Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ilham Nur Putra Sandegi

NIM : D 101 17 229


Kelas : C/BT3

Resume Kejahatan Terhadap Nyawa


Kejahatan adalah suatu bentuk tindakan yang melanggar didalam hukum, kejahatan
bersifat tindak asusila yang merugikan, dan menimbulkan begitu banyak ketidaktenangan dalam
suatu masyarakat tertentu, sehingga masyarakat itu berhak untuk mencelanya dan menyatakan
penolakannya atas kelakuan itu.
Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi hukum, hal ini di tegaskan
berdasarkan pasal 1 angka 3 dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 yang telah diamandemen.
Penegakkan hukum ini merupakan syarat mutlak yang harus di penuhi dalam upaya menciptakan
Negara Indonesia yang adil, damai, dan sejahtera.
Kejahatan terhadap nyawa adalah penyerangan terhadap nyawa orang lain. Kepentingan
hukum yang dilindungi dan yang merupakan obyek kejahatan ini adalah nyawa (leven) manusia.
Hal ini termuat dalam KUHP bab XIX dengan judul “kejahatan terhadap nyawa” yang diatur
dalam pasal 338-350.
Kejahatan terhadap nyawa dalam KUHP dapat dibedakan atau dikelompokkan atas 2
dasar, yaitu:
1. Atas dasar unsur kesalahannya
Berkenaan dengan tindak pidana terhadap nyawa tersebut pada hakikatnya dapat dibedakan
sebagai berikut:
a. Dilakukan dengan sengaja yang diatur dalam pasal bab XIX KUHP
b. Dilakukan karena kelalaian atau kealpaan yang diatur bab XIX
c. Karena tindak pidana lain yang mengakibatkan kematian yang diatur dalam pasal
170, 351 ayat 3, dan lain-lain.

2. Atas dasar obyeknya (nyawa)


Atas dasar obyeknya (kepentingan hukum yang dilindungi), maka kejahatan terhadap nyawa
dengan sengaja dibedakan dalam 3 macam, yaitu:
a. Kejahatan terhadap nyawa orang pada umumnya, dimuat dalam pasal 338, 339, 340,
344, 345.
b. Kejahatan terhadap nyawa bayi pada saat atau tidak lama setelah dilahirkan, dimuat
dalam pasal 341, 342, dan 343.
c. Kejahatan terhadap nyawa bayi yang masih ada dalam kandungan ibu (janin), dimuat
dalam pasal 346, 347, 348, dan 349. Kejahatan terhadap nyawa ini disebut delik
materiil yakni delik yang hanya menyebut sesuatu akibat yang timbul tanpa menyebut
cara-cara yang menimbulkan akibat tersebut. Perbuatan dalam kejahatan terhadap
nyawa dapat berwujud menembak dengan senjata, api, menikam dengan pisau,
memberikan racun dalam makanan, bahkan dapat berupa diam saja dalam hal
seseorang berwajib bertindak seperti tidak memberikan makan kepada seorang bayi.
Timbulnya tindak pidana materiil sempurna, tidak semata-mata digantungkan pada
selesainya perbuatan, melainkan apakah dari wujud perbuatan itu telah menimbulkan
akibat yang terlarang ataukah belum atau tidak. Apabila karenanya (misalnya
membacok) belum mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain, kejadian ini dinilai
baru merupakan percobaan pembunuhan (338 jo 53),dan belum atau bukan
pembunuhan secara sempurna sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 338.
Dan apabila dilihat dari sudut cara merumuskannya, maka tindak pidana materiil ada 2 macam,
yakni:
1. Tindak pidana materiil yang tidak secara formil merumuskan tentang akibat yang
dilarang itu, melainkan sudah tersirat (terdapat) dengan sendirinya dari unsur
perbuatan menghilangkan nyawa dalam pembunuhan (338).
2. Tindak pidana materiil yang dalam rumusannya mencantumkan unsur perbuatan atau
tingkah laku. Juga disebutkan pula unsur akibat dari perbuatan (akibat konstitutif)
misalnya pada penipuan (378)
Bentuk Kejahatan Terhadap Nyawa
Suatu perbuatan yang mengakibatkan hilangnya nyawa dirumuskan dalam bentuk aktif
dan abstrak. Bentuk aktif, artinya mewujudkan perbuatan itu harus dengan gerakan dari sebagian
anggota tubuh, tidak boleh diam atau pasif, walaupun sekecil apapun, misalnya memasukkan
racun pada minuman, hal ini bukan termasuk bentuk aktif, namun termasuk bentuk abstrak,
karena perbuatan ini tidak menunjuk bentuk kongkret tertentu. Oleh karena itu, dalam kenyataan
yang kongkret perbuatan itu dapat beraneka macam wujudnya, seperti apa yang telah
dicontohkan sebelumnya.
Perbuatan-perbuatan ini harus ditambah dengan unsur kesenjangan dalam salah satu dari
tiga wujud, yaitu sebagian tujuan oog merk untuk mengadakan akibat tertentu, atau sebagai
keinsyafan kepastian akan datangnya akibat itu opzet big zekerheidsbewustzijn, atau sebagai
keinsyafan kemungkinan akan datangnya akibat itu opzet big mogelijn heidwustzujn.
Dan oleh karena itu, tindak pidana kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan diberi atau
diberi kualitatif sebagai pembunuhan, yang terdiri dari:
1. Pembunuhan biasa dalam bentuk pokok
Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja (pembunuhan) dalam bentuk pokok,
dimuat dalam pasal 338 yang dalam rumusannya berbunyi:
“Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain di pidana karena pembunuhan
dengan pidana penjara paling lama 15 tahun”.
Dalam pasal ini terdapat unsur-unsur yang bersifat obyektif dan subyektif, apabila kita perinci
sebagai berikut:
a. Unsur obyektif:
- Perbuatan : menghilangkan nyawa
- Obyektif : nya orang lain
b. Unsur subyektif:
- Dengan subyektif:
Dalam perbuatan menghilangkan nyawa (orang lain) terdapat 3 syarat yang harus dipatuhi, yaitu:
1) Adanya wujud perbuatan
2) Adanya suatu kematian (orang lain)
3) Adanya hubungan sebab dan akibat (casual verband) antara perbuatan dan akibat
kematian (orang lain)
Antara unsur subyektif sengaja dengan wujud perbuatan menghilangkan terdapat syarat yang
juga harus dibuktikan, ialah pelaksanaan perbuatan menghilangkan nyawa (orang lain) harus
tidak lama setelah timbulnya kehendak (niat) untuk menghilangkan nyawa orang lain itu.

2. Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh tindak pidana lain
Pembunuhan yang dimaksudkan ini adalah sebagaimana yang dirumuskan dalam pasal 339, yang
berbunyi:
“Pembunuhan yang diikuti. Disertai atau didahului oleh suatu tindak pidana lain. Yang
dilaksanakan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau
untuk menghindarkan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap
tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan benda yang diperolehnya secara melawan hukum,
pidana dengan pidana penjara seumur hidup atau sementara waktu, paling lama 20 tahun.”
Apabila rumusan tersebut dirinci, maka terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:
a. Semua unsur pembunuhan (obyektif dan subyektif) dalam pasal 338.
b. Yang (1) diikat, (2) disertai, atau (3) didahului oleh tindak pidana lain.
c. Pembunuhan itu dilakukan dengan maksud:
1) Untuk mempersiapkan tindak pidana lain.
2) Untuk mempermudah pelaksanaan tindak pidana lain.
3) Dalam hal tertangkap tangan ditujukan untuk menghindarkan diri sendiri maupun peserta
lainnya dari pidana, atau untuk memastikan penguasaan benda yang diperolehnya secara
melawan hukum dari tindak pidana lain itu.
Kejahatan pasal 339, kejahatan pokoknya adalah pembunuhan, suatu bentuk khusus
pembunuhan yang diperberat pada semua unsur yang disebabkan dalam butir b dan c. Dalam dua
butir itulah diletakkan sifat yang memberatkan pidana dalam bentuk pembunuhan khusus ini.
Dalam pembunuhan yang diperberat ini sebetulnya terjadi 2 macam tindak pidana sekaligus,
ialah yang satu adalah pembunuhan biasa dalam bentuk pokok (338) dan tindak pidana lain
(selain pembunuhan). Apabila pembunuhannya telah terjadi, akan tetapi tindak pidana lain ini ia
belum terjadi, misalnya membunuh untuk mempersiapkan pencurian dimana pencuriannya itu
belum terjadi, maka kejahatan 339 tidak terjadi.

