Anda di halaman 1dari 19

BUSINESS PLAN

START UP COMPETITION 2022


KOMPETISI START UP
“MENUJU MILENIAL ENTREPRENEUR”

UmPo Siwet: UMBI PORANG RASA NASI LIWET


SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI PADI UNTUK
MENUNJANG KETAHANAN PANGAN NASIONAL

INOVATOR :
Ketua: Fibi Rimadani
Anggota 1: Luthfiannisa Naylaa D. S
Anggota 2: Mutmainnah
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki iklim tropis


dimana negara ini memiliki curah hujan yang cukup tinggi dan
mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun. Dilihat dari kondisi iklimnya
ini mengakibatkan sebagian penduduk Indonesia bermata pencaharian
sebagai petani. Akibat kondisi geografis Indonesia yang berada di iklim
tropis menjadikan tanahnya memiliki tekstur yang subur, sebab itu sistem
pertanian di Indonesia kini mampu menyediakan komiditi dengan kualitas
tinggi seperti umbi-umbian. Namun, disebabkan kurangnya pengetahuan
dan kreativitas dari sumber daya manusia dalam pengolahan sumber daya
alam, umbi-umbian hanya dijadikan makanan pokok pengganti nasi.
Nasi menjadi makanan pokok nomor satu di Indonesia yang berasal
dari padi. Meskipun produksi beras di Indonesia saat ini cukup banyak
dikhawatirkan tidak dapat memenuhi kebutuhan beras penduduk Indonesia.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, ketersediaan lahan
produktif semakin terancam akibat persaingan antara individu maupun
kelompok dalam pemanfaatan lahan pertanian. Faktor yang menjadi
penyebab alih fungsi lahan pertanian yaitu jumlah penduduk, pertumbuhan
ekonomi, peraturan pemerintah, perkembangan pemukiman industri dan
pemanfaatan lahan dan sawah. Oleh karena itu, untuk mendukung
ketahanan pola makan nasional maka diperlukan diversifikasi jenis
makanan produk.
Umbi porang (Amorphophallus muelleri Blume) yang berasal dari
famili araceae dan biasa dikenal sebagai iles-iles adalah umbi yang mampu
diolah menjadi sebuah produk olahan pangan seperti konyaku (tahu) dan
shirataki (mie) yang kini banyak diminati masyarakat Jepang bahkan
dijadikan menu makanan favoritnya. Porang memiliki kandungan kaya serat
dan karbohidrat yang cukup tinggi sehingga menjadi produk pangan
alternatif pengganti padi. Kini porang menjadi salah satu tanaman
komoditas ekspor unggulan Indonesia. Provinsi Jawa Timur menjadi tempat
layaknya pusat porang, dikarenakan wilayah penghasil porang banyak
ditemukan disitu. Kabupaten Madiun tepatnya di Kecamatan Saradan inilah
yang mejadi wilayah penghasil porang terbesar dengan kualitas terbaik di
Jawa Timur. Selain tumbuh di tempat liar, tepi sungai dan lereng gunung
porang juga dapat tumbuh di tempat toleran naungan dimana tersedia
minimal intensitas 40%, sehingga tanaman porang mampu dikembangkan
di sela-sela antara kayu-kayuan. Umbi porang memiliki kandungan
karbohidrat yang tinggi dan glukamon dalam bentuk tepung jadi, sudah
tidak diragukan lagi apabila permintaan ekspor tehadap porang memiliki
kenaikan yang drastis terutama dari Jepang. Meskipun budidaya porang kini
mulai banyak namun, dalam proses pengolahannya masih terbilang sedikit
di dalam negeri. Sebaliknya, porang dimanfaatkan negara Jepang, Korea
dan Cina dalam proses pembuatan beras dan mie shirataki.
Oleh karena itu, adanya potensi produk unggulan Indonesia perlu
dikelola secara optimal sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pangan
nasional, dimana melihat era sekarang permintaan terhadap bahan pangan
pokok berupa beras meningkat namun, ketersediaan dan produksi padi
belum cukup mampu memenuhi permintaan pasar. Adanya umbi porang ini
diharapkan mampu menjadi solusi utama dalam upaya memenuhi
permintaan masyarakat akan kebutuhan bahan pangan pokok. Terbukanya
peluang usaha porang menjadi alasan utama bagi kami menciptakan usaha
ini. Terbatasnya jumlah eksportir umbi porang dikhawatirkan akan
memengaruhi ketergantungan pasar, hal tersebut berakibat pada
ketidakstabilan harga dimana harga pangan berada di tangan eksportir.
Adanya modal yang tak tentu menjadikan petani hanya bisa mengandalkan
keuntungan mereka dari pemasaran produk umbi segar. Padahal, jika umbi
tersebut dipasarkan secara luas dalam bentuk yang sudah menjadi olahan
akan jauh lebih menguntungkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis
ingin menciptakan usaha Porangayu berupa olahan beras dari porang yang
kami kombinasi dengan rasa nasi liwet, dengan harapan mampu
mensejahterakan dan meningkatkan pendapatan petani porang dan pastinya
memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.

