Anda di halaman 1dari 9

Taman Nasional Komodo

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Pembangunan sektor pariwisata diera globalisasi ini merupakan salah satu upaya dalam
meningkatkan ekonomi masyarakat baik ditingkat lokal maupun ditingkat internasional.
Di Indonesia pariwisata mengalami perkembangan yang cukup pesat sehingga mampu
memberikan kontribusi yang cukup besar dalam usaha peningkatan devisa negara. Salah satu
konsep pariwisata yang saat ini sangat diminati dan perlu dipromosikan sebagai daya tarik wisata
adalah konsep pariwisata yang berbasis lingkungan (ekowisata) yaitu suatu bentuk wisata yang
bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberi manfaat secara
ekonomis dan mempertahankan keutuhan budaya bagi mayarakat setempat. Indonesia dengan
kekayaan alamnya memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai pusat wisata
alam (ekowisata).
Propinsi yang memiliki potensi wisata alam yang layak untuk dikembangkan adalah
Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di Kabupaten Manggarai Barat adalah Taman
Nasional Komodo (TNK) yang terletak diantara Pulau Sumbawa (NTB) dan Pulau Flores (NTT)
di kepulauan Indonesia Timur. Taman Nasional Komodo (TNK) merupakan kawasan konservasi
yang bertujuan untuk melindungi komodo (Varanus komodoensis) beserta habitatnya. Selain
tujuan utama tersebut kawasan ini juga dikembangkan untuk tujuan ekowisata. Kawasan ini
ditetapkan sebagai Taman Nasional Komodo pada tanggal 6 Maret 1980 dan dinyatakan sebagai
Cagar Manusia dan Biosfer pada tahun 1977 dan juga sebagai Situs Warisan
Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991, sebagai Simbol Nasional oleh Presiden RI pada
tahun 1992, sebagai Kawasan Perlindungan Laut pada tahun 2000 dan juga sebagai salah satu
Taman Nasional Model di Indonesia pada tahun 2006.
Taman Nasional Komodo memiliki luas 173.300 ha  meliputi
wilayah daratan dan lautan dengan lima pulau utama yakni Pulau Komodo, Pulau Padar, Pulau
Rinca, Gili Motang, Nusa Kode dan juga pulau-pulau kecil lainnya. Kepulauan tersebut
dinyatakan sebagai Taman nasional untuk melindungi Komodo yang terancam punah dan
habitatnya serta keanekaragaman hayati di dalam wilayah tersebut. Taman lautnya dibentuk
untuk melindungi biota laut yang sangat beragam yang terdapat disekitar kepulauan tersebut,
termasuk yang terkaya di bumi.

1.2 Tujuan
Mengetahui keaneragaman hayati yang ada di Taman Nasional Komodo
Mengetahui tentang konservasi komodo
Mengetahui objek daya tarik wisata alam di Taman Nasional Komodo

ISI

2.1 Sejarah Taman Nasional Komodo

Taman nasional komodo resmi didirikan pada tahun 1980  yang bertujuan untuk
melindungi komodo dan habitatnya tetapi satwa komodo menjadi terkenal di dunia ilmu pengetahuan
sejak tahun 1911 ketika Peter Ouwens, seorang kurator pada Museum Zoologi Bogor, menerima laporan
tentang penemuan satwa ini dari Perwira Pemerintah Hindia Belanda J.K.H. Van Steyn, yang selanjutnya
diberi nama Varanus komodensis Ouwens pada tahun 1912 pada tulisan Pieter Antonie Ouwens yang berjudul
"On a Large Species from The Island of Komodo". Dari penemuan ini muncul kesadaran dari berbagai pihak
untuk menjaga kelestarian satwa ini, hal ini terlihat adanya beberapa peraturan yang memuat upaya
perlindungan Satwa Komodo, yaitu:

 SK. Sultan Bima tahun 1915 tentang Perlindungan Komodo (Verordening van het Sultanat van Bima).
 SK Pemerintah Daerah Manggarai tahun 1926 tentang Perlindungan Komodo (Besluit van het Zelfbestuur
van het Landschap Manggarai).
 SK Residen Timor tahun 1927 tentang pengesahan SK Pemerintah Daerah Manggarai pada butir 2 di atas.

