Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEBIASAAN MAKAN (FOOD HABITS)


DAN CARA MAKAN (FEEDING HABITS) IKAN

DISUSUN OLEH

MULISNA MAHADING
(221542470002)

INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS MUHAMMADIYAH


WAKATOBI
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa, karena atas limpahan
rahmat dan kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga Alhamdulillah makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik. makalah ini banyak mengalami hambatan dan tantangan,
namun berkat adanya bimbingan dan dorongan serta motifasi dari Dosen maupun teman-teman
makalah ini dapat terselesaikan. Saya selaku Penulis sadar akan kemampuan dan kekurangan
kami sebagai hamba ciptaan Tuhan. Oleh karena itu, sangat mungkin jika terdapat kekeliruan
dan kesalahan dalam penulisan makalah ini. Olehnya itu, kritikan dan saran sangat penulis
harapkan dari segenap hati dan pikiran pembaca demi membenahi kekurangan yang terdapat
dalam makalah ini.

Wakatobi, 5 Februari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................................................... 3
2.1 Makanan................................................................................................................................. 3
2.2 Kebiasaan makanan (Food Habits)........................................................................................ 4
2.3 Rantai Makanan..................................................................................................................... 6
2.4 Kebiasaan Cara makan (Feeding Habits)............................................................................... 7
2.5 Spesialisasi Kebiasaan Makanan........................................................................................... 9
BAB III
PENUTUP.................................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 11
3.2 Saran...................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan sebagai mahluk hidup didalam kehidupannya membutuhkan bahan makanan


sebagai sumber energi dan gizi yang diperlukan dalam melakukan aktifitasnya yang mencakup
pertumbuhan dan perkembangan serta reproduksi yang dilakukannya. Pada habitat alaminya
yaitu perairan bebas sumber makanan yang diperlukan ikan telah tersedia dengan sendirinya
pada kondisi terkait dengan pola rantai makanan yang ada di perairan tersebut.
Ketersediaan pakan di perairan bebas memungkinkan ikan untuk memilih dan mencari
sumber makanan yang dibutuhkannya tanpa terbatas ruang dan waktu, sedangkan ikan yang
dibudidayakan dalam suatu petakan tambak relative tidak mempunyai alternatif lain dalam
memilih dan mencari sumber makanan karena ruang gerak dan habitatnya dibatasi oleh petakan
tambak. Situasi ini mengarahkan ikan dalam suatu kondisi ketergantungan pakan yang di suplai
dari luar lingkungannya, karena ketersediaan pakan alami yang ada di dalam perairan
tersebut semakin menipis dengan bertambahnya ukuran ikan dan bahkan pada waktu tertentu
akan mengakibatkan habisnya pakan alami tersebut.
Besarnya populasi ikan dalam suatu perairan antara lain ditentukan oleh makanan yang
tersedia. Dari makanan ini ada beberapa factor yang berhubungan dengan populasi tersebut yaitu
jumlah dan kualitas makanan yang tersedia (food habits), mudahnya tersedia makanan, lama
masa pengambilan dan cara memakan ikan dalam populasi tersebut (feeding habits). Jadi
kebiasan makan dan cara memakan ikan itu secara alami bergantung kepada lingkungan tempat
ikan itu hidup.
Makanan yang telah digunakan oleh ikan tadi akan mempengaruhi sisa persediaan
makanan dan sebaliknya dari makanan yang diambilnya akan mempengaruhi pertumbuhan,
kematangan pada bagi tiap- tiap individu ikan ikut serta keberhasilan hidupnya ( survival ).
Adanya makanan dalam perarairan selain terpengaruh oleh kondisi biotic lingkungan seperti
suhu, cahaya, ruang dan luas permukaan.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang kebiasaan makan dan cara
makan ikan seperti kebiasaan makan ikan, rantai makanan, kebiasaan cara makan
ikan dan spesialisasi kebiasaan makan ikan

4
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Bagaimana kebiasaan makan ikan !
2. Bagaimana kebiasaan cara makan ikan !
3. Bagaimana spesialisasi kebiasaan makan ikan !

