Anda di halaman 1dari 16

Mata Kuliah : Biologi Perikanan

Dosen Pengampuh : Dr.Haerunnisa. S.Pi., M.Si


MATERI
“Kebiasaan Dan Cara Makan Ikan”

Disusun Oleh:
KELOMPOK 4

HASLINDA (190304010)
MUHAMMAD TAUFIK (190304008)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG

SENGKANG
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa, karena atas

limpahan rahmat dan kesempatan yang diberikan kepada saya sehingga

Alhamdulillah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

makalah ini banyak mengalami hambatan dan tantangan, namun berkat

adanya bimbingan dan dorongan serta motifasi dari Dosen maupun teman-teman

makalah ini dapat terselesaikan.

Saya selaku Penulis sadar akan kemampuan dan kekurangan kami sebagai

hamba ciptaan Tuhan. Oleh karena itu, sangat mungkin jika terdapat kekeliruan

dan kesalahan dalam penulisan makalah ini. Olehnya itu, kritikan dan saran sangat

penulis harapkan dari segenap hati dan pikiran pembaca demi membenahi

kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.

Sengkang, 17 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................
1.3 Tujuan .........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Makanan ......................................................................................
2.2 Kebiasaan makanan (Food Habits) .............................................
2.3 Rantai Makanan ..........................................................................
2.4 Kebiasaan Cara makan (Feeding Habits) ...................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan sebagai mahluk hidup didalam kehidupannya membutuhkan bahan
makanan sebagai sumber energi dan gizi yang diperlukan dalam melakukan
aktifitasnya yang mencakup pertumbuhan dan perkembangan serta reproduksi
yang dilakukannya. Pada habitat alaminya yaitu perairan bebas sumber makanan
yang diperlukan ikan telah tersedia dengan sendirinya pada kondisi terkait dengan
pola rantai makanan yang ada di perairan tersebut.
Ketersediaan pakan di perairan bebas memungkinkan ikan untuk memilih
dan mencari sumber makanan yang dibutuhkannya tanpa terbatas ruang dan
waktu, sedangkan ikan yang dibudidayakan dalam suatu petakan tambak relatif
tidak mempunyai alternatif lain dalam memilih dan mencari sumber makanan
karena ruang gerak dan habitatnya dibatasi oleh petakan tambak. Situasi ini
mengarahkan ikan dalam suatu kondisi ketergantungan pakan yang di suplai dari
luar lingkungannya, karena ketersediaan pakan alami yang ada di dalam perairan
tersebut semakin menipis dengan bertambahnya ukuran ikan dan bahkan pada
waktu tertentu akan mengakibatkan habisnya pakan alami tersebut.
Besarnya populasi ikan dalam suatu perairan antara lain ditentukan oleh
makanan yang tersedia. Dari makanan ini ada beberapa factor yang berhubungan
dengan populasi tersebut yaitu jumlah dan kualitas makanan yang tersedia (food
habits), mudahnya tersedia makanan, lama masa pengambilan dan cara memakan
ikan dalam populasi tersebut (feeding habits). Jadi kebiasan makan dan cara
memakan ikan itu secara alami bergantung kepada lingkungan tempat ikan itu
hidup.
Makanan yang telah digunakan oleh ikan tadi akan mempengaruhi sisa
persediaan makanan dan sebaliknya dari makanan yang diambilnya akan
mempengaruhi pertumbuhan, kematangan pada bagi tiap- tiap individu ikan ikut
serta keberhasilan hidupnya ( survival ). Adanya makanan dalam perarairan selain
terpengaruh oleh kondisi biotic lingkungan seperti suhu, cahaya, ruang dan luas
permukaan.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang kebiasaan makan dan cara
makan ikan seperti kebiasaan makan ikan, rantai makanan, kebiasaan cara makan
ikan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kebiasaan makan ikan !
2. Bagaimana kebiasaan cara makan ikan !

