Anda di halaman 1dari 5

A.

JUDUL
PROGRAM HIBAH BINA DESA PENGADAAN ALAT PENGGILING KOTORAN
KAMBING UNTUK MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI
DESA PAGERHARJO KECAMATAN SAMIGALUH KABUPATEN KULON PROGO
DIY
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Kemesu sebuah Pedukuhan di pegunungan Menoreh wilayah Desa Pagerharjo
Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo DI Yogyakarta berbatasan dengan
Kecamatan Kaligesing Purworejo Karena merupakan wilayah pegunungan rata- rata
penduduknya hidup sebagai petani.
Letak pedukuhan yang berada di dataran tinggi antara 500-750 mdpl dengan curah
hujan 2.500-3000mm dan keadaan suhu rata-rata per tahun 18-32 0C, menjadikan
pedukuhan ini memiliki banyak komoditi pertanian yang ditanam mulai dari padi palawija
dan sayur mayur ada juga komoditi perkebunan, di antaranya adalah cengkeh, kakao,
kelapa, kopi, dan penanaman berbagai tanaman keras seperti mahoni, sengon. Di bidang
peternakan dan prikanan juga tidak kalah bersaing dengan adanya kelompok tani NGUDI
MULYO di dusun Kemesu bisa membawa masyarakat lebih maju dan berkembang dalam
berbagai bidang.
Namun selain keuntungan letak tempat, wilayah ini juga memiliki kerugian yaitu
dalam hal medan jalan yang berliku-liku dan alat transportasi yang sulit untuk dijangkau
sehingga menyulitkan untuk menuju ke desa tersebut. Selain kerugian yang diakibatkan
dari posisi wilayah, kerugian lain muncul dari kondisi ekonomi masyarakat yang sebagian
besar bermata pencaharian sebagai petani. Karena sebagian besar ekonomi masyarakat
berada pada posisi menenggah ataupun menenggah ke bawah, hal inilah yang
menyebabkan mereka sulit untuk membeli alat pengiling kotoran kambing, sehingga
kotoran kambing belum mampu di olah menjadi produk yang mampu di komersilkan.
Berdasarkan latar belakang di atas, kami dari HIMAGRO (HIMPUNAN
MAHASISWA AGROTEKNOLOGI) Universitas Mercu Buana Yogyakarta mencoba ikut
ambil bagian untuk menangani masalah yang ada di wilayah Samigaluh tepatnya di Dusun
Kemesu, Desa Pagerharjo Program yang akan dilakukan setelah diadakannya MoU dengan
Lurah Desa Pagerharjo adalah Pengadaan Alat Penggiling Kotoran Kambing Untuk
Meningkatkan Perekonomian Masyarakat di Desa tersebut.
Limbah kandang dan tanaman dapat berbentuk padar, cair maupun gas. Demikian
halnya limbah yang dihasilkan dari ternak kambing/domba dapat berupa feses cair dan
feses padat, dimana kotoran kambing dapat menimbulkan polusi bau, kotoran mencemari
lingkungan sekitarnya dan masih banyak masalah social yang ditimbulkan. Sebetulnya bila
dimanfaatkan secara baik kotoran tersebut bukan merupakan polusi justru merupakan
suatu penghasilan yang bisa menghasilkan kompos (pupuk organic) yang berkualitas bila
diolah dengan teknologi pengolahan menggunakan decomposer (Biostarter) bahkan
menghasilkan uang yang tidak sedikit nilainya.
Petani umumnya menggunakan pupuk kandang secara langsung, hal ini tanpa
disadari pupuk tersebut masih banyak kelemahannya. Kelemahan tersebut antara lain
terdapat bibit gulma, hama dan penyakit serta diperlukan dalam jumlah yang cukup besar.
Agar dihasilkan pupuk organic yang berkualitas baik dan hemat dalam pemakainya, pupuk
kandang (inthil) perlu diolah atau dilakukan dekomposisi dalam kondisi tertentu yang
dapat dilakukan secara biologis dengan menggunakan mikroba tertentu. Karakteristik
feses padat dari kambing yang berbentuk butiran-butiran kecil, tingkat kadar air yang
rendah merupakan factor yang penting dalam hal mudah dalam pengolahan dan kualitas
kompos lebih baik dibanding dengan ternak yang lain, seperti sapi maupun kerbau.