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui kebiasaan makan dan cara
makan ikan seperti kebiasaan makan ikan, rantai makanan, kebiasaan cara makan
ikan dan spesialisasi kebiasaan makan ikan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Makanan

Menurut Effendie (2002), makanan merupakan faktor pengendali yang penting dalam
menghasilkan sejumlah ikan di di suatu perairan, karena merupakan faktor yang menentukan
bagi populasi, pertumbuhan dan kondisi ikan di suatu perairan. Di alam terdapat berbagai jenis
makanan yang tersedia bagi ikan dan ikan telah menyesuaikan diri dengan tipe makanan khusus
dan telah dikelompokkan secara luas sesuai dengan cara makannya, walaupun dengan
macam-macam ukuran dan umur ikan itu sendiri (Nikolsky, 1963)
Kebiasaan makanan ikan dipelajari untuk menentukan gizi alamiah ikan tersebut.
Pengetahuan tentang kebiasaan makanan ikan dapat digunakan untuk melihat hubungan ekologi
di antara organisme di perairan tempat mereka berada, misalnya bentuk pemangsaan,
persaingan, dan rantai makanan. Jadi, makanan dapat merupakan faktor yang menentukan bagi
keberadaan populasi (Effendie,1979).
Menurut Moyle dan Chech (1988), ikan dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah dan
variasi makanannya menjadi euryphagous yaitu ikan yang memakan berbagai jenis makanan;
stenophagous yaitu ikan yang memakan makanan yang sedikit jenisnya; dan monophagous yaitu
ikan yang hanya memakan satu jenis makanan saja.
Menurut Effendie (2002), kebiasaan makanan adalah jenis, kuantitas dan kualitas
makanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara makan adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan waktu, tempat dan lebih lanjut, bagaimana cara ikan memperoleh
makanannya. Effendie (2002) menambahkan bahwa faktor-faktor yang menentukan suatu jenis
ikan akan memakan suatu jenis organisme adalah ukuran makanan, ketersediaan makanan,
warna, rasa, tekstur makanan dan selera ikan terhadap makanan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh
suatu spesies ikan adalah umur, tempat dan waktu. Makanan mempunyai fungsi yang sangat
penting dalam kehidupan suatu organisme dan merupakan salah satu faktor yang dapat
menentukan luas persebaran suatu spesies serta dapat mengontrol besarnya suatu populasi. Suatu
organisme dapat hidup, tumbuh dan berkembang-biak karena adanya energi yang berasal dari
makanannya (Nikolsky, 1963). Sebagai komponen lingkungan, makanan merupakan faktor
penentu bagi jumlah populasi, pertumbuhan, dan kondisi ikan di suatu perairan (Lagler, 1961).
Effendie (2002) mengatakan bahwa makanan merupakan salah satu faktor luar
yang mempengaruhi pertumbuhan ikan. Kelimpahan makanan di dalam suatu perairan selalu
berfluktuasi dan hal ini disebabkan oleh daur hidup, iklim dan kondisi lingkungan (Lagler,
1977). Dengan mengetahui makanan suatu jenis ikan dapatlah diketahui kedudukan ikan
tersebut, apakah sebagai predator atau kompetitor, serta makanan utama dan makanan tambahan
ikan tersebut. Tidak keseluruhan makanan yang ada dalam suatu perairan dimakan oleh