B. Tujuan Bisnis
a. Menciptakan bisnis makanan yang memiliki inovasi baru dan
digemari banyak orang;
b. Memperoleh keuntungan sebesar-besarnya;
c. Mengenalkan produk unggulan Indonesia;
d. Mengurangi tingkat pengangguran dengan menciptakan lapangan
kerja baru;
e. Membudayakan makanan sehat.

C. Manfaat Bisnis
a. Manfaat Finansial
Kami memberi kemudahan kepada pelanggan dengan memberi
bandrol harga yang terjangkau dengan kualitas yang tidak murahan dan
selalu terjaga kehigienisannya. Dengan usaha porangayu diharapkan
mampu memperoleh keuntungan semaksimal mungkin.

b. Bagi Pemilik
Melihat peluang yang cukup besar, diharapkan usaha ini dapat
berkembang dan memiliki cabang-cabang yang nantinya tersebar di seluruh
Indonesia. Usaha ini cukup menjanjikan bagi kami, karena melihat
tersedianya bahan baku yang memadai dan kurangnya tangan manusia yang
terampil dalam pengolahan sumber daya alam yang melimpah, hal tersebut
kami manfaatkan untuk membangun usaha porangayu yang dibutuhkan oleh
masyarakat Indonesia sebagai pilihan pangan alternatif.

c. Bagi Masyarakat
Melihat kebutuhan pangan masyarakat Indonesia yang semakin
meningkat, adanya produk ini menjadikan solusi bagi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan pangan nasional. Pangan disini bersifat alternatif
berupa beras analog yang dibuat dengan mudah dan dapat dikonsumsi
sehari-hari oleh masyarakat dengan berbagai kelebihannya. Kelebihan
tersebut antara lain mengandung karbohidrat, pati, serat pangan, ptotein,
lemak, mineral dan beberapa vitamin yang dapat memenuhi kebutuhan gizi
tiap harinya.
D. Kelebihan Bisnis
a. Inovasi/Keunggulan Produk
Porangayu merupakan jenis pangan alternatif atau beras analog.
Dimana beras ini dibuat selain dari padi, salah satunya dari umbi-umbian.
Umbi porang yang mengandung glukomanan 15 % - 64 % (basis kering),
dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri pangan dan kesehatan
(Faridah, et al., 2012). Umbi porang dipilih karena memiliki komposisi yang
hamper mirip dengan padi, bedanya porang mengandung kadar gula yang
rendah dengan zat glukomanan tinggi sehingga mampu mengatasi diabetes,
mengatur berat badan, mengatasi kencing manis, darah tinggi dan menjadi
menu diet.
Dalam usaha ini kami melakukan diversifikasi produk, kami
mengombinasikan beras porang dengan nasi liwet. Tujuan kami memilih
nasi liwet sebagai variasi produk karena target utama kami adalah daerah
Solo Raya. Melihat hal tersebut konsumen tidak jenuh dan kapok dengan
menu-menu yang akan kami tawarkan dikarenakan adanya inovasi produk.
b. Kemasan Produk

Kemasan yang kami pilih adalah model window pouch yang


memiliki bagian transparan dimana kelebihan dari kemasan ini konsumen
dapat melihat visualisasi yang jelas terkait produk yang kami pasarkan.
Kelebihan lain dari kemasan ini yaitu masa simpan atau masa tahan produk
supaya lebih awet, dengan bantuan zipper konsumen dapat dengan mudah
membuka dan menutup kembali produk dengan cepat.

