Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

UPAYA BETERNAK SAPI BRANGUS DENGAN PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN


SEBAGAI PAKAN GUNA MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DESA
NGENEP, KARANGPLOSO

Dosen Pengampu Mata Kuliah Penyuluhan


Dr.Ir. Irdaf, M.Si

Oleh:

NIZAR SEPTIAN D.P 175050100111069 / A

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, kami
mengucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah–Nya.
Sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyuluhan.

Makalah ini kami susun dengan maksimal dengan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan Makalah ini. Kami menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan Makalah ini dengan sebaik-baiknya. Sehingga,
Makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya, oleh karena itu kami sangat mengapresaiasi segala saran dan kritik dari
pembaca demi kebaikan Makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga Makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.

Malang, 11 Mei 2019

Nizar Septian Dwi Putra


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................
1.3 Tujuan...........................................................................................................................
1.4 Manfaat.........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................


3.2 Saran..............................................................................................................................

BAB IV DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesejahteraan rakyat merupakan sebuah cita-cita yang diinginkan semua negara di dunia.
Tidak terkecuali pada negara kita, Indonesia. Indonesia sendiri memiliki luas wilayah 9,596,961
km2 dan jumlah penduduk 252.20 juta jiwa (data BPS tahun 2013). Indonesia memiliki sejuta
problematika yang sampai saat ini menunggu untuk diselesaikan. Pertumbuhan penduduk
menyebabkan banyaknya limbah organik dan anorganik dan terbatasnya lahan kosong. Kurangnya
pemanfaatan dari limbah organik seperti limbah pertanian yang sebenarnya lebih mudah untuk
diolah. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia masih kurang dimanfaatkan dan kemampuan para
penduduk untuk mengolah sumber daya yang ada harus ditingkatkan agar mampu membuat
Indonesia menjadi negara yang makmur dan sejahtera.
Kami mengamati masih banyak sekali sumber daya yang berada dalam negeri ini belum di
kelola dengan optimal. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, seperti kehidupan masyarakat yang
mulai beralih kepada dunia liberalisme industri dan berubahnya image kaum petani menjadi kaum
marjinal. Sehingga, melalui fenomena ini dapat menyebabkan dampak yang negatif, seperti para
anak muda mulai meninggalkan kebiasaan leluhur mereka, yaitu beternak dan bertani. Hal ini
menyebabkan kurangnya antusiasme mereka untuk mengembangkan suatu hal yang telah dibangun
oleh leluhur kita pada sektor pertanian maupun peternakan. Sehingga, akhirnya menjadikan para
peternak dan petani kita hanya menyisakan orang-orang tua yang masih berpikiran kuno.
Seperti hal nya yang terjadi pada masyarakat di Desa Ngenep, Kecamatan Karangploso,
Kabupaten Malang yang dimana banyak warga yang memiliki keinginan untuk beternak, namun
terhalang oleh keterbatasannya lahan di Desa tersebut. Sehingga, mayoritas dari mereka hanya
bergantung dari hasil bertani. Limbah yang dihasilkan dari bertani seperti sayuran yang membusuk
dan sayuran yang tidak laku terjual terbuang begitu saja, tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu.
Kurangnya wawasan yang dimiliki menghasilkan dampak, seperti kurang maksimum pendapatan
warga dibalik melimpahnya limbah hasil pertanian di desa yang dapat dimanfaatkan. Alhasil,
banyak dari limbah pertanian tersebut yang terbuang sia-sia yang sebenarnya besar peluang dari
limbah tersebut yang bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak pendapatan dari desa tersebut.
Limbah pertanian yang berupa sayuran busuk, salah satunya dapat dimanfaatkan menjadi
pakan ternak sapi. Di era sekarang ini, kebutuhan akan permintaan sapi dari masyarakat sangatlah
besar. Namun di Indonesia sendiri masih belum mampu untuk memenuhi permintaan tersebut.
Banyak sekali jenis sapi yang bisa dibudidayakan, salah satunya sapi jenis Brangus. Sapi jenis
Brangus merupakan sapi yang sangat cocok dibudidayakan di Indonesia, hal ini karena sapi jenis
tersebut cocok jika dibudidayakan di iklim tropis dan dapat tumbuh besar dengan cepat.
Beternak sapi mempunyai manfaat yang sangatlah besar selain dapat meningkatkan
pendapatan, tanah yang dijadikan untuk media tempat tinggal dapat dimanfaatkan menjadi pupuk
kompos alami yang sangat subur. Para petani didesa tersebut dapat memanfaatkannya untuk
menyuburkan tanaman mereka sehingga mereka tidak perlu membeli pupuk untuk tanaman
mereka. Melalui studi inilah saya tertarik untuk melakukan sebuah penyuluhan tentang upaya
beternak sapi Brangus dengan pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan, guna meningkatkan
pendapatan masyarakat Desa Ngenep, Karangploso.
1.2 Rumusan Masalah
Kurangnya wawasan para warga di Desa Ngenep, Kecamatan Karangploso, Kabupaten
Malang tersebut mengenai pengolahan limbah pertanian menyebabkan kami berpikir bagaimana
cara memanfaatkan limbah pertanian yang melimpah ruah. Masalah yang ada di Desa Ngenep
selain limbah pertanian yang terlalu banyak juga kurangnya lahan untuk melakukan usaha
peternakan. Hal itu yang menyebabkan kami ingin berinovasi bagaimana mengajarkan beternak
dengan lahan yang terbatas.

