Kelas/Semester : B/3
Nim : 51119110
Secara umum tindak pidana terhadap tubuh pada KUHP disebut penganiayaan, perlindungan bentuk
kejahatan terhadap tubuh manusia ini di tunjukan bagi kepentingan hukum atas tubuh dari
perbuatan berupa penyerangan atas tubuh atau bagian dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit
atau luka bahkan karena luka yang sedemikian rupa pada tubuh dapat menimbulkan kematian
1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara selama -lamanya dua tahun delapan bulan atau
denda sebanyak
2.penganiayaan yang mengakibatkan luka berat dan di hukum dengan hukuman penjara selama-
lamanya 5 tahun
5.percoban untuk melakukan kejahatan ini tindak di pidana..Kembali lagi dari arti sebuah
penganiayaan yang merupakan suatu tindakan yang melawan hukum, memang semuanya perbuatan
atau tindakan yang dilakukan oleh subyek hukum akan berakibat kepada dirinya sendiri. Mengenai
penganiayaan biasa ini merupakan suatu tindakan hukum yang bersumber dari sebuah kesengajaan.
Kesengajaan ini berari bahwa akibat suatu perbuatan dikehendaki dan ini ternyata apabila akibat itu
sungguh-sungguh dimaksud oleh perbuatan yang dilakukan itu. yang menyebabkan rasa sakit, luka,
sehingga menimbulkan kematian. Tidak semua perbuatan memukul atau lainnya yang menimbulkan
rasa sakit dikatakan sebuah penganiayaan.
Oleh karena mendapatkan perizinan dari pemerintah dalam melaksanakan tugas dan fungsi
jabatannya. Macam-Macam Penganiayaan
1) Penganiayaan Biasa
Penganiayaan biasa yang dapat juga disebut dengan penganiayaan pokok atau bentuk standar
terhadap ketentuan Pasal 351 yaitu pada hakikatnya semua penganiayaan yang bukan penganiayaan
berat dan bukan penganiayaan ringan.
Mengamati Pasal 351 KUHP maka ada 4 (empat) jenis penganiayaan biasa, yakni:
a. Penganiayaan biasa yang tidak dapat menimbulkan luka berat maupun kematian dan dihukum
dengan dengan hukuman penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebayak-
banyaknya tiga ratus rupiah. (ayat 1)
b. Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat dan dihukum dengan hukuman penjara selama-
lamanya 5 tahun (ayat 2)
c. Penganiayaan yang mengakibatkan kematian dan dihukum dengan hukuman penjara selama-
lamanya 7 tahun (ayat 3)
1. Adanya kesengajaan
2. Adanya perbuatan
3. Adanya akibat perbuatan (yang dituju), rasa sakit pada tubuh, dan atau luka pada tubuh.
2) Penganiayaan Ringan
Penganiayaan ringan diatur dalam Pasal 352 KUHP. Menurut Pasal ini, penganiayaan ringan ini ada
dan diancam dengan maksimum hukuman penjara tiga bulan atau denda tiga ratus rupiah apabila
tidak masuk dalam rumusan Pasal 353 dan 356, dan tidak menyebabkan sakit atau halangan untuk
menjalankan jabatan atau pekerjaan. Hukuman ini bias ditambah dengan sepertiga bagi orang yang
melakukan penganiayaan ringan ini terhadap orang yang bekerja padanya atau yang ada dibawah
perintah. Penganiayaan tersebut dalam Pasal 352 (1) KUHP yaitu suatu penganiayaan yang tidak
menjadikan sakit atau menjadikan terhalang untuk melakukan jabatan atau pekerjaan sehari-hari.
o Terhadap pegawai negri yang sedang dan atau karena menjalankan tugasanya yang sah
o Dengan memasukkan bahan berbahaya bagi nyawa atau kesehatan untuk dimakan atau diminum
Yang dimaksud dengan penganiayaan ringan ialah:
1. Yang tidak mengakibatkan sakit atau menyebabkan terhalangnya orang menjalankan jabatannya
atau mata pencahariannya.
3. Yang tidak menggunakan benda yang membahayakan nyawa atau kesehatan orang.
4. Yang tidak dilakukan terhadap orang tuanya, isterinya, atau suaminya, anak-anaknya, atau
pegawainya yang sedang atau karena melakukan kewajibannya.
Jadi jelaslah bahwa penganiayaan ringan yang mengakibatkan sakit atau menyebabkan terhalangnya
orang melakukan jabatannya atau mata pencaharian. pencahariannya tidak termasuk pasl 352, akan
tetapi pasal 351 KUHP. Oercobaan untuk melakukan penganiayaan yang dimaksud dalam Pasal 352
tidak dikenakan hukuman. Akan tetapi percobaan melakukan penganiayaan yang dimaksudkan
dalam pasal 352, 352, dan 355 tidak dikecualikan dari hukuman. ) Penganiayaan yang direncanakan
terlebih dahulu
Menurut Mr.M.H Tirtaadmidjaja, mengutarakan arti direncanakan lebih dahulu yaitu bahwa ada
suatu jangka waktu betapapun pendeknya untuk mempertimbangkan dan memikirkan dengan
tenang”.