II. DESKRIPSI BISNIS

A. Deskripsi Produk /Jasa


Tanaman porang (Amorphophallus muelleri merupakan tanaman
yang berada satu famili dengan konnyaku (Amorphophallus konjac)
tanaman ini dimanfaatkan dalam pembuatan shirataki baik berupa mie,
beras atau olahan lainnya. Tanaman porang banyak ditemukan di Indonesia
terkhususnya Pulau Jawa, namun dalam pemanfaatannya masih terbatas.
Jenis tanaman porang yang menjadi jenis terunggul merupakan Porang
Varietas 1 yang dapat ditemukan di daerah dataran tinggi di Madiun,
sedangkan untuk tanaman konnyaku hanya dapat ditemukan di daerah
tertentu seperti Jepang, Tiongkok dan lain sebagainya.
Pada tanaman porang terkandung glukomannan yang sangat
bermanfaat bagi tubuh seperti untuk menurunkan berat badan, mengatasi
diabetes, menurunkan kolesterol dan lain sebagainya. Dalam
pemanfaatannya, tanaman porang dapat diperlakukan seperti konnyaku
yaitu dapat diolah menjadi mie ataupun beras shirataki.
Porangayu merupakan produk inovasi yang memanfaatkan tanaman
porang dalam bentuk olahan beras siap masak (instan). Porangayu berbeda
dari produk-produk beras porang yang sering ditemukan di pasaran.
Porangayu mengakulturasikan makanan yang tersebar di daerah Surakarta
yaitu nasi liwet dengan produk pokok kami yaitu beras porang. Terdapat
beberapa brand dari dalam maupun luar negeri yang menjadikan produk
olahan beras shirataki dan porang sebagai produk mereka, hal ini dapat
menimbulkan adanya persaingan.

B. Perencanaan Pemasaran Bisnis


b.1 Target pasar
Produk Beras Porangayu ini dapat dinikmati oleh semua kalangan
terutama bagi yang ingin menurunkan berat badan dan pasien diabetes
karena mengandung glukomannan, sebut patel serta memiliki kandungan
glikemik yang rendah.

b.2 Perkiraan Permintaan dan Penawaran


a. Perkiraan Permintaan Terhadap Produk
Total keselurahan permintaan produk berkaitan erat dengan jumlah
dari produksi produk dan penawarannya. Karena usaha ini belum
diterapkan di masyarakat, maka kami belum bisa menentukan secara
pasti total permintaannya dan hanya dapat di kira-kira saja.
Tabel. Perkiraan Permintaan
Permintaan Perkiraan Perkiraan Perkiraan permintaan
Permintaan permintaan pertahun (buah) (365
Perhari (buah) perbulan (buah) hari)
(30 Hari)
Baik 75 2.250 27.375
Sedang 37 1.110 13.505
Buruk 20 600 7.300

b. Perkiraan Penawaran Terhadap Produk


Penawaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh penjual dalam
menjual produknya pada tingkat dan periode waktu yang ditentukan.

Tabel. Perkiraan Penawaran Pesaing

Nama Pesaing Kapasitas Pesaing Per Tahun

Fukumi 31.000
Konnyaku 28.000

Tabel. Proyeksi Penawaran Beberapa Tahun Mendatang

Tahun Perkiraan Penawaran (buah))

2023 12.100
2024 8.250
2025 17.976
2026 18.780
2027 25.987

b.3 Strategi Pemasaran Terhadap Pesaing


a. Produk
Produk ialah semua barang atau jasa yang dapat diperjualbelikan.
Produk disini yang kami jual yaitu beras porang rasa nasi liwet dengan merk
Porangayu. Porangayu dibuat dengan bahan-bahan yang aman, sehat,
higienis dan berkualitas yang dikemas dengan plastik ziplock.

b. Place (tempat)
Dalam sebuah bisnis, tempat adalah lokasi atau kegiatan dimana sebuah
usaha beroperasi termasuk melakukan aktivitas guna menghasilkan produk.
Tempat juga bisa memuat lokasi dimana pembeli/konsumen dapat
menemukan produk.

c. Price (harga)
Harga merupakan satuan uang yang mencerminkan jumlah beban pada
suatu barang/produk. Dengan demikian, harga adalah banyaknya uang yang
harus dibayar oleh pembeli sebagai ganti dari mendapatkan produk. Dalam
produk ini, harga yang ditawarkan sekisar Rp121.000,00 per box dengan
netto 800 gram porangayu dan Rp12.500,00 per pouch dengan isi 80 gram.

d. Promotion (promosi)
Promosi adalah suatu usaha yang digunakan produsen guna
menawarkan produknya pada calon konsumen agar mereka tertarik untuk
membeli produk tersebut. Strategi ini bisa dilakukan dengan iklan,
hubungan dengan masyarakat, melakukan promosi penjualan, penyaluran
produk, dan personal selling.