6
ikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi dimakan atau tidaknya suatu zat makanan oleh ikan
diantaranya yaitu ukuran makanan ikan, warna makanan dan selera makan ikan terhadap
makanan tersebut. Sedangkan jumlah makanan yang dibutuhkan oleh ikan tergantung pada
kebiasaan makan, kelimpahan makanan, nilai konversi makanan serta kondisi makanan ikan
tersebut (Beckman, 1962 dalam Yasidi, 2005). Berdasarkan kebiasaan makanannya, ikan dapat
dibedakan atas tiga golongan, yaitu herbivora, karnivora, dan omnivora. Namun di alam
seringkali ditemukan tumpang tindih yang disebabkan oleh keadaan habitat sekeliling tempat
ikan itu hidup (Effendie, 1978).
Dalam pengelompokan ikan berdasarkan makanannya, ada ikan sebagai pemakan
plankton, pamakan tumbuuhan, ikan buas dan ikan pemakan campuran. Berdasarkan jumlah
variasi dari makanan yang macamnya sedikit atau sempit dan ikan monophagus yaitu ikan yang
makanannya terdiri dari satu jenis saja (Effendie, 1997).

2.2 Kebiasaan makanan (Food Habitsts)

Kebiasaan makanan (food habits) adalah kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan
oleh ikan. Umumnya makanan yang pertama kali datang dari luar untuk semua ikan dalam
mengawali hidupnya ialah plankton yang bersel tunggal yang berukuran kecil. Jika untuk
pertama kali ikan itu menemukan makanan berukuran tepat dengan mulutnya, diperkirakan akan
dapat meneruskan hidupnya. Tetapi apabila dalam waktu relative singkat ikan tidak dapat
mentukan makanan yang cocok dengan ukuran mulutnya akan terjadi kelaparan
dan kehabiasan tenaga yang mengakibatkan kematian. Hal inilah yang antara lain menyebabkan
ikan pada masa larva mempunyai mortalitas besar. Ikan yang berhasil mendapatkan makanan
yang sesuai dengan mulut, setelah bertambah besar ikan itu akan merubah makanan baik dalam
ukuran dan kualitasnya. Apabila telah dewasa ikan itu akan mengikuti pola kebiasaan
induknya.refleksi perubahan makanan pada waktu kecil sebagai pemakan plankton dan bila
dewasa akan mengikuti kebiasaan induknya dapat terlihat pada sisiknya.
Dalam pengelompokkan ikan berdasarkan makanannya, ada ikan sebagai pemakan
plankton, pemakan tananman, pemakan detritus, ikan buas, dan ikan pemakan campuran.
Berdasarkan kepada jumlah variasi dan macam-macam makanan tadi, ikan dapat dibagi menjadi
3 yaitu:
a. Euryphagic
Euryphagic adalah ikan pemakan bermacam-macam makanan.
b. Stenophagic
Stenophagic adalah ikan pemakan makanan yang macamnya sedikit atau sempit.
c. Monophagic
Monophagic adalah ikan pemakan makanannya terdiri dari satu macam makanan.

