Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KEPENDUDUKAN KOTA PALANGKARAYA

(JUMLAH PENDUDUK, TFR DAN LAJU PERTUMBUHAN


PENDUDUK)

Dosen Pengampu:
Dr. Norma Yuni Kartika, M.Sc., M.Pd.
Dibuat Oleh:
Ananda Nugroho
2210416310037
Kelas C

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN
TAHUN 2024
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
Palangkaraya, sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah, merupakan salah satu kota
yang menarik untuk dikaji dalam konteks kependudukan. Pertumbuhan dan distribusi
penduduk di Palangkaraya menjadi isu penting dalam perencanaan pembangunan kota yang
berkelanjutan. Data kependudukan merupakan salah satu indikator utama dalam mengevaluasi
kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan suatu daerah (Setianingtias et al., 2019). Oleh karena
itu, penelitian mengenai jumlah kependudukan di Palangkaraya memiliki relevansi yang besar
dalam konteks pengembangan kota yang berkelanjutan. Melalui pemahaman yang mendalam
tentang jumlah kependudukan dan pola distribusinya, dapat dikembangkan strategi dan
kebijakan yang tepat untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk serta membangun kota
yang lebih baik (Siregar et al., 2018). Dalam konteks ini, penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji jumlah kependudukan di Palangkaraya, serta faktor-faktor yang memengaruhi
pertumbuhan dan distribusi penduduk di kota ini. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembangunan kota Palangkaraya ke arah
yang lebih berkelanjutan dan inklusif.
Sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah yang memiliki karakteristik pertumbuhan
penduduk yang menarik untuk dipelajari. Salah satu indikator penting dalam mengukur
pertumbuhan penduduk adalah Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) dan Total Fertility Rate
(TFR) (Suharsih et al., 2022). LPP menggambarkan tingkat pertumbuhan penduduk dalam
suatu periode tertentu, sedangkan TFR mengindikasikan rata-rata jumlah anak yang akan
dilahirkan oleh seorang wanita selama usia reproduktifnya. Data LPP dan TFR memberikan
gambaran tentang dinamika populasi di suatu wilayah, serta dapat menjadi dasar untuk
perencanaan kebijakan pembangunan yang berkaitan dengan kesejahteraan dan pembangunan
keluarga.
Pertumbuhan penduduk yang cepat dapat memberikan tekanan pada berbagai aspek
pembangunan, seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan ketahanan pangan (Juwono &
Subagiyo, 2018). Oleh karena itu, pemahaman tentang LPP dan TFR di Palangkaraya sangat
penting dalam merencanakan pembangunan yang berkelanjutan dan berdaya guna bagi
masyarakat. Dalam konteks Palangkaraya, penelitian tentang LPP dan TFR dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang tren pertumbuhan penduduk, pola distribusi usia
penduduk, dan dampaknya terhadap pembangunan kota. Dengan informasi tentang LPP dan
TFR, pemerintah daerah dapat memahami pola distribusi usia penduduk, tren pertumbuhan
penduduk, dan dampaknya terhadap pembangunan kota. Hal ini dapat membantu dalam
membuat kebijakan yang efektif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, pendidikan,
kesehatan, dan ketahanan pangan, serta untuk mengatasi masalah yang muncul seperti
peningkatan tekanan pada infrastruktur, pendidikan, dan ketahanan pangan (Lestari, 2019).
Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berharga bagi
pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan pembangunan yang berkelanjutan dan
berdaya guna bagi masyarakat Palangkaraya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Landasan Teori
Paradigma deontik merupakan paradigma yang fokus pada norma dan keputusan etika.
keputusan pemerintah daerah terhadap pertumbuhan penduduk dan pengembangan wilayah.
Norma etika yang mengedepankan hak asasi manusia dapat mendorong pemerintah daerah
untuk memberikan akses yang lebih luas terhadap layanan kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana bagi masyarakat Palangkaraya (Gajah et al., 2023). Hal ini dapat berdampak pada
penurunan Total Fertility Rate (TFR) dan pengendalian pertumbuhan penduduk yang lebih
manusiawi. Norma etika juga dapat memengaruhi kebijakan redistribusi penduduk, yang
bertujuan untuk meratakan pertumbuhan penduduk di berbagai wilayah di Palangkaraya. Hal
ini dapat diimplementasikan melalui pembangunan infrastruktur dan pelayanan publik yang
merata, sehingga masyarakat di berbagai wilayah memiliki kesempatan yang sama untuk