C. Proyeksi Keuangan
1. Alokasi Biaya
Dalam melakukan bisnis tentu selalu berkaitan dengan biaya. Biaya
yang kami miliki kami alokasikan guna keperluan produksi dimulai dari
pembelian alat, bahan, hingga kebutuhan operasional. Berikut ini
merupakan rincian dana yang kami gunakan:
Aktiva tetap:
Tanah 182 m² Rp500.000.000,00
Bangunan Rp100.000.000,00

Mesin pencuci porang Rp27.000.000,00

Mesin pemotong Rp4.800.000,00


porang
Mesin pengering Rp15.000.000,00
chips/oven
Disk mill Rp654.321,00
Sunward konjac Rp101.350.925,00
Mesin ayakan Rp50.000.000,00
Mesin pengemas Rp618.000,00
Motor Rp27.242.800,00
Total aktiva tetap Rp826.666.046,00

Aktiva lancar:
Porang Rp1.260.000,00
Plastik pack Rp1.596.000,00
Plastik kemasan Rp19.050.000,00
Karung tepung Rp24.000,00
Kardus Rp190.000,00
Bumbu Rp28.575.000,00
Tepung beras Rp957.000,00
Total aktiva lancar Rp56.695.000,00

2. Proyeksi laba/rugi bisnis


Perhitungan laba/rugi bisnis dilakukan dengan cara mencari selisih
antara pendapatan pertahun dengan pengeluaran pertahun.
Menghitung HPP:
HPP= Harga tetap + Harga tidak tetap + penyusutan
____________________________________
Banyaknya produk dalam 1 hari
= Rp97.555.000,00
______________
950
= Rp102.000,00
Keuntungan= 18% x Rp102.000,00
= Rp18.540,00
Harga jual = Rp 121.500,00/pack
= Rp12.500,00/bungkus
Pendapatan
a. Pendapatan perhari
Rp115.706.080,00
b. Pendapatan perbulan
Rp1.735.591.200,00
c. Pendapatan pertahun
Rp20.827.094.400,00
Pengeluaran
a. Pengadaan bahan baku
Rp.9.125.100.000,00
b. Biaya operasional
Rp. 8.208.000.000,00
Laba/rugi = Pendapatan – pengeluaran
= Rp20.827.000,00 - Rp17.333.100,00
= Rp3.493.994.400,00
3. Kebutuhan dana
Kebutuhan dana untuk memulai usaha kami yaitu sebanyak
Rp923.000.000,00.
Kebutuhan ini meliputi:
a. Biaya pra operasi
Biaya ini ialah sebesar Rp600.000.000,00, yang kami gunakan
dalam kegiatan pembelian tanah sekaligus kegiatan pembangunan.
b. Biaya bahan modal
Modal kerja yang kami buituhkan untuk menutup aktiva bisnis
mencapai Rp323.000.000,00
4. Sumber dana
a. Sumber dana
1). Modal pribadi
Modal pribadi ini berasal dari iuran kami sebesar Rp1.500.000,00
2). Pinjaman Bank
Dana yang berasal dari pinjaman bank ini sebesar
Rp321.500.000,00. Pinjaman ini berasal dari KUR Ritel. Kredit
Usaha Rakyat atau KUR Bank Jateng merupakan investasi atau
kredit modal kerja yang berasal dari pemerintah melalui Bank Jateng
yang diberikan kepada calon perintis usaha. Guna menunjang
keberlangsungan bisnis, kami melakukan transaksi peminjaman
dengan fitur KUR Ritel sebanyak Rp231.500.000,00 dengan bunga
sebanyak 7% berdasarkan Permenko No.11 Tahun 2017 tentang
Pedoman Pelaksanaan KUR.
b. Pelunasan hutang
Hutang yang kami miliki kami perkirakan akan lunas dalam waktu
satu tahun. Pelunasan ini kami lakukan dengan mengambil sekitar
10,2% dari keuntungan perhari.
Keuntungan perhari= Rp17.650.080,00
Pelunasan hutang
= Rp321.500.000,00 + (7%× Rp321.500.000,00)
= Rp321.500.000,00 + Rp22.505.000,00
= Rp344.005.000,00
Lama pelunasan hutang
= Rp344.005.000,00 : 180
= Rp1.911.138,00 (±10,2% dari Rp17.650.080,00)
5. Perhitungan NPV
NPV = kas th1 + kas th2 + kas th3 + kas th4 + kas th5 -
investasi awal
________ ________ _______ _______ _______
(1+0.07)¹ (1+0.07)² (1+0.07)³ (1+0.07)⁴ (1+0.07)⁵
= Rp3.265.415.321,00 + Rp3.051.790.025,00 + Rp2.852.140.210,00 +
Rp2.665.551.598,00 + Rp2.491.169.718,00 - Rp923.000.000,00
= Rp14.326.006.872,00 - Rp923.000.000,00
= Rp13.403.006.872,00
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka dapat kita ketahui bahwa
NPV bisnis ini adalah posotif. Artinya, pendapatan yang telah
diproyeksikan akan lebih besar dari biaya yang kami keluarkan. Maka,
investasi yang kami lakukan memiliki kemungkinan yang sangat besar
untuk mengalami keuntungan.
6. Asumsi-asumsi
a. Produksi beras porang masih sangat sulit ditemukan di wilayah
Indonesia. Keadaan ini tentu akan memberi kesempatan besar kepada
kami untuk mendapatkan banyak pelanggan sekaligus memperkecil
persentase kompetitor;
b. Harga porang tidak menentu setiap bulan. Untuk mengatasi hal
tersebut, harga Porang yang kami gunakan adalah Rp6.000,00, dimana
harga tersebut merupakan harga pembelian porang kualitas tinggi dan
masuk dalam rata-rata harga;
c. Dalam proses pengemasan setiap produk tentu terjadi overweight atau
less weight, sehingga kami mengurangi bobot berdasarkan hitungan
untuk berjaga-jaga apabila yang terjadi adalah over weight.
D. Analisis Resiko Bisnis
Dalam menjalani usaha terdapat lima (5) aspek analisis risiko
meliputi analisis keuangan, analisis produk, analisis bahan untuk produksi,
analisis pesaing, dan analisis pemasaran.

