Anda di halaman 1dari 8

Lex Crimen Vol. VII/No.

4 /Jun/2018

KEJAHATAN TERHADAP TUBUH DALAM waktu, namun kejahatan juga menimbulkan


BENTUK PENGANIAYAAN MENURUT PASAL keresahan yang mendalam serta mengganggu
351 AYAT 1 – 5 KITAB UNDANG – UNDANG keamanan dan ketertiban dalam kehidupan
HUKUM PIDANA1 bermasyarakat.
Oleh : Glenda Magdalena Lenti2 Kejahatan atau tindak pidana merupakan
Dosen Pembimbing: perbuatan manusia yang selalu mengalami
Max Sepang, SH, MH; perkembangan yang mengikuti perkembangan
Refly Sinyal, SH, MH dari masyarakat itu sendiri. Berbagai macam
kejahatan terhadap tubuh dan kejahatan
ABSTRAK terhadap nyawa atau biasa dikenal dengan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk penganiayaan dan pembunuhan. Tindakan
mengetahui bagaimana bentuk-bentuk penganiayaan merupakan salah satu kejahatan
kejahatan terhadap tubuh berdasarkan Kitab yang sulit hilang didalam kehidupan
Undang-Undang Hukum Pidana dan bagaimana bermasyarakat. Berbagai tindakan
kejahatan terhadap tubuh dalam bentuk penganiayaan yang sering terjadi seperti
penganiayaan berdasarkan Pasal 351 ayat 1-5 pemukulan dan kekerasan fisik seringkali
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Dengan mengakibatkan luka pada bagian tubuh atau
menggunakan metode penelitian yuridis anggota tubuh korban, bahkan tidak jarang
normatif, disimpulkan: 1. Unsur-unsur membuat korban cacat fisik seumur hidup
kejahatan terhadap tubuh yang terdapat termasuk kematian. Selain itu tindakan
didalam Bab XX Pasal 351 s/d Pasal 358 Kitab penganiayaan juga tidak jarang menimbulkan
Undang-Undang Hukum Pidana dikenal dengan efek atau dampak psikis pada si korban seperti
istilah penganiayaan, dimana dalam trauma, ketakutan, ancaman bahkan terkadang
menentukan jenis pemidanaan tentu saja korban penganiayaan mengalami gangguan
haruslah sesuai dengan unsur-unsur yang jiwa dan mental.
terkandung didalamnya agar tidak terjadi Tindakan penganiayaan ini dapat dijumpai
kesalahan dalam menentukan pemidanaan. Hal dimana-mana seperti di lingkungan rumah
ini disebabkan karena setiap pasal memiliki tangga atau keluarga, di tempat umum maupun
unsur-unsur khusus yang haruslah terpenuhi di tempat-tempat umum maupun di tempat-
untuk disebut sebagai kejahatan terhadap tempat lainnya serta dapat menimpa siapa saja.
tubuh atau penganiayaan. 2. Kejahatan Hal tersebut dapat terjadi diduga terkait
terhadap tubuh dalam bentuk Penganiayaan dengan berbagai faktor sperti pengaruh
yang terdapat dalam pasal 351 ayat 1-5 KUHP pergaulan dan kenakalan, premanisme,
merupakan penganiayaan biasa. Sehingga kecemburuan sosial, tekanan dan kesenjangan
jelaslah bahwa penganiayaan merupakan ekonomi, ketidakharmonisan dalam hubungan
tindak pidana materiil, yang dipandang sebagai rumah tangga atau dengan orang lain,
telah terjadi penganiayaan yang sempurna, persaingan, konflik kepentingan dan lainnya.
semuanya bergantung pada akibat yang dituju Selain faktor diatas, adapun penganiayaan
telah terjadi atau tidak. yang dilakukan oleh sebagian orang atau
Kata kunci: Kejahatan Terhadap Tubuh, sekelompok orang dengan sengaja kepada
Penganiayaan,Hukum Pidana. orang lain yang disebabkan beberapa faktor
seperti dendam, pencemaran nama baik,
PENDAHULUAN perasaan dikhianati atau dirugikan, merasa
A. Latar Belakang Masalah harga diri dan martabatnya direndahkan atau
Kejahatan merupakan salah satu kenyataan dilecehkan dan motif-motif lainnya. Selain itu
yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat penganiayaan dapat terjadi secara tidak
yang patut mendapatkan perhatian khusus. Hal sengaja disebabkan adanya perselisihan paham,
tersebut disebabkan bukan saja karena jenis perkelahian atau pertengkaran. Namun apakah
kejahatan terus berkembang dari waktu ke itu dilakukan dengan sengaja ataupun tidak
sengaja, kejahatan yang dilakukan tetap harus
1
Artikel Skripsi dipertanggungjawabkan sesuai dengan
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. peraturan hukum yang berlaku, dan diharapkan
14071101478

