan ini bisa
berjalan jika sejalan dengan tata nilai dan norma yang dianut komunitas lokal. Melalui
proses pendidikan dan pembelajaran dapat diusahakan perubahan perilaku dan
kebiasaan komunitas lokal yang merugikan lingkungan, seperti pembuangan sampah
sembarangan, penghacuran terumbu karang dan perusakan pantai, pembalakan liar,
pengambilan sumber daya yang melebihi kapasitas normal, serta praktik–praktik
tradisional yang merugikan lainnya. Sebaliknya, penekanan dan penguatan atas nilai–
nilai lokal yang mendukung kelestarian yang diakui.
Berdasarkan pengembangan (guidelines) PATA dapat ditari tiga subtansi pokok
mengenai etika pengelolaan pariwisata yang bertanggung jawab, yaitu 1. Keuntungan
dan kemanfaatan jangka panjang (long term profitability ); 2. Keberlanjutan produk
pariwisata (product sustainability); 3. Keadilan antar generasi (equity from one
generation to the next).
Secara lebih detail, Liu (1994: 6) dan Western (1993: 9) menyatakan bahwa
pengelolaan pariwisata dapat berperan strategi untuk fungsi–fungsi berikut:
1. Perlindungan terhadap sumber daya alam dan lingkungan.
2. Keberlanjutan ekonomi.
3. Peningkatan integritas budaya.
4. Nilai pendidikan dan pembelajaran.
Untuk menyinergikan pengelolaan pariwisata yang memenuhi prinsip–prinsip
pengelolaan yang di uraikan sebelumnya, diperlukan suatu metode pengelolaan yang
menjamin keterlibatan senua aspek dan komponen pariwisata. Metode pengelolaan
pariwisata mencakup beberapa kegiatan berikut (WTO, dalam Richardson dan Fluker,
2004: 183):
a. Pengonsultasian dengan semua pemangku kepentingan.
b. Pengidentifikasi isu.
c. Penyusunan kebijakan.
d. Pembentukan dan pandanaan agen dengan tugas khusus.
e. Penyediaan fasilitas dan operasi.

10
f. Penyediaan kebijakan fiscal, regulasi, dan lingkungan sosial yang kondusif.
g. Penyelesaian konflik kepentingan dalam masyarakat.

2.7 Definisi Agrowisata


Agrowisata adalah aktivitas wisata yang melibatkan penggunaan lahan pertanian
atau fasilitas terkait yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Agrowisata merupakan
salah satu potensi dalam pengembangan industri wisata di seluruh dunia. Agrowisata
memiliki efek positif dari sisi pendapatan dan manajemen produksi tanaman. Sehingga,
diperlukan analisis untuk menentukan jumlah optimal wisatawan untuk memaksimalkan
pendapatan perkebunan (Wikipedia, 2016).

2.8 Konsep Tri Hita Karana


Secara reksikal, Tri Hita Karana berarti tiga penyebab keharmonisan
(kesejahteraan) atau (Tri = Tiga, Hita = Sejahtera atau Harmonis, Karana = Penyebab).
Menurut Agama Hindu, Tri Hita Karana merupakan suatu hubungan atau kehidupan
yang harmonis dan seimbang antara bhakti atau percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mengabdikan diri kepada sesama manusia (sosial) dan menyayangi alam lingkungan
berdasarkan konsep yadnya. Tiga hubungan yang hamonis itu antara lain:
1. Hubungan harmonis manusia dengan Tuhannya (Ida Sang Hyang Widhi Wasa)
yang disebut Parhyangan.
2. Hubungan harmonis antara manusia dengan sesamanya yang disebut dengan
Pawongan.
3. Hubungan harmonis antara manusia dengan alam lingkungannya yang disebut
Palemahan.
Konsep dan filosofi Tri Hita Karana sudah sangat lama dikenal oleh masyarakat
Bali, Sutjipta. (2010: 31) mengemukakan bahwa filosofi Tri Hita Karana merupakan
filosofi yang paling mendasar dari kehidupan komunal masyarakat Bali. Maka dari itu,
Tri Hita Karana sangat perlu dihayati dan dikembangkan dengan pariwisata. Tri Hita
Karana memberikan panduan bagaimana manusia harus bersikap dari tiga hal yang
tercermin dalam Tri Hita karana itu keseimbangan antara satu karana, dengan karana
yang lain serta manusia mencapai derajat keharmonisannya (Sukerada, 2013).

