Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH SEJARAH PERANG

PERANG VIETNAM

Pengajar: Mayjen TNI Dr. I Gede Sumertha KY, PSC, M.Sc

Pembimbing Diskusi: Brigjen TNI Drs. Wibisono Poespitohadi, M.Sc, M.Si (Han)

Oleh :
KELOMPOK 3

Akbar Kurniadi (120170103002)


Ashifhiyah Aulillahil (120160103008)
Mei Pritangguh (120160103013)
Nurul Fajri (120160103014)
Rizki Farah Riana (120160103024)
Wulandari (120160103031)

PROGRAM STUDI DAMAI DAN RESOLUSI KONFLIK


FAKULTAS KEAMANAN NASIONAL
UNIVERSITAS PERTAHANAN
BOGOR
2017
1. Pendahuluan

Pertarungan dua ideologi besar, antara liberalisme dan komunisme, pasca


Perang Dunia II memicu keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Vietnam.
Amerika Serikat di bawah pemerintahan Harry Truman mendukung kembalinya
Perancis sebagai bekas penguasa negara kolonial ke Vietnam untuk
menduduki dan menancapkan pengaruhnya lagi di wilayah tersebut pasca
pendudukan Jepang. Ho Chi Min sebagai presiden Vietnam Utara yang
berideologi nasionalis komunis melihat tindakan Perancis sebagai upaya
kolonialisasi kembali bekas wilayah jajahannya. Hal ini menyebabkan Vietnam
Utara tidak bisa tinggal diam dan harus melakukan upaya perlawanan yang
memperoleh sokongan dari China dan Uni Soviet, sementara Vietnam Selatan
didukung oleh Perancis dan AS.1

Momen ini dimanfaatkan AS untuk menyokong Perancis kembali ke


wilayah bekas koloninya sebagai upaya implementasi kebijakan containment
policy (kebijakan pembendungan) ideologi komunis agar tidak menyebar ke
negara-negara tetangganya. Dalam peperangan ini, AS memberikan dukungan
militer dengan mengirimkan pasukannya ke Vietnam Selatan untuk
meruntuhkan rezime komunis di Vietnam Utara. Kebijakan containment policy
ini dilaksanakan karena AS memiliki keyakinan terhadap efek domino. Efek
domino adalah suatu konsep yang menjelaskan bahwa jika seuatu negara
berhasil dikuasai oleh rezim komunis, maka hal yang sama akan terjadi dan
menjangkit negara-negara lainnya.2

2. Pembahasan
2.1 Strategi dalam perang Vietnam
Setelah penjajahan perancis, Vietnam lebih dikenal sebagai French
Indochina. Amerika tidak mengetahui bahwa Vietnam adalah Negara yang

1Stephani Dania N.P, Kekalahan Amerika Sebagai Negara Super Power Pada Saat
Perang Vietnam (1954- 1975),h. 37; dikutip dari
https://media.neliti.com/media/publications/98924-ID-kekalahan-amerika-sebagai-negara-super-
p.pdf; diakses pada 19 Oktober 2017 pukul 13.00
2 Ibid.
sudah tua dan cukup berpengalaman dalam menghadapi musuh-musuh dari
luar. Pada tahun 1884 vietnam sudah mendapatkan kemerdekaan dari jajahan
Cina. Pada tahun 1945 vietnam sudah menjadi Negara yang merdeka, namun
konflik dalam negeri menjadi permasalahan Vietnam. Konflik tersebut
merupakan konflik perebutan kekuasaan. Hal ini yang membuat perancis dan
amerika terlibat dalam perang Vietnam. Perancis dan amerika membuat
kesepakatan untuk membangun benteng di Dien Bien Phu. Benteng tersebut
untuk menghalangi infiltrasi pasukan Viet Minh ke Laos yang dikuasai Perancis.
Akibat besarnya serangan dari Viet Minh, benteng tersebut kemudian dikuasai
Viet Minh.