55
Lex Crimen Vol. VII/No. 4 /Jun/2018

juga dapat mengurangi atau menekan laju Dalam menjabarkan suatu rumusan delik
peningkatan angka kriminalitas yang terjadi di kedalam unsur-unsurnya maka yang harus
Indonesia. Kejahatan-kejahatan yang sering diketahui terlebih dahulu yaitu suatu
terjadi di kalangan masyarakat tentu saja perbuatan/ tindakan seseorang yang membuat
mengganggu ketertiban dan keamanan orang tersebut dikatakan melakukan hal yang
kehidupan bermasyarakat, misalnya kejahatan melanggar ketentuan undang-undang, maka
yang sering terjadi di lingkungan bermasyarakat dasar hukumnya yaitu terikat pada asas
yang merupakan tindakan kriminalitas yaitu legalitas (nullum delictum) sebagaimana yang
kejahatan yang dilakukan terhadap tubuh telah dirumuskan pada Pasal 1 ayat (1) Kitab
dalam bentuk penganiayaan, baik bentuk Undang-Undang Hukum Pidana :
penganiayaan yang berbentuk penganiayaan “Tiada suatu perbuatan pidana yang dapat
ringan ataupun bentuk penganiayaan berat dihukum, melainkan atas kekuatan ketentuan
yang mengakibatkan kematian. perundang-undangan pidana secara tertulis
Kejahatan yang dilakukan terhadap tubuh yang ada terdahulu dari perbuatan itu”
manusia dalam segala perbuatan- Dengan demikian apabila salah satu unsur
perbuatannya sehingga menjadi luka atau rasa dari perbuatan tersebut tidak terpenuhi
sakit pada tubuh bahkan sampai menimbulkan unsurnya, maka perbuatan tersebut tidak dapat
kematian, bila dilihat dari unsur kesalahannya dikategorikan kedalam delik atau perbuatan
dan kesengajaannya diberikan kualifikasi pidana.
sebagai penganiayaan (mishandeling), dimuat Kejahatan terhadap tubuh yang dilakukan
dalam BAB XX Buku II, Pasal 351 s/d Pasal 358, dengan sengaja (penganiayaan) dalam Kitab
namun yang menjadi rumusan pokok dari Undang-Undang Hukum Pidana dibedakan
kejahatan terhadap tubuh (penganiayaan) dalam 6 (enam) macam, yakni:
tersebut terdapat pada Pasal 351 ayat 1 s/d 5. a. Penganiayaan Biasa (Pasal 351 Kitab
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis Undang-Undang Hukum Pidana);
melakukan kajian dengan judul: “Kejahatan Kualifikasi penganiayaan biasa yang
Terhadap Tubuh Dalam Bentuk Penganiayaan dirumuskan dalam Pasal 351 Kitab
Berdasarkan Pasal 351 Ayat 1 – 5 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, denga
Undang-Undang Hukum Pidana”. rumusan sebagai berikut:
1) Penganiayaan dipidana dengan
B. PERUMUSAN MASALAH pidana paling lama 2 tahun 8 bulan
1. Bagaimana bentuk-bentuk kejahatan atau pidana denda paling banyak Rp
terhadap tubuh berdasarkan Kitab 4.500.
Undang-Undang Hukum Pidana? 2) Jika perbuatan itu menyebabkan luka-
2. Bagaimana kejahatan terhadap tubuh luka berat, yang bersalah dipidana
dalam bentuk penganiayaan dengan pidana penjara paling lama 5
berdasarkan Pasal 351 ayat 1-5 Kitab tahun.
Undang-Undang Hukum Pidana? 3) Jika mengakibatkan kematian,
dipidana degan pidana penjara paling
C. METODE PENULISAN lama 7 tahun.
Dalam menyelesaikan karya tulis ini, penulis 4) Dengan penganiayaan disamakan
menggunakan metode penelitian hukum secara sengaja merusak kesehatan.
yuridis normatif, yaitu penelitian terhadap asas- 5) Percobaan untuk melakukan kejahaan
asas hukum. Dan alat pengumpulan data yang ini tidak dipidana
dipergunakan adalah studi kepustakaan.
b. Penganiayaan Ringan (Pasal 352 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana);
PEMBAHASAN Kejahatan yang diberi kualifikasi sebagai
A. Bentuk-Bentuk Kejahatan Terhadap Tubuh penganiayaan ringan oleh UU ialah
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum penganiayaan yang dimuat dalam Pasal
Pidana 352, yang rumusannya sebagai berikut:

