Anda di halaman 1dari 9

Lex Crimen Vol. X/No.

9/Ags/2021

TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA dalam pasal tersebut apabila diperhatikan,


PENGANIAYAAN YANG MENGAKIBATKAN memiliki kesamaan bentuk pokok sebagaimana
KEMATIAN MENURUT PASAL 351 AYAT (3) Pasal 351 Ayat (1) Kitab Undang-Undang
KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA1 Hukum Pidana. Perbedaan substansial antara
Oleh: Rivero Christian Rimporok2 Pasal 351 Ayat (3) dengan Pasal 351 Ayat (1)
Tommy F. Sumakul3 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana terletak
Veibe V. Sumilat4 pada akibat yang terjadi. Akibat yang timbul
pada penganiayaan biasa menurut Pasal 351
ABSTRAK Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk hanyalah rasa sakit atau luka pada tubuh,
mengetahui bagaimana bentuk-bentuk sedangkan akibat yang timbul pada
perbuatan melawan hukum yang termasuk penganiayaan menurut Pasal 351 Ayat (3) Kitab
dalam tindak pidana penganiayaan dan Undang-Undang Hukum Pidana adalah
bagaimana tinjauan yuridis tindak pidana kematian. Akibat berupa kematian tersebut
penganiayaan yang mengakibatkan kematian meskipun demikian, bukanlah yang dituju oleh
menurut Pasal 351 Ayat (3) Kitab Undang- pelaku. Tindak pidana penganiayaan yang
Undang Hukum Pidana,di mana denganmetode mengakibatkan kematian, oleh karenanya harus
penelitian hukum normatif disimpulkan: 1. dapat dibuktikan bahwa pelaku tidak
Bentuk-bentuk perbuatan melawan hukum mempunyai kehendak untuk menimbulkan
yang merupakan tindak pidana penganiayaan, kematian. Pelaku yang terbukti melakukan
antara lain sebagai berikut: a. Penganiayaan tindak pidana yang dimaksud dalam Pasal 351
biasa (Pasal 351 Kitab Undang-Undang Hukum Ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,
Pidana), b. Penganiayaan ringan (Pasal 352 maka sanksinya adalah pidana penjara paling
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), c. lama tujuh tahun.
Penganiayaan berencana (Pasal 353 Kitab Kata kunci: penganiayaan;
Undang-Undang Hukum Pidana), d.
Penganiayaan berat (Pasal 354 Kitab Undang- PENDAHULUAN
Undang Hukum Pidana), e. Penganiayaan berat A. Latar Belakang
berencana (Pasal 355 Kitab Undang-Undang Kejahatan terhadap fisik termasuk di
Hukum Pidana), f. Penganiayaan terhadap dalamnya adalah penganiayaan ringan,
orang-orang tertentu dengan menggunakan penganiayaan berat dan kekerasan dalam
benda (Pasal 356 Kitab Undang-Undang Hukum rumah tangga. Jumlah kasus kejahatan
Pidana), g. Penyerangan atau perkelahian (Pasal terhadap fisik atau badan (violence) pada tahun
358 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana). 2. 2019 paling banyak ditemukan terjadi di
Kajian yuridis mengenai tindak pidana Sumatera Utara, yaitu sebanyak 4.817 kasus.
penganiayaan yang mengakibatkan kematian Provinsi dengan jumlah terbanyak kedua adalah
menurut Pasal 351 Ayat (3) Kitab Undang- Sulawesi Selatan, yaitu sebanyak 4.666 kasus.
Undang Hukum Pidana: Tindak pidana Dua provinsi dengan jumlah kejadian kejahatan
penganiayaan yang mengakibatkan kematian terhadap fisik paling sedikit adalah Kalimantan
adalah tindak pidana penganiayaan, dimana Barat dan Kalimantan Utara, masing-masing
akibat kematian yang ditimbulkan bukanlah sebanyak 163 kasus dan 108 kasus.5
merupakan tujuan dari si pelaku. Tindak pidana
ini diatur dalam Pasal 351 Ayat (3) Kitab B. Rumusan Masalah
Undang-Undang Hukum Pidana. Pasal tersebut 1. Bagaimana bentuk-bentuk perbuatan
memuat hal-hal mengenai penganiayaan biasa melawan hukum yang termasuk dalam
yang mengakibatkan kematian. Unsur-unsur tindak pidana penganiayaan?
2. Bagaimana tinjauan yuridis tindak
1
pidana penganiayaan yang
Artikel Skripsi
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
mengakibatkan kematian menurut
17071101661
3 Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum 5Badan Pusat Statistik. 2020. Statistik Kriminal 2020
4 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum (Criminal Statistics 2020). Jakarta: BPS. Hlm. 14-16.