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui kebiasaan makan dan cara
makan ikan seperti kebiasaan makan ikan, rantai makanan, kebiasaan cara makan
ikan.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Makanan
Menurut Effendie (2002), makanan merupakan faktor pengendali yang
penting dalam menghasilkan sejumlah ikan di suatu perairan, karena merupakan
faktor yang menentukan bagi populasi, pertumbuhan dan kondisi ikan di suatu
perairan. Di alam terdapat berbagai jenis makanan yang tersedia bagi ikan dan
ikan telah menyesuaikan diri dengan tipe makanan khusus dan telah
dikelompokkan secara luas sesuai dengan cara makannya, walaupun dengan
macam-macam ukuran dan umur ikan itu sendiri (Nikolsky, 1963)
Kebiasaan makanan ikan dipelajari untuk menentukan gizi alamiah ikan
tersebut. Pengetahuan tentang kebiasaan makanan ikan dapat digunakan untuk
melihat hubungan ekologi di antara organisme di perairan tempat mereka berada,
misalnya bentuk pemangsaan, persaingan, dan rantai makanan. Jadi, makanan
dapat merupakan faktor yang menentukan bagi keberadaan populasi (Effendie,
1979).
Menurut Moyle dan Chech (1988), ikan dapat dikelompokkan berdasarkan
jumlah dan variasi makanannya menjadi euryphagous yaitu ikan yang memakan
berbagai jenis makanan; stenophagous yaitu ikan yang memakan makanan yang
sedikit jenisnya; dan monophagous yaitu ikan yang hanya memakan satu jenis
makanan saja.
Menurut Effendie (2002), kebiasaan makanan adalah jenis, kuantitas dan
kualitas makanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara makan
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan waktu, tempat dan lebih lanjut,
bagaimana cara ikan memperoleh makanannya. Effendie (2002) menambahkan
bahwa faktor-faktor yang menentukan suatu jenis ikan akan memakan suatu jenis
organisme adalah ukuran makanan, ketersediaan makanan, warna, rasa, tekstur
makanan dan selera ikan terhadap makanan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi oleh suatu spesies ikan adalah umur, tempat dan waktu. Makanan
mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kehidupan suatu organisme dan
merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan luas persebaran suatu spesies
serta dapat mengontrol besarnya suatu populasi. Suatu organisme dapat hidup,
tumbuh dan berkembang-biak karena adanya energi yang berasal dari makanannya
(Nikolsky, 1963).
Sebagai komponen lingkungan, makanan merupakan faktor penentu bagi
jumlah populasi, pertumbuhan, dan kondisi ikan di suatu perairan (Lagler, 1961).
Effendie (2002) mengatakan bahwa makanan merupakan salah satu faktor luar
yang mempengaruhi pertumbuhan ikan. Kelimpahan makanan di dalam suatu
perairan selalu berfluktuasi dan hal ini disebabkan oleh daur hidup, iklim dan
kondisi lingkungan (Lagler, 1977). Dengan mengetahui makanan suatu jenis ikan
dapatlah diketahui kedudukan ikan tersebut, apakah sebagai predator atau
kompetitor, serta makanan utama dan makanan tambahan ikan tersebut.
Tidak keseluruhan makanan yang ada dalam suatu perairan dimakan oleh
ikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi dimakan atau tidaknya suatu zat
makanan oleh ikan diantaranya yaitu ukuran makanan ikan, warna makanan dan
selera makan ikan terhadap makanan tersebut. Sedangkan jumlah makanan yang
dibutuhkan oleh ikan tergantung pada kebiasaan makan, kelimpahan makanan,
nilai konversi makanan serta kondisi makanan ikan tersebut (Beckman, 1962
dalam Yasidi, 2005).
Berdasarkan kebiasaan makanannya, ikan dapat dibedakan atas tiga
golongan, yaitu herbivora, karnivora, dan omnivora. Namun di alam seringkali
ditemukan tumpang tindih yang disebabkan oleh keadaan habitat sekeliling tempat
ikan itu hidup (Effendie, 1978).
Dalam pengelompokan ikan berdasarkan makanannya, ada ikan sebagai
pemakan plankton, pamakan tumbuuhan, ikan buas dan ikan pemakan campuran.
Berdasarkan jumlah variasi dari makanan yang macamnya sedikit atau sempit dan
ikan monophagus yaitu ikan yang makanannya terdiri dari satu jenis saja
(Effendie, 1997).
2.2 Kebiasaan makanan (Food Habits)
Kebiasaan makanan (food habits) adalah kualitas dan kuantitas makanan
yang dimakan oleh ikan. Umumnya makanan yang pertama kali datang dari luar
untuk semua ikan dalam mengawali hidupnya ialah plankton yang bersel tunggal
yang berukuran kecil. Jika untuk pertama kali ikan itu menemukan makanan
berukuran tepat dengan mulutnya, diperkirakan akan dapat meneruskan hidupnya.
Tetapi apabila dalam waktu relative singkat ikan tidak dapat menem.
ukan makanan yang cocok dengan ukuran mulutnya akan terjadi kelaparan
dan kehabiasan tenaga yang mengakibatkan kematian. Hal inilah yang antara lain
menyebabkan ikan pada masa larva mempunyai mortalitas besar. Ikan yang
berhasil mendapatkan makanan yang sesuai dengan mulut, setelah bertambah
besar ikan itu akan merubah makanan baik dalam ukuran dan kualitasnya. Apabila
telah dewasa ikan itu akan mengikuti pola kebiasaan induknya.refleksi perubahan
makanan pada waktu kecil sebagai pemakan plankton dan bila dewasa akan
mengikuti kebiasaan induknya dapat terlihat pada sisiknya.
Dalam pengelompokkan ikan berdasarkan makanannya, ada ikan sebagai
pemakan plankton, pemakan tananman, pemakan detritus, ikan buas, dan ikan
pemakan campuran. Berdasarkan kepada jumlah variasi dan macam-macam
makanan tadi, ikan dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Euryphagic
Euryphagic adalah ikan pemakan bermacam-macam makanan.
b. Stenophagic
Stenophagic adalah ikan pemakan makanan yang macamnya sedikit atau sempit.
c. Monophagic
Monophagic adalah ikan pemakan makanannya terdiri dari satu macam makanan.

