Anda di halaman 1dari 6

Sub Tema: Perkembangan Teknologi Terhadap Perkembangan Budaya

“PERKEMBANGAN TEKNOLOGI HADIRKAN BUDAYA


INSTAN”
Oleh: Ismo Antonius1

Tahun ini adalah tahun kesialan bagi umat manusia. Tahun yang
menghadirkan sejuta bentuk probelematika kehidupan lewat kebudayaan dan isu
kontemporer di dunia. Ditambah sejalan dengan percepatan perkembangan teknologi
yang terjadi, ternyata membawa perubahan gaya hidup konsumtif hadirkan budaya
instan. Fenomena ini merupakan gambaran gaya hidup urban, “Saya membeli maka
saya memilikinya”. Status sosial seseorang ditandai dari kemampuannya memiliki
produk-produk baru yang mewah dan gaya hidup yang berbrand Kapitalis.

Teknologi telah ada sejak dulu seiring dengan berlangsungnya kehidupan


manusia. Perkembangan teknologi juga sejalan dengan perkembangan budaya,
semakin modern kehidupan manusia, maka semakin modern pula teknologi.
Teknologi sebagai jawaban atas pemikiran manusia menjadi alat bantu untuk
memecahkan persoalan yang ada. Teknologi diharapkan dapat menjadi fasilitator dan
interpreter. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan dan perkembangan
teknologi akan berdampak pada kehidupan sosial yang ada hingga mempengaruhi
aspek kebudayaan.2

Dari tahun ke tahun pergerakan kebudayaan masyarakat Indonesia saat ini


cenderung dinamis mengadopsi gaya hidup konsumtif dan sudah menjadi culture dan
kebiasaan masyarakat Indonesia. Dampaknya culture kapitalis mendorong dan
memaksa masyarakat tradisonal mengikuti perkambangan zaman. Sehingga
kebudayaan nasional semakin hari semakin terkikis. Hal ini tak lepas dari perubahan
kultur akibat perkembangan teknologi didunia. Karena menurut penulis “ maju
1
Penulis Merupakan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan,
Fakultas Ilmu Social, Universitas Negeri Medan, Sumatera Utara, Nim. 3172111015.
2
Novy Purnama, Dampak Perkembangan Teknologi Terhadap Kehidupan Social Budaya
tidaknya suatu bangsa akan ditentukan seberapa mampunya suatu Sumber Daya
Manusia (SDM) mengendalikan perkembangan teknologi dan memanfaatkan
teknologi yang sangat besar dampaknya”. Maka untuk bisa tetap bertahan hidup
hadirlah budaya Instan lewat gaya hidup konsumtif di era-digital.

Sesuai tema esai saat ini yakni Kebudayaan dan Isu Kontemporer. Maka
penulis mengangkat isu dengan judul “Perkembangan Teknologi Hadirkan Budaya
Instan”, dalam gaya hidup konsumtif akan membawa Eksistensi manusia diukur
sejauh mana seseorang mampu membeli produk-produk yang berbrand Kapitalis,
bahkan tidak hanya membeli produk berband kapitalis melainkan saat ini generasi
kita lebik cenderung mencintai dan mengadopsi budaya asing. Situasi pendemic
covid-19 ini jumlah kebutuhan masyarakat Indonesia semakin berhari semakin
meningkat. Pemberlakuan aturan bekerja, beribadah dan beraktivitas dari dalam
rumah, untuk menjaga keselamatan dan kesehatan telah membawa perilaku budaya
instan di indonesia.

Budaya Instan

Budaya instan merupakan suatu tindakan yang dilakukan diluar batas


kemanusiaan. Meningkatnya kriminalitas merupakan pertanda dari semakin
permisivime perilaku yang membolehkan segala cara. Budaya instan akan
berdampak negatif yang berasal dari gaya hidup konsumtif itu sendiri, mengapa
demikian? Karena manusia akan terpancing dan terjebak untuk melakukan tindakan
diluar batas kemanusiaan.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata “budaya” berarti


pikiran, akal budi, adat istiadat, kebiasaan, dan sesuatu yang sudah berkembang,
sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar dirubah. Sedangkan kata
“Instan” berarti langsung, tidak butuh waktu yang lama dan jika bias hanya dalam
hitungan detik dan menit. Kemudian pada hakikatnya, kebudayaan ini akan akan
mempunyai konsekunsinya yang sangat tinggi lewat lunturnya perlahan-lahan budaya
lokal suatu bangsa.