berkembang.Konsep ini mungkin akan membahas bagaimana pemerintah daerah
mengembangkan wilayah dengan memperhatikan norma etika dan keputusan yang benar untuk
masyarakat Palangkaraya.
Paradigma lingkungan merupakan paradigma yang fokus pada lingkungan hidup, sumber
daya alam, dan dampak lingkungan terhadap pertumbuhan penduduk (Aziz et al., 2024).
pertumbuhan penduduk yang cepat dapat meningkatkan tekanan terhadap sumber daya alam di
Palangkaraya, seperti hutan, air, dan tanah. Paradigma lingkungan mendorong untuk
mengembangkan kebijakan yang berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya alam,
sehingga pertumbuhan penduduk dapat berjalan seiring dengan pelestarian lingkungan.
paradigma lingkungan juga dapat mencakup aspek mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan
iklim. Dengan mempertimbangkan dampak perubahan iklim terhadap lingkungan di
Palangkaraya, kebijakan pembangunan kota dapat dirancang untuk mengurangi kerentanan
penduduk terhadap bencana alam dan perubahan lingkungan yang tidak terduga.
Paradigma keluarga berencana merupakan paradigma yang fokus pada keluarga dan peran
keluarga dalam pertumbuhan penduduk (Purwandiyah, 2017). Teori ini sangat mempengaruhi
aspek pertumbuhan penduduk, seperti jumlah anak yang dibawa keluarga dan peran keluarga
dalam mengelola kesehatan dan pendidikan anak. Analisis kependudukan di Palangkaraya
dapat mengacu pada pendekatan yang mempertimbangkan peran keluarga dalam
mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui program-program keluarga berencana. Dalam
kaitannya dengan paradigma keluarga berencana, dapat dikaji bagaimana program keluarga
berencana di Palangkaraya memengaruhi keputusan keluarga dalam merencanakan jumlah
anak dan jarak kelahiran. program keluarga berencana dapat memberikan informasi dan akses
yang lebih baik terhadap metode kontrasepsi bagi keluarga di Palangkaraya. Hal ini dapat
membantu keluarga untuk membuat keputusan yang lebih bijaksana dalam merencanakan
jumlah anak sesuai dengan kondisi ekonomi dan kesejahteraan keluarga.
Paradigman pemerataan pembangunan merupakan paradigma yang fokus pada pemerataan
pembangunan yang efektif dan berdaya guna bagi masyarakat Palangkaraya (INDONESIA,
n.d.). dalam konteks kependudukan di Palangkaraya dapat mengacu pada pendekatan yang
mempertimbangkan upaya untuk menyediakan akses yang merata terhadap layanan dan
fasilitas yang dibutuhkan oleh penduduk, termasuk dalam hal kesehatan reproduksi dan
pendidikan tentang keluarga berencana. Dalam kaitannya dengan paradigma pemerataan
pembangunan, dapat dikaji bagaimana upaya pemerintah dan lembaga terkait dalam
memastikan bahwa semua lapisan masyarakat di Palangkaraya memiliki akses yang sama
terhadap informasi dan layanan yang berkaitan dengan kependudukan. Paradigma pemerataan
pembangunan juga mendorong untuk memperhatikan kesenjangan sosial dan ekonomi yang
dapat memengaruhi keputusan keluarga terkait dengan kependudukan. Dengan memastikan
bahwa semua lapisan masyarakat memiliki akses yang sama terhadap pendidikan, pekerjaan,
dan layanan kesehatan, diharapkan dapat mengurangi kesenjangan dalam keputusan keluarga
terkait dengan jumlah anak dan jarak kelahiran. paradigma pemerataan pembangunan dapat
menjadi landasan untuk memahami bagaimana upaya pemerintah dan lembaga terkait dalam
memastikan bahwa semua penduduk di Palangkaraya memiliki akses yang sama terhadap
informasi dan layanan yang berkaitan dengan kependudukan.
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Jumlah Penduduk
Kependudukan di Palangkaraya merujuk pada jumlah penduduk yang tinggal dan terdaftar
secara resmi di Kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia. Kependudukan
mencakup berbagai aspek seperti jumlah penduduk, distribusi usia dan jenis kelamin,
pertumbuhan penduduk, tingkat kelahiran dan kematian, migrasi, serta berbagai karakteristik
sosial dan ekonomi lainnya yang berkaitan dengan populasi di Kota Palangkaraya (Bidarti,
2020). Analisis kependudukan penting untuk merencanakan pembangunan kota yang
berkelanjutan, termasuk dalam penyediaan layanan kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan
kebijakan sosial lainnya.
Jumlah Penduduk Kota Palangka Raya Menurut Jenis
Palangkaraya 2013-2022 Kelamin (Jiwa)
Laki-laki + Perempuan
2013 244 500
2014 252105
2015 259865
2016 267757
2017 275 667
2018 283 612
2019 266 020
2020 293500
2021 298954
2022 305907