Banyak spesies ikan dapat menyesuaikan diri dengan persediaan makanan


dalam perairan sehubungan dengan musim yagn berlak. Dalam suatu daerah
geografis luas untuk suatu spesies ikan yang hidup terpisah-pisah dapat terjadi
perbedaan kebiasaan makanannya. Perbedaan ini bukan untuk satu ukuran saja
tetapi untuk semua ukuran. Jadi untuk satu spesies ikan dengan ukuran yang sama
dalam daerah berbeda, dapat berbeda kebiasaan makanannya. Perbedaan ini dapat
terlihat jelas pada spesies ikan yang hidup dalam perairan tawar. Namun dalam
suatu perairanpun kalau terjadi perubahan linkungan sehingga menyebabkan
perubahan persediaan makanan, ikan akan merubah kebiasaan makanannya.
Menurut Bardach ( personal communication, mei 1973 ) pada kultur iakan
bandeng di Filipina, dengan mengunakan system kultur yang baru, ikan bandeng
tersebut dipaksa memakan plankton lain. Kita mengetahui bahwa makanan ikan
bandeng adalah thi air (lablap) yang terdiri dari kelompok ganggang hiojau biru.
Di dalam bidang kultur memang sering diadakan pemaksaan perubahan kebiasaan
makanan ikan dengan memberi makanan alami lain atau dengan makanan buatan
yang cukup mengandung zat-zat kebutuhan tubuh termasuk beberapa vitamin
yang diperlukan.
Seperti telah diketemukan bahwa berdasarkan makanannya secari garis
besar ikan dapat digolongkan menjadi herbivore, karnivor, predator dan
sebagainya. Akan tetapi dalam kenyataanya banyak sekali “overlap” disebabkan
oleh keadaan habitat sekelilingnya dimana ikan itu hidup. Oleh karena itu dalam
pemeriksaan untuk menggolongkan ikan berdasarkan kesukaan makanannya
memerlukan contoh yang besar diambil dari berbagai macam lokasi. Apabila satu
spesies ikan telah di ketahui secara umum kebiasaan makanannya, tetapi ketika
diambil dari suatu perairan tertentu terdapat kelainan dalam lambungnya, hal ini
menunjukkan bahwa habitat itu secara alami tidak sesuai dengan ikan itu.
Banyak sekali penelitian yang menunjukkan walaupun ikan itu sama
spesiesnya dan ukurannya, tetapi apabila habitat perairannya sedikit berbeda
hasilnya tidak sama. Dengan demikian penilaian kesukaan ikan terhadap
makanannya menjadi sangat relatif. Beberapa faftor yang harus diperhatikan
dalam hubungan ini ialah faktor penyebaran organism sebagai makanan ikan,
factor ketersediaan makanan, faktor pilihan dari ikan itu sendiri serta faktor-faktor
yang mempengaruhi perairan.