11
2.9 Desa Pelaga
Desa Pelaga merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Petang,
Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Lebih detailnya terletak kurang lebih 45 km sebelah
utara Denpasar. Desa Pelaga merupakan sebuah desa yang ada di dataran tinggi dengan
ketinggian 1017 m dpl. Terletak pada dataran tinggi yang berbukit hijau dan memiliki
tingkat polusi yang masih sangat rendah. Desa ini juga banyak digunakan sebagai jalur
alternatif dari Denpasar menuju Batur yang melewati Objek Wisata Sangeh.
Desa Pelaga banyak menawarkan agrowisata yang menarik lengkap dengan
ekologinya yang indah. Selain itu, Desa Pelaga juga terkenal dengan hortikulturnya
yang luas dan beragam, mulai dari sayur-mayur (Asparagus, pare putih, dan lain-lain),
kopi, vanili, jagung, dan lain-lain. Keindahan pemandangan Jembatan Bangkung yang
terkenal serta suasananya yang asri, nyaman, dan segar sangat berpotensi untuk
dikembankan sebagai desa ekowisata.
Desa ini memiliki luas 3545,204 Ha terdiri dari sembilan dusun atau banjar, antara
lain: Nungnung, Kiadan, Pelaga, Bukian, Tinggan, Tiyingan, Semanik, Auman, dan
Bukit Munduk Tiying. Panorama serupa dapat dijumpai di sebelah barat Desa Pelaga
yaitu berupa pengunungan yang berundak hijau. Batas sebelah utara desa Pelaga yaitu
hutan lindung milik Negara dan Pura Puncak Mangu yang memiliki panorama asri
persawahan (Darsana, 2013).

2.10 Bagus Agro Pelaga


Bagus Discovery Group berkolaborasi dengan BTDC mengembangkan sebuah
usaha agrotourism di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Kawasan
agrotourism yang diberi nama Bagus Agro Pelaga merupakan kawasan agrotourism
yang menawarkan atraksi kepada pengunjung untuk menikmati pemandangan
perkebunan buah, sayur, dan bunga serta teknik pertanian modern sambil berekreasi,
berbelanja tabulapot (tanaman buah dan bunga dalam pot) dan menikmati makan siang
di restoran atau saung yang berada di dalam kawasan. Kawasan seluas 20 hektar ini
terletak di sebelah utara Wisma Pemerintah Kabupaten Badung. Berjarak kira-kira satu
kilometer sebelum Pura Puncak Mangu. Berada pada ketinggian 650-750 meter di atas
permukaan laut, Bagus Agro Pelaga berhawa sejuk dan relatif dingin pada pagi dan sore

12
hari. Dengan kondisi jalan raya yang sangat baik, Bagus Agro Pelaga sangat mudah
dicapai dengan berbagai jenis kendaraan dari berbagai arah. Hanya 30 menit dari
Sangeh, 45 menit dari Kintamani dan 45 menit dari Baturiti (Subadra, 2006).

13
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian


Penulis menggunakan dua variabel, yaitu variabel terikat dan variabel bebas.
Pengembangan agrowisata di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung
sebagai variabel terikat, dan strategi Bagus Agro Pelaga sebagai variabel bebas.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan beberapa teknik yakni:
1. Kepustakaan, yaitu melihat dari beberapa sumber buku.
2. Wawancara, yaitu tanya jawab dengan pihak-pihak terkait.
3. Media Internet, yaitu mencari informasi dari internet.

3.3 Teknik Analisis Data


Teknik Analisis Data yang digunakan adalah Teknik Analisis Deskriptif Kualitatif
yaitu menjelaskan berdasarkan hasil penelitian dan tinjauan pustaka.

3.4 Jenis Dan Sumber Data


Terdapat dua jenis sumber data yang digunakan dalam karya tulis ini yaitu, data
primer dan data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini berasal dari
wawancara dengan Manager dan Karyawan Bagus Agro Pelaga. Sumber data
sekunder penulis dapatkan data dari kepustakaan dan media internet.

3.5 Waktu Dan Lokasi Penelitian


Penulis melakukan penelitian di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten
Badung, Provinsi Bali. Waktu penelitian penulis laksanakan pada tanggal 6 Juni
2016 sampai dengan 19 Juli 2016.