Adapun kronologis pembentukan Taman Nasional Komodo adalah sebagai berikut:

 Zelfbestuur van Manggarai, verordening No. 32/24 September 1938 tentang Pembentukan Suaka
Margasatwa Pulau Padar, Bagian Barat dan Selatan Pulau Rinca.
 Residen van Timor en onder horigheden No. 19/27 Januari 1939 (Pengesahan Peraturan Daerah pada butir
1)
 Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.66/Dep.Keh/1965 tanggal 21 Oktober 1965 tentang Penunjukkan
Pulau Komodo sebagai Suaka Margasatwa seluas 31.000 Ha.
 Surat Keputusan Gubernur KDH Tk. I Nusa Tenggara Timur No.32 Tahun 1969 tanggal 24 Juni 1969
tentang penunjukkan Pulau Padar, Pulau Rinca dan Daratan Wae Wuul/Mburak sebagai Hutan
Wisata/ Suaka Alam seluas 20.500 Ha.
 Surat Keputusan Dirjen Kehutanan No.97/Tap/Dit Bina/1970, tentang Pembentukan Seksi PPA di Labuan
Bajo.
 Pengumuman Menteri Petanian tanggal 6 Maret 1980 tentang Pembentukan Taman Nasional Komodo.
 Keputusan Dirjen PHPA No.46/Kpts/VI-Sek/84 tanggal 11 Desember 1984 tentang Penunjukkan Wilayah
Kerja Taman Nasional Komodo.
 Keputusan Menteri Kehutanan No.306/Kpts-II/92 tanggal 29 Februari 1992 tentang Perubahan
Fungsi Suaka Margasatwa Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar seluas 40.728 Ha serta Penunjukkan
Perairan Laut di sekitarnya seluas 132.572 Ha yang terletak di Kabupaten Dati II Manggarai Provinsi Dati
I Nusa Tenggara Timur menjadi Taman Nasional dengan nama Taman Nasional Komodo.
 Tahun 1992, Komodo ditetapkan oleh Presiden RI sebagai Simbol Satwa Nasional melalui Keppres No. 4
Tahun 1992 tanggal 9 Januari 1992.
 Tahun 1992, Perubahan fungsi Suaka Margasatwa Pulau Komodo, Pulau Rinca dan Pulau
Padar seluas 40.728 Ha dan Penunjukan Perairan Laut seluas 132.572 Ha menjadi Taman Nasional
Komodo.
 Tahun 2000, ditetapkan kawasan pelestarian alam perairan oleh Menteri Kehutanan dengan luas 132.572
Ha.
 Tahun 2006, Taman Nasional Komodo termasuk 21 Taman Nasional Model di Indonesia sesuai dengan
SK Direktur Jenderal PHKA Nomor SK.128/IV-Sek/2006 tentang Perubahan Keputusan Direktur Jenderal
PHKA Nomor SK.69/IV-Set/HO/2006 tentang penunjukkan 20 (Dua puluh) Taman Nasional sebagai
Taman Nasional Model.

2.2 Keanekaragaman Hayati

Taman Nasional komodo terletak di kawasan Wallacea Indonesia. Kawasan Wallacea


terbentuk dari pertemuan dua benua yang membentuk deretan unik kepulauan bergunung api,
sehingga mempunyai flora dan fauna yang sangat beragam yang berasal dari Asia dan Australia.
Ekosistem Taman Nasional Komodo dipengaruhi oleh iklim yang dihasilkan dari musim
kemarau panjang, suhu udara tinggi dan curah hujan rendah. Disamping itu Taman Nasional
Komodo terletak dalam zonasi transisi antara flora dan fauna Asia dan Australia.
Ekosistem perairannya dipengaruhi oleh dampak El-Nino/La Nina, yang berakibat
memanasnya lapisan air laut di sekitarnya dan sering terjadi arus laut yang kuat. Berikut adalah
tipe-tipe vegetasi flora dan fauna yang terdapat di Taman Nasional Komodo ;

Padang Rumput dan Hutan Savana 

Padang Rumput dan Hutan Savana yang luasnya mencapai kurang lebih 70% dari luas Taman
Nasional Komodo. Tumbuh berbagai jenis rumput di antaranya; Setaria adhaerens, Chloris
barbata, Heteropogon contortus, Themeda gigantea dan Themeda gradiosa yang diselingi
oleh pohon lontar (Borassus flobellifer) yang merupakan tumbuhan khas dari Tempat ini.