Berdasarkan penelitian yang diambil dari bermacam habitat yang berbeda,


hasilnya menunjukkan bahwa ikan menduduki posisi rantai makanan yang
berbeda untuk tiap habitat. Penyebarabn organisme makanan ikan di dalam suatu
komuniti umumnya akan didapatkan bahwa beberapa persen spesies organisme
mempunyai jumlah individu banyak. Sedang spesies sisanya berjumlah banyak
dengan masing-masing jumlah individu sedikit atau jarng. Penyebaran organisme
makanan yang dominan menyebabkan pengambilan makanan itu akan bertambah
sedangkan pengambilan osganisme yang lain oleh ikan itu akan menurun.
Ketersediaan makanan yang terdapat di perairan dapat diketahui apabila kita
menganalisa makanan ikan itu dan membandingkannya dengan makanan yang
terdapat dalam perairan.

2.3 Rantai Makanan

Rantai makanan adalah proses makan-dimakan sehingga tebentuk suatu ikatan


antara mangsa dan pemangsa (food chaints). Plankton tumbuh-tumbuhan pada
waktu mengadakan fotosintesa, menggunakan CO2 dan air dengan bantuan utama
cahaya membuat hidrat arang dan menghasilkan zat asam yang berguna untuk
ikan. Dengan demikian plankton dapat memproduksi zat organic dari zat
anorganik, maka plankton tersebut dinamakan “penghasil awal”. Organisme yang
memakan penhasil awal dinamakan “pemakan awal”. Organisme yang memakan
pemakan awal dinamakan “pemakan kedua”. Pemakan kedua akan dimakan
pemakan ketiga dan seterusnya. Susunan demikian itu yang dimaksud dengan
rantai makanan. Panjang pendeknya rantai makanan bergantung kepada macam,
ukuran atau umur ikan. Ikan buas yang besar merupakan pemakan yang tertinggi,
akan tetapi akan lebih rendah dari pada organisme pemakan ikan buas tersebut.
Kolam ikan merupakan contoh yang baik untuk mengetahui rantai
makanan dalam keadaan sangat disederhanakan. Disini akan terlihat pola
pengelolaan yang direncanakan untuk menyalurkan energi melalui rantai makanan
yang diusahakan sependek mungkin. Bila rantai makanan itu semakin panjang
maka produksi terakhir yang di capai tidak secepat pada ikan dengan rantai yang
pendek.
Kebanyakan para ahli biologi aquatik menyetujui bahwa bakteria dan algae
merupakan dasar bagi rantai makanan. Bakteri mengunakan material sisa yang
komplek menjadi bentuk yang lebih sederhana. Algae sanggup menggunakan
garam-garam anorganik yaitu zat asam arang dan air dengan adanya sinar
matahari membentuk zat organik. Akan tetapi rantai makanan dari bakteria ke ikan
bukan meruapakan rantai makanan satu seri rantai makanan melainkan bentuknya
lebih komplek shingga akan tepat apabila disebut jaring makanan karena terdiri
dari berbagai rantai makanan yang saling bertautan.
Menurut Odum dalam Stele (1970) konsep klasik dalam rantai makanan
aquatik, bahwa zooplankton dianggap sebagai rantai pertama yang penting untuk
pengahasil kedua. Konsep ini berdasarkan penelitian rantai makanan di laut daerah
utara dimana tiap tahap tropiknya dapat dengan mudah diikuti. Kedudukan
zooplankton bila makin dekat ke daerah pantai makin kurang peranannya. Bahkan
di daerah eustuarin, kepentingan phytoplankton menjadi nomor dua. Di daerah
pantai yang mempunyai peranan dalam rantai makanan sebagai rantai pertama
diantaranya rumput laut daerah pantai (spartina), rumput laut (Thalassia, dsb),
makro algae, mangrove dan mikroflora benthik. Ikan sebagai pemakan detritus
dari organisme tersebut sebagi energi menggantikan zooplankton sebagai rantai
pada herbivore. Beberapa spesies ikan yang telah hidup sebagai pemakan detritus
materual tanaman mikro dan makro benthic di daerah pantai adalah ikan bandeng,
dan belanak. Ikan pemakan detritus yang biasa hidup di air tawar diantaranya
adalah ikan mas, ikan mujair, ikan nila.
Jaring-jaring makanan adalah kumpulan dari rantai makanan yang saling
berhubungan dan membentuk skema mirip jaring. Kelangsungan hidup organisme
membutuhkan energi dari bahan organik yang dimakan. Bahan organik yang
mengandung energi dan unsur-unsur kimia transfer dari satu organisme ke
organisme lain berlangsung melalui interaksi makan dan dimakan. Peristiwa
makan dan dimakan antar organisme dalam suatu ekosistem membentuk struktur
trofik yang bertingkat-tingkat.