56
Lex Crimen Vol. VII/No. 4 /Jun/2018

1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 352 pada dasarnya merupakan bentuk
dan 356, maka penganiayaan yang penganiayaan berat yang dilakukan
tidak menimbulkan penyakit atau dengan rencana. Jenis penganiayaan ini
halangan untuk menjalankan merupakan gabungan antara
pekerjaan jabatan atau pencarian penganiayaan berat dengan
dipidana sebagai penganiayaan penganiayaan berencana. Oleh karena
ringan, dengan pidana penjara paling itu, niat pelaku atau kesengajaan pelaku
lama 3 bulan atau pidana denda tidak cukup bila ditujukan terhadap
paling banyak Rp 4.500,- perbuatannya dan terhadap luka
Pidana dapat ditambah sepertiga bagi beratnya, tetapi kesengajaan itu harus
orang yang melakukan kejahatan itu ditujukan terhadap unsur berencananya.
terhadap orang yang bekerja padanya Penganiayaan dengan cara dan terhadap
atau menjadi bawahannya orang-orang yang berkualitas tertentu
2) Percobaan untuk melakukan yang memberatkan (pasal 356 Kitab
kejahatan ini tidak dipidana Undang-Undang Hukum Pidana).
c. Penganiayaan Berencana (Pasal 353 Kitab Jenis penganiayaan ini diatur dalam
Undang-Undang Hukum Pidana); ketentuan dalam Pasal 356 Kitab
Pasal 353 Kitab Undang-Undang Hukum Undang-Undang Hukum Pidana yang
Pidana mengenai penganiayaan menyatakan :
berencana merumuskan sebagai berikut: “Pidana yang ditentukan dalam Pasal
1) Penganiayaan dengan rencana lebih 351, 353, 354, dan 355 dapat ditambah
dulu, dipidana dengan pidana penjara dengan sepertiga” :
paling lama 4 tahun; 1) Bagi yang melakukan kejahatan itu
2) Jika perbuatan itu menimbulkan luka- terhadap ibunya, bapaknya menurut
luka berat, yang bersalah dipidana Undang-Undang, istrinya atau
dengan pidana penjara paling lama 7 anaknya.
tahun; 2) Jika kejahatan dilakukan terhadap
3) Jika perbuatan itu mengakibatkan seorang pejabat ketika atau karena
kematian, yang bersalah dipidana menjalankan tugasnya yang sah.
dengan pidana penjara paling lama 9 3) Jika kejahatan dilakukan dengan
tahun. memberikan bahan berbahaya bagi
d. Penganiayaan Berat (Pasal 354 Kitab nyawa atau kesehatan untuk dimakan
Undang-Undang Hukum Pidana); atau diminum.
Penganiayaan berat yang dirumuskan Apabila dicermati maka Pasal 356 Kitab
dalam Pasal 354 Kitab Undang-Undang Undang-Undang Hukum Pidana
Hukum Pidana dengan rumusan sebagai merupakan pasal atau ketentuan yang
berikut: meperberat berbagai penganiayaan.
1) Barangsiapa sengaja melukai berat Berdasarkan Pasal 356 Kitab Undang-
orang lain, dipidana karena Undang Hukum Pidana ini terdapat 2
melakukan penganiayaan berat (dua) hal yang memberatkan berbagai
dengan pidana penjara paling lama 8 penganiayaan yaitu:
tahun. 1) Kualitas korban, yaitu apabila korban
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan penganiayaan tersebut berkualitas
kematian, yang bersalah dipidana sebagai ibu, bapak, istri anak serta
dengan pidana penjara paling lama Pegawai Negeri yang ketika atau
10 tahun. karena menjalankan tugasnya yang
e. Penganiayaan Berat Berencana (Pasal sah.
355 Kitab Undang-Undang Hukum 2) Cara atau modus penganiayaan, yaitu
Pidana); dalam hal penganiayaan itu
Jenis penganiayaan berat berencana dilakukannya dengan cara memberi
diatur dalam Pasal 355 Kitab Undang- bahan untuk dimakan atau untuk
Undang Hukum Pidana. Penganiayaan ini diminum.