14
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Berdasarkan pengamatan dan wawancara didapatkan hasil penelitian yaitu:
4.1.1 Gambaran umum agrowisata dengan konsep Tri Hita Karana di Bagus Agro
Pelaga
4.1.2 Strategi Pengembangan Agrowisata dengan konsep Tri Hita Karana di Bagus
Agro Pelaga
4.1.3 Manfaat Strategi Pengembangan Agrowisata dengan konsep Tri Hita Karana di
Bagus Agro Pelaga

4.2 Pembahasan
4.2.1 Gambaran Umum Agrowisata dengan konsep Tri Hita Karana di Bagus Agro
Pelaga
Bagus Agro Pelaga merupakan salah satu anak perusahaan dari Bagus Discovery
Group yang terletak pada ketinggian 650-750 meter di atas permukaan air laut dengan
hawa sejuk di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Bagus Discovery
Group berkolaborasi dengan BTDC (Bali Tourism Development Corporation) yang
mengembangkan sebuah usaha agrowisata dengan lahan 18 Ha di Desa Pelaga,
Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Selain Bagus Agro Pelaga, Bagus Discovery
Group mempunyai anak perusahaan lainnya yaitu Puri Bagus Manggis, Puri Bagus
Candidasa, Puri Bagus Lovina, Bagus Jati, dan Baliem Valey Resort.
Manager Bagus Agro Pelaga mengatakan bahwa Bagus Agro Pelaga mulai
beroperasi pada tahun 2002 dengan konsentrasinya hanya mengarah ke agrowisata yang
didukung atas trend pasar pada saat itu yaitu trend Pasar Eropa. Pada trend Pasar Eropa,
minat orang-orang yang melakukan perjalanan wisata saat itu adalah berwisata spiritual
dan sebagian besar wisatawan yang berkunjung merupakan vegetarian. Jadi, salah satu
fungsi adanya agrowisata di Bagus Agro Pelaga dengan berbagai sayur, bunga, dan
buah organik yaitu mendukung segala kebutuhan bahan masakan di hotel-hotel yang
tergabung dalam Bagus Discovery Group tersebut.

15
Setelah 10 tahun berjalan, hotel-hotel yang tergabung dalam Bagus Discovery
Group tersebut mulai padat wisatawan. Maka dari itu, Bagus Discovery Group mulai
mengembangkan Bagus Agro Pelaga dengan menambahkan villa-villa sebagai salah
satu strategi memperkenalkan Bagus Agro Pelaga kepada wisatawan domestik maupun
mancanegara dan sekaligus mengantisipasi adanya kepadatan wisatawan yang
melakukan penginapan di hotel-hotel yang tergabung dalam Bagus Discovery Group
tersebut.

4.2.2 Strategi Pengembangan Agrowisata dengan konsep Tri Hita Karana di Bagus
Agro Pelaga
Strategi pengembangan agrowisata di Bagus Agro Pelaga menekankan pada nilai-
nilai kelestarian lingkungan alam dengan konsep Tri Hita Karana, strategi tersebut
meliputi mengembangkan kegiatan rekreasi, fasilitas, dan akomodasi serta didukung
oleh atraksi berwisata.
A. Atraksi Berwisata di Bagus Agro Pelaga
Atraksi berwisata di Bagus Agro Pelaga merupakan elemen-elemen memegang
peran penting dalam memotivasi wisatawan untuk berkunjung ke Bagus Agro Pelaga.
Bagus Agro Pelaga memiliki atraksi alam, seperti melihat landscape, pegunungan,
iklim, dan lembah dari Bagus Agro Pelaga. Atraksi buatan seperti dapat melihat
jembatan tukad bangkung dari Bagus Agro Pelaga, taman, dan villa yang dimiliki Bagus
Agro Pelaga. Atraksi sosial seperti kesempatan berbaur dengan masyarakat Desa
Pelaga, Kecamatan Petang, karena sebagian besar karyawan Bagus Agro Pelaga berasal
dari Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung.

B. Fasilitas dan Kegiatan Rekreasi di Bagus Agro Pelaga


Bagus Agro Pelaga menyediakan beberapa fasilitas seperti jalan melingkar, villa-
villa, fasilitas rekreasi, dan camping site serta children play ground. Jalan melingkar
dapat dilalui kendaraaan kecil dan dibuat seasri mungkin dilengkapi jalan setapak dan
padang rumput di kanan maupun kiri jalan sehingga pengunjung merasakan
kenyamanan saat berjalan kaki. Menyaksikan keindahan pemandangan kebun sayur,
buah dan bunga sambil mendengarkan penjelasan petugas mengenai tanaman yang