2.4 Kebiasaan Cara makan (Feeding Habits)

Kebiasaan cara makan adalah kapan waktu, tempat dan cara ikan
mendapatkan makanannya. Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan
menggunakan mata. Pembauan dan persentuhan digunakan juga untuk mencari
makanan terutama oleh ikan pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan
cahaya atau dalam peraira keruh. Ikan yang menggunakan mata dalam mencari
makanan akan mengukur apakah makanan itu cocok atau tidak untuk ukuran
mulutnya. Tetapi ikan yang menggunakan pembauan dan persentuhan tidak
melakukan pengukuran, melainkan kalau makanan sudah masuk mulut akan
diterima atau ditolak.
Berdasarkan kepada kebisaan hidup dalam lingkungannya akan
mempunyai mulut yang berbeda-beda untuk mengambil makanannya. Letak mulut
ada yang inferior (dibawah kepala) seperti dalam golongan Elasmobranchia,
Acipencer, Polyodon, dan lain-lain. Mulut yang letaknya terminal (diujung dapan
kepala) terdapat kebanyakan ikan. Mulut ikan yang letaknya superior (dibagian
atas) terdapat sperti ikan Hyporhamphus. Selain letaknya, mulut ikan bervariasi
baik dalam bentuk,besar dan perlengkapan lainnya seperti gigi, alat peraba dan
lainnya. Variasi pada tiap-tiap spesies ikan merupakan spesialisasi struktur dalam
penyesuaian fungsi ekologi yang memberikan ikan itu suatu keuntungan tertentu
dari pada ikan lain yang tidak mempunyai bentuk tadi. Keadaan demikian untuk
beberapa spesies ikan tertentu yang hidup dalam suatu lingkungan yang khas
memberikan kemungkinan kecil sekali terjadi persaingan interspesifik. Dengan
kata lain bahwa spesies tertentu itu mengadakan penyesuaian yang
menguntungkan dalam pengambilan makanan terhadpa lingkungannya.
Untuk larva ikan, mata merupakan indera yang penting untuk mencari dan
menangkap makanannya. Bila larva menemukan mangsa didepan tubuhnya akan
beraksi dengan menggerakkan mata sehingga berposisi simetris tertuju ke depan.
Kemudian ikan menggerakkan tubuh berupa loncatan-loncatan kecil. Bila mangsa
sudah dekat yaitu kira-kira 1–2 mm didepan mulutnya, larva akan mendorong
tubuhnya dari posisi badan berbentuk huruf S kemudian menangkap mangsanya.
Biasanya mangsa seperti Copepoda tidak akan tingal diam, tetapi mengadakan
reaksi. Pergerakan larva merupakan perangsang mangsa mengadakan pergerakan
bila mana larva suda mendekat kira-kiar 2–3 mm mangsa akan meloncat sebelum
ditangkap. Mangsa Diaptomus dapat mengadakan satu kali loncatan sejauh 5 mm.
Mangsa yang sudah meloncat biasanya masih dalam jarak penglihatan larva.
Persentase sukses pengambilan mangsa oleh larva bergantung pada kepadatan
mangsa yaitu berkisar 20%.
Ikan pemakan mempunyai mulut relative kecil dan umumnya tidak
ditonjolkan ke luar. Rongga mulut bagian dalam dilengkapi dengan jari-jari tapis
insang yang panjang dan lemas untuk menyaring plankton yang di makan.
Plankton yang masuk ke dalam mulut bersama-sama air. Plankton akan tinggal
dalam mulut sedangkan airnya akan melalui celah insang. Umumnya mulut ikan
pemakan plankton tidak dilengkapi dengan gigi. Alat pencernaan tidak
mempunyai lambung seperti pada ikan buas dan usus pemakan plankton relative
panjang tetapi tidak dilengkapi dengan perlengkapan sempurna untuk mencerna.
Ikan pemakan plankton kalu makan ada yang suka membentuk suatu kelompok
dan mencari kelompok plankton yang padat. Bila mereka menemukan yang dapat