57
Lex Crimen Vol. VII/No. 4 /Jun/2018

1. Setiap perbuatan yang dilakukan dengan


B. Kejahatan Terhadap Tubuh Dalam Bentuk sengaja untuk menimbulkan rasa
Penganiayaan Berdasarkan Pasal 351 Ayat sakit/penderitaan pada tubuh orang lain.
1-5 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 2. Setiap perbuatan yang dilakukan dengan
Pasal 351 merupakan penganiayaan bentuk sengaja untuk merusak kesehatan tubuh
pokok atau bentuk standard, yang jelas orang lain.3
membedakannya dari bentuk-bentuk Oleh karena terdapat keberatan dari
penganiayaan yang lain sehingga penganiayaan sebagian anggota Parlemen berhubung dengan
yang terdapat dalam Pasal 351 disebut sebagai tidak terang atau kaburnya pengertian tentang
penganiayaan biasa (gewone mishendeling). rasa sakit/penderitaan tubuh, maka Parlemen,
Jika dilihat bagaimana Undang-Undang menaruh keberatan atas rancangan itu. Atas
merumuskan penganiayaan, maka kejahatan ini keberatan Parlemen itu, maka Menteri
mempunyai keistimewaan tersendiri. Karena Kehakiman mengubah rumusan yang pertama
apabila dilihat dari rumusan kejahatan- dengan hanya menyebutkan/merumuskan kata
kejahatan yang lain, jelas rumusannya yaitu penganiayaan (mishendeling) saja, atas dasar
mengandung unsur tingkah laku dan unsur- pertimbangan bahwa semua orang sudah
unsur lainnya seperti kesalahan, melawan memahami artinya. Sedangakan pengertian
hukum ataupun unsur mengenai objek, cara dari rumusan yang kedua ditempatkan ke
melakukan dan sebagainya. Namun kejahatan dalam ayat 4 dari pasal yang bersangkutan,
yang terdapat dalam kualifikasi penganiayaan yang dianggap sebagai perluasan arti dari kata
(pasal 351 ayat 1) ini, perumusannya sangat penganiayaan.
singkat, yaitu dengan langsung menyebutkan Dalam doktrin/ilmu pengetahuan hukum
penganiayaan (mishendeling) yang sama pidana, berdasarkan sejarah pembentukan dari
dengan judul dari Bab XX, serta langsung pasal yang bersangkutan sebagaimana yang
menyebutkan ancaman pidananya. diterangkan diatas, penganiayaan diartikan
Pasal 351 merumuskan sebagai berikut: sebagai perbuatan yang dilakukan dengan
1. Penganiayaan dipidana dengan pidana sengaja untuk menimbulkan rasa sakit (pijn)
penjara paling lama 2 tahun 8 bulan atau atau luka (letsel) pada tubuh orang lain.4
pidana denda paling banyak Rp 4.500. Jadi menurut doktrin, unsur-unsur
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan luka- penganiayaan sebagai berikut :
luka berat, yang bersalah dipidana 1. Adanya kesengajaan;
dengan pidana penjara paling lama 5 2. Adanya perbuatan;
bulan. 3. Adanya akibat perbuatan (yang dituju),
3. Jika mengakibatkan mati, dipidana yakni:
dengan pidana penjara paling lama 7 a. Rasa sakit pada tubuh, dan atau;
tahun. b. Luka pada tubuh.
4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja Dimana unsur yang pertama merupakan
merusak kesehatan. unsur subyektif (kesalahan) sedangkan unsur
5. Percobaan untuk melakukan kejahatan kedua dan ketiga merupakan unsur objektif.
ini tidak dipidana. Kesengajaan disini berupa sebagai maksud
atau opzet als oogmerk5, serta harus ditujukan
Dengan adanya rumusan pada ayat 1 pada perbuatannya dan akibatnya. Namun
tersebut maka jelas yang termuat hanyalah untuk sifat kesengajaan yang nampak lebih
klasifikasi kejahatan dan ancaman pidananya nyata yaitu terdapat pada ayat 4.
saja, sehingga rumusan tersebut tidak dapat Unsur tingkah laku yang terdapat dalam
dirinci unsur-unsurnya. pasal ini bersifat abstrak, karena dengan
Pada mulanya dalam rancangan dari pasal istilah/kata perbuatan saja, namun bentuknya
yang bersangkutan yang diajukan oleh Menteri
Kehakiman Belanda ke Parlemen, terdapat 2 3
Satochid Kertanegara.Hukum Pidana II Delik-Delik
rumusan yakni: Tertentu. Balai Lektur Mahasiswa. Hlm 507
4
Ibid. hlm 509.
5
Wirjono Prodjodikoro.1980.Tindak-Tindak Pidana
Tertentu di Indonesia. PT Eresco. Jakarta. Hlm 71