57
Lex Crimen Vol. X/No. 9/Ags/2021

Pasal 351 Ayat (3) Kitab Undang- sebagainya).8 Seseorang apabila telah
Undang Hukum Pidana? melakukan penganiayaan, maka harus memiliki
kesengajaan dalam melakukan suatu perbuatan
C. Metode Penelitian yang menimbulkan rasa sakit maupun luka
Jenis penelitian yang digunakan adalah pada tubuh orang lain atau merugikan
penelitian yuridis normatif. kesehatannya. Menurut para ahli atau sarjana
hukum, terdapat beberapa pengertian tentang
PEMBAHASAN penganiayaan, yaitu:
A. Bentuk-Bentuk Perbuatan Melawan Hukum 1. Hooge raad
Yang Merupakan Tindak Pidana Penganiayaan adalah setiap perbuatan
Penganiayaan yang dilakukan dengan sengaja untuk
Perbuatan melawan hukum menimbulkan rasa sakit atau luka kepada
(wederrechtelijk) dalam konteks hukum pidana, orang lain dan semata-mata menjadi tujuan
menurut pendapat dari Satochid Kartanegara dari orang itu. Perbuatan tersebut tidak
dibedakan menjadi: boleh merupakan suatu alat untuk
1. Wederrechtelijk formil, yaitu apabila mencapai suatu tujuan yang
sesuatu perbuatan dilarang dan diancam diperkenankan.
dengan hukuman oleh undang-undang. 2. M. H. Tirtaamidjaja9
2. Wederrechtelijk materiil, yaitu sesuatu Menganiaya adalah dengan sengaja
perbuatan mungkin wederrechtelijk, menyebabkan sakit atau luka pada orang
walaupun tidak dengan tegas dilarang dan lain, akan tetapi suatu perbuatan yang
diancam hukuman oleh undang-undang. menyebabkan sakit atau luka pada orang
Schaffmeister, sebagaimana dikutip oleh lain tidak dapat dianggap sebagai
Andi Hamzah berpendapat bahwa melawan penganiayaan kalau perbuatan itu
hukum yang tercantum dalam rumusan delik dilakukan untuk menambah keselamatan
menjadi bagian inti delik sebagai melawan badan.
hukum secara khusus. Contohnya, Pasal 372 3. Doctrine
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Melawan Penganiayaan, yaitu setiap perbuatan yang
hukum sebagai unsur tidak disebutkan dalam dilakukan dengan sengaja untuk
rumusan delik, tetapi menjadi dasar untuk menimbulkan rasa sakit atau luka pada
menjatuhkan pidana sebagai melawan hukum orang lain.
secara umum. Contohnya, Pasal 351 Kitab Menurut ilmu pengetahuan hukum pidana,
Undang-Undang Hukum Pidana. Pendapat dari unsur-unsur penganiayaan antara lain sebagai
Schaffmeister ini benar-benar diterapkan dalam berikut:
hukum positif di Indonesia.6 1. Adanya kesengajaan.
Tindak pidana terhadap tubuh dalam Kitab 2. Adanya perbuatan.
Undang-Undang Hukum Pidana, disebut 3. Adanya akibat perbuatan (yang dituju),
dengan penganiayaan. Penganiayaan dari segi yaitu:
tata bahasa merupakan suatu kata sifat yang a. Rasa sakit pada tubuh.
berasal dari kata dasar aniaya. Penganiayaan itu b. Luka pada tubuh.
sendiri berasal dari kata benda aniaya yang Unsur pertama berupa unsur subjektif
menunjukkan subjek atau pelaku penganiayaan (kesalahan), sedangkan unsur kedua dan ketiga
itu.7 merupakan unsur objektif.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tindak pidana penganiayaan adalah
penganiayaan adalah perlakuan sewenang- kejahatan terhadap tubuh dan segala
wenang (penyiksaan, penindasan, dan perbuatan-perbuatannya, sehingga menjadikan
luka atau rasa sakit pada tubuh bahkan sampai
menimbulkan kematian. Penganiayaaan dalam
6Hamzah,
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana diatur
A. Pengantar Dalam Hukum Pidana Indonesia.
Hlm. 168.
7Marpaung, L. 2002. Tindak Pidana Terhadap Nyawa Dan 8Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Tubuh (Pemberantas Dan Prevensinya). Jakarta: Sinar 9Tirtaamidjaja.1955. Pokok-Pokok Hukum Pidana. Jakarta:
Grafika. Hlm. 5. Fasco. Hlm. 174.