7
Banyak spesies ikan dapat menyesuaikan diri dengan persediaan makanan dalam
perairan sehubungan dengan musim yagn berlak. Dalam suatu daerah geografis luas untuk suatu
spesies ikan yang hidup terpisah-pisah dapat terjadi perbedaan kebiasaan makanannya.
Perbedaan ini bukan untuk satu ukuran saja tetapi untuk semua ukuran. Jadi untuk satu spesies
ikan dengan ukuran yang sama dalam daerah berbeda, dapat berbeda kebiasaan makanannya.
Perbedaan ini dapat terlihat jelas pada spesies ikan yang hidup dalam perairan tawar. Namun
dalam suatu perairanpun kalau terjadi perubahan linkungan sehingga menyebabkan
perubahan persediaan makanan, ikan akan merubah kebiasaan makanannya. Menurut Bardach
( personal communication, mei 1973) pada kultur iakan bandeng di Filipina, dengan
mengunakan system kultur yang baru, ikan bandeng tersebut dipaksa memakan plankton lain.
Kita mengetahui bahwa makanan ikan bandeng adalah thi air (lablap) yang terdiri dari kelompok
ganggang hiojau biru. Di dalam bidang kultur memang sering diadakan pemaksaan perubahan
kebiasaan makanan ikan dengan memberi makanan alami lain atau dengan makanan buatan yang
cukup mengandung zat-zat kebutuhan tubuh termasuk beberapa vitamin yang diperlukan.
Seperti telah diketemukan bahwa berdasarkan makanannya secari garis besar ikan dapat
digolongkan menjadi herbivore, karnivor, predator dan sebagainya. Akan tetapi dalam
kenyataanya banyak sekali “overlap” disebabkan oleh keadaan habitat sekelilingnya dimana ikan
itu hidup. Oleh karena itu dalam pemeriksaan untuk menggolongkan ikan berdasarkan kesukaan
makanannya memerlukan contoh yang besar diambil dari berbagai macam lokasi. Apabila satu
spesies ikan telah di ketahui secara umum kebiasaan makanannya, tetapi ketika
diambil dari suatu perairan tertentu terdapat kelainan dalam lambungnya, hal ini menunjukkan
bahwa habitat itu secara alami tidak sesuai dengan ikan itu.
Banyak sekali penelitian yang menunjukkan walaupun ikan itu sama spesiesnya dan
ukurannya, tetapi apabila habitat perairannya sedikit berbeda hasilnya tidak sama. Dengan
demikian penilaian kesukaan ikan terhadap makanannya menjadi sangat relatif. Beberapa faftor
yang harus diperhatikan dalam hubungan ini ialah faktor penyebaran organism sebagai makanan
ikan, factor ketersediaan makanan, faktor pilihan dari ikan itu sendiri serta faktor-faktor yang
mempengaruhi perairan.
Berdasarkan penelitian yang diambil dari bermacam habitat yang berbeda, hasilnya
menunjukkan bahwa ikan menduduki posisi rantai makanan yang berbeda untuk tiap habitat.
Penyebarabn organisme makanan ikan di di dalam suatu komuniti umumnya akan didapatkan
bahwa beberapa persen spesies organism mempunyai jumlah individu banyak. Sedang spesies
sisanya berjumlah banyak dengan masing-masing jumlah individu sedikit atau jarng. Penyebaran
organism makanan yang dominan menyebabkan pengambilan makanan itu akan bertambah
sedangkan pengambilan osganisme yang lain oleh ikan itu akan menurun.
Ketersediaan makanan yang terdapat di perairan dapat diketahui apabila kita menganalisa
makanan ikan itu dan membandingkannya dengan makanan yang terdapat dalam perairan.

8
2.3 Rantai Makanan

Rantai makanan adalah proses makan-dimakan sehingga tebentuk suatu


ikatan antara mangsa dan pemangsa (food chaints). Plankton tumbuh-tumbuhan
pada waktu mengadakan fotosintesa, menggunakan CO2dan air dengan bantuan
utama cahaya membuat hidrat arang dan menghasilkan zat asam yang berguna
untuk ikan. Dengan demikian plankton dapat memproduksi zat organic dari zat
anorganik, maka plankton tersebut dinamakan “penghasil awal”. Organisme yang
memakan penhasil awal dinamakan “pemakan awal”. Organisme yang memakan
pemakan awal dinamakan “pemakan kedua”. Pemakan kedua akan dimakan
pemakan ketiga dan seterusnya. Susunan demikian itu yang dimaksud dengan
rantai makanan. Panjang pendeknya rantai makanan bergantung kepada macam,
ukuran atau umur ikan. Ikan buas yang besar merupakan pemakan yang tertinggi,
akan tetapi akan lebih rendah dari pada organisme pemakan ikan buas tersebut.
Kolam ikan merupakan contoh yang baik untuk mengetahui rantai
makanan dalam keadaan sangat disederhanakan. Disini akan terlihat pola
pengelolaan yang direncanakan untuk menyalurkan energi melalui rantai makanan
yang diusahakan sependek mungkin. Bila rantai makanan itu semakin panjang
maka produksi terakhir yang di capai tidak secepat pada ikan dengan rantai yang
pendek.
Kebanyakan para ahli biologi aquatik menyetujui bahwa bakteria dan
algae merupakan dasar bagi rantai makanan. Bakteri mengunakan material sisa
yang komplek menjadi bentuk yang lebih sederhana. Algae sanggup
menggunakan garam-garam anorganik yaitu zat asam arang dan air dengan
adanya sinar matahari membentuk zat organik. Akan tetapi rantai makanan dari
bakteria ke ikan bukan meruapakan rantai makanan satu seri rantai makanan
melainkan bentuknya lebih komplek shingga akan tepat apabila disebut jaring
makanan karena terdiri dari berbagai rantai makanan yang saling bertautan.
Menurut Odum dalam Stele (1970) konsep klasik dalam rantai makanan
aquatik, bahwa zooplankton dianggap sebagai rantai pertama yang penting untuk
pengahasil kedua. Konsep ini berdasarkan penelitian rantai makanan di di laut
daerah utara dimana tiap tahap tropiknya dapat dengan mudah diikuti. Kedudukan
zooplankton bila makin dekat ke daerah pantai makin kurang peranannya. Bahkan
di daerah eustuarin, kepentingan phytoplankton menjadi nomor dua. Di daerah
pantai yang mempunyai peranan dalam rantai makanan sebagai rantai pertama
diantaranya rumput laut daerah pantai (spartina), rumput laut (Thalassia, dsb),
makro algae, mangrove dan mikroflora benthik. Ikan sebagai pemakan detritus
dari organisme tersebut sebagi energi menggantikan zooplankton sebagai rantai