1.3 Tujuan
Penyuluhan yang ingin saya lakukan bertujuan untuk memberikan informasi kepada para
warga di Desa Ngenep tentang bagaimana cara mengolah limbah pertanian agar lebih bernilai
ekonomis dan bagaimana cara beternak sapi Brangus yang baik dan benar. Beternak sapi dengan
pakan limbah pertanian bertujuan meningkatkan pendapatan masyarakat di Desa Ngenep,
Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang.

1.4 Manfaat
Harapan kami setelah diadakannya penyuluhan ini, kami dapat memberikan tambahan
informasi tentang beternak sapi Brangus yang baik dan benar kepada para warga di Desa Ngenep
sekaligus memberikan solusi untuk memanfaatkan limbah pertanian. Saat beternak sapi dengan
pakan dari limbah pertanian ini dapat berjalan dengan baik, besar harapan kami pendapatan warga
di Desa Ngenep dapat meningkat dan kehidupan bermasyarakat semakin harmonis.
BAB II

PEMBAHASAN

Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan temak ruminansia pada peternak di Kecamatan
Rengat &rat Kabupaten Indragiri Hulu masih rendah yaitu 20%. Rendahnya tingkat pemanfaatan
limbah pertanian sebagai pakan disebabkan karena responden segera membakar limbah ijerami
padi/jagung/ ubi jalar) setelah panen dimana limbah ini berfungsi sebagai pupuk organik di samping itu
adanya anggapan dari responden bahwa hijauan pakan tersedia dalam jumlah yang mencukupi dilahan
pekarangan, sawah dan kebun untuk kebutuhan ternak.
Penelitian Syamsu, 2007 menunjukkan hanya 37.88 % petemak di Sulawesi Selatan yang
menggunakan limbah pertanian sebagai pakan. Beberapa faktor yang menyebabkan petemak tidak
menggunakan limbah tanaman pangan sebagai pakan adalah : a) umumnya petani membakar limbah
tanaman pangan terutama jerami padi karena secepatnya akan dilakukan pengolahan tanah, b) limbah
tanaman pangan bersifat kamba sehingga menyulitkan peternak untuk mengangkut dalam jumlah
banyak untuk diberikan kepada ternak, dan umumnya lahan pertanian jauh dari pemukiman peternak
sehingga membutuhkan biaya dalam pengangkutan c) tidak tersedianya tempat penyimpanan limbah
tanaman pangan, dan peternak tidak bersedia menyimpan/menumpuk limbah di sekitar rumah/kolong
rumah karena takut akan bahaya kebakaran, d) petemak menganggap bahwa ketersediaan hijauan di
laban pekarangan, kebun, sawah masih mencukupi sebagai pakan ternak.
Penggunaan limbah sebagai pakan umumnya dilakukan oleh peternak yang memiliki lahan dan
mengusahakan (menanam) komoditi tanaman pangan. Jenis limbah yang digunakan adalah jerami padi
62.5% , jerami jagung 12.5%, jerami padi + jerami jagung 12.5% dan jerami padi + jerami jagung +
jerami ubi kayu + jerami ubi jalar 12.5%. Sesuai pendapat Syamsu, dkk (2003) bahwa produksi limbah
pertanian terbesar adalah jerami padi 85.81%, jerami jagung 5.84%, jerami kacang tanah 2.84%, jerami
