Anda di halaman 1dari 5

CAGAR ALAM

1. Cagar Alam Bukit Kelam Sintang


Jangan terkecoh dengan namanya, karena cagar alam ini akan memberikan pengalaman
menikmati keindahan hutan di Kalimantan yang sanggup menghipnotis pengunjungnya.
NamaBukit Kelam pun tidak terlepas dari legenda Bujang Meji dan Tumenggung
Marubai.
Jenis flora langka yang dapat Anda temukan disini
adalah Meranti, Bangeris, Tengkawang, Kebas - Kebas,
dan juga berbagai jenis Anggrek. Jangan kaget jika saat
berkeliling cagar alam Anda mendapati kawanan
Beruang Madu dan melihat kelelawar beterbangan di
atas langit.

2. Cagar Alam Arjuno LaliJiwo


Kawasan alam Arjuno LaliJiwo ditetapkan sebagai cagar alam sejak September tahun 1992
silam. Memiliki luas sekitar 4.900 hektar, kawasan Arjuno LaliJiwo ini meliputi Gunung
Welirang,Gunung Arjuno, Gunung Kembar I dan II.

Kekayaan alam di Arjuna LaliJiwo meliputi wilayah tropika yang didominasi oleh hutan
Cemara Gunung. Memasuki cagar alamnya, Anda akan disambut dengan pemandangan hutan
Alpina dan beragam jenis pohon cemara.
Kawanan hewan yang bisa Anda temui disini adalah Rusa, Kijang, Babi Hutan, dll.
Berlokasi di bawah Balai Konservasi Sumber Alam Jatim, hingga sekarang fungsinya pun
ditujukan untuk kebutuhan penelitian dan pariwisata.
3. Cagar Alam Pulau Kaget
Jika Anda familiar dengan maskot taman rekreasi Taman Impian Jaya Ancol, Cagar Alam
Pulau Kaget adalah tempat terbaik untuk melihat sekelompok monyet berhidung panjang
merah muda ini di habitat aslinya.

Pulau seluas sekira 85 hektar ini diresmikan sebagai cagar alam pada tahun 1976 dan

terletak di dekat muara sungai Barito. Pulau ini terbentuk oleh endapan lumpur yang timbul
dari arah sungai tersebut. Tanah yang subur di Pulau Kaget menjadi penyedia mineral bagi
berbagai ekosistem hutan dan rumah bagi vegetasi penting seperti Mangrove, Rambai, Nipah,
Pandan, danJeruju.
4. Cagar Alam Kepulauan Krakatau
Terletak di kawasan Selat Sunda, cagar alam Pulau Krakatau yang terletak di Selat Sunda
ini merupakan warisan alam yang luar biasa indah. Bagaimana tidak, lahan cagar alam seluas
kurang lebih 13 hektar ini kamu bisa menemui koleksi unik flora yang terdiri dari berbagai
jenis jamur, tumbuhan paku, dan juga hewan - hewan yang mendiami dataran pulau vulkanik,
sepertiular, kadal, penyu laut, dan lain - lain.

Kawasan yang resmi menjadi bagian dari Taman Nasional Ujung Kulon pada tahun 1984
ini dilindungi dan dipertahankan integritasnya sebagai sebuah kawasan konservasi yang
penting bagi ilmu pengetahuan dan pendidikan.
5. Kebun Raya Cibodas
Terletak di daerah Gunung Gede, Jawa Barat, cagar alam yang juga merupakan bagian
dariTaman Nasional Gunung Gede Pangrango ini memiliki akses yang mudah dijangkau
bagi Anda yang ingin melipir sebentar dari kebisingan kota Jakarta.

Kawasannya yang luas dan terdiri dari banyak lahan hijau menjadikan Kebun Raya
Cibodasrekomendasi cagar alam pertama yang dapat Anda kunjungi. Mulai dari air terjun
hingga rumah kaca pun bisa Anda nikmati selama menghabiskan waktu di kebun raya yang
sudah berdiri mulai dari tahun 1830 silam ini.

SUAKA MARGASATWA
Buton Utara

SM Buton Utara terletak pada ketinggian 0-600 m (dpl). Topografi datar, landai
bergelombang hingga berbukit-bukit, dengan kelerengan 0-30%. Jenis tanah mediteranian
dan podzolik merah kuning, di beberapa tempat sering dijumpai batu karang atau coral,
dengan top soil tipis. Tipe iklim C, musim hujan biasanya jatuh pada bulan Januari-Juni dan
musim kemarau pada bulan Juli-Desember dengan curah hujan tahunan sebesar 2.286 mm,
dengan jumlah hari hujan rata-rata 106 hari. Suhu tertinggi mencapai 34C, suhu terendah
hingga 22C, dengan kelembaban sebesar 80 %.
Kawasan konservasi jni memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan yang cukup tinggi. Jenisjenis tumbuhan yang ditemukan antara lain dolipo (Terminalia copelandil), soni (Dillepia
megalantha), gito-gito (Diospyros pilosenthera), cendrana (Pterocarpus indicus), kaba
(Canangium odoratum), bengkali (Anthocephallus indicus), Kenari (Canarium vulgaris),
Bintangur (Dillenia serrata), dao (Dracontomelon dao), dan beberapa jenis anggrek
(Acanthepipium sp, Bulbophyllum sp, Dendrobium sp, dan Eria floribunda).
Sedangkan satwaliar yang berhabitat dalam kawasan antara lain: anoa dataran rendah
(Bubalus depressicornis), anoa pegunungan (B. quarlesi), rusa (Cervus timorensis), monyet
Buton (Macaca brunnences), kus-kus (Phalanger sp.), dan maleo senkawor (Macrocephalon
maleo).
Kekayaan jenis flora dan fauna ini didukung oleh tipe ekosistem yang ada, yaitu hutan bakau,
hutan pantai, hutan dataran rendah, dan hutan pegunungan rendah.
Suaka Margasatwa Lambusango