Budaya instan di tengah pendemic tidak hanya sekadar banyak tidaknya


mengkonsumsi produk-produk yang berbrandkan produk asing. Melainkan juga
berbicara tentang instanya Moral dan Etika masyarakat Indonesia saat ini
mencerminkan jiwa kapitalis dan induvidualisme semakin membara didalam diri.
Lewat mengkayakan diri dengan melakukan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)
terbukti menghancurkan nilai moral dan etika bangsa.

Jaminan kesehatan terhadap masyarakat telah termanifestasikan dalam


konsitusi negera Indonesia. Dengan adanya jaminan tersebut, maka masyarakat
Indonesia memiliki hak yang sama dimata hukum untuk tujuan mesejahterakan
rakyatnya. Dalam menyikapi adanya pandemic covid-1 9yang telah melindungi dunia
bahkan salah satunya adalah Indonesia. Pentingnya sebenarnya mematuhi protokol
kesahatan yang telah dibuat oleh pemerintah, yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Kesehatan No. 9/2020 tentang Pedoman PSBB dalam rangka Percepatan Penanganan
Covid 19, PSBB.3

Kendeati begitu, lebih dari 90 masyarakat Indonesia sebenarnya sudah


menyadari pentingnya menggunakan masker untuk mencegah penularan covid-19.
Hanya saja, kepatuhan mereka masih rendah “Berdasarkan data dan informasi dari
beberapa wilayah 90% masyarakat kita itu sudah paham tentang pentingnya memakai
masker, tetapi kepatuhan mereka dibawah 70% bahkan ada daerah yang tingkat
kepatuhannya dalam mematuhi protocol kesehatan dibawah 50% ungkap ketua Satgas
Penanganan Covid-19 Letjen Doni Monarjo4

3
Yunus, N.R; Rezki, Annisa. “Kebijakan Pemberlakuan Lock Down sebagai Antisipasi
Penyebaran Corona Virus Covid-19”. Salam: Jurnak social dan Budaya Syar-I, Volume 7,
No.3 (2020).
4
RMco,id Rakyat Merdeka, http://rmco,id/baca-berita/government-action/46027/90-persen-
paham-tapi-tidak-patuh-kenapa -ya-masyarakat-malas-memakai-masker.
Inilah yang membuat setiap orang akan melakukan cara apa saja tanpa
memperdulikan moral dan etika agar memperoleh apa saja yang diinginkan. Semua
dilakukan demi mewujudkan janji manis dari produk-produk kapitalisme yang
mempermudah kehidupan dari dampak gaya hidup konsumtif peradaban yang sangat
pesat kemajuannya. Kemajuan teknologi terhadap perkembangan budaya
konsumerisme mengajarkan agar semua keinginan dipandang sebagai kebutuhan
yang harus dipenuhi.

Faktanya, bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu mencari keuntungan


tanpa mau kerja keras. Perkataan ini mengingatkan kita akan ungkapan Mochtar
Lubis yang mengemukakan ciri masyarakat Indonesia antara lain munafik, segan dan
enggan tidak bertanggung jawab, berjiwa feudal, percaya takhayul, artistic, berwatak
lemah, tidak hemat, kurang gigih, serta tidak bias bekerja keras. Karakter bangsa kita
semakin hari semakin rusak, meningkatnya mentalitas jalan pintas akibat instannya
moral dan nilai bangsa. Nyatanya, buah yang aktual di perkembangan zaman
teknologi dapat kita rasakan dari gagalanya pendidikan karakter bangsa. 5

Tajuk harian Tempo.co Jakarta (2/9/20) mengenai korupsi di Indonesia yaitu


mantan Dirut PT Dirgantara Indonesia Didakwa Korupsi Rp 2 Miliar dan masih
banyak lagi kasus-kasus korupsi yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2020.
Jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendakwa Mantan Direktur Utama
(Dirut), Budi Santoso melakukan korupsi memperkaya diri sebesar Rp. 2.009.722.500
dari kontrak perjanjian secara fiktif dengan mitra penjualan untuk memasarkan
produk dan jasa.