kedelai 2.54%, pucuk ubi kayu 2.29% dan jerami ubi jalar 0.68% (Syamsu, 2007).
Tingginya jumlah petemak yang menggunakan jerami padi dibandingkan dengan limbah lain
adalah karena produksi dan luas areal penanaman komoditi tersebut lebih besar jumlahnya
dibandingkan dengan komoditi lain. Di samping menggunakan jerami padi dan jagung, limbah yang
lain juga digunakan sebagai pakan seperti jerami ubi kayu dan jerami ubi jalar. Rendahnya responden
yang menggunakan jerami ubi jalar dan jerami ubi kayu berkaitan dengan rendahnya jumlah areal
penanaman komoditi tersebut sehingga ketersediaan limbahnya juga rendah.
Tidak ada responden (0%) yang mengetahui dan menerapkan teknologi pengolahan pakan. Hal
ini disebabkari karena karena rendahnya pengetahuan dan pendidikan petemak dan tidak adanya
informasi dan penyuluhan yang dilakukan oleh dinas/instansi terkait tentang teknologi pengolahan
pakan. Responden petemak umumnya tarnat SD (47.5%) dan tidak tarnat Sekolah Dasar (12.5%).
Kondisi ini sesuai dengan pendapat Chamdi (2003) bahwa tingkat pendidikan akan berpengaruh
terhadap pengetahuan dan keterampilan petemak sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dan
akan menentukan keberhasilan usaha temak.

Bahan pakan adalah segala sesuatu yang diberikan kepada ternak yang sebagian
atau
keseluruhannnya dapat dicerna tetapi tidak mengganggu kesehatan ternak tersebut. Sebagian contoh
pakan hijaun (rumput, daundaunan), limbah pertanian (jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai,
pucuk tebu), leguminosa (daun Lamtoro, Gliricida, Kaliandra, Turi, dan Kacangkacangan) limbah
industri pertanian (dedak, bekatul, pollard, onggok, bungkilbungkilan) dan lainlain (Anonimus, 2001).
Pada dasarnya, sumber pakan sapi dapat disediakan dalam bentuk hijauan dan konsentrat,
dan yang terpenting adalah pakan yang memenuhi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin
serta mineral (Sarwono,2002).

Secara alamiah pakan utama ternak sapi adalah hijauan, yang dapat berupa rumput alam
atau lapangan, rumput unggul, leguminosa, limbah pertanian serta tanaman hijauan lainnya. Dalam
pemilihan hijauan pakan ternak harus diperhatikan disukai ternak atau tidak, mengandung toxin
(racun) atau tidak yang dapat membahayakan perkembangan ternak yang mengkonsumsi. Namun
permasalahan yang ada bahwa hijauan di daerah tropis mempunyai kualitas yang kurang baik
sehingga untuk memenuhi kebutuhan nutrien perlu ditambah dengan pemberian pakan konsentrat
(Siregar, 1996).

Mutu, jumlah pakan dan caracara pemberiannya sangat mempengaruhi kemampuan


produksi sapi pedaging. Untuk mempercepat penggemukan, selain dari rumput, perlu juga diberi
pakan penguat berupa konsentrat yang merupakan campuran berbagai bahan pakan umbiumbian,
sisa hasil pertanian, sisa hasil pabrik dan lainlain yang mempunyai nilai nutrien cukup dan mudah
dicerna(Setiadi,2001).

