NIM : 215040200111114 Kelas : L Dosen : Medea Rahmadhani Utomo
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2022 Pengamatan ini dilakukan di Desa Padangsambian, Kecamatan Denpasar Barat, Kabupaten Denpasar, Bali. Pengamatan ini meliputi beberapa aspek budaya di pedesaan dan juga pertanian. Aspek-aspek yang harus diamati ialah : 1. Nilai dan norma sosial dalam usaha pertanian yang paling menonjol di lokasi pengamatan saudara? Jawab : Norma sosial dalam usaha pertanian di Desa Padangsambian ialah adanya kebiasaan untuk berkumpul dan membuat hajatan kecil bagi para petani. Kebiasaan ini dilakukan setelah masa panen sebagai symbol rasa syukur dan mempererat tali persaudaraan antar petani di Desa Padangsambian. Hajatan ini menjadi aturan wajib di Desa Padangsambian untuk dilakukan oleh para petani yang sudah mendapatkan hasil panen. Aturan ini telah ditetapkan oleh para petani, masyarakat umum, serta pengurus desa sejak sekitar tahun 2009. 2. Bagaimana pengetahuan petani dalam hal pembibitan, budidaya, pemasaran dan lainnya yang berkaitan dengan aspek pengetahuan dan pendidikan. Jawab : petani di Desa Padangsambian mempunyai pengetahuan mengenai pembibitan, budidaya, serta pemasaran yang masih tradisional. Petani di Desa ini mayoritas masyarakat yang berpendidikan tamat SD (Sekolah Dasar) sampai SMP (Sekolah Menengah Pertama) serta usia petani mayoritas yang sudah diatas 40 tahun. Petani di Desa Padangsambian. Hanya sedikit masyarakat petani yang mengenal dan memahami penggunaan alat teknologi pertanian yang telah di sediakan oleh Pemerintah Provinsi Bali, para petani masih menggunakan pembibitan dan budidaya dengan cara manual serta pemasaran yang masih sangat bergantung pada pengepul hasil panen. Namun dari tahun ke tahun pendidikan para petani khususnya dalam hal pembibitan, budidaya, serta pemasaran sudah meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aryawati & Budhi (2018). Yang mengatakan pendidikan dalam sektor pertanian di Denpasar mengalami peningkatan setiap tahunnya. 3. Apa umumnya mata pencaharian di lokasi tersebut, jika petani spesifik petani dengan komoditas apa? Mengapa matapencaharian tersebut banyak diminati? Dan bagaimana cara petani meningkatkan taraf hidupnya melalui pekerjaan yang dimiliki? Jawab : Di Desa Padangsambian saat ini umumnya matapencaharian di bidang pariwisata. Alasan matapencaharian paling diminati di bidang pariwisata sebab Desa Padangsambian terletak tidak terlalu jauh dengan Pantai Kuta serta Desa Canggu yang dimana kedua tempat tersebut menjadi tujuan wisata lokal dan internasional. Pendapatan dari matapencaharian di bidang pariwisata juga paling tinggi dibandingkan dengan bidang lainnya salah satunya ialah bidang pertanian. Tahun 2000-2011 matapencaharian di bidang pertanian masih banyak diminati di Desa Padangsambian, namun seiring waktu matapencaharian di bidang pertanian semakin menurun, menurut Aryawati & Budhi (2018). Hal itu disebabkan karena pengalihan fungsi lahan pertanian yang digunakan investor lokal maupun asing untuk mengembangkan sektor pariwisata. Namun matapencaharian sebagai petani saat ini masih ada di Desa Padangsambian walaupun tidak terlalu banyak dibandingakn tahun-tahun sebelumnya. Komoditas yang di budidaya di Desa Padangsambian ialah komoditas tanaman pangan berupa padi. Komoditas tersebut digunakan oleh para petani di Desa Padangsambian untukmeningkatkan taraf hidupnya, dengan cara mengolah padi menjadi beras unggulan dan menjualnya ke para pemilik rumah makan, hotel, serta pemilik-pemilik perusahaan di sektor pariwisata di Bali. 4. Aktivitas ibadah yang biasa dilakukan, termasuk adakah ritual tertentu sebelum tanam dan saat panen? Dan adakah hubungan spiritual dengan pekerjaan mereka? Jawab : Sebagian masyarakat serta para petani di Desa Padangsambian masih memegang teguh kepercayaan terhadap leluhur,dewi Sri atau dewi padi, serta arwah yang menghuni di sekitar sawah melalui perantara. Ritual Mapag Toya atau disebut dengan “menjemput air” ialah ritual yang dilakukan di kelompok tani yang dilakukan sebelum tanam. Kelompok tani tersebut biasanya menaruh daksina yang ditenggelamkan bersama itik yang dalam konteks ini memiliki makna untuk persembahan kepada Dewa Wisnu yang disimbolkan sebagai dewa air (Aridawati,2020). Selanjutnya ialah ritual pangawiwit