Dengan data jumlah penduduk yang ada, kita dapat melihat tren pertumbuhan penduduk
di Palangkaraya dari tahun 2013 hingga 2022. Pada tahun 2013, jumlah penduduk Kota
Palangkaraya sebesar 244.500 jiwa, dan mengalami peningkatan hingga mencapai 305.907
jiwa pada tahun 2022. Peningkatan jumlah penduduk ini menjadi salah satu indikasi
pertumbuhan kota yang perlu didukung dengan pemerataan pembangunan yang merata di
seluruh wilayah kota. Namun, data menunjukkan adanya fluktuasi jumlah penduduk dari tahun
ke tahun, seperti penurunan jumlah penduduk pada tahun 2019 menjadi 266.020 jiwa, sebelum
kembali meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Analisis pemerataan pembangunan juga perlu
mempertimbangkan distribusi penduduk dalam kaitannya dengan akses terhadap layanan dan
infrastruktur. Misalnya, apakah ada daerah tertentu di Palangkaraya yang memiliki
pertumbuhan penduduk yang tinggi namun masih kurang terjangkau oleh layanan kesehatan
atau pendidikan. Dengan demikian, analisis Paradigma Pemerataan Pembangunan dapat
memberikan pandangan yang lebih holistik tentang bagaimana pembangunan di Palangkaraya
dapat merata dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat.
2. Total Fertility Rate (TFR)

Total Fertility Rate (TFR) adalah jumlah anak rata- rata yang akan dilahirkan oleh seorang
perempuan pada akhir masa reproduksinya apabila perempuan tersebut mengikuti pola
fertilitas pada saat TFR dihitung. Angka Kesuburan Total (Total Fertility Rate/TFR)
merupakan indikator demografi standar yang digunakan secara internasional untuk
memperkirakan jumlah rata-rata anak yang akan dimiliki seorang perempuan selama masa
suburnya (yaitu usia 15-49 tahun), berdasarkan tren kelahiran saat ini. Angka ini dihitung
dengan menjumlahkan jumlah rata-rata kelahiran per perempuan pada kelompok usia lima
tahun (yaitu tingkat kesuburan spesifik usia, atau ASFR). Rumus khusus untuk menghitung
TFR adalah:

JUMLAH PENDUDUK PEREMPUAN USIA 15-49


Palangkaraya 2013-2022
PALANGKARAYA
2013 2337
2014 318
2015 431
2016 632
2017 833
2018 1124
2019 765
2020 835
2021 939
2022 1225
Jumlah Bayi Lahir di Kota Palangka Raya (Jiwa)
Palangkaraya 2013-2022
Laki-laki + Perempuan
2013
2014
2015 5 661
2016 5 096
2017 5 222
2018 5 425
2019 5 197
2020 5 197
2021 4 300
2022 4 356

