Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

UPAYA SOSIALISASI SORGUM SEBAGAI ALTERNATIF


DIVERSIFIKASI PANGAN MASA DEPAN INDONDESIA

Oleh :
Yusuf Febrian Saputra (21301066)

Dosen Pengampu :
Lalu Purnama M. Pd.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS BUDAYA, MANAJEMEN, DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat tuhan yang maha kuasa karena
atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
yang berjudul “Upaya Sosialisasi Sorgum Sebagai Alternatif Diversifikasi Pangan Masa
Depan Indondesia”. Makalah ini dibuat sebagai tugas dari mata kuliah Bahasa Indonesia
pada Semester II Fakultas Budaya, Manajemen, dan Bisnis di Universitas Pendidikan
Mandalika.
Dalam penyusunan tugas makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
penulis dalam menyusun makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
penulis sehingga dapat termotivasi dan dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurarangan dari makalah ini, baik dari
materi maupun teknik penyajian, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca.

Mataram, 04 Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 2

A. Sosialiasi.................................................................................................... 2

B. Konsumsi................................................................................................... 2

C. Budi Daya.................................................................................................. 2

BAB III PENUTUP............................................................................................. 4

A. Kesimpulan................................................................................................ 4

B. Kritik dan Saran......................................................................................... 4

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 5

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia terkenal sebagai negara agraris. Ironisnya, sampai saat ini, negara kita
mash belum bisa lepas dari masalan panga. Ini terlihat dari ketergantungan penduduk
Indonesia pada beras. Kebutuhan eras sebagai bahan pangan utama di Indonesia
cenderung meningkat setiap tahunnya, siring dengan peningkatan jumlah penduduk. Di
tahun 2016 saja, pemerintah Indonesia telah menargetkan produksi beras sebanyak 79,14
juta ton gabah kering giling (Santosa, 2017). Selama ini, peningkatan produksi beras
nasional sangat tergantung terhadap padi sawah, sementara luas lahan sawah cenderung
terus menyusut akibat alih fungi pengeunaan untuk usaha nonpertanian.Kondisi semacam
itu akan mempersulit Indonesia akan mempersulit Indonesia untuk dapat memenuhi
kebutuhan beras secara mandiri jika hanya menghandalkan produksi padi lahan sawah.
Ada beraneka jenis tanaman yang potensial sebagai sumber pangan utama tumbuh subur
dan tersebar luas di wilayah Indonesia. Selain padi, Indonesia memiliki tanaman biji-
bijian lainnya, seperti padi, jagung, sorgum, dan gandum. Ada pula tanaman umbi-
umbian, seperti singkong, ubi jalar, kentang dan garut, serta tanaman penghasil nira,
seperti tebu, sorgum manis, kelapa, dan aren (Sirappa, 2003). Sorgum (Sorghum bicolor
L. Moench) merupakan tanaman pangan lahan kering riketergantunganperta yang
memiliki potensi bear dikembangkan di Indonesia.
Dalam hal kandungan zat gizi, sorgum tidak kalah dengan emakin meningtatue
beras. Kandungan pati dalam sorgum mencapai 80,42%.Kandungan protein di dalam
sorgum adalah 8--12%, setara dengan terigu atau lebih tinggi dibandingkan beras (6-
10%). Sorgum mengandum 2- 6% lemak, lebih tinggi dari beras yang hanya mengandung
0,5--1,5% saja. Selain itu, sorgum juga mengandung beta glucan sebagai agen pengunci
penuaan (age lock), bebas gluten, serta mempunyai indeks glikemik yang rendah
dibandingkan beras yang membuatnya.
B. Rumusan Masalah
1. Berapa Banyak kandungan Pati dalam Sorgum?
2. Di Tahun 2016 Indonesia Menargetkan Produksi Beras Sebanyak?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sosialisasi
Sejauh ini, masih banyak di kalangan masyarakat yang belum mengenal sorgum,
padahal sudah banyal penelitian yang mengungkapkankeunggulan-
keunggulansorgumdibanding bahan pangan lain, seperti beras, jagung, dan gandum.
Harus diakui tidaklah mudah mengubah kebiasaan dan gaya hidup masyarakat yang
sudah terbiasa mengonsumsi beras sebagai makanan pokok. Namun, bukan berarti impian
itu tidak bisa diwujudkan. Hanya saja, dibutuhkan waktu untuk dapat menjadikan
konsumsi sorgum sebagai kebiasaan positif yang baru. Maka dari itu, perlu dilakukan
sosialisasi sorgum secara masif. Sosialisasi dapat dilakukan melalui kampanye, baik
secara online maupun offline. Kampanye online terhitung efektif dan efisien saat ini,
tetapi kampanye offline juga tidak kalah penting. Kampanye secara online dilakukan
melalui media informasi dan komunikasi online yang ada, sementara kampanye offline
dapat berupa seminar dan workshop tentang keunggulan, inovasi, olahan, serta budidaya
sorgum. Dapat juga dengan penjualan langsung ke berbagai pihak yang terkait, seperti
lembaga pemerintahan, universitas dan sekolah, rumah sakit, media massa, rumah makan,
warung nasi, cafe, serta berbagai komunitas, seperti komunitas diet, komunitas penderita
diabetes, dan berbagai komunitas lainnya.
B. Konsumsi
Sembari melakukan sosialisasi secara masif, langlat selanjutnya adalah
membiasakan dir, keluarga, dan orang orang sekitar untuk mengonsumsi sorgum sehari-
hari. Sorgun dikonsumsi tidak hanya dalam bentuk pengganti beras sast makan bersama
lauk yang siap disantap, tetapi juga dapat dilakukan dengan melakukan inovasi berbahan
dasar sorgum, seperti mie, pasta, roti, cake, cookies dan makanan tradisional yang pada
umumnya berbahan dasar tepung terigu dan beras.
C. Budi Daya
Agar kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi, budi daya sorgum sangatlah
diperlukan. Proses budi daya sorgum seharusnya tidak sulit karena selain biayanya relatif
murah, sorgum dapat ditanam secara monokultur ataupun tumpeng sari. Sorgum juga
memiliki kemampuan untuk tumbuh kembal setelah dilakukan pemangkasan pada batang
bawah dalam satu kalitanam dengan hasil yang tak jauh berbeda. Secara agronomis
sorgum mempunyai kelebihan, di antaranya toleransi terhadap kekeringan, Kadar garam