9
pada herbivore. Beberapa spesies ikan yang telah hidup sebagai pemakan detritus
materual tanaman mikro dan makro benthic di daerah pantai adalah ikan bandeng,
dan belanak. Ikan pemakan detritus yang biasa hidup di air tawar diantaranya
adalah ikan mas, ikan mujair, ikan nila. Jaring-jaring makanan adalah kumpulan dari rantai
makanan yang saling berhubungan dan membentuk skema mirip jaring. Kelangsungan hidup
organism membutuhkan energi dari bahan organik yang dimakan. Bahan organik yang
mengandung energi dan unsur-unsur kimia transfer dari satu organisme ke organisme lain
berlangsung melalui interaksi makan dan dimakan. Peristiwa makan dan dimakan antar
organisme dalam suatu ekosistem membentuk struktur trofik yang bertingkat-tingkat.

2.4 Kebiasaan Cara makan (Feeding Habitsts)

Kebiasaan cara makan adalah kapan waktu, tempat dan cara ikan mendapatkan
makanannya. Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan menggunakan mata. Pembauan
dan persentuhan digunakan juga untuk mencari makanan terutama oleh ikan pemakan dasar
dalam perairan yang kekurangan cahaya atau dalam peraira keruh. Ikan yang menggunakan mata
dalam mencari makanan akan mengukur apakah makanan itu cocok atau tidak untuk ukuran
mulutnya. Tetapi ikan yang menggunakan pembauan dan persentuhan tidak melakukan
pengukuran, melainkan kalau makanan sudah masuk mulut akan diterima atau ditolak.
Berdasarkan kepada kebisaan hidup dalam lingkungannya akan mempunyai mulut yang
berbeda-beda untuk mengambil makanannya. Letak mulut ada yang inferior (dibawah kepala)
seperti dalam golongan Elasmobranchia, Acipencer, Polyodon, dan lain-lain. Mulut yang
letaknya terminal (diujung dapan kepala) terdapat kebanyakan ikan. Mulut ikan yang letaknya
superior (dibagian atas) terdapat sperti ikan Hyporhamphus. Selain letaknya, mulut ikan
bervariasi baik dalam bentuk,besar dan perlengkapan lainnya seperti gigi, alat peraba dan
lainnya. Variasi pada tiap-tiap spesies ikan merupakan spesialisasi struktur dalam penyesuaian
fungsi ekologi yang memberikan ikan itu suatu keuntungan tertentu dari pada ikan lain yang
tidak mempunyai bentuk tadi. Keadaan demikian untuk beberapa spesies ikan tertentu yang
hidup dalam suatu lingkungan yang khas memberikan kemungkinan kecil sekali terjadi
persaingan interspesifik. Dengan kata lain bahwa spesies tertentu itu mengadakan penyesuaian
yang menguntungkan dalam pengambilan makanan terhadpa lingkungannya.
Untuk larva ikan, mata merupakan indera yang penting untuk mencari dan
menangkap makanannya. Bila larva menemukan mangsa didepan tubuhnya akan
beraksi dengan menggerakkan mata sehingga berposisi simetris tertuju ke depan.
Kemudian ikan menggerakkan tubuh berupa loncatan-loncatan kecil. Bila mangsa
sudah dekat yaitu kira-kira 1–2 mm didepan mulutnya, larva akan mendorong
tubuhnya dari posisi badan berbentuk huruf S kemudian menangkap mangsanya.
Biasanya mangsa seperti Copepoda tidak akan tingal diam, tetapi mengadakan