yaitu ritual yang dilakukan saat masa tanam. Wujud ritual ini ialah ketupat satu, kelan, daksina, dan punjung putih kuning. Selama satu hari saat ritual itu dilaksanakan, warga Desa Padangsambian yang lain dilarang untuk bekerja di sawah. Jika ada yang berani melanggar dikenakan sanksi dengan mengadakan ritual ulang dan biayanya ditanggung sendiri oleh warga yang melanggar (Aridawati,2020). Dan yang terakhir ialah ritual pasca panen yaitu ritual mubuhin. Ritual ini dilaksanakan beberapa hari setelah ritual nandur atau saat padi berumur kurang lebih 12 hari. Adapun wujud ritualnya ialah canang dan bubur. Dalam hal ini bubur ini diberikan kepada tanaman padi yang dianggap sama dengan bayi yang baru lahir. Ketiga ritual ini dipercaya oleh para petani sebab konon katanya dulu banyak petani yang gagal panen sebab tidak melakukan ritual ini. 5. Bahasa yang sering digunakan dalam berkomunikasi? Apakah ada kemauan yang tinggi untuk mempelajari bahasa internasional? Apakah kehadiran orang asing/pendatang mempengaruhi bahasa mereka Jawab : Bahasa daerah yaitu Bahasa Bali menjadi bahasa utama di Desa Padangsambian namun Bahasa Indonesia tetap digunakan jika berbicara dengan pendatang yang bukan berasal dari daerah Bali. Masyarakat di Bali khusunya di Desa Padangsambian diharuskan memiliki kemauan mempelajari bahasa internasional sebab matapencaharian di Desa tersebut mayoritas ialah di sektor pariwisata yang syarat-syarat untuk mendapatkan pekerjaan ialah mampu berbahasa asing. Oleh sebab itu kehadiran pendatang dari manca negara sangat mempengaruhi bahasa masyarakat Bali khususnya masyarakat di Desa Padangsambian. 6. Kesenian apa yang menjadi identik di lokasi tersebut? bagaimana cara masyarakat menjaga kekayaan budaya seni tersebut? Jawab : Kesenian yang identik di Desa Padangsambian ialah Tari Baris Tengklong. Tari Baris Tengklong merupakan tari yang ditarikan oleh penari putra bersenjatakan tombak, dengan ciri khas menari sambil bertumpu pada satu kaki. Tarian ini menceritakan tentang pasukan tempur puri pemecutan yang ada di Desa Padangsambian. Tari Baris Tengklong ini sering dipakai masyarakat sekitar untuk lomba tari atau banyak sanggar tari yang mengajari Tari Baris Tengklong. Hal tersebut menjadi salah satu cara masyarakat Desa Padangsambian untuk melestarikan budaya seni Tari Baris Tengklong yang menjadi ciri khas Desa tersebut. 7. Alat dan teknologi pertanian apa yang berkembang di lokasi tersebut? bagaimana cara masyarakat mengadopsi dan menyebarluaskan teknologi pertanian tersebut kepada masyarakat luas. Jawab : Alat dan teknologi yang berkembang di Desa Padangsambian ialah penggunaan pompa dalam melakukan teknik irigasi di lahan persawahan. Penggunaan pompa ini sangat bermanfaat untuk efisiensi waktu dan tenaga para petani dalam melakukan penyiraman pada komoditas yang dibudidayakan. Masyarakat di Desa Padangsambian memberikan bantuan kepada desa lain berupa materi dalam pengadopsian alat irigasi tersebut. Cara pengadopsian masyarakat terhadap alat irigasi ini ialah para petani muda di Desa Padangsambian memberikan praktek langsung terhadap lahan pertanian di Desa tersebut. dengan didapatkannya hasil dari alat irigasi tersebut mengakibatkan para petani-petani yang lebih tua mulai mengikuti dan menerapkan irigasi menggunakan pompa tersebut. 8. Bagaimana cara masyarakat membangun kerjasama dalam urusan pertanian, baik antar individu, maupun antar kelompok? Juga bentuk kerjasama apa yang biasa dilakukan di bidang pertanian? Jawab : cara masyarakat membangun kerjasama dalam urusan pertanian, baik antar individu, mapun antar kelompok dengan menciptakan industri rumahan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi infomasi dalam mengolah padi sehingga masyarakat Desa Padangsambian lebih menggunakan alat-alat yang lebih canggih untuk menjadikan Padi tidak hanya sebagai makanan pokok tetapi juga mengolahnya dalam bentuk olahan untuk keperluan Pariwisata di Desa Padangsambian. DAFTAR PUSTAKA Aridawati, I. A. (2020). Makna Ritual Budaya Pertanian Yang Berkaitan DenganLeksikon Bidang Persawahan Pada Masyarakat Bali. Jurnal Ilmu Agama, 3(3).
Ni Putu Riska Aryawati, M. K. (2018, September). Pengaruh Produksi, Luas Lahan, dan Pendidikan Terhadap Pendapatan Petanidan Alih Fungsi Lahan Provinsi Bali. E-Jurnal EP Unud, 7(9), 1918-1958.