Anda di halaman 1dari 4

Pemuda dan Sebuah Identitas Kebangsaan

Tujuh puluh lima tahun yang lalu, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan. Darah,
keringat, dan air mata para pejuang saat itu tergantikan saat tiba hari di mana mereka dapat
memberitahu dunia bahwa bangsanya telah menjadi bangsa yang merdeka. Indonesia adalah
negara yang kaya dengan ragam budaya, suku, etnis, serta agama. Dan, keragaman inilah yang
membentuk nilai-nilai budaya menjadi luhur, sehingga pantas diperjuangkan hingga titik darah
penghabisan. Memerdekakan bangsa adalah satu hal yang membutuhkan begitu banyak
pengorbanan. Namun, mempertahankan kemerdekaan merupakan hal yang melampaui
pengorbanan itu. Tetapi, jika kita menilik potret kehidupan bangsa indonesia sekarang, apakah
bangsa Indonesia adalah bangsa yang benar-benar merdeka seutuhnya?

Berbicara mengenai kehidupan suatu negara, generasi muda menjadi komponen yang sangat
penting di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ir. Soekarno, “Beri aku seribu orangtua,
niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda niscaya akan
kuguncangkan dunia.” Singkatnya, generasi muda merupakan cerminan suatu bangsa. Di tangan
merekalah nasib suatu bangsa berada. Bingkai kehidupan Indonesia sebagai bangsa yang maju,
sejahtera, adil, dan makmur dapat dicapai jika setiap jiwa anak muda Indonesia terikat pada
bangsanya dan nasionalisme tertanam dalam tiap-tiap kalbu mereka. Rasa nasionalisme dapat
menjadi motor penggerak mereka untuk berbuat lebih banyak, bermimpi lebih tinggi, dan
berpartisipasi membangun tanah air Indonesia. Hal ini sesuai dengan perkataan dari mantan
presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, yang terekam dalam ucapan, “ask not what your
country can do for you — ask what you can do for your country.” yang artinya, “jangan tanyakan
mengenai apa yang negara lakukan untukmu – tanyakanlah mengenai apa yang kamu lakukan
untuk negara.”

Melihat kondisi saat ini, bagaimanakah potret kehidupan generasi muda Indonesia? Globalisasi
dan modernisasi berpengaruh besar terhadap tumbuh kembangnya karakter suatu generasi. Tidak
hanya di Indonesia saja, tetapi berpengaruh pada seluruh generasi di pelbagai belahan dunia
lainnya. Globalisasi dan modernisasi juga merupakan pintu masuk budaya bangsa barat ke tanah
air, globalisasi informasi budaya asing yang diserap oleh generasi muda dapat menggeneralisasi
unsur budaya asing terhadap nilai luhur bangsa . Modernisasi identik dengan perkembangan pola
hidup masyarakat dan kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan
memungkinkan informasi dari pelbagai belahan dunia dapat diterima secara bersamaan dan dapat
diakses oleh siapa saja, termasuk generasi muda. Hal ini juga memengaruhi setiap aspek
kehidupan masyarakat Indonesia mulai dari ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain.

Jika dilihat melalui kacamata ekonomi, saat ini banyak perusahaan-perusahaan asing yang berdiri
di Indonesia dan menguasai berbagai sektor perekonomian, selain itu ditambah pula dengan
produk-produk yang ditawarkannya yang dinyana tidak terlepas dari sentuhan gaya barat. Tidak
sedikit kita temukan pula anak-anak muda Indonesia yang lebih memilih produk asing ketimbang
produk lokal, seolah-olah itu dapat meningkatkan nilai gengsi mereka. Dari kasus ini, dapat
dikatakan bahwa suatu persoalan akan menimbulkan persoalan lainnya atau adanya hubungan
kausalitas antar permasalahan yang ada. Indonesia adalah negara yang merdeka dan menganut
konsep negara demokrasi. Namun, konsep demokrasi dalam ekonomi Indonesia melenceng
dilihat dari banyaknya sektor-sektor ekonomi yang dikuasai oleh pihak-pihak asing dengan
ideologinya pasar bebas (kapitalisme). Akibat dari itu, penjualan produk-produk asing mendapat
tempat dan tersebar luas hingga mendominasi sektor ekonomi. Sialnya, masyarakat khususnya
kalangan muda banyak yang memilih untuk mengkonsumsi dan menikmati produk-produk
bangsa asing karena satu dan alasan lainnya.

Beralih pada kondisi sosial, landasan kehidupan bangsa Indonesia tercantum dalam dasar
falsafah dan ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Satu hal yang kita harus yakini adalah
Pancasila yang tak pernah lekang oleh waktu untuk senantiasa menjadi pijakan kehidupan bangsa
ini. Namun, kita tidak dapat mengelak bahwa kenyataannya kehidupan sosial generasi muda
Indonesia dihantam keras oleh pengaruh besar budaya barat. Budaya barat dikenal dengan gaya
hidup yang individualis dan lebih mementingkan diri sendiri, sementara itu sebagai orang
Indonesia kita memiliki budaya gotong royong dan “guyub”. Faktanya, kian hari semakin jelas
terlihat perubahan yang terjadi pada potret kehidupan sosial generasi muda Indonesia pada
zaman kini yang cenderung menjadi lebih bebas, hedonis, individualistis, pragmatis, dan acuh
pada permasalahan - permasalahan sosial di sekitarnya. Pola dan gaya kehidupan generasi muda
mulai menunjukan perkembangan ke arah pola hidup modern yang bersikap individualis,
konsumtif, dan materialistis (artinya menurut mereka materi adalah segala-galanya dan lebih
penting daripada hal-hal lain), sehingga terlihat semakin pudar nilai-nilai gotong royong dan
kebersamaan. Rasa empati yang tertanam dalam jiwa pemuda-pemudi Indonesia tergerus oleh
arus globalisasi. Banyak pemuda-pemudi Indonesia yang meninggalkan nilai-nilai pancasila atau
norma-norma sosial. Gaya hidup generasi muda saat ini selalu haus akan pencarian perhatian dan
ingin eksistensinya diakui meskipun kita memahami, bahwa itu hanyalah bersifat kesementaraan
belaka.