Total Fertility Rate (TFR) adalah jumlah anak rata- rata yang akan dilahirkan oleh seorang
perempuan pada akhir masa reproduksinya apabila perempuan tersebut mengikuti pola
fertilitas pada saat TFR dihitung. Karena data yang di perlukan tidak memenuhi untuk
melakukan perhitungan maka TFR tidak dapat di lakukan kalkulasi. Tapi meninjau dari
KALTENG.CO dalam (Demografi dan sensus pertanian 2023), Total Fertility Rate (TFR) di
Kalimantan Tengah menunjukkan angka sebesar 2,31 pada tahun 2022.
3. Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)
Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) merupakan angka yang menunjukkan rata-rata tingkat
pertambahan penduduk per tahun dalam jangka waktu tertentu. LPP mengacu pada persentase
perubahan jumlah penduduk dari awal periode ke akhir periode, biasanya diukur dalam satuan
persen per tahun. LPP merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur pertumbuhan
penduduk dan dapat membantu dalam perencanaan kebijakan pembangunan yang
berkelanjutan dan berdaya guna bagi masyarakat. LPP dapat dihitung menggunakan rumus
berikut: LPP = Penduduk Akhir−Penduduk Awal/ Penduduk Awal X 100% Di mana: -
Penduduk Akhir adalah jumlah penduduk pada akhir periode yang diukur. - Penduduk Awal
adalah jumlah penduduk pada awal periode yang diukur.
Jumlah Penduduk Kota Palangka Raya Menurut Jenis
Palangkaraya 2013-2022 Kelamin (Jiwa)
Laki-laki + Perempuan
2013 244 500
2014 252105
2015 259865
2016 267757
2017 275 667
2018 283 612
2019 266 020
2020 293500
2021 298954
2022 305907
Untuk mencari data laju pertumbuhsn penduduk dari tahun 2013-2022 kita memerlukan data
10 tahun kebelakang 2003-2012 :
Jumlah Penduduk Kota Palangka Raya Menurut Jenis
Palangkaraya 2003-
Kelamin (Jiwa)
2012
Laki-laki + Perempuan
2003 168 449
2004 182 264
2005 183 251
2006 183 801
2007 188 123
2008 191 014
2009 200 998
2010 221 998
2011 229 355
2012 236 831
2013 244 500
2014 252105
2015 259865
2016 267757
2017 275 667
2018 283 612
2019 266 020
2020 293500
2021 298954
2022 305907

Tahun Laju pertumbuhan penduduk kota Palangkarya 2013-2022


2013 -0,009396637
2014 -0,008902077
2015 -0,008407517
2016 -0,007912957
2017 -0,007418398
2018 -0,006923838
2019 -0,006429278
2020 -0,005934718
2021 -0,005440158
2022 -0,004945598