2
tingei, dan daya adaptasi yang luas den potensi lahan untulk pengembangan sorgum di
Indonesia cukup besar khususnya pada lahan tadah buian atau lahan kering dengan curah
hujan terbatas (Agil & Bunyamin, 2011).pembentukan kelompok-kelompok petani
sekaligus pendamping dan pembinaan harus dilakukan secara dini agar Langkah budi
daya sorgum dapat berjalan secara massif. Hal ini juga bertujuan agar kebutuhan sorgum
di pasar terpenuhi dan menekan harga jual sorgum yang masih tinggi, yakni Rp30.000 per
kilogram. Hingga kini, perkembangan produksi sorgum nasional belum masuk dalam
statistik pertanian yang menunjukkan bahwa komoditas tersebut belum mendapat
prioritas untuk dikembangkan. Masalah utama pengembangan sorgum adalah nilai
keunggulan komparatif dan kompetitif sorgum yang relative rendah, penerapan teknologi
pascapanen yang mash sulit, biji mudah rusak dalam penyimpanan, dan usaha tani
sorgum di tingkat petani belum intensif (Sirappa, 2003). Untuk mengatasi masala tersebut
diperlukan pengelolaan sistem produksi sorgum secara menyeluruh (holistik) melalui
empat dimensi, yaitu: i) wilayah (areal tanam sorgum); i) exonomi (nilai keunggulan
komparatif dan kompetitif sorgum terhadap komoditas lain); ili) sosial (sikap dan persepsi
produsen terhadap sorgum sebagai bagian dari usaha taninya); dan iv) industri (nilai
manfaat sorgum sebagai bahan baku industry makanan dan pakan ternak) (Sirappa, 2003).
Secara umum, jika ditinjau dari daerah pengusahaan yang cukup luas, rata-rata
Produktivitas yang lebih tinggi dibanding negara produsen utama sorgum, serta adanya
defisit permintaan sorgum di beberapa negara, sorgum mempunyai prospek yang cukup
cerah di Indonesia (Sirappa, 2003).tahun 2045 kelak adalah masa Ketika Indonesia
menyemat identitas sebagai bangsa merdeka berumur 100 tahun . Cita-cita untuk
mewjudkan bangsa yang berdaulat, adil, dan makmurtidak bisa dipisahkan dari tanggung
jawab negara, untuk melindungi segenap warganya, termasuk dalam hal pemenuhan
pangan. Dengan memperkenalkan, mengonsumsi, dan membudidayakan sorgum secara
las, bukan tidak mungkin di tahun 2045 nanti Indonesia berhasil mewujudkan mimpi
memiliki kedaulatan dan ketahanan pagan yang mandiri dan berdikari.