Selanjutnya, dari konteks budaya, budaya Indonesia tentunya jauh berbeda dengan budaya barat.
Perbedaan budaya sebagai ciri khas identitas bangsa Indonesia sebagaimana semboyan Bhinneka
Tunggal Ika yang membedakan dengan bangsa-bangsa lainnya. Budaya Indonesia sangat
beragam, eksotis, otentik, dan sudah sepatutnya diapresiasi, dibanggakan, dan dilestarikan oleh
kita sebagai generasi pengubah bangsa. Pada kondisi konkret saat ini, generasi muda banyak
yang lebih menjunjung tinggi budaya bangsa barat, mulai dari musik, pakaian, sampai ke pola
pemikiran. Mereka meniru budaya-budaya barat kemudian merasa bangga dengan dirinya yang
mereka anggap telah sejalan dengan perkembangan zaman. Derasnya arus kemajuan teknologi
informasi juga ikut berpotensi dalam mengeneralisir budaya asing yang pada akhirnya dapat
memudarkan budaya asli Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Imbas dari begitu bebasnya arus
informasi yang diserap oleh generasi muda yakni ketimpangan budaya. Fenomena ini secara
tidak langsung menyebabkan pendegradasian budaya di tengah generasi kita, yang lambat laun
semakin terasa secara ekplisit maupun implisit. Lalu, tiba kita pada sebuah pertanyaan yang
sering muncul, “apakah generasi muda masih mengenal budayanya sendiri?”

Bagaimana kita memandang eksistensi bangsa Indonesia di masa depan jika generasi mudanya
tidak bangga pada budaya, bahasa, atau bahkan nilai-nilai yang sudah tertanam pada bangsanya
sendiri hanya karena pengaruh globalisasi yang berdampak pada gaya hidup generasi muda
indonesia yang meniru bangsa barat (dianggap lebih bebas dan dapat dikagumi)? Anak-anak
bangsa banyak yang memuja dan mengikuti jejak negara-negara maju terutama bangsa barat
sehingga rasa kebanggaan sebagai bangsa indonesia hanya sebatas permukaan, banyak dari
mereka belum menunjukan jati dirinya sebagai anak-anak bangsa.

Secara tidak langsung, bangsa Indonesia saat ini masih dijajah oleh bangsa barat mungkin bukan
dalam bentuk kolonialisme maupun imperialisme, tetapi dalam wujud yang lain, yaitu penjajahan
pada era ini berubah menjadi sesuatu yang tak terlihat namun dapat dirasakan bahwa realitasnya
kita masih berada di bawah belenggu penjajahan bangsa barat melalui produk-produk sehari-hari
yang kita konsumsi, budaya yang lambat laun tergerus, dan tergantikan dengan budaya asing,
juga gaya hidup masyarakat yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.

Medan perang kita saat ini mungkin berbeda dengan para pejuang bangsa Indonesia saat perang
melawan kolonialisme. Pertanyaan paling mendasar adalah siapa musuh kita saat ini? Apa yang
harus kita perangi, dan apa yang harus kita perjuangkan? Kemajuan teknologi bukanlah musuh,
perkembangan ilmu pengetahuan bukan pula jawabannya. Kemajuan teknologi dan
perkembangan ilmu pengetahuan merupakan prestasi dalam peradaban manusia yang perlu
diapresiasi, namun setiap perubahan memiliki dampak entah itu menuju ke arah yang baik
maupun buruk, dan mau tidak mau bangsa kita harus dapat mengantisipasi dan mencegah
dampak buruk dari laju kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat
menggerus bangsa Indonesia sebagai tanah air tercinta
Akan selamanya menjadi objek dari setiap perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan oleh
bangsa kita. Benteng pertahanan berupa rasa nasionalisme dan cinta tanah air yang ditanamkan
pada setiap insan generasi muda adalah solusi terbaik untuk mengatasinya, sehingga kita dapat
melihat perubahan sebagai suatu kebaikan dan mengambil keuntungannya, bukan sebagai
ancaman lalu kita mendapat kerugiannya.

Dalam mencapai cita-cita tersebut dibutuhkan seluruh komponen dalam masyarakat untuk
merealisasikannya. Mulai dari pejabat hingga pedagang, orangtua hingga anak-anak, perjuangan
generasi ini masih panjang, kita harus segera melangkah untuk memulai memperjuangkan cita-
cita bangsa kita dan meyakini bahwasanya akan ada hari esok di mana Indonesia dapat
sepenuhnya berdirikari, berdiri di atas kaki sendiri. Bangsa yang besar dengan keragaman
budayanya yang seutuhnya merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Semoga…

Anda mungkin juga menyukai