10
reaksi. Pergerakan larva merupakan perangsang mangsa mengadakan pergerakan
bila mana larva suda mendekat kira-kiar 2– 3 mm mangsa akan meloncat sebelum
ditangkap. Mangsa Diaptomus dapat mengadakan satu kali loncatan sejauh 5 mm.
Mangsa yang sudah meloncat biasanya masih dalam jarak penglihatan larva.
Persentase sukses pengambilan mangsa oleh larva bergantung pada kepadatan
mangsa yaitu berkisar 20%.
Ikan pemakan mempunyai mulut relative kecil dan umumnya tidak
ditonjolkan ke luar. Rongga mulut bagian dalam dilengkapi dengan jari-jari tapis
insang yang panjang dan lemas untuk menyaring plankton yang di makan.
Plankton yang masuk ke dalam mulut bersama-sama air. Plankton akan tinggal
dalam mulut sedangkan airnya akan melalui celah insang. Umumnya mulut ikan
pemakan plankton tidak dilengkapi dengan gigi. Alat pencernaan tidak
mempunyai lambung seperti pada ikan buas dan usus pemakan plankton relative
panjang tetapi tidak dilengkapi dengan perlengkapan sempurna untuk mencerna.
Ikan pemakan plankton kalu makan ada yang suka membentuk suatu kelompok
dan mencari kelompok plankton yang padat. Bila mereka menemukan yang dapat
mereka makan dengan intensif dan lebih cepat dari pada makan ikan yang
makannya terisolir. Sebaliknya ikan pemakan benthos dan ikan buas makanannya
kurang intensif kalua mereka berkelompok tetapi makan lebih intensif kalau
terisolir.
Ikan pemakan dasar pada waktu mencari makanan mengunakan sungut
untuk meraba dasar perairan. Persentuhan sungut dengan mangsa atau
makanannya akan menggerakkan mulut untuk mengambil mangsa. Kebanyakan
makanan yang diambil terdiri dari invertebrata. Mulut pemakan dasar ada yang
dilengkapi dengan gigi halus yang memenuhi ruang atas dan bawah, tetapi ada
pula yang tidak dilengkapi dengan gigi seperti yang terdapat pada ikan. Ikan mas
yang sudah tua dan besar akan merubah kebiasaan makanannya dari pemakan
dasar menjadi pemakan rumput.
Umumnya ikan buas mencari mangsa mengunakan mata. Ikan buas aktif
mencari makanan dengan berenang kian kemari, tetapi ikan yang tidak aktif akan
menunggu mangsa di suatu tempat yang terlindung. Bila mangsa mendekat akan
disergap. Ikan buas yang suka berkelompok jika telah dapat melokalisir
mangsanya akan mengambil mangsa tersebut secara intensif dan cepat jika
dibandingka dengan ikan yang terisolir. Tetapi hal ini bergantung pada distribusi
dan konsentrasi makanantadi. Kadang-kadang ikan buas mengalami kesukaran
menghadapi mangsa yang bergerombol karena mangsa tersebut bergerombolnya
sedemikian rupa sehingga tidak ada satupun yang terlepas. Kalau kelompok ikan
tadi dalam keadaan terpencar maka ikan predator akan makan secara intensif.