58
Lex Crimen Vol. X/No. 9/Ags/2021

dalam buku II (dua) BAB XX (dua puluh) mulai mendatangkan bahaya maut; terus-
Pasal 351 sampai dengan Pasal 355 dengan menerus tidak cakap lagi melakukan
uraian sebagai berikut: jabatan atau pekerjaan; tidak lagi
1. Penganiayaan biasa (Pasal 351 Kitab memakai salah satu pancaindera;
Undang-Undang Hukum Pidana) kudung (rompong), lumpuh, berubah
Bunyi Pasal 351 Kitab Undang-Undang pikiran (akal) lebih dari empat minggu
Hukum Pidana, yaitu: lamanya; menggugurkan atau
1. Penganiayaan dihukum dengan membunuh anak dari kandungan ibu.”
hukuman penjara selama-lamanya dua b. Pasal 351 Ayat (3) Kitab Undang-
tahun delapan bulan atau denda Undang Hukum Pidana ini pidananya
sebanyak-banyaknya Rp 4.500,- diperberat apabila perbuatan pelaku
2. Jika perbuatan itu menjadikan luka tersebut menyebabkan matinya orang.
berat, sitersalah dihukum penjara Matinya orang dalam tindak pidana ini
selama-lamanya lima tahun. merupakan akibat yang bukan
3. Jika perbuatan itu menjadikan mati merupakan tujuan atau kehendak dari
orangnya, dia dihukum penjara selama- si pelaku.
lamanya tujuh tahun. c. Pasal 351 Ayat (4) Kitab Undang-
4. Dengan penganiayaan disamakan Undang Hukum Pidana merupakan
merusak kesehatan orang dengan perluasan dari pengertian
sengaja. penganiayaan. Sengaja merusak atau
5. Percobaan melakukan kejahatan ini merugikan kesehatan orang ditafsirkan
tidak dapat dihukum. sebagai melakukan perbuatan dengan
Menurut S. R. Sianturi, unsur kesalahan di maksud agar orang lain menderita
sini harus dilakukan dengan sengaja. Pelaku suatu penyakit.12
mengetahui tindakan yang dilakukannya d. Pasal 351 Ayat (5) Kitab Undang-
dan menghendaki sakit atau luka pada Undang Hukum Pidana menyebutkan
objek tersebut.10 Hukum terhadap bahwa percobaan melakukan kejahatan
seseorang, selain adanya suatu perbuatan tidak dapat dipidana.
yang diancam pidana, juga terdapat sikap 2. Penganiayaan ringan (Pasal 352 Kitab
batin salah. Hal ini sesuai dengan asas tiada Undang-Undang Hukum Pidana)
pidana tanpa kesalahan. Asas ini Penganiayaan ringan menurut M. Sudradjat
menunjukkan bahwa seseorang hanya Bassar adalah:13
dapat dihukum atas perbuatannya apabila a. Tidak mengakibatkan sakit atau
dirinya terdapat kesalahan.11 menyebabkan terhalangnya orang
a. Pasal 351 Ayat (2) Kitab Undang- menjalankan jabatannya atau mata
Undang Hukum Pidana menyebutkan pencahariannya.
tentang luka berat yang tidak b. Tidak direncanakan terlebih dahulu.
dikehendaki. Luka berat yang dimaksud c. Tidak menggunakan benda
tidak menjadi tujuan atau timbul di luar membahayakan nyawa atau kesehatan
kehendak pelaku. Pengertian mengenai orang.
luka berat dapat dilihat dalam rumusan d. Tidak dilakukan terhadap orang tua,
Pasal 90 Kitab Undang-Undang Hukum istri, suami, anak-anak atau pegawainya
Pidana: yang sedang melakukan kewajibannya.
“Yang dikatakan luka berat pada tubuh, 3. Penganiayaan berencana (Pasal 353 Kitab
yaitu: penyakit atau luka, yang tak Undang-Undang Hukum Pidana)
boleh diharapkan akan sembuh lagi Bunyi pasal tersebut, yaitu:14
dengan sempurna atau yang dapat
12Anwar, H. A. K. M., Op. Cit., hlm. 104.
10Sianturi, S. R. 1983. Tindak Pidana Di KUHP Berikut 13Bassar, M. S., Op. Cit., hlm. 136.
Uraiannya. Jakarta: Alumni AHM-PTHM. Hlm. 503. 14Soesilo, R. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
11Maramis, F. 2013. Hukum Pidana Umum Dan Tertulis Di Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal.
Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm. 113. Bogor: Politeia. Hlm. 245-246.