1. Aspek Keuangan
Hakekatnya modal merupakan salah satu faktor pelengkap dalam
aktivitas wirausaha dan keberadaannya sangat penting, sedangkan kunci
keberhasilan usaha tak terletak pada seberapa banyak modal yang
didapatkan, akan tetapi terletak pada banyaknya modal dan realisasi yang
tepat. Adapun risiko-risiko usaha kami dalam aspek keuangan, yaitu:
a. Biaya produksi yang melebihi batas;
b. Biaya perusahaan yang melebihi batas;
c. Jumlah tunggakan perusahaan yang besar;
d. Peningkatan kelebihan komoditas.
Agar dapat meminimalisasir terjadinya risiko keuangan dalam
perusahaan, maka, kami perlu melakukan beberapa hal diantaranya sebagai
berikut:
a. Pembukuan keuangan secara berkala dan teliti;
b. Pengelolaan keuangan yang sehat;
c. Mengikuti program asuransi atau jaminan usaha lainnya.

2. Aspek Produk
Adapun risiko yang akan terjadi dari usaha kami dalam aspek produk
sebagai berikut:
a. Daya saing sejenis antar kompetitor;
b. Ketertinggalan akan teknologi yang terbaharui;
c. Pencabutan produk yang sudah ditawarkan dikarenakan mutu
produk tersebut tidak sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen;
d. Terdapat produsen bahan baku yang tidak taat terhadap komitmen
yang sudah disepakati di awal.
Agar dapat meminimalisir terjadinya risiko tersebut maka, kami perlu
melakukan beberapa hal diantaranya sebagai berikut:
a. Memeriksa keseluruhan proses produksi dengan teliti;
b. Memersuasikan kepada para konsumen terkair keunggulan dari
produk;
c. Menindak lanjuti kritik dan saran yang sudah ditampung dari para
konsumen;
d. Memberikan evaluasi kepada para distributor bahan baku.

3. Aspek Pesaing
Adapun risiko-risiko yang akan terjadi dari usaha kami dalam aspek
produk sebagai berikut:
a. Terjadinya persaingan tak sehat antar perusahaan yang sejenis
Agar risiko tersebut dapat diminimalisir maka, kami perlu melakukan
beberapa hal diantaranya sebagai berikut:
a. Meningkatkan mutu produk yang dapat memuaskan keinginan para
konsumen;
b. Meningkatkan jasa pelayanan terhadap para konsumen;
c. Meninjau harga produk dan perusahaan sejenis agar dapat
memenangkan persaingan;
d. Memfokuskan kegiatan pada segi yang tak dilakukan oleh para
kompetitor.
4. Aspek Bahan Baku/Produksi
Risiko-risiko yang akan terjadi dari usaha kami dalam aspek bahan
baku yaitu sebagai berikut:
a. Kelangkaan dan peningkatan harga bahan baku;
b. Menurunnya kualitas bahan baku yang dapat berimbas pada
kualitas produk;
Agar risiko tersebut dapat diminimalisir maka, kami perlu melakukan
beberapa hal diantaranya sebagai berikut:
a. Poin risiko yang sudah diterima dianalisis oleh wirausaha;
b. Meningkatkan pengawasan terhadap kualitas bahan baku dan
produk.