Dalam analisis pertumbuhan penduduk Kota Palangkaraya dari tahun 2013 hingga 2022
dengan laju pertumbuhan negatif, kita dapat melihat bahwa ada penurunan laju pertumbuhan
penduduk setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan adanya perubahan dalam dinamika
pertumbuhan penduduk di kota tersebut. Dalam konteks teori pemerataan pembangunan,
penurunan laju pertumbuhan penduduk dapat memiliki implikasi terhadap upaya pemerataan
pembangunan. Secara umum, penurunan laju pertumbuhan penduduk dapat mengindikasikan
peningkatan kualitas hidup masyarakat, termasuk akses terhadap layanan kesehatan,
pendidikan, dan infrastruktur yang merata.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk, Total Fertility
Rate (TFR), dan paradigma pembangunan yang relevan, dapat disimpulkan bahwa kondisi
kependudukan di Palangkaraya menghadapi berbagai tantangan dan peluang dalam
pembangunan kota yang berkelanjutan. Kesimpulanya adalah :
 Jumlah penduduk Palangkaraya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,
meskipun dengan fluktuasi tertentu.
 Laju pertumbuhan penduduk Kota Palangkaraya cenderung menurun dari tahun
2013 hingga 2022, menunjukkan perubahan dalam dinamika pertumbuhan
penduduk.
 TFR tidak dapat dihitung karena data yang diperlukan tidak tersedia, namun TFR
di Kalimantan Tengah secara umum menunjukkan tren penurunan, yang dapat
berdampak pada kebijakan keluarga berencana di Palangkaraya.
 Paradigma pembangunan, seperti paradigma deontik, lingkungan, keluarga
berencana, dan pemerataan pembangunan, dapat menjadi landasan penting dalam
merumuskan kebijakan pembangunan kependudukan yang berkelanjutan di
Palangkaraya.
2. Saran
Banyak hal yang harus di perhatikan oleh pemerintah kota palangkaraya, dalam hal
pemerataan fasilitas dan hal lainya. Berikut saran yang dapat di berikan :
 Pemerintah daerah perlu memperhatikan keberlanjutan pertumbuhan penduduk
dalam merencanakan pembangunan kota, dengan memperhatikan faktor-faktor
seperti akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
 Program keluarga berencana perlu ditingkatkan untuk memberikan informasi dan
akses yang lebih baik terhadap metode kontrasepsi bagi masyarakat Palangkaraya.
 Kebijakan pembangunan harus memperhatikan aspek lingkungan hidup dan sumber
daya alam untuk memastikan pertumbuhan penduduk yang berkelanjutan.
 Upaya pemerataan pembangunan harus terus ditingkatkan untuk meratakan akses
terhadap layanan dan infrastruktur bagi seluruh masyarakat Palangkaraya, sehingga
pembangunan dapat dirasakan manfaatnya oleh semua lapisan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, A. G. P., Dermawan, T., & Sulistyorini, D. (2024). Paradigma Etika Lingkungan dalam
Novel Kekal Karya Jalu Kencana. Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra, 10(1),
416–425.
Bidarti, A. (2020). Teori kependudukan. Penerbit Lindan Bestari.
Gajah, E. S., Wati, A. S., Vadinda, F. Z., Rifany, M., Aulia, P., & Hafiza, T. (2023). Analisis
Wacana Kritis Penyampaian Materi Pada Mata Kuliah Kajian Puisi. Innovative: Journal
Of Social Science Research, 3(5), 6258–6267.
INDONESIA, I. B. U. K. N. B. (n.d.). MENJADI CENDEKIAWAN UNTUK INDONESIA.
Juwono, P. T., & Subagiyo, A. (2018). Sumber Daya Air dan Pengembangan Wilayah:
Infrastruktur Keairan Mendukung Pengembangan Wisata, Energi, dan Ketahanan
Pangan. Universitas Brawijaya Press.
Lestari, D. (2019). Comparison Of Indonesian Population Growth By Province 1995-2015
Based On Supas Data. JCIC: Jurnal CIC Lembaga Riset Dan Konsultan Sosial, 1(1), 37–
48.
Purwandiyah, H. (2017). Implementasi Program Keluarga Berencana Dalam Pembangunan
Keluarga Sejahtera (Studi di Kec. Telen Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan
Timur). Jurnal Paradigma (JP), 2(1), 127–132.
Setianingtias, R., Baiquni, M., & Kurniawan, A. (2019). Pemodelan indikator tujuan
pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Pembangunan, 27(2), 61–
74.
Siregar, G., Sibuea, M. B., & Novita, D. (2018). Model Pengembangan Komoditas Dan Jenis
Usaha Unggulan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (Umkm). Kumpulan Penelitian Dan
Pengabdian Dosen, 1(1).
Suharsih, S., Rahayu, A., & Julianto, E. A. (2022). Unmet Need: Upaya Pengendalian Jumlah
Penduduk.

Anda mungkin juga menyukai