59
Lex Crimen Vol. X/No. 9/Ags/2021

1. Penganiayaan yang dilakukan dengan 5. Penganiayaan berat berencana (Pasal 355


direncanakan terlebih dahulu dihukum Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)
penjara selama-lamanya 4 (empat) Penganiayaan menurut pasal ini merupakan
tahun. penganiayaan dalam Pasal 354 Kitab
2. Jika perbuatan itu menjadikan lua Undang-Undang Hukum Pidana yang
berat, sitersalah dihukum penjara dilakukan dengan perencanaan terlebih
selam-lamanya 7 (tujuh) tahun. dahulu. Pelaku telah memikirkan,
3. Jika perbuatan itu menjadikan menimbang-nimbang serta menentukan
kematian orangnya ia dihukum penjara waktu, tempat, cara dan alat yang
selama-lamanya 9 (sembilan) tahun. digunakan untuk melakukan penganiayaan.
Unsur direncanakan terlebih dahulu dalam 6. Penganiayaan terhadap orang-orang
pasal tersebut termasuk hal yang tertentu dengan menggunakan benda
memberatkan hukuman. Voorbedachte (Pasal 356 Kitab Undang-Undang Hukum
rade atau direncanakan terlebih dahulu, Pidana)
yaitu antara timbul maksud untuk Objek yang tercantum pada pasal ini telah
penganiayaan dengan pelaksanaannya itu ditentukan secara khusus dan limitatif,
masih ada tempo bagi si pelaku untuk yaitu: ibunya, bapaknya menurut
dengan tenang memikirkan cara bagaimana perundangan, suami atau isterinya,
penganiayaan itu akan dilakukan.15 anaknya maupun seorang pegawai negeri
4. Penganiayaan berat (Pasal 354 Kitab ketika atau karena melaksanakan tugasnya
Undang-Undang Hukum Pidana) yang sah. Ibu pada pasal ini adalah yang
Rumusan pasal tersebut berbunyi:16 melahirkan dan bapaknya adalah bapak
1. Barangsiapa dengan sengaja melukai yang sah. Suami atau isteri pada pasal ini
berat. orang lain, dihukum karena adalah suaminya sendiri sebagai objek
menganiaya berat, dengan hukuman apabila istrinya itu adalah subjek atau si
penjara selama-lamanya 8 (delapan) pelaku.
tahun. 7. Penyerangan atau perkelahian (Pasal 358
2. Jika perbuatan itu menjadikan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)
kematian orangnya, si tersalah Penerapan pasal di atas dapat dilakukan
dihukum penjara selama-lamanya 10 apabila terjadi suatu perkelahian beberapa
(sepuluh) tahun. orang, yaitu lebih dari dua orang yang
Pasal di atas dinamakan penganiayaan mengakibatkan terjadinya luka parah atau
berat, karena perbuatan si pelaku tujuan meninggal, namun tidak diketahui siapakah
dan kehendaknya memang sengaja untuk dari orang tersebut yang telah melukai
melukai dengan berat. Membandingkan dengan parah atau membunuh orang itu.
ketentuan Pasal 351 Ayat (2) dengan Pasal Perkelahian atau penyerangan tesebut
354 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum apabila dapat dibuktikan siapa di antara
Pidana yang ancaman pidananya orang-orang itu yang telah menyebabkan
berbanding 5 (lima) tahun terhadap 8 luka parah atau mati, maka terhadap orang
(delapan) tahun, meskipun kenyataannya itu selain dituntut berdasarkan Pasal 358
korban sama-sama mengalami luka berat. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana juga
Hal ini karena unsur-unsur yang terkandung dikenakan ketentuan-ketentuan tentang
pada Pasal 351 Ayat (2) Kitab Undang- penganiayaan atau pembunuhan yang
Undang Hukum Pidana, luka beratnya tidak dilakukan.18
dikehendaki dan hanya merupakan akibat
saja, sedangkan pada Pasal 354 Ayat (1) B. Kajian Yuridis Mengenai Tindak Pidana
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana luka Penganiayaan Yang Mengakibatkan
berat tersebut dikehendaki.17 Kematian Menurut Pasal 351 Ayat (3) Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana

15Ibid, hlm. 241.


16Ibid.
17Sianturi, S. R., Op. Cit., hlm. 507. 18Bassar, M. S., Op. Cit., hlm. 139.