16
tumbuh di Bagus Agro Pelaga. Jalan melingkar sepanjang ini dibuat dengan
mempergunakan sistem drainase yang baik untuk menghindari genangan air pada
musim hujan.
Fasilitas pendukung lainnya adalah toilet, bak sampah yang terdiri dari 2 jenis
yaitu tempat untuk sampah organik dan plastik, binatang peliharaan yang digemari
anak-anak seperti jenis burung, kolam ikan yang memakai alat pembersih air modern,
children playground yang berlokasi di depan Main Restaurant, beberapa Saung (bale
bengong) untuk tempat beristirahat maupun lunch, dan papan petunjuk (signages).
Fasilitas lain yang tersedia adalah kantor, tempat parkir, tempat peristirahatan
sopir dan guide,staff house, serta kantor untuk direksi dan karyawan Bagus Agro
Pelaga. Kantor di Bagus Agro Pelaga dilengkapi dengan perpustakaan yang berisi
buku–buku mengenai tanaman dan cara bercocok tanam yang baik. Tempat parkir yang
cukup luas dilengkapi perindang mampu menampung jenis kendaraan bus dan
kendaraan kecil. Bagus Agro Pelaga juga bisa dijadikan sebagai tempat
penyelenggaraan berbagai kegiatan outing seperti: meeting, outing, arisan, camping,
pengenalan tanaman kepada anak-anak, flower expo, kursus tabulapot, kontes burung,
dan kontes anjing.
Di kawasan ini juga terdapat Pura Puseh milik masyarakat setempat. Di sekeliling
pura ditanam kebun bunga potong yang menambah keasrian pura tersebut. Kegiatan
rekreasi dapat dilakukan baik di dalam kawasan Bagus Agro Pelaga maupun di luar
kawasan. Kegiatan rekreasi tersebut yaitu Hiking, Cycling, Tour dengan Silent Buggy,
Bird Watching, Restaurant, dan Children Playground.

C. Akomodasi di Bagus Agro Pelaga


Villa atau di Bagus Agro Pelaga lebih dikenal dengan “farm house” dibangun di
perbatasan kawasan areal konservasi dan areal kebun dengan satu buah kolam renang
yang dapat digunakan bersama dan diperuntukkan bagi para wisatawan yang ingin
bermalam di kawasan Bagus Agro Pelaga. Villa ini dibangun dengan konsep minimalis
sehingga menimbulkan kesan santai. Dari villa yang dindingnya memakai kaca bening
dapat dilihat pemandangan yang menakjubkan ke segala arah, sedangkan di sekeliling
villa ditanami pepohonan untuk menjaga privasi penghuni villa. Pintu masuk (berupa

17
gapura) ke villa dibuat sedemikian rupa sehingga mengesankan bahwa di tempat ini
pernah ada bangunan tua.
Aspek–aspek dari Tri Hita Karana sangat penting sebagai pijakan dalam
mengembangkan kawasan wisata. Pada hakikatnya Tri Hita Karana mengandung
pengertian tiga penyebab kebahagiaan itu bersumber pada keharmonisan hubungan
antara Parhyangan (Manusia dengan Tuhan), Palemahan (Manusia dengan Alam
Lingkungan), Pawongan (Manusia dengan sesama).
Pengaruh penerapan Palemahan terhadap agrowisata di Bagus Agro Pelaga yaitu
tercapainya tujuan pariwisata berkelanjutan yang ditinjau dari kelestarian lingkungan
serta terjaminnya perlindungan terhadap ekosistem dan degradasi kualitas lingkungan.
Agrowisata di Bagus Agro Pelaga juga menciptakan hubungan yang harmonis antara
manusia dan lingkungan membentuk sebuah destinasi wisata dalam hal keindahan alam
dan lingkungan. Kondisi ini yang menyebabkan aspek palemahan merupakan salah satu
aspek yang menjadi daya tarik bagi kawasan agrowisata di Desa Pelaga.
Pengaruh penerapan Pawongan terhadap agrowisata di Bagus Agro Pelaga yaitu
menciptakan keharmonisan Bagus Agro Pelaga dengan masyarakat di Desa Pelaga.
Sebesar 95%, karyawan di Bagus Agro Pelaga berasal dari masyarakat lokal, khususnya
masyarakat di Desa Pelaga yang terletak di Kecamatan Petang. Nilai–nilai seperti
keramahan penduduk, aktivitas kelompok tani tradisional, dan interaksi sosial yang ada
juga merupakan aspek yang menjadi ciri khas dan daya tarik tersendiri. Kondisi ini
menjadikan kawasan Bagus Agro Pelaga memiliki daya tarik yang cukup tinggi karena
kenyamanan dan kemananan yang dirasakan.
Pengaruh penerapan Parhyangan terhadap agrowisata di Bagus Agro Pelaga
berkaitan dengan ajaran Agama Hindu, dimana terdapat pelaksanaan yadnya (upacara
persembahan suci yang tulus ikhlas tanpa pamrih) di Desa Pelaga. Untuk tetap menjaga
hubungan harmonis dengan Tuhan, masyarakat Desa Pelaga yang menjadi karyawan di
Bagus Agro Pelaga tetap bisa bekerja tanpa harus meninggalkan kewajiban dalam
beryadnya jika terdapat hari raya suci Agama Hindu. Selain itu, di kawasan Bagus Agro
Pelaga juga terdapat Pura (tempat suci Agama Hindu). Parhyangan memiliki pengaruh
positif terhadap perkembangan kawasan agrowisata di Bagus Agro Pelaga. Aspek ini
harus tetap dijaga dan dilestarikan mengingat ada unsur budaya dan tradisi yang