11
Sehubungan dengan kebiasaan ikan mencari makanannya, pada ikan
terdapat apa yang dinamakan Feeding Periodicity masa aktif ikan untuk mencari
makanan selama 24 jam. Bergantung kepada ikannya feeding periodicity ada yang
satu ada yang dua kali. Lamanya ada yang satu jam atau dua jam bahkan ada yng
terus menerus. Pada ikan buas yang memakan mangsa yang ukuran besar interval
pengambilan makanannya mungkin lebih dari satu hari. Feeding periodicity ikan
nocturnal aktif pada malam hari dimulai dari matahari terbenam sampai pagi dan
untuk ikan diurnal pada siang hari. Feeding periodicity ini berhubungan dengan
suplay makanan juga dengan musim. Kalau kondisi lingkungan menjadi buruk
feeding periodicity dapat berubah, bahkan dapat menyebabkan terhentinya
pengambilan makanan.

2.5 Spesialisasi Kebiasaan Makanan

Aktifitas mencari makan pada ikan pada alam bebas merupakan pekerjaan harian yang
rutin dimana makanan tadi diketahui oleh ikan dengan cara penglihatan, perabaan, pembauan.
Makanan yang tersedia di di alam dimanfaatkan oleh ikan biasanya dapat diketahui dengan
mengambil contoh makanan yang ada pada lambungnya dan dilengkapi dengan daftar diet
harien yang diambil ikan berbagi umur dan ukuran. Dalam mempelajari tentang kebiasaan,
kesukaan dan macam-macam makanan ikan harus menyertakan pertimbangan terhadap
morfologi fungsional dari tengkorak, rahang dan alat pencernaan ikan tersebut.
Dengan memprtingkan hal-hal tersebut dapat diketahui gizi alami dan pembataspembatas
kebiasaan makanan yang mungkin timbul. Ikan tanpa struktur mulut untuk menghisap lumpur
tidak akan mendapatkan makanan di bawah batubatu besar padahal makanan disitu cukup
banyak.
Mengenai feeding habits yaitu kebiasaan cara memakan pada ikan sering kali di
hubungkan dengan bentuk tubuh yang khusus dan fungsional morfologi dari tengkoraknya,
rahang dan alat pencernaan makanannya. Jadi ikan herbivore secara sederhana dapat dinyatakan
bahwa ikan tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk memakan dan mencerna material lain
selain tumbuhan, oleh karena itu ikan pemakan tumbuhan cenderung memakan material
tumbuhan yang lambat dicerna. Ikan herbivore ini harus dapat mengekstraksi nutrient melalui
ususnya yang panjang. Jadi usus ini berfungsi sebagai penahan makanan dalam
jumlah besar dalam waktu yang lama untuk mendapat kesempatan penggunaan
penuh material makanan yang sudah dicerna. Secara kontras ikan karnivor mempunyai usus
yang lebih pendek khusus.

12
Beberapa garis besar gross morfologi usus macam-macam ikan yang berbeda kebiasaan
makanannya yaitu:

a. Ikan Herbivore
Ikan herbivore tidak mempunyai gigi dan mempunyai tapis insang yang
lembut dapat menyaring phytoplankton dari air. Ikan ini tidak mempunyai
lambung yang benar yaiut bagian usus yang mempunyai jaringan otot kuat,
mengekresikan asam, mudah mengembang, terdapat dibagian muka alat
pencernaan makanannya). Ususnya panjang berliku-liku dan dindingnya tipis.
b. Ikan Karnivore
Ikan karnivore mempunyai gigi untuk menyergap, menahan dan merobek
mangsa dan jari-jari tapis ingsangnya menyesuaikan untuk penahan, memegang,
memarut dan mengilas mangsa. Punya lambung benar, palsu dan usus pendek,
tebal dan elastis.
c. Ikan Omnivore
Ikan omnivore mempunyai system pencernaan antara bentuk herbivore dan karnivor.