Dalam pertempuran melawan Vietnam Selatan-Amerika Serikat, Vietnam


utara (Viet Cong) menggunakan strategi konvensional dan modern. Strategi
konvensional diambil sebagai langkah-taktik perang karena keterbatasan
kualitas dan kuantitas pasukan militer, Ho Chi Minh menggunakan strategi
konvensional yaitu perang gerilya. Pertimbangan Ho Chi Minh menggunakan
taktik ini karena mereka sadar bahwa teknologi persenjataan militer mereka
(sebagian besar AK-47) yang belum sebanding dengan persenjataan Amerika
Serikat, selain itu kondisi geografis wilayah yang masih hutan belantara tidak
memungkinkan peralatan militer besar seperti tank tempur untuk masuk dalam
medan pertempuran. Dalam taktik perangnya para gerilyawan Vietnam Utara
membuat membuat terowongan- terowongan dibawah tanah dan jebakan-
jebakan dengan ranjau-ranjau darat dan lubang-lubang yang ditanami bambu
runcing atau benda tajam lainnya

In addition to artillery and infantry weapons, both sides utilized a


variety of tools to further their war aims, including highly toxic
chemical defoliants or herbicides (on the U.S. side) and inventive
booby traps using sharpened bamboo sticks or crossbows triggered
by tripwires (on the North Vietnamese-Viet Cong side).3

3https://www.pritzkermilitary.org/explore/vietnam-war/vietnam-equipment/. Diakses
pada 19 Oktober 2017 pukul 17.40
Melalui kekuatan fisik Ho Chi Minh membangun jiwa/daya juang dari
prajurit Vietnam sendiri dengan psycology war berupa lagu-lagu perjuangan,
kemudian doktrin-doktrin yang ditanamkan secara kuat dan dalam bahwasanya
mereka dapat mengalahkan Amerika Serikat sebagaimana mereka
mengalahkan Prancis.

Sebaliknya dari pihak lawan dalam menghadapi gerilyawan Viet Cong


menggunakan taktik modern dengan melakukan pemboman-pemboman di jalur
perbekalan, kemudian menggunkan peralatan canggih seperti pesawat tempur
dan rudal/misil. Untuk menghadapi gerilyawan Vietcong, pasukan Amerika
Serikat menggunakan taktik Seek and Destroy yaitu taktik dengan menyerbu
berbagai wilayah di Vietnam Selatan (terutama di sekitar delta Sungai Mekong)
yang dicurigai sebagai basis perlawanan Vietcong. Bukan wilayah yang direbut
yang menjadi patokan keberhasilan operasi, melainkan jumlah korban musuh
yang dihasilkan. 4
Keunggulan tentara Vietnam yang dapat menarik pasukan Amerika
Serikat ke arah hutan menjadi salah satu factor taktik perang gerilya berhasil.
Pasukan Ameriak Serikat yang hanya mengandalkan senjata canggih tidak
dapat beradaptasi dalam pertempuran di dalam hutan Vietnam yang lebat.
Taktik gerilya lebih efektif karena pasukan Vietnam Utara bisa menghindari
decisive battle dengan pasukan Amerika Serikat. Taktik ini menyebabkan
banyak korban di pihak Amerika, sehingga mendorong Jendral Westmorelan
untuk mengirim lebih banyak pasukan ke Vietnam. Tentu saja hal ini mudah
terbaca oleh pasukan Vietnam karena tidak ada perkembangan dari dalam
tubuh Amerika Serikat sendiri.
Selain melalui pertempuran fisik penyelesaian perang Vetnam juga
menggunakan usaha diplomasi. Tahun 1970an dilakukan pula perundingan
antara Pemerintah Vietnam Selatan, Pemerintah Vietnam Utara, AS Dan
Pemerintah Revolusioner Sementara Vietnam Selatan di Paris terkait genjatan

4
Jackson, S. (Director). (2011). Vietnam War in HD [Motion Picture]. Dikutip dari
makalah jurnal Donny Octaviano dalam http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-8/20392811-MK-
Donny%20Octaviano.pdf. Diakses 19 Oktober 2017, pukul 17.10
senjata, dan dalam hal ini terdapat Komisi pengawas Internasional di Vietnam
untuk mengawasi genjatan senjata yang terdiri dari empat negara yang ditunjuk
yaitu Indonesia, Kanada, Polandia dan Hungaria. 5