Hutan Tropis Musim (di bawah 500 m dpl) 

Terdapat Sekitar 25% dari luas kawasan Komodo merupakan vegetasi hutan tropis musim
dengan jenis tumbuhan, antara lain : kesambi (Schleichera oleosa), asem (Tamarindus
indica), kepuh (Sterculia foetida), dan beberapa jenis tumbuhan lainnya.

Jenis-jenis Fauna yang terdapat di Taman Nasional Komodo antara lain;

Komodo (Varanus komodoensis) Komodo hidup di beberapa pulau kecil di bagian tenggara


Indonesia. Di dalam kawasan Taman Nasional Komodo, komodo hanya ditemukan di Pulau
Komodo, Pulau Rinca, Gili Motang dan Nusa Kode. Komodo tidak ditemukan di tempat lain lagi
di atas bumi ini, selain di tempat tadi.

Mamalia Antara lain, rusa, anjing hutan, babi hutan, Monyet ekor panjang, kuda liar dan kerbau


liar, musang, tikus besar Rinca,dan kalong buah 

Burung Tercatat terdapat 111 jenis burung, antara lain ; burung gosong, kakatua jambul kuning,


perkutut, tekukur, pergam hijau Philemon buceroides, burung raja udang, dan burung kacamata
laut.

Reptil

Disamping reptil Komodo, jenis reptil lainnya, antara lain; ular kobra, ular russel, ular pohon
hijau, ular sanca, ular laut, kadal, tokek, penyu sisik, dan penyu hijau.

2.3 TNK sebagai kawasan konservasi komodo

Taman Nasional Komodo (TNK) merupakan kawasan konservasi yang bertujuan untuk
melindungi komodo (Varanus komodoensis) beserta habitatnya. Komodo adalah hewan asli
Kepulauan Flores, Nusa Tenggara. Pulau yang paling banyak ditempati komodo ini diberi nama
sesuai dengan nama hewan ini saat ditemukan pada 1911, yakni Pulau Komodo (Komodo
Island).

2.3.1 Informasi umum tentang komodo

Saat ini, terdapat 2,793 ekor komodo di dalam kawasan Taman Nasional Komodo. 1,288


ekor terdapat di Pulau Komodo, 1,336 ekor di Pulau Rinca, 83 ekor di Gili Motang dan 86
ekor di Nusa Kode. Sedangkan di Pulau Padar komodo tidak ditemukan lagi. Komodo dapat
ditemukan hampir di semua tempat di pulau Komodo ,Rinca, Gili Motang dan Nusa Kode.

Komoo termasuk anggota famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera, komodo
merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini
berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-
hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau
tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil. Karena besar tubuhnya, kadal
ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempatnya hidup. Komodo
ditemukan oleh peneliti barat tahun 1911. Habitat komodo di alam bebas telah menyusut akibat
aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan
terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia
dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka.

Di alam bebas, sering memiliki bobot tubuh yang lebih besar komodo dewasa biasanya
memiliki massa sekitar 70 kilogram,namun komodo yang dipelihara di penangkaran. Spesimen
liar terbesar yang pernah ada memiliki panjang sebesar 3.13 meter dan berat sekitar 166
kilogram, termasuk berat makanan yang belum dicerna di dalam perutnya.Aair liur komodo
memiliki aneka bakteri mematikan di dalamnya lebih dari 28 bakteri Gram-negatif dan 29 Gram-
positif telah diisolasi dari air liur komodo. Bakteri yang paling mematikan di air liur komodo
adalah bakteri Pasteurella multocida yang sangat mematikan.