Pengelompokan ikan berdasarkan kepada macam makanannya telah dikenal yaitu


sebagai ikan pemakan plankton, pemakan tanaman, pemakan detritus, pemakan insecta,
pemakan bangkai, ikan buas dan ikan pemakan campuran. Namun banyak ikan yang mempunyai
daya untuk menyesuaikan diridengan keadaan lingkunganya dalam rangka untuk
mempertahankan hidupnya.
Salah satu contoh ikan yang mempunyai keistimewaan khusus dalam kebiasaan
makanannya dan mencari makanan terdapat pada ikan mas. Ikan ini mencari makan dengan cara
menghisap dengan mulut yang dapat dijulurkan dengan mudah. Mulutnya terminal dan tidak
mempunyai gigi. Sebagai ganti gigi dan lambung ikan ini mempunyai gigi pharynx untuk
mengerus. Dilihat dari segi spesialisasi makanannya, maka ikan ini adalah ikan omnivore
euryphagus dan sebagai pemakan yang oportunistik di dalam suatu daerah ekologi yang
bermacam-macam. Di daerah musim empat, pada waktu musim dingin makanan
bagian terbesarnya adlah makanan yang pada waktu musim panas terbawa dengan
makanan lainnya.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari latar belakang dan pembahasan tersebut di atas, dapat


disimpulkan sebagai berikut :
Kebiasaan makanan (food habits) adalah kualitas dan kuantitas makanan yang
dimakan oleh ikan. Umumnya makanan yang pertama kali datang dari luar untuk
semua ikan dalam mengawali hidupnya ialah plankton yang bersel tunggal yang
berukuran kecil.
Rantai makanan adalah proses makan-dimakan sehingga tebentuk suatu
ikatan antara mangsa dan pemangsa (food chaints). Plankton tumbuh-tumbuhan
pada waktu mengadakan fotosintesa, menggunakan CO2dan air dengan bantuan
utama cahaya membuat hidrat arang dan menghasilkan zat asam yang berguna
untuk ikan.
Kebiasaan cara makan adalah kapan waktu, tempat dan cara ikan
mendapatkan makanannya. Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan
menggunakan mata. Pembauan dan persentuhan digunakan juga untuk mencari
makanan terutama oleh ikan pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan
cahaya atau dalam peraira keruh.
Pengelompokan ikan berdasarkan kepada macam makanannya telah dikenal
yaitu sebagai ikan pemakan plankton, pemakan tanaman, pemakan detritus,
pemakan insecta, pemakan bangkai,ikan buas dan ikan pemakan campuran.

3.2 Saran
Saran yang dapat saya ajukan dalam tugas makalah ini yaitu pada temanteman yang
diberi tugas harus dikerjakan sebaik mungkin dan saling kerja
samanya sehingga dalam pembuatan makalah dapat diselesaikan dengan tepat
serta sesuai yang diharapkan. Untuk menambah ilmu pengetahuan penulis
mengarapkan tugas ini bisa dibaca atau mencari referensi lain untuk melengkapi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Beckman, W.C. 1962. The frehwater fishes of Syria and their general biology and management.
FAO Fish. Biol. Tech. Pap. No.8, Rome.
Effendie, 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Bogor. Indonesia.
Effendie, M. I. 1978, 2002 Biologi Perikanan. Bagian I. Studi Natural Histori. Fakultas
Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
Kurnaen; Sutomo. 1997. Potential and Distribution of Fish Resources of Indonesian Sea Waters.
Indonesian Institute of Sciences. Journal. 142-160 pp.
Fujaya, Yushinta. 2002. Fish Physiology, Basic of Fisheries Technology Development.
Depdiknas. Jakarta. i-204 pp.

15

Anda mungkin juga menyukai