2.2 Pengerahan kekuataan

Dalam perang Vietnam, pihak Vietnam selatan yang didukung Amerika


Serikat menggunakan kekuatan militer udara, infanteri hingga senjata kimia.
Vietnam Utara akhirnya dapat menduduki Vietnam Selatan dan mengakhiri
perang yang terjadi hampir dua dekade tersebut. Setidaknya perang ini
menewaskan lebih dari dua juta orang Vietnam dan 58.000 tentara dari Amerika
Serikat. 1.719 hilang, dan 303.635 orang luka-luka. 6
Dalam perang ini awalnya Amerika serikat lebih banyak mengirim teknisi
dan penasihat militer, namun setelah ada insiden penyerangan U.S.S Maddox
oleh dua kapal Torpedo Vietnam Utara di teluk Tonkin tanggal 4 Agustus 1964
akhirnya inilah awal keterlibatan langsung AS dengan menurunkan angkatan
bersenjatanya. Memasuki pertengahan tahun 1965, pasukan Amerika Serikat di
Vietnam mencapai 112.000 prajurit.7
Perlawanan Viet cong yang semakin sengit pada akhirnya memaksa
Amerika Serikat menurunkan pasukan dalam jumlah yang lebih besar.
Puncaknya pada periode 1966-1967, jumlah pasukan Amerika Serikat di
Vietnam mencapai sekitar 550.000 prajurit.
Dalam perang ini, logistic senjata Vietnam utara beasal dari China dan
Uni soviet, sedangkan Vietnam selatan didukung dari peralatan militer Amerika
Serikat. Berikut perbandingan senjata dan teknologi milter antara Vietnam Utara
(USSR) dan selatan (US):

5http://lms.aau.ac.id/library/ebook/R_2374_05_PB/files/res/downloads/download_0178.

pdf. Diakses pada 19 Oktober 2017, pukul 16.10


6 http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/04/150430_perang_vietnam. Diakses pada

18 Oktober 2017, pukul 16.40


7 Moyar, M. (2006). The Triumph Forsaken: The Vietnam War 1954-1965. Cambridge:

Cambridge University Press. Dikutip dari makalah jurnal Donny Octaviano dalam
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-8/20392811-MK-Donny%20Octaviano.pdf. Diakses 19
Oktober 2017, pukul 17.10
Picture 1. Senjata yang digunakan masing-masing pasukan dalam perang Vietnam8

Tabel 1 . Perbandingan senjata militer Vietnam Utara dan Vietnam


Selatan
No Kinds of South Vietnam and US North Vietnam and USSR
Weapons
1. Senjata api M-60, M16 Ak-47, SKS carbine or
Chicom (AK 47, chine
version)**

8
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/04/150430_perang_vietnam . Diakses pada 19
Oktober 2017, pukul 16.40
2 Kapal Perang A-4 Skyhawks, A-7, F-8
dan boat Crusaders. Patrol Boat, River,
or PBRs
3. Helicopter UH-1 Huey, AH-1 Cobra
4 Pesawat tempur F-4 Phantom, B-52 MiG-17, MiG-21, MiG-19
Stratoforless
5 Bom, mortar, Napalm SAM C-75, SA-2 Guideline,
rudal booby traps
6 Tank M-48 Patton, M-113 Armored T-54
Personel Carrier
7 Chemical herbicides containing the
toxic dioxin and known
as Agent Orange.**
Sumber : https://www.pritzkermilitary.org/explore/vietnam-war/vietnam-equipment/
** http://www.history.com/topics/vietnam-war/weapons-of-the-vietnam-war

Selain yang dituliskan diatas, Menurut Asia Times (2003), sepanjang tahun
1953-1991 Uni Soviet menyuplai bantuan militer kepada Vietnam Utara berupa
2.000 unit tank, 7.000 pucuk mortar, 5.000 pucuk meriam artileri, 158 kompleks
pertahanan udara, 700 pesawat tempur, 120 helikopter dan 100 kapal perang
dan Uni Sovyet juga menyuplai berbagai peralatan militer dengan berbagai
konsesi pembayaran yang mudah bagi Vietnam Utara (Pasca perang Vietnam
bersatu menjadi Republik Demokratik Vietnam). 9
In addition to artillery and infantry weapons, both sides utilized a variety of tools
to further their war aims, including highly toxic chemical defoliants or herbicides
(on the U.S. side) and inventive booby traps using sharpened bamboo sticks or
crossbows triggered by tripwires (on the North Vietnamese-Viet Cong side).