58
Lex Crimen Vol. VII/No. 4 /Jun/2018

yang konkret tak terbatas wujudnya, dimana dilakukan dengan sengaja yang ditujukan untuk
wujud perbuatan-perbuatan itu mengandung menimbulkan rasa sakit atau luka pada tubuh
sifat kekerasan fisik dan harus menimbulkan orang lain, yang akibat mana semata-mata
rasa sakit tubuh atau luka tubuh. merupakan tujuan si pelaku.
Luka diartikan terdapatnya/terjadinya Unsur-unsur yang terdapat didalam
perubahan dari tubuh, atau menjadi lain dari pengertian penganiayaan yaitu sebagai berikut:
rupa semula sebelum perbuatan itu dilakukan, 1. Adanya kesengajaan;
misalnya lecet pada kulit, putusnya jari tangan, 2. Adanya perbuatan;
bengkak pada pipi dan lain sebagainya. 3. Adanya akibat perbuatan (dituju) yakni:
Namun untuk rasa sakit tidak memerlukan a. Rasa sakit, tidak enak pada tubuh;
adanya perubahan rupa pada tubuh, melainkan b. Lukanya tubuh;
pada tubuh timbul rasa sakit, rasa perih, tidak 4. Akibat mana menjadi tujuan satu-
enak atau penderitaan. satunya.
Walaupun pandangan dalam doktrin itu ada Unsur a dan d bersifat subjektif, sedangkan
juga dianut dalam praktik hukum, seperti unsur b dan c bersifat ojektif. Walaupun unsur-
tampak dalam arrest Hoge Raad (HR) tanggal unsur tersebut tidak tidak terdapat dalam
25-6-1894 yang menyatakan bahwa rumusan Pasal 351, namun hal tersebut harus
penganiayaan adalah “dengan sengaja disebutkan dalam surat dakwaan dan harus
menimbulkan rasa sakit atau luka. Kesengajaan dibuktikan dalam persidangan.
ini harus dicantumkan dalam surat tuduhan.”6 Dalam penganiayaan sikap batin pelaku
Namun berdasarkan pengertian yang terdapat harus berupa kesengajaan, disamping ditujukan
dalam doktrin tadi, maka perbuatan seorang pada perbuatannya, juga harus ditujukan untuk
guru atau orang tua yang memukul anak, atau (opzet als oogmerk) menimbulkan rasa sakit
dokter yang melukai sebagian tubuh pasien atau lukanya tubuh orang. Jadi kesengajaan
dalam rangka pelaksanaan operasi untuk pada penganiayaan adalah lebih sempit dan
menyembuhkan suatu penyakit adalah lain dengan kesengajaan dalam pembunuhan,
termasuk juga pada pengertian penganiayaan. dimana kesengajaan dalam pembunuhan (pasal
Arrest HR lainnya yang memberikan 338) termasuk dalam 3 bentuk kesengajaan,
penafsiran secara lebih sempurna yang dapat yakni kesengajaan sebagai tujuan, sebagai
menghilangkan kelemahan pandangan dalam kepastian (opzet bij zakersheids bewustzijin)
doktrin tadi, adalah seperti arrest HR (10-2- dan kesengajaan sebagai kemungkinan (opzet
1902) yang menyatakan bahwa ‘jika bij mogelikheids bewustzijin atau dolus
menimbulkan luka atau sakit pada tubuh bukan eventualis).
menjadi tujuan, melainkan suatu sarana belaka Walaupun demikian, ada juga HR dalam
mencapai suatu tujuan yang patut, maka arrestnya (15-1-1934) yang menyatakan bahwa
tidaklah ada penganiayaan. Contohnya dalam “kenyataan bahwa orang telah melakukan
batas-batas yang diperlukan seorang guru atau suatu tindak pidana yang besar kemunkinannya
orang tua memukul seorang anak.”7 dapat menimbulkan perasaan sangat sakit pada
Arrest HR lainnya (20-4-1925) menyatakan orang lain itu merupakan suatu penganiayaan.
bahwa “dengan sengaja melukai tubuh orang Tidaklah menjadi soal bahwa dalam kasus ini
lain tidak dianggap sebagai penganiayaan, jika opzet pelaku telah ditujukan untuk
maksudnya untuk mencapai suatu tujuan lain, menimbulkan perasaan sangat sakit seperti
dan di dalam menggunakan akal itu tidak sadar melainkan telah ditujukan kepada perbuatan
bahwa ia melewati batas-batas yang wajar.”8 untuk melepaskan diri dari penangkapan oleh
Dengan demikian dapat diartikan bahwa seorang pegawai Polisi.”9
penganiayaan adalah suatu perbuatan yang Sehingga kesengajaan dalam penganiayaan
dapat juga terjadi dalam bentuk kesengajaan
sebagai kemungkinan (opzet bij mogelikheids
6
Soenarto Soerodibtoto. 1994. KUHP dan KUHAP bewustzijin).
dilengakapi Yurisprudensi Mahkamah Agung dan hoge
Raad. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hlm 211.
7 9
Ibid. 212 PAF Lamintang.1990. Dsar-dasar hukum pidana
8
R. Tresna.1959. Asas-asas Hukum pidana. PT. Tiara Ltd. Indonesia. Sinar Baru. Bandung. hlm 112.
Jakarta. Hlm 222.