Prinsip pengomposan atau composting adalah proses merubah limbah organic


menjadi pupuk organic secara biologis dibawah kondisi yang terkontrol. Tujuan
pengomposan limbah ternak melalui kondisi yang terkontrol adalah untuk membuat
keseimbangan porses pembusukan bahan organic dalam limbah, mengurangi bau
,membunuh biji-biji gulma dan organisme pathogen sehingga menjadi pupuk yang sesuai
dengan lahan pertanian. Apabila kondisi tidak atau kurang terkontrol akan terjadi
pembusukan sehingga timbul bau yang menyengat, timbul cacing dan insekta.
Berdasarkan profil desa tahun 2012 yang kami dapatkan bahwa di Desa Pagerharjo,
Kec. Samigaluh, Kab. Kulon Progo terdapat 1.482 KK, jumlah penduduk 5.122 jiwa,
penduduk laki-laki 2.564 dan perempuan 2.558
Dari kesejahteraan keluarga, dari 1.482 KK 36% di antaranya memiliki rumah yang
tidak layak untuk ditempati, kemudian 50% diantaranya berdinding bambu, 67,2%
berlantai tanah, 100% tidak memiliki kulkas, 11,7% tidak memiliki kasur, 62,5% belum
memiliki sepada motor.
Dari pendidikan masyarakat jumlah penduduk buta aksara - orang, pendidikan tidak
tamat SD 141 orang, tamat SD 1003 orang, tamat pendidikan SLTP 617 orang, tamat
SLTA 971 orang, penduduk tamat D1 13 orang, tamat S1 56 orang. Dari hasil tersebut
dalam satu Kelurahan itu berarti Kelurahan/Desa Pagerharjo masih memprihatinkan, hal
tersebut diantaranya dikarenakan banyak penduduk yang tidak mampu untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, hanya beberapa kalangan saja yang mampu
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang tinggi.
Dengan pengadaan alat penggiling kotoran kambing di desa tersebut diharapkan
dapat membantu perekonomian masyarakat sehingga akan menambah penghasilan dari
masyarakat setempat, serta anak-anak usia pendidikanpun jadi bisa melanjutkan
sekolahnya tanpa terkendala oleh dana.
C. PERUMUSAN MASALAH
Wilayah Desa Pagerharjo secara topografi merupakan daerah perbukitan dengan
ketinggian 500-750 mdpl. Daerah tersebut merupakan daerah tegalan yang ditanami
berjenis-jenis tanaman pangan, seperti ketela, jagung, cabe, sayuran dan sebagainya. Sejak
tahun 1940-an, lahan tersebut sudah dibudidayakan untuk tanaman perkebunan, yaitu
ditanami kopi, cengkeh, vanili dan sengon atau albasia. Dengan banyaknya variasi
tanaman ini, menggambarkan kondisi petani yang sering mengalami pasang surut hasil
dan pemasaran produksinya maupun karena adanya serangan hama.
Dengan kondisi topografi yang sedemikian rupa, bidang peternakan kambing
mampu tumbuh pesat di daerah tersebut, namun limbah yang dihasilkan dari kambing
tersebut yang berupa feses padat belum mampu diolah secara optimal oleh masyarakat, hal
ini dikarenakan belum mampunya masyarakat dalam membeli alat penggiling kotoran
kambing.
Dalam usaha mewujudkan program yang sangat mulia tersebut, pemerintah desa
menghadapi beberapa kendala dan permasalahan sebagai berikut :
1. Kurangnya pengetahuan tentang alat penggiling kotoran kambing.
2. Kurangnya informasi untuk cara pembuatan kompos.
3. Tidak ada dana untukmembeli alat.
Pemerintah desa telah merintis usaha-usaha untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat diantaranya dengan pembuatan pupuk kompos yang nantinya akan menjadi
pendapatan tambahan masyarakat setiap bulannya, dan nantinya kegiatan tersebut bisa
diwariskan kepada anak dan cucunya. Selain di jual pupuk kompos digunakan sendiri
untuk memupuk tanaman. Namun dalam perjalanan ternyata kesulitan terbesar adalah
mendapatkan alat yang digunakan untuk penggilingan kotoran kambing yang harganya