18
menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk menikmati kawasan agrowisata di Desa
Pelaga.
Maka dari itu, mengembangkan kegiatan rekreasi, fasilitas, dan akomodasi serta
didukung oleh atraksi berwisata dengan konsep Tri Hita Karana menjadi salah satu
strategi Bagus Agro Pelaga dalam menarik minat wisatawan dalam berwisata. Melalui
implementasi konsep Tri Hita Karana dalam pengembangan agrowisata yang
berlandaskan nilai-nilai agama di Bagus Agro Pelaga, diharapkan mampu menjaga
keseimbangan alam dan menjaga kelestarian lingkungan Desa Pelaga.

4.2.3 Manfaat Strategi Pengembangan Agrowisata dengan konsep Tri Hita Karana di
Bagus Agro Pelaga
Manfaat dari adanya strategi pengembangan agrowisata dengan konsep Tri Hita
Karana adalah sebagai berikut:
1. Strategi pengembangan agrowisata di Bagus Agro Pelaga dengan konsep Tri Hita
Karana akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian sumber daya alam.
2. Membantu meningkatkan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya.
3. Meningkatkan persepsi positif petani maupun masyarakat sekitarnya mengenai
arti penting pelestarian sumber daya alam khususnya pada lahan pertanian.
4. Bagus Agro Pelaga secara tidak langsung menciptakan lapangan pekerjaan yang
dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat Desa Pelaga.
5. Dapat menahan atau mengurangi arus perpindahan penduduk dari Desa Pelaga ke
daerah yang banyak menyediakan lapangan pekerjaan.
6. Dapat merealisasikan rencana Pemerintah Kabupaten Badung dalam
mengembangkan pariwisata wilayah Kabupaten Badung bagian utara.

19
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Dari berbagai uraian sebelumnya, penulis mendapat kesimpulan, bahwa
5.1.1 Strategi Bagus Agro Pelaga dalam mengembangkan agrowisata dengan konsep
Tri Hita Karana untuk melestarikan pariwisata di Desa Pelaga menekankan pada
nilai-nilai kelestarian lingkungan alam. Strategi tersebut meliputi
mengembangkan kegiatan rekreasi, fasilitas, dan akomodasi serta didukung oleh
atraksi berwisata. Sehingga wisatawan dapat menikmati kegiatan berwisata alam
dan juga bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat, khususnya di Desa Pelaga.
5.1.2 Manfaat yang dapat diperoleh dari adanya agrowisata di Bagus Agro Pelaga
adalah melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi lokal, dan
meningkatkan pendapatan petani atau masyarakat sekitar lokasi wisata, serta dapat
merealisasikan rencana Pemerintah Kabupaten Badung dalam mengembangkan
pariwisata wilayah Kabupaten Badung bagian utara.

5.2 Saran-Saran
5.2.1 Bagi Pemerintah
a. Agar selalu memberikan petunjuk dalam mengembangkan obyek pariwisata.
b. Agar dapat membantu menyebarkan informasi kepada masyarakat lokal maupun
asing mengenai Bagus Agro Pelaga supaya mengenal Bagus Agro Pelaga lebih
luas.
5.2.2 Bagi Bagus Agro Pelaga
a. Agar selalu memberikan keamanan dan kenyamanan kepada para wisatawan lokal
maupun asing.
b. Menerapkan strategi yang telah diperoleh dan melakukan evaluasi secara berkala
untuk merinci secara tepat dan jelas mengenai realisasi dari strategi
pengembangan Bagus Agro Pelaga.

20

Anda mungkin juga menyukai