3
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejauh ini, masih banyak di kalangan masyarakat yang belum mengenal sorgum,
padahal sudah banyal penelitian yang mengungkapkankeunggulan-
keunggulansorgumdibanding bahan pangan lain, seperti beras, jagung, dan gandum.
Harus diakui tidaklah mudah mengubah kebiasaan dan gaya hidup masyarakat yang
sudah terbiasa mengonsumsi beras sebagai makanan pokok. Sembari melakukan
sosialisasi secara masif, langlat selanjutnya adalah membiasakan dir, keluarga, dan orang
orang sekitar untuk mengonsumsi sorgum sehari-hari. Agar kebutuhan masyarakat dapat
dipenuhi, budi daya sorgum sangatlah diperlukan. Proses budi daya sorgum seharusnya
tidak sulit karena selain biayanya relatif murah, sorgum dapat ditanam secara monokultur
ataupun tumpeng sari. Sorgum juga memiliki kemampuan untuk tumbuh kembal setelah
dilakukan pemangkasan pada batang bawah dalam satu kalitanam dengan hasil yang tak
jauh berbeda.
B. Kritik Dan Saran
Sebagai manusia, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauli dari kata
sempurna, masih banyak yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penulis berharap adanya
kritik dan saran dari para pembaca makalah ini yang sifatnya membangun, demi
perbaikan di masa yang akan datang. Walaupun demikian penulis sudah berusaha
merampungkan makalah ini dengan sebaik-baiknya. penulis mengucapkan terima kasih
banyak kepada semua pihak yang turut serta mendorong dan membantu penulis untuk
menyelesaikan makalah ini. Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis berharap agar
makalah ini benar-benar bermanfaat. Semoga amal ibadah dan kerja keras kita senantiasa
mendapatkan ridha,ampun dan pahala dari Allah SWT, Amiin.

4
DAFTAR PUSTAKA

Aqil, Muhammad, & 2, Bunyamin. (2011). Pengelolaan Air Tanaman Sorgum. Dalam

umarno, D.S. Damardjati, M. Syam, Hermanto (Eds.). Sorgum: Inovasi

Teknologi dan Pengembangan. Jakarta: lAARD Press.

Kaha, Kornelis. (2017). "Kondisi Pendudukan Indonesia Tahun 2045".

http://mediaindonesia.com/news/read/112438/kondisi-pendudukan-indonesia-

tahun-2045/2017-07-11. 11Juli. (17 September 2017)

Puspitasari, Galuh, Kastono, Dodi, & Waluyo, Srivanto. (2012). Pertumbuhan Dan Hasil

Sorgum Manis (Sorghum Bicolor (L.) Moench) Tanam Baru dan Ratoon pada

Jarak Tanam Berbeda. Jurnal Budidaya Pertanian, 1(4), 1--12.

https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/issue/view/245. (17 September 2017)

Santosa,Dwi Andreas. (2017). "Waspada Pangan 2017".

https://www.pressreader.com/indonesia/kompas/20170224/281621010107123. 24

Februari 2017 . (17 September 2017)

Sirappa,M.P. (2003). Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia sebagai Komoditas

Alternatif untuk Pangan, Pakan, dan Industri. Jurnal Litbang Pertanian, 22 (4),

133-140 Widowati, Sri, Nurjanah, Rahmawati, & Amrinola, Wiwit. (2010).

Proses Pembuatan dan Karakterisasi Nasi Sorgum Instan. Prosiding Pekan

Serealia Nasional.

Handayani, Aprilia dkk. (2018). Indonesia 2045: “Pemikiran Terbaik Putra – Putri Bangsa

Untuk Ibu Pertiwi”. Yogyakarta, Bentang.

Anda mungkin juga menyukai