mereka makan dengan intensif dan lebih cepat dari pada makan ikan yang
makannya terisolir. Sebaliknya ikan pemakan benthos dan ikan buas makanannya
kurang intensif kalua mereka berkelompok tetapi makan lebih intensif kalau
terisolir.
Ikan pemakan dasar pada waktu mencari makanan mengunakan sungut
untuk meraba dasar perairan. Persentuhan sungut dengan mangsa atau
makanannya akan menggerakkan mulut untuk mengambil mangsa. Kebanyakan
makanan yang diambil terdiri dari invertebrata. Mulut pemakan dasar ada yang
dilengkapi dengan gigi halus yang memenuhi ruang atas dan bawah, tetapi ada
pula yang tidak dilengkapi dengan gigi seperti yang terdapat pada ikan. Ikan mas
yang sudah tua dan besar akan merubah kebiasaan makanannya dari pemakan
dasar menjadi pemakan rumput.
Umumnya ikan buas mencari mangsa mengunakan mata. Ikan buas aktif
mencari makanan dengan berenang kian kemari, tetapi ikan yang tidak aktif akan
menunggu mangsa di suatu tempat yang terlindung. Bila mangsa mendekat akan
disergap. Ikan buas yang suka berkelompok jika telah dapat melokalisir
mangsanya akan mengambil mangsa tersebut secara intensif dan cepat jika
dibandingka dengan ikan yang terisolir. Tetapi hal ini bergantung pada distribusi
dan konsentrasi makanantadi. Kadang-kadang ikan buas mengalami kesukaran
menghadapi mangsa yang bergerombol karena mangsa tersebut bergerombolnya
sedemikian rupa sehingga tidak ada satupun yang terlepas. Kalau kelompok ikan
tadi dalam keadaan terpencar maka ikan predator akan makan secara intensif.
Sehubungan dengan kebiasaan ikan mencari makanannya, pada ikan
terdapat apa yang dinamakan Feeding Periodicity masa aktif ikan untuk mencari
makanan selama 24 jam. Bergantung kepada ikannya feeding periodicity ada yang
satu ada yang dua kali. Lamanya ada yang satu jam atau dua jam bahkan ada yng
terus menerus. Pada ikan buas yang memakan mangsa yang ukuran besar interval
pengambilan makanannya mungkin lebih dari satu hari. Feeding periodicity ikan
nocturnal aktif pada malam hari dimulai dari matahari terbenam sampai pagi dan
untuk ikan diurnal pada siang hari. Feeding periodicity ini berhubungan dengan
suplay makanan juga dengan musim. Kalau kondisi lingkungan menjadi buruk
feeding periodicity dapat berubah, bahkan dapat menyebabkan terhentinya
pengambilan makanan.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari latar belakang dan pembahasan tersebut di atas, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Kebiasaan makanan (food habits) adalah kualitas dan kuantitas makanan yang
dimakan oleh ikan. Umumnya makanan yang pertama kali datang dari luar untuk
semua ikan dalam mengawali hidupnya ialah plankton yang bersel tunggal yang
berukuran kecil.
Rantai makanan adalah proses makan-dimakan sehingga tebentuk suatu
ikatan antara mangsa dan pemangsa (food chaints). Plankton tumbuh-tumbuhan
pada waktu mengadakan fotosintesa, menggunakan CO2 dan air dengan bantuan
utama cahaya membuat hidrat arang dan menghasilkan zat asam yang berguna
untuk ikan.
Kebiasaan cara makan adalah kapan waktu, tempat dan cara ikan
mendapatkan makanannya. Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan
menggunakan mata. Pembauan dan persentuhan digunakan juga untuk mencari
makanan terutama oleh ikan pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan
cahaya atau dalam peraira keruh.
.
3.2 Saran