60
Lex Crimen Vol. X/No. 9/Ags/2021

Pasal 351 Kitab Undang-Undang Hukum Sebenarnya dokter tersebut sengaja


Pidana tidak menjelaskan secara rinci mengenai menimbulkan rasa sakit, akan tetapi perbuatan
apa yang dimaksud dengan itu bukan penganiayaan karena ada maksud
penganiayaan. Pasal 351 Kitab Undang-Undang baik (mengobati). Contoh lain, seorang ayah
Hukum Pidana hanya menyebutkan mengenai memukul anaknya dengan tangan di arah
hukuman yang diberikan pada tindak pidana (maaf) pantat, karena nakal. Perbuatan
tersebut, yaitu sebagai berikut: demikian tidak masuk penganiayaan, karena
1. Penganiayaan diancam dengan pidana ada maksud baik (mengajar anak). Kedua
penjara paling lama dua tahun delapan contoh tersebut apabila dilakukan dengan
bulan atau pidana denda paling banyak melewati batas-batas yang diizinkan, misalnya
empat ribu lima ratus rupiah. dokter gigi tadi mencabut gigi sambil bercanda
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka dengan istrinya atau ayah tadi mengajar
berat, yang bersalah diancam dengan anaknya dengan memukul kepalanya
pidana penjara paling lama lima tahun. menggunakan sepotong besi, maka perbuatan
3. Jika mengakibatkan mati, diancam ini dapat dianggap sebagai penganiayaan.
dengan pidana penjara paling lama tujuh Tindak pidana penganiayaan yang
tahun. mengakibatkan kematian adalah tindak pidana
4. Dengan penganiayaan disamakan penganiayaan, dimana akibat kematian yang
sengaja merusak kesehatan. ditimbulkan bukanlah merupakan tujuan dari si
5. Percobaan untuk melakukan kejahatan pelaku. Tindak pidana ini diatur dalam Pasal
ini tidak dipidana. 351 Ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum
R. Soesilo mengatakan bahwa menurut Pidana sebagaimana yang sudah dibahas
yurisprudensi, maka yang diartikan sebelumnya. Pasal 351 Ayat (3) Kitab Undang-
dengan penganiayaan adalah sengaja Undang Hukum Pidana memuat hal-hal
menyebabkan perasaan tidak enak mengenai penganiayaan biasa yang
(penderitaan), rasa sakit atau luka. Berdasarkan mengakibatkan kematian. Penganiayaan biasa
alinea empat pasal tersebut, yang juga masuk yang mengakibatkan kematian, apabila
dalam pengertian penganiayaan adalah sengaja memperhatikan unsur-unsur dalam pasal
merusak kesehatan orang. Contoh apa yang tersebut, memiliki kesamaan bentuk pokok
dimaksud dengan perasaan tidak enak, rasa sebagaimana Pasal 351 Ayat (1) Kitab Undang-
sakit, luka, dan merusak kesehatan: 19 Undang Hukum Pidana.
1. Perasaan tidak enak, misalnya mendorong Perbedaan substansial antara penganiayaan
orang terjun ke kali sehingga basah, biasa yang mengakibatkan kematian (Pasal 351
menyuruh orang berdiri di terik matahari Ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)
dan sebagainya. dengan penganiayaan biasa (Pasal 351 Ayat (1)
2. Rasa sakit, misalnya mencubit, mendupak Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) terletak
(menendang), memukul, menempeleng pada akibat yang terjadi. Akibat yang timbul
(menampar) dan sebagainya. pada penganiayaan biasa hanyalah rasa sakit
3. Luka, misalnya mengiris, memotong, atau luka pada tubuh, sedangkan akibat yang
menusuk dengan pisau dan lain-lain. timbul pada penganiayaan menurut Pasal 351
4. Merusak kesehatan, misalnya orang yang Ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
sedang tidur berkeringat, kemudian jendela adalah kematian.
kamarnya dibuka sehingga orang itu masuk Akibat berupa kematian tersebut meskipun
angin. demikian, bukanlah yang dituju oleh pelaku.
Tindakan-tindakan di atas harus dilakukan Tindak pidana penganiayaan yang
dengan sengaja, tidak dengan maksud yang mengakibatkan kematian, oleh karenanya harus
patut atau melewati batas yang diizinkan agar dapat dibuktikan bahwa pelaku tidak
bisa masuk dalam penganiayaan. Contohnya, mempunyai kehendak untuk menimbulkan
seorang dokter mencabut gigi pasiennya. kematian.20 Pelaku yang terbukti melakukan

20Poernomo, B. 1992. Azas-Azas Hukum Pidana. Jakarta:


19Soesilo, R., Loc. Cit. Ghalia Indonesia. Hlm. 17.