sangat mahal. Disinilah gayung bersambut antara kebutuhan pemerintah desa dengan
pelaku PHBD yaitu tim dari Himpunan Mahasiswa Agroteknologi Universitas Mercu
Buana Yogyakarta.
Melalui Program Hibah Bina Desa yang diberikan oleh DIKTI, masalah yang
dihadapi oleh pemerintah desa Pagerharjo akan coba diatasi oleh tim PHBD bersama
masyarakat dan pemerintah desa. Tantangan permasalahan berikutnya untuk mendapatkan
alat penggiling kotoran kambing yang harganya mahal akan coba diatasi dengan
pengajuan Program Hibah Bina Desa dengan judul Pengadaan Alat Penggiling
Kotoran Kambing Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Di Desa
Pagerharjo Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo DIY.
D. TUJUAN
Menjadikan desa Pagerharjo, daerah yang lebih maju
dan upaya untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat di Desa Pagerharjo agar anak-anak dapat
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi akan lebih banyak.
E. INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM
Dari permintaan masyarakat tentang alat penggilingan kotoran kambing, dapat
memberikan gambaran bahwa tanggapan masyarakat terhadap program ini sudah positif
dan dipastikan masyarakat akan berantusias untuk ikut berpartisipasi dalam program ini.
Dari pihak kampus melibatkan seluruh anggota kelompok dari program ini dan Dosen
Pembimbing yang sudah membibing kami sejak awal. Untuk keberlanjutan program maka
kami akan selalu mendampingi masyarakat sampai benar-benar alat tersebut dapat
dimanfatkan untuk mengolah kotoran kambing sehingga dihasilkan pupuk kotoran
kambing yang dapat dipasarkan. Hasil dari pemasaran dapat digunakan untuk
meningkatkan pendapatan petani. Selain itu akan terjalin kerjasama antara pemerintah
desa Pagerharjo dengan kampus khususnya mahasiswa dari program studi Agroteknologi.
Masyarakat keinginan masyarakat untuk mengolah kotoran kambing akan terus berjalan
setelah program ini selesai.
F. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Dari hasil survei tim untuk kesediaan masyarakat melanjutkan program direspon
sangat positif, karena baru sekali ini ada tim dari mahasiswa yang memasuki dusun
Kemesu untuk membina dusun tersebut, dan harapan masyarakat program ini tidak hanya
untuk tahun ini bahkan tahun-tahun berikutnya. Disamping itu dengan program ini dapat
membantu meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan peningkatan pendapatan maka
kesejahteraan masyarakat akan meningkat dan kemiskinan dapat terkurangi.
G. KEGUNAAN
Dengan program ini masyarakat dapat mengolah kotoran kambing yang mereka
pelihara, pupuk hasil olahan tersebut dapat di jual sehingga dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat khusunya bagi
dusun Kemesu dan umumnya bagi kelurahan Pagerharjo
H. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
Masyarakat di Desa Pagerharjo, Kec. Samigaluh, Kab. Kulon Progo sebagian besar
bermata pencaharian sebagai petani, mulai dari petani padi palawija dan sayur mayur ada
juga pertanian perkebunan, seperti cengkeh, kakao, kelapa, kopi. Selain sebagai petani
banyak warga Desa Pagerharjo bergelut dibidang peternakan. Untuk Program Hibah Bina
Desa ini kami fokuskan di Dusun Kemesu, karena di Dusun tersebut masih ada