Saran yang dapat saya ajukan dalam tugas makalah ini yaitu pada temanteman
yang diberi tugas harus dikerjakan sebaik mungkin dan saling kerja samanya
sehingga dalam pembuatan makalah dapat diselesaikan dengan tepat serta sesuai
yang diharapkan. Untuk menambah ilmu pengetahuan penulis mengarapkan tugas
ini bisa dibaca atau mencari referensi lain untuk melengkapi.

DAFTAR PUSTAKA
Beckman, W.C. 1962. The frehwater fishes of Syria and their general biology and
management. FAO Fish. Biol. Tech. Pap. No.8, Rome.

Effendie, 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Bogor. Indonesia.

Effendie, M. I. 1978, 2002 Biologi Perikanan. Bagian I. Studi Natural Histori.


Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor.

Lagler, K.F., J.E Bardach, R.H. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthiology.
Second edition.John Wiley and Sons Inc., Toronto, Canada.545 p.

Lagler, K.F. 1961. Freshwater Fishery Biology. Second edition. WM. C. Brown
Company, Dubuque, lowa.545 p.

Moyle, P.B. & J.J. Cech. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second
Edition. Prentice Hall, New Jersey.

Nikolsky, G.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press, London, 352 p.

Saanin, H, 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Binatjipta.
Bandung.

Ward, H. B. and G.C. Whipple. 1959. Freshwater Biology. Ed. By W.T.


Edmondson. John Wiley and Sons Inc. New York.

Djamali, Asikin; Sumadhiharga, Ono Kurnaen; Sutomo. 1997. Potential and


Distribution of Fish Resources of Indonesian Sea Waters. Indonesian
Institute of Sciences. Journal. 142-160 pp.
Fujaya, Yushinta. 2002. Fish Physiology, Basic of Fisheries Technology
Development . Depdiknas. Jakarta. i-204 pp.

Anda mungkin juga menyukai