5. Aspek Potensi Pasar


Terdapat risiko-risiko yang akan terjadi dalam aspek potensi pasar
yaitu sebagai berikut:
a. Promosi dan kampanye agresif dari perusahaan--perusahaan yang
sejenis;
b. Terdapat pasar berbentuk oligopoly;
c. Terdapat dampak dari kapasitas produk.
Agar risiko tersebut dapat diminimalisir maka, kami perlu melakukan
beberapa hal diantaranya sebagai berikut:
a. Menjaring daya pasar yang profitable;
b. Mengoptimalkan teknik pemasaran;
c. Mengiktikadkan layanan bagi para konsumen atau pelanggan.
III. KEBERLANJUTAN

1. Memperkuat branding sebagai sarana promosi


2023 2. Launching bisnis porangayu

1. Melakukan inovasi produk


2. Survei tempat untuk pendirian cabang bisnis
2024

1. Menciptakan aplikasi "Porangayu" untuk memudahkan konsumen dalam


pembelian produk
2025 2. Memperluas jangkauan pelayanan bisnis dan memperbanyak konsumen

1. Menambahkan fitur dengan penyesuain tren


2. Mulai membangun outlet di daerah yang sudah ditargetkan
2026

1. Melakukan kerja sama dengan beberapa pihak (terutama pemerintah)


2. Ekspansi bisnis ke tingtkat Internasional
2027
IV. PENUTUP

Berdasarkan proposal bisnis yang kami buat ini, dapat disimpulkan


bahwa merintis usaha porang yang dimodifikasi menjadi beras porang dengan rasa
nasi liwet akan memberikan keuntungan yang sangat besar. Pada intinya bisnis
merupakan kegiatan menjual barang kepada calon konsumen dengan laba yang
sebesar-besarnya. Dari analisis ini, kami menyimpulkan bahwa pelaksanaan bisnis
tidaklah mudah. Dalam melaksanakan bisnis, kita harus mengetahui apa saja
komponen-komponen bisnis. Dengan demikian kita akan terhindar dari terjadinya
kerugian. Misalnya bisnis pembuatan beras porang sampai saat ini masih jarang
ditemukan, padahal sumber daya porang di daerah sekitar kita melimpah. Sehingga
bisnis seperti inilah yang menjadi solusi bagi banyaknya porang yang kurang
dimanfaatkan, sekaligus sebagai usaha untuk mengurangi angka pengangguran
dengan mempekerjakan pengangguran disekitar pada UMKM baru ini.
DAFTAR PUSTAKA
Faridah, A., S. B. Widjanarko, A. Sutrisno, dan B. Susilo. 2012. Optimasi Produksi
Tepung Porang dari Chip Porang Secara Mekanis dengan Metode
Permukaan Respons. Jurnal Teknik Industri, 13 (2): 158-166.
Hidayat, Dr Wastam Wahyu. 2020. Pengantar Kewirausahaan Teori dan
Aplikasi.1. CV. Pena Persada Redaksi. ISBN 978-623-6504-64-2.
Annisa Claudia. 2018. Perencanaan Pendirian Usaha Cake dan Bakery (CHUBY).
diakses 10 Desember 2022. https://core.ac.uk/reader/159372430.
Rofik dkk. (2017). Potensi Produksi Tanaman Porang (Amorphophalus muelleri
Blume) di Kelompok Tani MPSDH Wono Lestari Desa Padas Kecamatan
Dagangan Kabupaten Madiun. Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan, dan
Agroteknologi, 17 (2) ISSN: 1411-5336.
Sari, Ramdana dan Suhartati. 2015. Tumbuhan Porang: Prospek Budidaya Sebagai
Salah Satu Sistem Agroforestry. Info Teknis EBONI, 12 (2): 97-110.
Yuwono dkk. (2013). Pembuatan beras tiruan berbasis modified cassava flour
(mocaf): Kajian proporsi mocaf: Tepung beras dan penambahan tepung
porang. Jurnal Teknologi Pertanian,14 (3),175-182.

Anda mungkin juga menyukai