3. Pembunuhan berencana (moord)


Pembunuhan dengan rencana lebih dulu atau disingkat dengan pembunuhan berencana,
adalah pembunuhan yang paling berat ancaman pidananya dari seluruh bentuk kejahatan
terhadap nyawa manusia, hal ini diatur dalam pasal 340 KUHP yang berbunyi:
“Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu menghilangkan nyawa orang
lain, dipidana karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun”.
Dari pasal tersebut, pembunuhan berencana terdiri dari unsur-unsur:
a. Unsur subyektif
- Dengan sengaja
- Dan dengan rencana terlebih dahulu
b. Unsur Obyektif
- Perbuatan : menghilangkan nyawa
- Obyeknya : nyawa orang lain.
Pembunuhan berencana terdiri dari pembunuhan dalam arti pasal 328 ditambah dengan
unsur dengan rencana terlebih dahulu. Dibandingkan dengan pembunuhan dalam 338 maupun
339 diletakkan pada adanya unsur dengan rencana terlebih dahulu itu.
Pengertian dengan rencana lebih dahulu menurut M.V.T. pembentukan pasal 340, antara
lain:
“Dengan rencana lebih dahulu” diperlukan saat pemikiran dengan tenang dan berfikir dengan
tenang. Untuk itu sudah cukup jika si pelaku berfikir sebentar saja sebelum atau pada waktu ia
akan melakukan kejahatan sehingga ia menyadari apa yang dilakukannya”.
Mr. M.H. Tirtaamidjaja mengatakan direncanakan lebih dahulu bahwa ada sesuatu jangka
waktu, bagaimana pendeknya untuk mempertimbangkan, dan untuk berfikir dengan tenang.
Mengenai unsur dengan rencana terlebih dahulu, pada dasarnya mengandung 3 syarat atau unsur,
yaitu:
a. Memutuskan kehendak dalam suasana tenang
b. Ada tersedia waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampai dengan pelaksanaan
kehendak.
c. Pelaksanaan kehendak (perbuatan) dalam suasana tenang.
Memutuskan kehendak dalam suasana tenang, adalah pada saat memutuskan kehendak
untuk membunuh itu dilakukan dalam suasana batin yang tenang. Susana batin yang
tenang adalah suasana tidak tergesa-gesa atau tiba-tiba, tidak dalam keadaan terpaksa dan
emosi yang tinggi.
Ada tenggang waktu yang cukup antara sejak timbulnya atau diputuskannya kehendak
sampai pelaksanaan keputusan kehendaknya itu. waktu yang cukup ini adalah relatif,
dalam arti tidak diukur dari lamanya waktu tertentu, melainkan bergantung pada keadaan
atau kejadian kongkret yang berlaku.

4. Pembunuhan bayi oleh ibunya


Pembunuhan bayi oleh ibunya diatur dalam pasal 341 KUHP yang berbunyi sebagai
berikut:
“Seorang ibu yang dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika dilahirkan atau
tidak berapa lama sesudah dilahirkan karena takut ketahuan bahwa ia sudah melahirkan anak di
hukum karena pembunuhan anak dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun”.
Pembunuhan bayi oleh ibunya adalah pembunuhan oleh ibunya sendiri dari seorang anak
pada waktu atau tidak lama setelah dilahirkan, dan yang didorong oleh ketakutan si ibu akan
diketahui ia telah melahirkan anak. Dalam rumusan pasal 341 itu mengandung unsur-unsur:
a. Unsur-unsur obyektif yang terdiri dari:
- Petindaknya : seorang ibu
- Perbuatannya : menghilangkan nyawa
- Obyeknya : nyawa bayinya
- Waktunya :- Pada saat bayi dilahirkan
- Tidak lama setelah bayi dilahirkan.
- Motifnya : karena takut diketahui melahirkan
b. Unsur subyektif: dengan sengaja
Dalam hal ini yang dapat dijatuhi hukuman adalah seorang ibu, baik kawin maupun tidak,
yang dengan sengaja tidak direncanakan lebih dahulu membunuh anaknya pada waktu dilahirkan
atau tidak beberapa lama sesudah anaknya pada waktu dilahirkan atau tidak beberapa lama
sesudah dilahirkan, karena takut ketahuan, bahwa ia sudah melahirkan anak. Kejahatan ini
dinamakan makar mati atau membunuh biasa anak (kinderdoodslag).
Adapun yang dimaksud dengan pada saat dilahirkan, yakni saat atau waktu selama proses
persalinan itu berlangsung, berarti betul-betul bayi tersebut di bunuh sudah dalam proses
kelahirannya, dan bukan sebelumnya dan bukan pula setelahnya.
Perbuatan menghilangkan nyawa bagi bayi pada saat proses melahirkan ini dapat dilakukan:
1) Sebelum bagian tubuh bayi tampak dari luar tubuh ibu, misalnya dengan menekan atau
2) memijat perut ibu tepat di atas tubuh bayi. Atau setelah bagian dari tubuh bayi tampak
dari luar tubuh ibu, misalnya memukul kepalanya.