Perbuatan para terdakwa merupakan perbuatan yang menyelahgunakan


kewenangan. Dari kasus yang penulis sampaikan, juga masih banyak lagi kasus-kasus
yang berstandar tinggi tingkat korupsinya mulai dari Miliaran dan Triliunan yang
dilakukan para koruptor. Karuptor sebutan wakil-wakil rakyat yang seharusnya
5
Rowlawnd Bismark Fernando Pasaribu, Isu-Isu Kontemporer Manusia Indonesia, Ilmu
Budaya Dasar.
menjunjung tingga hak rakyat. Namun semua berubah ketika rupiah sudah menjadi
kebutuhan utama para koruptor yang memperkaya diri dengan budaya instan. Jika
dipikir lewat hati nurani dan intelejensi, uang yang telah dikorupsi seandainya
dipergunakan untuk kemajuan dan kebutuhan rakyat maka penulis yakin dan percaya
bangsa kita akan menjadi bangsa yang kaya akan ekonomi, sosial dan budaya dan
menempatkan diri dalam negara maju di dunia.

Budaya instan menciptakan mentalitas konsumtif yang sedang membudaya


dalam sanubari bangsa kita saat ini. Semua kebutuhan hampir diterima secara instan.
Kita mesan makanan, pergi ke suatu tempat tinggal pakai gojek, grab bahkan dalam
soal pembayaran kita semakin dipermudakan dengan memakai saldo ovo, LinkAja
dan masih banyak lagi. Akibat budaya instan yang sedemikian merasuki jiwa dan
batin kebanyakan manusia akhirnyaberlomba-lomba secara instan ingin menjadi
pemimpin dengan mencalonkan diri terciptanya money politic dan money laundry.

Bahkan yang menariknya situasi saat ini telah diwarnai oleh budaya instan:
mulai dari politik instan, pendidikan instan, kesenian instan, makan dan minum yang
instan, media instan, pemimpin yang instan, produk yang instan dan menjadi kesatuan
“budaya instan”. Teknologi nyatanya bukan satu-satunya penyebab berkembangnya
budaya instan. Kemajuan zaman dalam hal memperbaiki ekonomi, politik dan sosial
juga mendorong budaya instan. Dan lebih parahnya, esensi proses munculnya budaya
instan lebih dikenal sebagai budaya enggak sabaran. Faknya, generasi saat ini geerasi
yang cepat protes, complain dan intoleransi. Sekian…

“Penulis Merupakan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Pancasila Dan


Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Social, Universitas Negeri Medan.”

DAFTAR PUSTAKA
Penulis Merupakan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Social, Universitas Negeri Medan, Sumatera Utara,
Nim. 3172111015.
Novy Purnama, Dampak Perkembangan Teknologi Terhadap Kehidupan
Social Budaya

Yunus, N.R; Rezki, Annisa. “Kebijakan Pemberlakuan Lock Down sebagai


Antisipasi Penyebaran Corona Virus Covid-19”. Salam: Jurnak social dan Budaya
Syar-I, Volume 7, No.3 (2020).
RMco,id Rakyat Merdeka, http://rmco,id/baca-berita/government-
action/46027/90-persen-paham-tapi-tidak-patuh-kenapa-ya-masyarakat-malas-
memakai-masker.
Rowlawnd Bismark Fernando Pasaribu, Isu-Isu Kontemporer Manusia
Indonesia, Ilmu Budaya Dasar.

Anda mungkin juga menyukai