2.3.1 Konservasi

Biawak komodo merupakan spesies yang rentan terhadap kepunahan, dan dikatagorikan
sebagai spesies Rentan dalam daftar IUCN Red List. Sekitar 4.000–5.000 ekor komodo
diperkirakan masih hidup di alam liar. Populasi ini terbatas menyebar di pulau-pulau Rinca
(1.300 ekor), Gili Motang (100), Gili Dasami (100), Komodo (1.700), dan Flores (mungkin
sekitar 2.000 ekor). Meski demikian, ada keprihatinan mengenai populasi ini karena diperkirakan
dari semuanya itu hanya tinggal 350 ekor betina yang produktif dan dapat berbiak. Untuk itu
pemerintah Indonesia menetapkan berdirinya Taman Nasional Komodo untuk melindungi
populasi komodo dan ekosistemnya di beberapa pulau termasuk Komodo, Rinca, dan Padar.
Belakangan ditetapkan pula Cagar Alam Wae Wuul dan Wolo Tado di Pulau Flores untuk
membantu pelestarian komodo. Namun pada sisi yang lain, ada bukti-bukti yang menunjukkan
bahwa sebagian komodo telah terbiasa pada kehadiran manusia. Komodo-komodo ini terbiasa
diberi makan karkas hewan ternak, sebagai atraksi untuk menarik turis pada beberapa lokasi
kunjungan. Aktivitas vulkanis, gempa bumi, kerusakan habitat, kebakaran (populasi komodo di
Pulau Padar hampir punah karena kebakaran alami,berkurangnya mangsa, meningkatnya
pariwisata, dan perburuan gelap semuanya menyumbang pada status rentan yang disandang
komodo.

Ditinjau dari segi ilmiah, populasi komodo dapat digolongkan ke dalam island population
di mana populasi yang mungkin ribuan dan bahkan jutaan tahun yang lalu menciut menjadi
populasi-populasi kecil yang memiliki tingkat keragaman genetik yang khas, sesuai habitatnya.
Jadi, populasi komodo di Manggarai Barat dan di Pulau Komodo memiliki ciri khas populasi
akibat sudah teradaptasinya gen-gen spesifik pada lingkungan yang spesifik.

Ditinjau dari ilmu genetika, ekologi, dan populasi, diperlukan kehatian-hatian untuk
melakukan konservasi ex situ. Sebab, jika dilakukan tanpa tinjauan ilmiah yang mendalam,
hasilnya justru membantu mempercepat kepunahan suatu populasi.
Jika suatu individu atau kelompok individu dipindahkan dari habitatnya, biasanya individu ini
mengalami berbagai stres, mulai dari stres akibat penangkapan, stres akibat tidak sesuainya
dengan habitat baru, stres perubahan pakan, stres perubahan iklim, dan lainnya.

Secara fisiologis, jika individu komodo sudah lama beradaptasi pada suatu daerah,
individu tersebut telah memiliki zona homeostasis fisiologinya yang khas. Maka, pemindahan ke
habitat lain akan memaksa individu tersebut untuk menyesuaikan ke titik ”zona homeostasis”
barunya. Jika individu tersebut tidak dapat secepatnya menyesuaikan diri, hal pertama yang
dikorbankan adalah penurunan laju pertumbuhan dan mengurangi atau bahkan mengeliminasi
aktivitas reproduksinya. Ini berarti, setelah dipindahkan ke lingkungan baru yang tidak sesuai
dengan habitat semula, ada kemungkinan komodo tersebut menunda reproduksinya atau bahkan
tidak dapat bereproduksi sama sekali untuk itu diperlukan suatu kehatian-hatian dalam
menerapkan kebijakan pemindahan komodo.

2.4 Objek Daya Tarik Wisata Alam

Daya tarik utama Taman Nasional Komodo yaitu adanya reptil raksasa purba Biawak
Komodo (Varanus komodoensis), tetapi keaslian dan kekhasan alamnya, khususnya
panorama Savana dan Panorama bawah laut, merupakan daya tarik pendukung yang potensial.
Wisata bahari misalnya, memancing, snorkeling, diving, kano, bersampan. Sedangkan di daratan,
potensi wisata alam yang bisa dilakukan adalah pengamatan satwa, hiking, dan camping.
Mengunjungi Taman Nasional Komodo dan menikmati pemandangan alam yang sangat
menawan.

Objek wisata yang menarik di antaranya;

Loh Liang di Pulau Komodo[]

Loh Liang merupakan pintu masuk dan daerah wisata utama di Pulau Komodo. Aktivitas yang
dapat dilakukan di Loh Liang antara lain pengamatan satwa komodo, rusa, babi hutan,
pengamatan burung, pendakian (Loh Liang - Gunung Ara), penjelajahan (Loh Liang - Loh
Sebita), Photo hunting, video shooting, Menyelam dan snorkeling di Pantai Merah (Pink beach).