61
Lex Crimen Vol. X/No. 9/Ags/2021

tindak pidana yang dimaksud dalam Pasal 351 keterikatan dan saling ketergantungan antarsub
Ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, sistem peradilan pidana, yaitu lembaga
maka sanksinya adalah pidana penjara paling kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga
lama tujuh tahun. pemasyarakatan.25 Sanksi pidana adalah sanksi
Hukum merupakan bagian dari perangkat yang tajam karena bisa mengenai harta benda,
kerja sistem sosial. Fungsi sistem sosial ini kehormatan, badan bahkan nyawa seseorang.
adalah untuk mengintegrasikan kepentingan Maknanya hukum pidana selain melindungi
anggota masyarakat, sehingga tercipta suatu benda hukum juga mengadakan perlukaan
keadaan yang tertib. Hal ini mengakibatkan terhadap pelanggar.
bahwa tugas hukum adalah mencapai keadilan, Menjatuhkan pidana terhadap seseorang
yaitu keserasian antara nilai kepentingan tidaklah cukup dengan dilakukannya suatu
hukum (rechtszekerheid).21 tindak pidana, akan tetapi harus pula adanya
Tata hukum Indonesia adalah tata hukum kesalahan atau sikap batin yang dapat dicela
yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia atau tidak patut untuk dilakukan. Asas
yang terdiri atas aturan-aturan hukum yang kesalahan merupakan asas fundamental dalam
ditata atau disusun sedemikian rupa, dan hukum pidana. Kesalahan atau schuld, fault
aturan-aturan itu antara satu dan lainnya saling berarti suatu perilaku yang tidak patut yang
berhubungan dan saling menentukan.22 Aturan secara objektif dapat dicela kepada pelakunya.
hukum terdiri atas peristiwa dan akibat yang Kesalahan merupakan dasar yang mensahkan
oleh aturan hukum tersebut dihubungkan, dipidananya seorang pelaku. Kesalahan adalah
sehingga dengan demikian peristiwa hukum alasan pemidanaan yang sah menurut undang-
merupakan peristiwa yang akibatnya diatur undang. Sifat hubungan antara kesalahan
oleh hukum. dengan dipidana menjadi nyata dengan melihat
Soedjono Dirdjosisworo pernah kesalahan sebagai dasar pidana. Kesalahan
mengatakan, bahwa peristiwa hukum adalah pidana menjadi untuk dapat dipidananya suatu
semua peristiwa atau kejadian yang dapat kejahatan dan inilah inti sesungguhnya dari
menimbulkan akibat hukum antara pihak yang hukum pidana.26
mempunyai hubungan hukum.23 Akibat hukum Contoh tindak pidana penganiayaan yang
adalah akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa mengakibatkan kematian:
hukum atau suatu akibat yang ditimbulkan oleh 1. Kasus penganiayaan seorang guru seni
adanya suatu hubungan hukum. Akibat hukum oleh salah seorang siswanya karena sakit
yang terjadi karena perbuatan hukum yang hati setelah mendapatkan teguran. Kasus
dilakukan oleh subjek hukum terhadap objek ini terjadi pada tahun 2018 di Sampang.
hukum, segala akibat perjanjian yang telah 2. Kasus penganiayaan yang terjadi saat
diadakan oleh para pihak tertentu mengenai sosialisasi mengenai batas-batas
hal tertentu, maka telah lahir suatu akibat kepemilikan tanah. Pelaku tidak terima
hukum yang melahirkan lebih jauh segala hak dengan penjelasan korban dan langsung
dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh menyerangnya dengan senjata tajam.
para subjek hukum yang bersangkutan untuk Menurut para saksi, pelaku sudah dalam
menepati isi perjanjian tersebut.24 keadaan mabuk sebelum datang ke acara
Menurut Muladi, sistem peradilan pidana sosialisasi tersebut. Kasus ini terjadi di
akan melibatkan penegakan hukum pidana baik kampung Bakan pada tahun 2019 dan
hukum pidana substantif, hukum pidana formil pelakunya dikenakan hukuman sesuai
maupun hukum pelaksanaan pidana. ketentuan dalam Pasal 351 Ayat (3) Kitab
Bentuknya baik yang bersifat preventif, Undang-Undang Hukum Pidana tentang
represif, maupun kuratif sehingga akan tampak Penganiayaan.

21Panjaitan, S. P. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Hukum (Asas, PENUTUP


Pengertian Dan Sistematika). Palembang: Universitas
Sriwijaya. Hlm. 57.
22Ishaq, H., Op. Cit., hlm. 5-16. 25Muladi. 1995. Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana.
23Dirdjosisworo, S. 1994. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Semarang: Badan Penerbit Undip. Hlm. 16.
Raja Grafindo Persada. Hlm. 128. 26Schaffmeister, D., dkk. 1995. Hukum Pidana. Yogyakart:
24Ishaq, H., Op. Cit., hlm. 103-104. Liberty. Hlm 83.