9
Dikutip dari makalah jurnal Donny Octaviano dalam http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-
8/20392811-MK-Donny%20Octaviano.pdf. Diakses 19 Oktober 2017, pukul 17.10
Picture 2. Jumlah korban jiwa dalam perang dunia II dan perang Vietnam10

2.3 Peran Media Dalam Perang Vietnam


Berakhirnya Perang Dingin merupakan masa dimana TV mulai
diproduksi secara masal dalam skala besar. Tahun 1950-an tercatat hanya 9%
dari penduduk di AS yang memiliki TV, namun peningkatan drastis terjadi pada
tahun 1966 menunjukan angka 93%. Peningkatan jumlah ini menyebabkan
hampir semua rakyat mengkonsumsi dan menerima informasi dari media ini.
Bahkan, TV menjadi media mainstream yang menjadi sumber penting dalam
membentuk opini publik juga mempengaruhi pola kebijakan yang diambil oleh
negara adi kuasa AS.11

Fenomena konsumsi informasi secara besar-besaran dari media


mainstream ini memberikan pekerjaan rumah sekaligus tantangan bagi
pemerintah dalam menciptakan sistem sensoring bagi setiap media yang

10
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/04/150430_perang_vietnam, diakses pada 19
Oktober 2017 pukul 16.40
11 Media Role in The Vietnam War; dikutip dari https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=

j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiSutK64vvWAhXLKyYKHfEx
C9IQFggxMAE&url=https%3A%2F%2Fthevietnamwar.info%2Fmedia-role-vietnam-
war%2F&usg=AOvVaw3DgW hK0Mz R5rnSniGfR6UR; diakses pada 19 Oktober 2017 pukul
16.26.
memproduksi informasi untuk publik dengan membuat kebijakan yang tegas.
Lemahnya sistem kontrol memiliki konsekuensi negatif bagi publik, yaitu media
secara bebas memproduksi informasi berbentuk gambar dan video tanpa
sensor yang menunjukkan kebiadaban yang terjadi dalam perang Vietnam,
akibatnya opini publik tergiring, terbentuk, dan menimbulkan gejolak yang tak
terduga. Sehingga akhirnya mempengaruhi bentuk kebijakan yang diambil oleh
pemerintah AS.12
Ada asumsi bahwa media tidak hanya memberikan informasi kepada
publik, melainkan pula kepada elit politik, sehingga bisa dipastikan bahwasanya
jurnalisme foto bisa mempengaruhi kebijakan luar negeri. Apalagi dengan
beredarnya isu Tet Offensive yang terjadi. Dalam hal ini, umumnya politikus dan
kalangan pers sepakat bahwasanya yang telah mengalahkan Amerika Serikat
bukanlah Tentara Vietnam, melainkan pers-nya sendiri yang menentang
perang.
Adanya peran media dalam pembentukan opini publik AS terbukti pada
tahun 1968, dimana terjadi peristiwa penting yang disebut The Tet Offensive.
Faktanya bahwa aksi penyerangan tersebut merupakan bukti kegagalan bagi
Vietnam Utara, namun media justru memproduksi informasi yang bertentangan.
Mereka justru mengekspos berita yang menggambarkan kesuksesan serangan
Vietnam pada Battle Hue atau serangan Viet Cong pada Kedutaan Besar AS,
media menghilangkan inti berita kesuksesan AS yang sebenarnya. Dengan
demikian terbentuklah opini publik yang di derived oleh media AS bahwa
serangan Tet Offensive merupakan kemenangan nyata komunis Vietnam, dan
secara otomatis mengubah opini rakyat yang semula mendukung keterlibatan
AS dalam perang Vietnam mencapai 62% setelah viralnya pemberitaan Tet
Offensive menurun pada skala 44%.13 Kejadian Tet Offensive yang
berlangsung pada perayaan tahun baru Tet tahun baru tradisional Vietnam
tidak pernah disangka oleh pihak Amerika, sehingga menyebabkan kerusakan
yang besar dan menewaskan banyak tentara Amerika yang bertugas dan