Untuk perencanaan ini, tidak perlu ada tenggang waktu lama antara waktu merencanakan dan
waktu melakukan perbuatan penganiayaan berat atau pembunuhan. Sebaliknya meskipun ada
tenggang waktu itu yang tidak begitu pendek, belum tentu dapat dikatakan ada rencana lebih dahulu
secara tenang. Ini semua bergantung kepada keadaan konkrit dari setiap peristiwa.
Penganiayaan berencana yang tidak berakibat luka berat atau kematian dan dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya 4 (empat) tahun.
Penganiayaan berencana yang berakibat luka berat dan dihukum dengan hukuman selama-lamanya
7 (tujuh) tahun.
Penganiayaan berencana yang berakibat kematian dan dihukum dengan hukuman selama-lamanya
9 (Sembilan) tahun.
Unsur penganiayaan berencana adalah direncanakan terlebih dahulu sebelum perbuatan dilakukan.
Penganiayaan dapat dikualifikasikan menjadi penganiayaan berencana jika memenuhi syarat-syarat:
a. Pengambilan keputusan untuk berbuat suatu kehendak dilakukan dalam suasana batin yang
tenang.
oBagaimana cara dan dengan alat apa serta bila mana saat yang tepat untuk melaksanakannya.
c. Dalam melaksanakan perbuatan yang telah diputuskan dilakukan dengan suasana hati yang
tenang. Penganiayaan yang disengaja untuk melukai berat
Tindak pidana ini diatur dalam Pasal 354 KUHP. Perbuatan berat atau dapat disebut juga menjadikan
berat pada tubuh orang lain. Haruslah dilakukan dengan sengaja oleh orang yang menganiayanya.
a. Kesalahan (kesengajaan),
b. Perbuatannya (melukai secara berat),
Apabila dihubungkan dengan unsur kesengajaan maka kesengajaan ini harus sekaligus ditujukan baik
terhadap perbuatannya, (misalnya menusuk dengan pisau), maupun terhadap akibatnya yakni luka
berat.
1. Jatuh sakit atau luka yang tak dapat diharapkan akan sembuh lagi dengan sempurna atau yang
dapat mendatangkan bahaya maut.
5. Lumpuh (kelumpuhan)
6. Akal (tenaga faham) tidak sempurna lebih lama dari empat minggu
Penganiyaan berat berencana, dimuat dalam pasal 355 KUHP yang rumusannya adalah sebagai
berikut:
Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu, dipidana dengan pidana
penjara paling lama dua belas tahun.
Jika perbuatan itu menimbulkan kematian yang bersalah di pidana dengan pidana penjara paling
lama lima belas tahun. Bila kita lihat penjelasan yang telah ada diatas tentang kejahatan yang berupa
penganiayaan berencana, dan penganiayaan berat, maka penganiayaan berat berencana ini
merupakan bentuk gabungan antara penganiayaan berat (354 ayat 1) dengan penganiyaan
berencana (pasal 353 ayat 1), dengan kata lain suatu penganiayaan berat yang terjadi dalam
penganiayaan berencana, kedua bentuk penganiayaan ini haruslah terjadi secara serentak/bersama.
Oleh karena harus terjadi secara bersama, maka harus terpenuhi baik unsur penganiayaan berat
maupun unsur penganiayaan berencana. *contohnya* Kasus Penganiayaan Anak Bawah Umur
di Malaka, DPRD NTT: Itu Pelanggaran PidanaKupang, Vox NTT – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Anselmus Tallo turut berkomentar atas kasus
penganiayaan anak di bawah umur oleh Kepala Desa Babulu Selatan, Kecamatan Kobalima,
Kabupaten Malaka, Paulus Lau.
“Kalau salahkan mestinya mengayomi, melindungi, kemudian memberikan pengarahan. Apalagi ini
seorang perempuan. Sial sekali,” kesal anggota DPRD NTT dapil 7 yang mencakup Kabupaten
Malaka, Belu, dan TTU itu.
Biar ada efek jera tegas dia, kepala desa Babulu Selatan Paulus Lau itu harus diproses hukum.
Apalagi Kabupaten Malaka kata dia, terkenal dengan masyarakat yang menjunjung tinggi etika dan
tata kerama.
“Kalau seorang kepala desa sebagai pemimpin di daerah itu lalu dibuat seperti itu. Itu tidak boleh.
Tidak boleh beri toleril apapun alasannya. Apalagi menghina seperti itu. Sangat disayangkan. Harus
diproses hukum,” tegasnya.
Ia meminta Camat Kobalima harus pro aktif karena sebagai koordinator wilayah di kecamatan
tersebut.Camat harus turun tangan. Karena dia kan wakil dari Bupati,” ujarnya.
Stefanus Bria Seran tidak boleh diam dengan kasus penganiayaan tersebut.
“Pak Bupati tidak boleh diam, karena ini kepala desa adalah pemimpin di daerah yang harus
mengayomi, melindungi masyarakatnya. Soal ada kesalahan iya, sebagai manusia tentu. Tetapi ada
aturannya untuk memberikan pembinaan. Tidak boleh memakai kekerasan. Apalagi dengan
menggantung. Sedih sekali. Itu keji sekali,” tutup anggota Komisi V itu.