59
Lex Crimen Vol. VII/No. 4 /Jun/2018

Namun walaupun disadari (sengaja) bahwa 3. Penganiayaan yang mengakibatkan


perbuatan yang sengaja dilakukan, kematian (ayat 3);
menimbulkan rasa sakit ataupun luka, tetapi 4. Penganiayaan yang berupa sengaja
apabila bukan itu yang menjadi tujuannya merusak kesehatan (ayat 4);
melainkan sebagai sarana untuk mencapai Penggolongan penganiayaan tersebut
tujuan lain yang patut, maka itu bukanlah berdasarkan pada akibat yang ditimbulkan dari
penganiayaan. Dengan demikian pada penganiayaan. Walaupun bentuk ke 4,
perbuatan yang mengandung tujuan lain yang dipandang sebagai perluasan arti dari
patut itu menjadi kehilangan sifat terlarangnya penganiayaan, jika didasarkan pada pengertian
(melawan hukum), dan karenanya tidak penganiayaan maka ketentuan aya 4 adalah
dipidana. didasarkan pada akibat dari perbuatan.
Dengan melihat pengertian penganiayaan Penganiayaan biasa yang tidak menimbulkan
yang berlaku dalam praktik hukum maupun luka berat maupun kematian (bentuk pertama
dalam doktrin, maka dapat disimpulkan bahwa yakni bentuk pokok) adalah mempunyai
kejahatan penganiayaan adalah merupakan pengertian yang lain dengan penganiayaan
tindak pidana materiil. Akibat perbuatan yang dirumuskan dalam Pasal 352 sebagai
menjadi sangat penting dalam rangka untuk penganiayaan ringan. Berdasarkan kebalikan
menentukan tentang ada tidaknya dari pengertian penganiayaan ayat 2, maka
penganiayaan. penganiayaan biasa bentuk pertama
Ada perbedaan antara pengertian merupakan bentuk penganiayaan yang tidak
penganiayaan menurut doktrin dengan menimbulkan rasa sakit dan luka ringan.
pengertian menurut yurisprudensi. Pengertian Walaupun istilah luka ringan tidak dikenal
penganiayaan menurut doktrin lebih luas dalam rumusan bentuk-bentuk penganiayaan,
daripada pengertian yang dianut dalam praktik karena dengan adanya istilah luka berat dalam
hukum. Menurut doktrin mempunyai arti yang pasal 351 ayat 2 begitu juga dalam 353 ayat 2 jo
tidak terbatas pada tujuan apa yang hendak pasal 90, maka luka ringan dapat diartikan
dicapai oleh perbuatan yang menimbulkan rasa sebagai suatu luka yang bukan luka berat
sakit atau luka tubuh. Adanya tujuan patut yang sebagaimana yang dimaksudkan oleh pasal 90,
hendak dicapai oleh perbuatan dengan harus suatu pengertian kebalikan dari luka berat.
melalui rasa sakit atau luka tubuh yang disadari, Pasal 90 merumuskan tentang macamnya
bukan merupakan syarat/unsur untuk luka berat, yaitu:
meniadakan penganiayaan, namun dianggap 1. Jatuh sakit atau mendapat luka yang
sebagai alasan penghapus pidana. Sehingga tidak memberi harapan akan sembuh
orang tua atau guru yang memukul anak dalam sama sekali, atau yang menimbulkan
rangka mendidik, atau seorang dokter yang bahaya maut;
melukai pasien dalam rangka pelaksanaan 2. Tidak mampu terus-menerus untuk
operasi untuk menyembuhkan suatu penyakit, menjalankan tugas jabatan atau
tetap merupakan penganiayaan, dan tidak pekerjaan pencaharian;
dipidananya karena perbuatan itu, berhubung 3. Kehilangan salah satu pancaindera;
dengan adanya alasan pengahpus pidana (tidak 4. Mendapat cacat berat;
tertulis) yang dalam praktik hukum juga dianut. 5. Menderita sakit lumpuh;
Syarat/unsur adanya tujuan yang patut 6. Terganggunya daya piker selama 4
adalah merupakan syarat yang menghapus sifat minggu atau lebih;
melawan hukumnya perbuatan. 7. Gugur atau matinya kandungan seorang
Menurut bunyi rumusan pasal 351, perempuan.
penganiayaan biasa dapat dibedakan menjadi: Dengan memperhatikan rumusan pasal 90
1. Penganiayaan biasa yang tidak tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasal
menimbulkan luka berat maupun tersebut tidak memberi rumusan tentang arti
kematian (ayat 1); luka berat yang berlaku secara umum, tetapi
2. Penganiayaan yang mengakibatkan luka menyebutkan bentuk atau macamnya luka
berat (ayat 2); berat, atau keadaan-keadaan tertentu pada
tubuh seseorang yang masuk ke dalam kategori