masyarakat dengan perekonomian yang rendah. Dari kondisi rumah yang masih
berdinding kayu. Dari segi pendidikan, sebagian besar masyarakatnya hanya tamatan SD.
Meski ada bantuan mengenai pendidikan, akan tetapi kesadaran masyarakat akan
pendidilkan masih rendah, khusunya keluarga miskin yang kesulitan ekonomi, sehingga
16% anak-anak ikut mambantu orang tua dalam menggurus rumah tangga. Dilihat dari
peta desa bahwa penduduk miskin memiliki persentase terbanyak dibanding kalangan
menengah dan kalangan atas, itu berarti masyarakat tersebut perlu adanya pembinaan
untuk kemajuan perekonomiannya.
I. METODE PELAKSANAAN
a. Identifikasi Masalah, Dalam program ini tim mengidentifikasi masalah dengan cara
survei/observasi langsung ke lokasi, mewawancarai kadus, dan yang terakhir dengan
mendatangi kantor Kelurahan untuk meminta monografi desa untuk melihat gambaran
umum desa.
b. Analisis Kebutuhan, Dari survei lokasi yang kami lakukan di Desa Pagerharjo
kususnya Dusun Kemesu, masyarakat menyarankan untuk penggadaan alat penggiling
kotoran kambing, karena kotoran kambing yang begitu banyak namun belum mampu
di olah, selain itu hasil olahan nantinya dapat sebagai tambahan pendapatan keluarga.
c. Penyusunan program kami akan memberikan penyuluhan terlebih dahulu terkait
dengan tujuan dari program PHBD, kemudian praktek bersama masyarakat dan
pengurus organisasi serta dosen pendamping untuk aplikasi alat penggiling kotoran
kambing dan untuk membina masyarakat sebagai wujud dari keberlanjutan program
PHBD.
d. Pelaksanaan program, Untuk pelaksanaan program tim akan mendampingi masyarakat
terkait dengan penggunaan mesin penggiling kotoran kambing dan perawatan mesin
tersubut.
e. Monitoring, Untuk monitoring tim akan memberikan pengarahan jika ada kesalahan
tentang pengunaan alat penggiling kotoran kambing oleh masyarakat. Menganalisis
apakah sudah optimal atau belum penggunaan mesin tersebut. Tim akan melakukan
secara rutin, bila memungkinkan seminggu sekali atau dua minggu sekali dengan
memberikan masukan-masukan untuk perbaikan kedepannya pada masyarakat.
f. Lokakarya hasil dan Pelaporan, Lokakarya hasil akan menyampaikan tentang hasil dari
monitor rutin dan keberlanjutan program PHBD di masyarakat serta masukan-masukan
untuk masyarakat agar mereka merasa pentingnya program ini untuk tetap dilanjutkan,
serta tentang kemajuan-kemajuan yang ada pada masyarakat semasa program ini
berlangsung.
J. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan program hibah bina desa di Dusun
Kemesu dari mulai awal program hingga program selesai 5 bulan.
K. KEMITRAAN
Pihak yang bermitra dalam program hibah bina desa ini adalah Desa Pagerharjo, Kec.
Samigluh, Kab. Kulon Progo DI Yogyakarta, khususnya di Dusun Kemesu. Peran desa ini
membantu kami dalam pengumpulan data untuk melengkapi proposal pengajuan program
hibah bina desa. Selain membantu dalam pengumpulan data, desa ini juga membantu
dalam pelaksanaan program, dan yang terakhir membantu dalam pemasaran produk
kompos serta bersedia untuk menjalankan program ini secara keberlanjutan.

L. USULAN BIAYA
Biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan program hibah bina desa di Dusun
Kemesu, Kec. Samigaluh, Kab. Kulon Progo Rp 50.000.000,- dimana dana pelaksanaan
berasal dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti).

Anda mungkin juga menyukai