Pantai Merah merupakan pantai dangkal yang indah dengan terumbu karang yang menawan.
Aktivitas yang biasa dilakukan oleh turis yang berkunjung adalah snorkeling, diving dan
mandi matahari.

Loh Sebita merupakan daerah mangrove dan aktivitas yang cukup menarik untuk dilakukan
adalah pengamatan burung serta treking. Di Loh Liang terdapat fasilitas yang tersedia bagi
pengunjung yakni pondok wisata, pusat informasi, cafetaria, dermaga, shelter dan jalan setapak.

Loh Buaya di Pulau Rinca

Loh Buaya merupakan pusat kunjungan wisatawan di Pulau Rinca. Pengunjung dapat
menyaksikan hutan bakau, padang savana serta satwa liar misalnya komodo, rusa timor, kerbau
liar, monyet ekor panjang, kuda liar serta berbagai jenis burung.
Aktivitas yang ditawarkan kepada pengunjung di Loh Buaya antara lain pengamatan satwa
liar, penjelajahan (Loh Buaya - Wae Waso, Loh Buaya - Golo Kode), photo hunting, video
shooting, pengamatan kalong di Pulau Kalong (depan Kampung Rinca) dan pengamatan batu
balok di kampung Rinca.

Fasilitas yang tersedia di Loh Buaya antara lain pondok wisata, cafetaria, shelter dan jalan


setapak.

Di Pulau Kalong, aktivitas yang dapat dilakukan antara lain pengamatan koloni kelelawar dalam
jumlah yang cukup besar. Pengamatan paling menarik dilakukan pada saat sore hari ketika
kelelawar mulai keluar untuk mencari makan.

Dari puncak bukit yang dikenal dengan Golo Kode, pengunjung dapat


menyaksikan panorama dan bentang alam yang cukup fantastik karena keterwakilan berbagai
tipe ekosistem dapat disaksikan dari tempat ini.

Pulau Padar

Padar adalah Pulau kecil yang terletak di antara pulau Komodo dan Pulau Rinca. Pulau Padar
memiliki pantai yang sangat indah dan tempat yang sangat baik untuk menyelam dan snorkling.
Kesimpulan

1. Taman Nasional Komodo (TNK) merupakan kawasan konservasi yang untuk melindungi
komodo (Varanus komodoensis) beserta habitatnya dan terdapat berbagai flora dan fauna
yaitu terdapat 277 spesies hewan yang merupakan perpaduan hewan yang berasal dari Asia
dan Australia, yang terdiri dari 32 spesies mamalia, 128 spesies burung, dan 37 spesies
reptilia. Bersama dengan komodo, setidaknya 25 spesies hewan darat dan burung termasuk
hewan yang dilindungi
2. Biawak komodo merupakan spesies yang rentan terhadap kepunahan, dan dikatagorikan
sebagai spesies Rentan dalam daftar IUCN Red List. Sekitar 4.000–5.000 ekor komodo
diperkirakan masih hidup di alam liar Pemerintah Indonesia menetapkan berdirinya Taman
Nasional Komodo untuk melindungi populasi komodo dan ekosistemnya di beberapa pulau
termasuk Komodo, Rinca, dan Padar . Aktivitas vulkanis, gempa bumi, kerusakan habitat,
kebakaran (populasi komodo di Pulau Padar hampir punah karena kebakaran
alami,berkurangnya mangsa, meningkatnya pariwisata, dan perburuan gelap adalah
menyumbang pada status rentan yang disandang komodo merupakan bebeapa penyebab
rentannya kepunahan komodo.
3. Daya tarik utama Taman Nasional Komodo yaitu adanya reptil raksasa purba Biawak
Komodo (Varanus komodoensis), tetapi keaslian dan kekhasan alamnya, khususnya
panorama Savana dan Panorama bawah laut, merupakan daya tarik pendukung yang
potensial. Wisata bahari misalnya, memancing, snorkeling, diving, kano, bersampan.
Sedangkan di daratan, potensi wisata alam yang bisa dilakukan adalah pengamatan
satwa, hiking, dan camping. Mengunjungi Taman Nasional Komodo dan menikmati
pemandangan alam yang sangat menawan 

Anda mungkin juga menyukai