60
Lex Crimen Vol. VII/No. 4 /Jun/2018

luka berat. Oleh karena itu dapat disimpulkan berarti sengaja melakukan perbuatan untuk
bahwa luka yang mempunyai arti terdapatnya menjadikan orang sakit menjadi lebih parah
perubahan pada rupa tubuh yang tidak berupa sakitnya. Misalnya dengan sengaja memberikan
luka-luka berat sebagaimana terdapat dalam obat pencahar kepada seseorang yang
pasal 90 merupakan sebagai luka ringan. menderita diare, yang oleh karenanya
Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa menimbulkan akibat tambah parah
penganiayaan biasa jenis pertama bila penyakitnya. Sakit dalam ayat 4 dapat diartikan
menimbulkan luka, haruslah berupa luka ringan sebagai terganggunya fungsi organ atau
(bukan luka sebagaimana yang dimaskud dalam sebagian organ dalam tubuh manusia.
pasal 90), dan luka ringan ini harus berupa luka Adanya unsur kesengajaan (opzettelijk)
yang menimbulkan penyakit atau luka yang dalam rumusan ayat ke 4, mengandung arti
mengakibatkan halangan untuk menjalankan bahwa pelaku menghendaki untuk melakukan
pekerjaan jabatan atau mata pencaharian. perbuatan tersebut dan ia mengerti dan
Sebab luka ringan itu tidak menimbulkan menghendaki akibat rusaknya/terganggunya
penyakit atau halangan untuk menjalankan kesehatan. Apabila akibat tidak timbul,
pekerjaan jabatan atau pencaharian, maka walaupun perbuatan telah terjadi, kejahatan
penganiayaan yang mengakibatkan luka merusak kesehatan tidak terjadi. Maka sesuai
ringanitu adalah termasuk penganiayaan ringan dengan ayat 5, terjadinya percobaan, tetapi
(Pasal 352). percobaan pada penganiayaan biasa, maka hal
Pada pasal 351 ayat 3 yaitu bahwa tersebut tidak dapat dipidana.
mengakibatkan kematian, namun dalam hal ini
perbuatan yang dilakukan pelaku bukan PENUTUP
bertujuan atau maksud untuk mengakibatkan A. Kesimpulan
kematian tetapi yang dituju oleh pelaku yaitu 1. Bahwa unsur-unsur kejahatan terhadap
sekedar menyebabkan rasa sakit (pijn), luka tubuh yang terdapat didalam Bab XX
(letsel) atau merusak kesehatan saja. Sebab Pasal 351 s/d Pasal 358 Kitab Undang-
apabila kesengajaan sudah ditujukan pada Undang Hukum Pidana dikenal dengan
matinya orang lain, maka yang terjadi bukan istilah penganiayaan, dimana dalam
penganiayaan melainkan pembunuhan (Pasal menentukan jenis pemidanaan tentu saja
338). haruslah sesuai dengan unsur-unsur yang
Dalam penganiayaan biasa (Pasal 351), terkandung didalamnya agar tidak terjadi
kesengajaan pelaku tidak kesalahan dalam menentukan
ditujukan/dimaksudkan pada akibat luka berat pemidanaan. Hal ini disebabkan karena
(ayat 2), sebab bila sudah dimaksudkan, maka setiap pasal memiliki unsur-unsur khusus
tidak lagi masuk dalam penganiayaan biasa yang haruslah terpenuhi untuk disebut
melainkan sudak termasuk jenis penganiayaan sebagai kejahatan terhadap tubuh atau
berat sebagaimana yang dirumuskan pada penganiayaan.
pasal 354 ayat 1, atau berupa penganiayaan 2. Bahwa kejahatan terhadap tubuh dalam
yang dirumuskan 353 ayat 2 bila dilakukan bentuk Penganiayaan yang terdapat
dengan rencana lebih dulu, atau pasal 355 ayat dalam pasal 351 ayat 1-5 KUHP
1 bila penganiayaan berat itu direncanakan merupakan penganiayaan biasa.
lebih dulu. Sehingga jelaslah bahwa penganiayaan
Penganiayaan biasa bentuk ke 4 adalah merupakan tindak pidana materiil, yang
berupa penganiayaan yang kesengajaan pelaku dipandang sebagai telah terjadi
ditujukan pada akibat rusaknya kesehatan penganiayaan yang sempurna, semuanya
sesorang. Sengaja merusak kesehatan adalah bergantung pada akibat yang dituju telah
berupa perluasan arti dari penganiayaan. terjadi atau tidak.
Merusak kesehatan dalam hal ini adalah berupa
merusak kesehatan fisik. Sengaja merusak B. Saran
kesehatan tidak saja berarti melakukan 1. Unsur-unsur yang terkandung di dalam
perbuatan dengan sengaja untuk menjadikan Pasal 351 s/d 358 Kitab Undang-
orang lain menderita sakit (ziekte), tetapi juga Undang Hukum Pidana agar semakin