Kawasan hutan Suaka Margasatwa Lambusango diperuntukan sebagai kawasan hutan dengan
fungsi suaka alam sejak jaman Belanda dan dipertegas berdasarkan Tata Guna Hutan
Kesepakatan (TGHK). Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
639/Kpts/9/Um/1982 tanggal 1 September 1982, kompleks hutan Lambusango seluas 28.510
ha diperuntukan sebagai kawasan suaka margasatwa. Tata batas kawasan dilakukan oleh sub
BIPHUT Kendari tahun 1994 dengan panjang batas 108,75 km dan luasnya menjadi 27.700
ha dengan jumlah pal batas sebanyak 1.059 buah.

Secara geografis kawasan ini terletak antara 0513 - 0524 LS dan 12247 - 12256 BT,
dengan luas 27.700 ha dan secara administratif pemerintahan termasuk dalam 3 wilayah
kecamatan yaitu Kecamatan Kapontori, Lasalimu dan Pasarwajo, Kabupaten Buton. Batasbatas kawasan Suaka Margasatwa Lambusango adalah sebagai berikut :
- Sebelah utara: Kelurahan Wakangka dan Watumotobe
- Sebelah timur: Desa Lawele dan Hutan Produksi
- Sebelah selatan: Hutan lindung dan hutan produksi
- Sebelah barat: Desa Wakalambe dan Lambusango
Gunung Leuser

Taman Nasional Gunung Leuser biasa disingkat TNGL adalah salah satu Kawasan
Pelestarian Alam di Indonesia seluas 1.094.692 Hektar yang secara administrasi
pemerintahan terletak di dua Provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Provinsi Aceh yang
terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten Aceh Barat Daya,Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh
Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tamiang, sedangkan Provinsi Sumatera Utara yang terdeliniasi
TNGL meliputi Kabupaten Dairi, Karo dan Langkat.
Taman nasional ini mengambil nama dari Gunung Leuser yang menjulang tinggi dengan
ketinggian 3404 meter di atas permukaan laut di Aceh. Taman nasional ini meliputi ekosistem
asli dari pantai sampai pegunungan tinggi yang diliputi oleh hutan lebat khas hujan tropis,
dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya,pariwisata, dan rekreasi.
Taman Nasional Gunung Leuser memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu : a. perlindungan sistem
penyangga kehidupan; b. pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya; c. pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Dolok Surungan

Kawasan Suaka Margasatwa Dolok Surungan secara administratif pemerintahan terletak di 2


Kabupaten, yaitu Kapupaten Tapanuli Utara (Kecamatan Habinsaran) dan Kebupaten Asahan
(Kecamatan Bandar Pulau). Ada dua route perjalanan untuk mencapai kawasan ini :

Medan - Kisaran - Dolok Maraja - Salimpotpot sejauh lebih kurang 235 km dengan
waktu tempuh lebih kurang 7 jam
Medan - Prapat - Pasoburan - Janji lebih kurang 260 km dan dapat ditempuh sekitar 7
jam.

SEJARAH
Suaka Margasatwa Dolok Surungan sebelumya merupakan Kawasan Hutan Dolok Surungan
dengan luas 10.800 Ha dan Kawasan Hutan Dolok Sihobun seluas 13.000 Ha, sebagaimana
yang ditetapkan Surat Keputusan Zelfbestuur tanggal 25 Juni 1924 Nomor 50.
Dan baru pada tahun 1974, tepatnya tanggal 2 Februari 1974, berdasarkan Surat Menteri
Pertanian No. 43/Kpts/Um/2/1974 ditetapkan kedua kawasan tersebut (Dolok Surungan dan
Dolok Sihobun) menjadi kawasan Suaka Margasatwa Dolok Surungan dengan luas 23.800
Ha.
FLORA DAN FAUNA
Flora kawasan ini terdiri dari dua tipe yaitu jenis tumbuh di ketinggian 1.000 - 2.173 meter
diatas permukaan laut antara lain, Anturmangan (Casuarina sp), Mayang (Palaguium sp),
Haundolok (Eugenia sp), Medang (Manglietia sp). Kawasan ini juga merupakan habitat
satwa langka seperti : Rusa, Babi Hutan, Harimau Sumatera, Landak, Elang, Siamang dan
lain-lain.

Meru Betiri

Taman Nasional Meru Betiri terletak di regional Jawa Timur bagian selatan pada koordinat
geografis 821 - 834 LS, 11337 - 11358 BT, dengan ketinggian 900 - 1.223 mdpl dan
curah hujan rata-rata 2.300 mm/tahun, ditunjuk sebagai taman nasional sejak tahun 1982 oleh
Menteri Pertanian dengan luas wilayahnya sekitar 58.000 ha dengan nama diambil dari nama
gunung tertinggi di kawasan ini yaitu gunung Betiri (1.223m). Secara administratif, Taman
Nasional Meru Betiri berada dalam wilayahKabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi,
Provinsi Jawa Timur. Penunjukan taman nasional ini disahkan dengan surat keputusan
Menteri Kehutanan, SK No. 277/Kpts- VI/97.

Anda mungkin juga menyukai