5. Pembunuhan bayi oleh ibunya secara perencana


Pembunuhan bayi berencana yang dimaksudkan di atas, adalah pembunuhan bayi
sebagaimana yang dirumuskan dalam pasal 342, yakni:
“Seseorang ibu yang untuk melaksanakan keputusan kehendak yang telah diambilnya karena
takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan bayi, pada saat bayi dilahirkan nyawa bayinya itu,
dipidana karena pembunuhan bayinya sendiri dengan rencana dengan pidana penjara paling lama
9 tahun.”
Pembunuhan bayi terencana tersebut mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:
a. Petindak: Seorang ibu
b. Adanya putusan kehendak yang telah diambil sebelumnya.
c. Perbuatan: menghilangkan nyawa
d. Obyek : nyawa bayinya sendiri
e. Waktu : - pada saat bayi dilahirkan
- tidak lama setelah bayi dilahirkan
f. Karena takut akan diketahui melahirkan bayi
g. Dengan sengaja
Tenggang waktu bayi dilahirkan adalah tenggang waktu antara, sejak timbulnya tanda-
tanda akan melahirkan sampai dengan keluarnya atau terpisahnya bayi dari tubuh ibu. Maka
diambilnya keputusan kehendak untuk membunuh itu adalah sebelum tanda-tanda tersebut
timbul. Saat atau waktu pengambilan keputusan kehendak sebelum timbulnya pertanda itu adalah
syarat mutlak untuk adanya unsur berencana dalam kejahatan pembunuhan bayi terencana.
Perbedaan utama dengan kinderdoodslag, kehendak itu timbul, secara tiba-tiba pada saat bayi
sedang dilahirkan, atau pada saat tidak lama setelah bayi dilahirkan.
Dalam pengambilan kehendak ini ada perbedaan antara unsur berencana dari pasal 342
dengan unsur berencana pada pasal 340. Perbedaan ini adalah, kalau dalam hal pembentukan
kehendak dari moord pasal 340 dilakukan dalam keadaan atau suasana batin yang tenang, karena
dalam suasana batin yang ketakutan akan diketahui bahwa dia melahirkan bayi.

6. Pembunuhan atas permintaan korban


Hal ini dimuat dalam pasal 344 yang berbunyi:
“Barangsiapa menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan tegas dan sungguh-sungguh dari
orang itu sendiri, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun.”
Dengan mengandung unsur:
a. Perbuatan: menghilangkan nyawa.
b. Obyek: nyawa orang lain.
c. Atas permintaan orang itu sendiri.
d. Yang jelas dinyatakan dengan sungguh-sungguh.
Pembunuhan atas permintaan sendiri (344) ini sering disebut dengan euthanasia (mercy
killing), yang dengan pidananya si pembunuh, walaupun si pemilik sendiri yang memintanya,
membuktikan bahwa sifat publiknya lebih kuat dalam hukum pidana. Walaupun korbannya
meminta sendiri agar nyawanya dihilangkan, tetapi perbuatan orang lain yang memenuhi
permintaannya itu tetap dapat dipidana.

7. Penganjuran agar bunuh diri


Hal ini diatur oleh pasal 345 KUHP dengan sanksi hukuman pidana penjara selama-lamanya
empat tahun.

8. Pengguguran kandungan
Kata pengguguran kandungan adalah terjemahan dari kata abortus provocateur yang
dalam kamus kedokteran diterjemahkan dengan membuat keguguran, pengguguran kandungan
diatur dalam KUHP pasal 346, 347, 348, dan 349. Unsur dalam pasal-pasal tersebut, yaitu:
- Janin
- Ibu yang mengandung
- Orang ketiga yaitu yang terlibat pada pengguguran tersebut.
Tujuan adanya pasal-pasal tersebut adalah untuk melindungi janin yang ada dalam kandungan si
ibu.

Sumber: http://www.negarahukum.com/hukum/kejahatan-terhadap-nyawa.html
http://wwwqolbu27.blogspot.com/2010/06/tindak-pidana-terhadap-nyawa.html

Anda mungkin juga menyukai