62
Lex Crimen Vol. X/No. 9/Ags/2021

A. Kesimpulan Ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum


1. Bentuk-bentuk perbuatan melawan Pidana adalah kematian. Akibat berupa
hukum yang merupakan tindak pidana kematian tersebut meskipun demikian,
penganiayaan, antara lain sebagai bukanlah yang dituju oleh pelaku. Tindak
berikut: pidana penganiayaan yang
a. Penganiayaan biasa (Pasal 351 Kitab mengakibatkan kematian, oleh
Undang-Undang Hukum Pidana). karenanya harus dapat dibuktikan bahwa
b. Penganiayaan ringan (Pasal 352 Kitab pelaku tidak mempunyai kehendak untuk
Undang-Undang Hukum Pidana). menimbulkan kematian. Pelaku yang
c.Penganiayaan berencana (Pasal 353 terbukti melakukan tindak pidana yang
Kitab Undang-Undang Hukum dimaksud dalam Pasal 351 Ayat (3) Kitab
Pidana). Undang-Undang Hukum Pidana, maka
d. Penganiayaan berat (Pasal 354 Kitab sanksinya adalah pidana penjara paling
Undang-Undang Hukum Pidana). lama tujuh tahun.
e. Penganiayaan berat berencana (Pasal
355 Kitab Undang-Undang Hukum B. Saran
Pidana). 1. Pemerintah, aparat penegak hukum dan
f. Penganiayaan terhadap orang-orang masyarakat harus bekerja sama dalam
tertentu dengan menggunakan benda menekan jumlah kasus kejahatan atau
(Pasal 356 Kitab Undang-Undang tindak pidana penganiayaan agar tercipta
Hukum Pidana). keamanan baik di kota maupun pedesaan
g. Penyerangan atau perkelahian (Pasal yang rentan dengan hal tersebut. Sanksi
358 Kitab Undang-Undang Hukum tegas berupa hukuman penjara maupun
Pidana). denda harus diterapkan tanpa pandang
2. Kajian yuridis mengenai tindak pidana bulu. Sosialisasi atau penyuluhan hukum
penganiayaan yang mengakibatkan mengenai tindak pidana penganiayaan
kematian menurut Pasal 351 Ayat (3) perlu dilakukan agar dalam masyarakat
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana: muncul kesadaran hukum dan
Tindak pidana penganiayaan yang diharapkan dapat menjauhkan diri dari
mengakibatkan kematian adalah tindak jenis kejahatan tersebut.
pidana penganiayaan, dimana akibat 2. Ketentuan-ketentuan dalam Kitab
kematian yang ditimbulkan bukanlah Undang-Undang Hukum Pidana
merupakan tujuan dari si pelaku. Tindak hendaknya memberikan pengertian serta
pidana ini diatur dalam Pasal 351 Ayat (3) batasan yang tegas mengenai
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. penganiayaan. Ketentuan-ketentuan
Pasal tersebut memuat hal-hal mengenai yang terdapat dalam pasal-pasal tentang
penganiayaan biasa yang mengakibatkan penganiayaan sebaiknya dikaji dan
kematian. Unsur-unsur dalam pasal dievaluasi lagi agar relevan atau sesuai
tersebut apabila diperhatikan, memiliki dengan keadaan masyarakat sekarang
kesamaan bentuk pokok sebagaimana ini.
Pasal 351 Ayat (1) Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana. Perbedaan substansial DAFTAR PUSTAKA
antara Pasal 351 Ayat (3) dengan Pasal Abdullah, M. dan Ahmad, R. 1986. Intisari
351 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jakarta: Ghalia
Hukum Pidana terletak pada akibat yang Indonesia.
terjadi. Akibat yang timbul pada Andjani, M. M. D. 2014. Komunikasi
penganiayaan biasa menurut Pasal 351 Antarpribadi Dalam Masyarakat
Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Majemuk. Cetakan I. Makasar: Dapur
Pidana hanyalah rasa sakit atau luka pada Buku.
tubuh, sedangkan akibat yang timbul Ali, A. 2008. Menguak Tabir Hukum. Jakarta:
pada penganiayaan menurut Pasal 351 Ghalia Indonesia.