Pemberian pakan dimaksudkan agar sapi dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sekaligus
untuk pertumbuhan dan reproduksi. Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan pakan berupa
hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui dan sedang digunakan sebagai tenaga
kerja memerlukan pakan yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya (Djarijah,
1996). Dalam menyusun ransum harus diusahakan agar kandungan nutrien di dalam ransum sesuai
dengan nutrien yang dibutuhkan ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan dan
bereproduksi(Santoso,2002).

Ransum adalah satu atau campuran beberapa jenis bahan pakan yang disusun sedemikian
rupa sehingga mampu memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam. Ransum yang diberikan pada sapi-
sapi yang digemukan tergantung pada sistem penggemukan yang digunakan. Penggemukan
sapi dengan sistem pasture hanya terdiri dari hijauan yang diperoleh dengan melepas sapisapi
untuk meruput di padang penggembalaan. Demikian pula dengan sistem kereman yang terdapat
dibeberapa daerah di Indonesia, ada diantaranya yang hanya memberikan hijauan saja tanpa pakan
tambahan berupa konsentrat (Siregar, 2003).

Pemberian pakan pada sapi potong dapat dilakukan secara ad libitum dan restricted
(dibatasi). Pemberian secara ad libitum sering kali tidak efisien karena akan menyebabkan
bahan pakan banyak terbuang dan pakan yang tersisa menjadi busuk sehingga ditumbuhi jamur
dan sebagainya yang akan membahayakan ternak bila termaka (Santosa, 2002).

Tingkat konsumsi ternak ruminansia umumnya didasarkan pada konsumsi bahan kering
pakan, baik dalam bentuk hijauan maupun konsentrat, persentase konsumsi bahan kering
memiliki grafik meningkat sejalan dengan pertambahan berat badan sampai tingkat tertentu,
kemudian mengalami penurunan. Ratarata kemampuan konsumsi bahan kering bagi
ruminansia adalah 2 3 % dari berat badan (Mc.Cullough, 1973). Atau 2,5 – 3,2 % menurut
(Sugeng, 2002).
BAB III

KESIMUPALAN DAN SARAN

1.1 KESIMPULAN
- Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ruminansia masih rendah yaitu 20%
- limbah tanaman pangan bersifat kamba sehingga menyulitkan peternak untuk mengangkut
dalam jumlah banyak untuk diberikan kepada ternak, dan umumnya lahan pertanian jauh dari
pemukiman peternak sehingga membutuhkan biaya dalam pengangkutan
- Secara alamiah pakan utama ternak sapi adalah hijauan, yang dapat berupa rumput alam
atau lapangan, rumput unggul, leguminosa, limbah pertanian serta tanaman hijauan lainnya.

1.2 SARAN
Perlu dilakukan penyuluhan yang berkelanjutan tentang pemanfaatan limbah pertanian sebagai
pakan dan Perlu dilakukan kegiatan yang dapat membantu dan memotivasi petani dan peternak
untuk menerapkan teknologi pengolahan pakan.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Anonimus. 1991. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta..2001.Sapi Potong.Balai Pengakajian T


eknologi Pertanian Jawa Tengah

Darmono, 1993. Tata Laksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius Yogyakarta.

Djarijah, A.S. 1996. Usaha Ternak Sapi. Kanisius.Yogyakata

Febriana D dan Mairika L. 2008. Pemanfaatan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ruminansia Pada
Peternak Rakyat 01 Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Inoragiri Hulu. Jurnal Peternakan Vol 5 No 1
(28 - 37)

Murtidjo, B. A. 1990. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta.

Parakkasi, A. 1998. Ilmu Nutrisi dan makanan Ternak Ruminan. Universitas


Indonesia Press. Jakarta.

Reksohadiprodjo, S. 1984. Pengembangan Peternakan di Daerah Tropis. BPFE.


Yogyakarta. Santosa, U. 2002. . Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sarwono, B. 2002. Penggemukan Sapi Secara Cepat. Penebar Swadaya. Jakarta

Sarwono, B dan H. B. Arianto. 2002. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat.

Penebar Swadaya. Jakarta. Setiadi, B. 2001. Beternak Sapi Pedaging dan

Anda mungkin juga menyukai