Disusun oleh :
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai, dan
mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan
adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai
salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup
bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada
penguasa alam semesta.
Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti "10 Firman" dalam agama Kristen atau "5 rukun
Islam" dalam agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti
misalnya dalam sistem teokrasi. Agama juga memengaruhi kesenian.
Masyarakat bahari atau masyarakat pesisir juga tidak luput dari yang namanya sistem
kepercayaan. Ini disebabkan oleh budaya dan adat istiadat yang meraka anut dan telah
diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang mereka.
Berdasarkan aspek geografis, masyarakat bahari merupakan masyarakat yang hidup, tumbuh dan
berkembang di kawasan pesisir. Masyarakat ini bergantung hidup dengan megelola sumber daya
alam yang tersedia di lingkungannya yaitu kawasan perairan dan pulau-pulau kecil. Secara
umum sumber ekonomi mereka ialah sumber daya perikanan (tangkap dan budidaya) menjadi
sumber daya yang sangat penting dan sumber daya ini menjadi penggerak dinamika ekonomi
lokal di desa-desa pesisiran.
1.2 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi
mahasiswa khususnya dalam mengetahui sistim kepercayaan masyarakat bahari.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Sistem Kepercayaan
Sistim kepercayan adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan
serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam
komunitas ekologis. Jadi sistim kepercayaan bukan hanya menyangkut pengetahuan atau
pemahaman masyarakat adat tentang manusia dan bagaimana relasi yang baik di antara manusia,
melainkan juga menyangkut pengetahuan, pemahaman dan adat kebiasaan tentang manusia, alam
dan bagaimana relasi di antara semua penghuni komunitas ekologi. Seluruh sistim
kepercayaan ini dihayati, dipraktikan, diajarkan dan diwariskan dari satu generasi ke generasi
lain yang sekalgus membentuk pola perilaku manusia sehari -hari baik terhadap sesame manusia
maupun terhadap alam dan yang gaib.
Sistim kepercayaan didasarkan atas beberapa karakter penggunaan sumber daya,ialah
1. Sepenuhnya pedesaan
2. Sepenuhnya didasarkan atas produksi lingkungan fisik setempat
3. Integrasi nilai ekonomi, sosial, budaya serta institusi dengan hubungan keluarga sebagai
kunci sistem distribusi dan keluarga sebagai dasar pembagian kerja
4. Sistim distribusi yang mendorong adanya kerjasama
5. Sistim pemilikan sumberdaya yang beragam, tetapi selalu terdapat system pemilikan
bersama
6. Sepenuhnya tergantung pada pengetahuan dan pengalaman lokal.
C. Faktor Faktor yang mempengaruhi Sistem Kepercayaan
1. Agama
Agama merupakan salah satu faktor kuat yang menyetir suatu tatanan yang ada di dalam
masyarakat. Tuntunan agama meresap hingga ke setiap sendi-sendi kehidupan bermasyarakat.
Tuntunan agama merupakan nilai yang menjadi landasan dari norma. Lalu, apa hubungan nilai
ini dengan ciri khas suatu daerah dalam kaitannya dengan penangkapan ikan?. Yap, pengaruh
agama memiliki peran yang besar dalam tata cara penangkapan ikan di beberapa daerah di
Indonesia. Di dalam agama Islam, hari Jumat merupakan hari suci dimana umat muslim terutama
pria melaksanakan ibadah sholat Jumat.
D. Proses Ritual Kepercayaan yang Dianut Oleh Nelayan dari Berbagai Macam Daerah di
Indonesia
1. Suku Bajo
Walaupun Suku Bajo beragama Islam, namun mereka masih hidup dalam dimensi leluhur.
Masyarakat Suku Bajo percaya pantangan- pantangan larangan meminta sesuatu kepada tetangga
seperti minyak tanah, garam, air atau apapun setelah magrib. Mereka juga percaya dengan
upacara tebus jiwa. Melempar sesajen ayam ke laut. Artinya kehidupan pasangan itu telah
dipindahkan ke binatang sesaji. Ini misalnya dilakukan oleh pemuda yang ingin menikahi
perempuan yang lebih tinggi status sosialnya.