63
Lex Crimen Vol. X/No. 9/Ags/2021

Ali, M. 2011. Dasar-Dasar Hukum Pidana. Marpaung, L. 2002. Tindak Pidana Terhadap
Jakarta: Sinar Grafika. Nyawa Dan Tubuh (Pemberantas Dan
Anwar, H. A. K. M. 1986. Hukum Pidana Bagian Prevensinya). Jakarta: Sinar Grafika.
Khusus (KUHP Buku II). ,Jilid I. Bandung: Mertokusumo, S. 1986. Mengenal Hukum.
Alumni. Yogyakarta: Liberty.
Ariman, H. M. R. dan Raghib, F. 2016. Hukum Moeljatno. 1985. Asas-Asas Hukum Pidana.
Pidana. Malang: Setara Press. Jakarta: Bina Aksara.
Asshidiqie, J. dan Safa’at, A. 2006. Teori Hans Muladi. 1995. Kapita Selekta Sistem Peradilan
Kelsen Tentang Hukum. Jakarta: Sekjen Pidana. Semarang: Badan Penerbit
dan Kepaniteraan MK-RI. Undip.
Badan Pusat Statistik. 2020. Statistik Kriminal Notonagoro. 1987. Pancasila Ilmiah Populer.
2020 (Criminal Statistics 2020). Jakarta: Jakarta: Pantjuran Tudjuh.
BPS. Panjaitan, S. P. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Hukum
Bassar, M. S. 1984. Tindak-Tindak Pidana (Asas, Pengertian Dan Sistematika).
Tertentu Di Dalam Kitab Undang- Palembang: Universitas Sriwijaya.
Undang Hukum Pidana. Bandung: Pariaman, H. M. H. B. S. Dt.T. 1983. Psikiater
Remadja Karya. Dan Pengadilan Psikiatri Forensik
Chazawi, A. 2002. Pelajaran Hukum Pidana Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Bagian I. Jakarta: Raja Grafindo Poernomo, B. 1983. Asas-Asas Hukum Pidana.
Persada. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Dirdjosisworo, S. 1994. Pengantar Ilmu Hukum. ___________. 1992. Azas-Azas Hukum Pidana.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Effendy, O. U. 2002. Ilmu Komunikasi Teori Dan Prodjodikoro, W. 1986. Asas-asas Hukum
Praktek. Bandung: PT Remaja Pidana Di Indonesia. Bandung: Eresco.
Rosdakarya. Rumini, S dan Sundari, S. 2004. Perkembangan
Freidmen, L. M. 2001. American Law An Anak & Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.
Introduction/Pengantar Hukum Saleh, K. W. 1983. Tindak Pidana Korupsi Dan
Amerika. Terjemahan Basuki, W. Suap. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Jakarta: Tata Nusa Jakarta. Saleh, R. 1981. Perbuatan Pidana Dan
Hamzah, A. Pengantar Dalam Hukum Pidana Pertanggungan Jawab Pidana, Dua
Indonesia. Pengertian Dasar Dalam Hukum Pidana.
_________. 2010. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Aksara Baru.
Jakarta: Rineka Cipta. Schaffmeister, D., dkk. 1995. Hukum Pidana.
Huda, C. 2006. Dari Tiada Pidana Tanpa Yogyakart: Liberty.
Kesalahan Menuju Kepada Tiada Sianturi, S. R. 1983. Tindak Pidana Di KUHP
Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Berikut Uraiannya. Jakarta: Alumni
Kesalahan. Jakarta: Kencana. AHM-PTHM.
Ishaq, H. 2019. Hukum Pidana. Depok: PT. ___________. 1986. Asas-Asas Hukum Pidana
Grafindo Persada. Di Indonesia Dan Penerapannya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Alumni Ahaem-Petehaem.
Kartanegara, S. Hukum Pidana Kumpulan Soekanto, S dan Mamudji, S. 2001. Penelitian
Kuliah, Bagian Satu. Balai Lektur Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Mahasiswa. Singkat). Jakarta: Rajawali Pers.
Kholik, M. A. 2002. Buku Pedoman Kuliah Soesilo, R. 1991. Kitab Undang-Undang Hukum
Hukum Pidana. Yogyakarta: Fakultas Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Hukum Universitas Islam Indonesia. Komentarnya Lengkap Pasal Demi
Lamintang, P. A. F. 1984. Dasar-Dasar Hukum Pasal. Bogor: Politeia.
Pidana Indonesia. Bandung: Sinar Baru. Syahrani, R. 2009, Rangkuman Intisari Ilmu
Maramis, F. 2013. Hukum Pidana Umum Dan Hukum. Bandung, Citra Aditya Bakti.
Tertulis Di Indonesia. Jakarta: Raja Takdir. 2013. Mengenal Hukum Pidana.
Grafindo Persada. Penerbit Laskar Perubahan.

64
Lex Crimen Vol. X/No. 9/Ags/2021

Tirtaamidjaja. 1955. Pokok-Pokok Hukum


Pidana. Jakarta: Fasco.
Tresna. 1959. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta:
Tiara Limited.

65

Anda mungkin juga menyukai