12 Ibid.
13 Ibid.
Kantor kedutaan Amerika Serikat di Saigon sendiri tidak lepas dari
penyerangan tiba-tiba ini, dan menjadi pemberitaan besar di media massa.
Pemberitaan pers amerika yang menyiarkan kantung plastik yang
membawa jenazah tentara amerika serikat, menjadi sebuah drama bagi warga
negara Amerika sendiri. Ibu kehilangan anaknya, istri menjadi janda, anak-anak
menjadi yatim. Pemberitaan ini menjadi pemicu maraknya demonstrasi anti-
perang. Teori Photojournalism and Foreign Policy oleh David D. Perlmutter juga
meyakinkan, bahwasanya apa yang ditulis oleh pers di era perang sangat
mempengaruhi dukungan atau oposisi publik terhadap perang itu. Pemerintah
Amerika Serikat tidak akan pernah memenangkan perang jika publiknya
sendiri menentang perang, dan inilah yang terjadi pada kubu Amerika Serikat
dalam Perang Vietnam.

3. Kesimpulan

Perang Vietnam merupakan perang terbesar dan terlama dalam periode


perang dingin. Setelah bebas dari jajahan cina, Vietnam kembali dijajah oleh
bangsa perancis dan mendapat julukan Negara Indochina. Selama jajahan
perancis jiwa nasionalisme rakyat Vietnam kembali berkobar untuk mengusir
penjajah dari tanah kelahiran mereka. Sehingga perang antara rakyat Vietnam,
perancis dan amerika menjadi perang yang menjatuhkan banyak korban.
Amerika dengan teknologi persenjataan yang canggih memenangkan
pertempuran di Vietnam tetapi mereka kalah dalam peperangan.

Lesson learned

a. Kebijakan pertahanan Indonesia dengan system pertahanan semesta


sudah tepat
b. Meningkatkan pertahanan dalam bidang soft power, hard power dan
smart power. Untuk mencegah jatuhnya korban jika terjadi perang
c. Mengkondisikan media untuk menyaring berita-berita yang akan
dipublikasikan di media masa. Sehingga tidak menyulut ketakutan
masyarakat.
d. Membina hubungan baik dengan pihak ketiga ketika akan melakukan
mediasi atau perjanjian damai.
e. Membatasi ikut campur pihak asing dalam pemerintahan Indonesia
f. Membina semangat nasionalisme rakyat Indonesia sebagai komponen
pendukung dan komponen cadangan dalam system pertahanan
semesta
Daftar Pustaka

Ebook: Denny J. A. Membangun Demokrasi Sehari-Hari. LKIS Yogyakarta:


Yogyakarta. 2006

Jurnal: Lestari, Gita Ardi. Pengaruh Jurnalisme Foto terhadap Perubahan


Kebijakan Luar Negeri: Studi Kasus Foto Saigon Execution 1968 dan
Perubahan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat dalam Perang
Vietnam.

Stephani Dania N.P, Kekalahan Amerika Sebagai Negara Super Power Pada
Saat Perang Vietnam (1954- 1975),h. 37; dikutip dari
https://media.neliti.com/media/publications/98924-ID-kekalahan-amerika-
sebagai-negara-super-p.pdf; diakses pada 19 Oktober 2017 pukul 13.00

http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/04/150430_perang_vietnam, diakses
pada 19 Oktober 2017 pukul 16.40

Media Role in The Vietnam War; dikutip dari


https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=
j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiSutK6
4vvWAhXLKyYKHfExC9IQFggxMAE&url=https%3A%2F%2Fthevietnamw
ar.info%2Fmedia-role-vietnam-war%2F&usg=AOvVaw3DgW hK0Mz
R5rnSniGfR6UR; diakses pada 19 Oktober 2017 pukul 16.26.

Makalah jurnal Donny Octaviano dalam http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-


8/20392811-MK-Donny%20Octaviano.pdf. Diakses 19 Oktober 2017,
pukul 17.10

https://www.pritzkermilitary.org/explore/vietnam-war/vietnam-equipment/.
Diakses pada 19 Oktober 2017 Pukul 17.15

http://www.history.com/topics/vietnam-war/weapons-of-the-vietnam-war.
Diakses pada 19 Oktober 2017 Pukul 17.15

http://lms.aau.ac.id/library/ebook/R_2374_05_PB/files/res/downloads/download
_0178.pdf. Diakses pada 19 Oktober 2017, pukul 16.10
Lampiran

AK-47 M48-Patton Cluster Boom

T-54 MiG-21

Anda mungkin juga menyukai