3. Suku Mandar
Nelayan Mandar memiliki ritual laut, yang terkait dengan penghidupannya di laut,
kepercayaannya terhadap penguasa alam semesta (Allah SWT), alam gaib dan hal-hal yang
membahayakan di laut. Tuhan dan alam gaib menjadi pusat dari pelaksanaan ritual. Nabi khidir
direpresentasikan sebagai penguasa laut. Tujuan utama dari ritual nelayan Mandar adalah untuk
mendapatkan rezeki yang memadahi, perlindungan dari Tuhan agar terhindar dari bahaya laut
(kawao, badai, hantu laut dan sebaginya). Demikian juga untuk mendapatkan barokah dari Allah
SWT. Ritual dibagi 3: Ritual konstruksi (ritual pembuatan perahu hingga penurunan awal perahu
ke laut). Ritual produksi (ritual sebelum melaksanakan pekerjaan melaut). Ritual distribusi
(berupa upacara syukuran hasil tangkapan dan ritual syukuran awal bulan ramadhan).
4. Suku Lamalera
Suku Lamalera adalah suku yang menetap di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Ritual
yang biasa dilakukan oleh masyarakat nelayan setempat yakni:
> Bito Berue
Merupakan suatu sistim kepercayaan ritual yang dilakukan oleh nelayan setempat sebelum
menggunakan sampan/juku baru. Acara ini biasanya dilakukan di pantai dengan menggunakan
bahan-bahan seperti ayam jantan yang jenggernya masih utuh. Jengger ayam dipotong oleh tua
adat laut (Aho Male) , lalu darahnya dioles disekeling sampan/juku baru.
> Lepa Nua Dewe
Sistim kepercayaan ritual ini dilakukan untuk melepas pukat yang ukurannya kecil yang dalam
bahasa setempat disebut noro. Jenis pukat ini merupakan alat tangkap tradisional masyarakat
setempat untuk menangkap ikan serdin dan tembang biasanya pada musim-musim tertentu selalu
muncul diperairan laut daerah setempat dalam jumlah yang sangat banyak.
> Bruhu Brito
Merupakan suatu tradsi oleh masyarakat nelayan setempat sebelum melepas pukat baru untuk
menangkap jenis ikan selain tembang.
> Tula Lou Wate
Upacara ini merupakan tradisi dalam memberi makan kepada leluhur di laut dengan maksud
memanggil ikan agar ikan dapat berkumpul dan memberikan hasil tangkapan yang banyak.
KESIMPULAN
Sistem kepercayaan yang dianut oleh masyarakat bahari di setiap wilayah di seluruh Indonesia
memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Perbedaan perbedaan inilah yang menjadi ciri
khas dari sistem kepercayaan yang dianut oleh suatu sistem masyarakat bahari. Contohnya, Suku
Bajo dan Masyarakat pesisir utara Pulau Jawa sama-sama menganut agama Islam sebagai agama
mayoritasnya, akan tetapi mereka memiliki perbedaan dalam menjalankan sistem
kepercayaannya.
Pendekatan pemberdayaan sistim kepercayaan diharapan akan terjadi perubahan dasar perilaku
sosial yang berkaitan dengan perilaku konservasi sumberdaya pesisir dan laut. Perubahan
tersebut hanya dapat terlaksana apabila secara penuh didasarkan pada kesadaran, keiklasan dan
kesungguhan semua pihak yang terlibat (stakeholders) dalam proses mobilisasi sosial.
Peluang sistim kepercayaan merupakan pranatara-pranatara sosial budaya dan jaringan sosial
yang dimiliki oleh masyarakat pesisir dan nelayan. Potensi ini sebagai modal sosial budaya yang
berharga yang memiliki peranan dalam memobilisasi perubahan perilaku sosial secara sadar dan
keiklasan kearah yang lebih baik dalam kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
alamlaut dan pesisir.
DAFTAR PUSTAKA
http://aludinkedang.blogspot.co.id/2011/05/sistim-kepercayaan-masyarakat-nelayan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya#Sistem_Kepercayaan
http://riandonok.blogspot.co.id/2015/04/sistem-kepercayaan-masyarakat-pesisir.html
http://sofyanida.blogspot.co.id/2015/03/makalah-wsbm-sistim-kepercayaan-nelayan.html