61
Lex Crimen Vol. VII/No. 4 /Jun/2018

diperjelas agar dalam menentukan Satochid Kertanegara.Hukum Pidana II Delik-


pemidanaan tidak menimbulkan Delik Tertentu. Balai Lektur
kebingungan, sehingga mengakibatkan Mahasiswa.
terjadinya kesalahan dalam Soenarto Soerodibtoto. 1994. KUHP dan KUHAP
pemidanaan. dilengakapi Yurisprudensi Mahkamah
2. Penganiayaan yang dirumuskan Agung dan hoge Raad. PT. Raja
didalam Undang-undang tidak memuat Grafindo Persada. Jakarta
secara jelas apa itu penganiayaan Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian
sehingga dalam menentukan apakah Hukum, UI Press. Jakarta.
penganiayaan telah terjadi atau tidak Tongat. 2009. Dasar-dasar Hukum Indonesia
maka harus dilihat akibat dari Dalam Perspektif Pembaharuan.
perbuatan tersebut. Sehingga UMM Press. Malang.
diharapkan agar nantinya dalam Wirjono Prodjodikoro.1980.Tindak-Tindak
merumuskan Kitab Undang-Undang Pidana Tertentu di Indonesia. PT
Hukum Pidana yang sesuai dengan Eresco. Jakarta.
keadaan masyarakat saat ini agar Wirjono Prodjodikoro.2003. Asas-asas Hukum
rumusan penganiayaan semakin Pidana di Indonesia. Replika Aditama.
diperjelas pengertian dan unsur-unsur Bandung.
yang terkandung didalamnya. W Mulyana Kusuma. 1988. Kejahatan dan
penyimpangan. YLBHI. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA W.J.S. Poerwdarminta. 1994. Kamus Umum
Adam Chazawi. 2002. Pelajaran Hukum Bahasa Indonesia. PN. Balai Pustaka.
Indonesia. Grafindo Persada. Jakarta. Jakarta.
Adami Chazawi. 2001. Kejahatan Terhadap Yesmil Anwar dan Adang. 2012. Kriminologi. PT
Tubuh dan Nyawa. Grafindo Persada. Refika Aditama. Bandung.
Jakarta. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Leden Marpaung. 2005. Tind Indonesia Tahun 1945, CV. Cahaya
ak Pidana terhadap Nyawa dan Tubuh. Sinar Agency: Surabaya.
Grafika. Jakarta. http://dtiawarnet.blogspot.com/2009/04/pand
Muladi dan Barda Nawawi Arief. 1998. Teori- angan-aristoteles-zoon-politicon.html.
teori dan Kebijakan Pidana. Bandung.
Moeljatno. 1993. Asas-asas hukum Pidana.
Rineka Cipta. Jakarta.
Moeljatno. 1986. Kriminologi. Bina Aksara.
Bandung.
Makmum Anshory. 2008. Pidana Penganiayaan.
Diakses melalui http://makmum-
anshory.blogspot.com/2008/06/pidan
a-penganiayaan.html.
P.A.F. Lamintang. 1997. Dasar-dasar Hukum
Pidana Indonesia. Citra Aditya Bakti.
Bandung.
PAF Lamintang. 1990. Dsar-dasar hukum
pidana Indonesia. Sinar Baru.
Bandung.
R. Soesilo. 1995. Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengakap Pasal Demi
Pasal. Politeia. Bogor.
Roeslan Saleh. 1983. Perbuatan Pidana dan
Pertanggungjawaban Pidana. PT
Aksara Baru. Jakarta.

62

Anda mungkin juga menyukai