Anda di halaman 1dari 54

PENERAPAN METODE PRECEDE

DAN PROCEED PADA KEJADIAN


PNEUMONIA BALITA DI
KABUPATEN TANGERANG

Kelompok 3 - 3E Renvalkes
Anggota Kelompok
Aisya Maulida (25000121140323)
Anggia Shayla Fara Diba (25000121140334)
Ayyasyi Salma (25000121140258)
Diandra Safitri Fendraswari (25000121140331)
Fauzan Makarim Iskandar (25000121140352)
Haura Balqist Syahbania (25000121140370)
Lu'lu' Imtinaan Rafiifah (25000121140347)
Nabilla Calissa Prasetyo (25000121140324)
Nabila Falwas Elrosy (25000121140351)
Nayala Nararia Nabila (25000121140325)
Yohanis Deo (25000122187019)
PNEUMONIA DI KABUPATEN TANGERANG

Latar Belakang
Kabupaten Tangerang merupakan salah satu dari 4 kabupaten yang
berada di wilayah Provinsi Banten yang memiliki banyak potensi
memadai. Letak geografis Kabupaten Tangerang berdekatan dengan
pusat perekonomian Indonesia yaitu DKI Jakarta, berdampak baik
pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesehatan di daerah
Kabupaten Tangerang. Akan tetapi pengelolaan program daerah
Kabupaten Tangerang belum optimal dilakukan.

Salah satu permasalahan kesehatan di Kabupaten


Tangerang yang kami dapatkan yaitu permasalahan
pneumonia pada balita.
Letak
Kab. Tangerang
Kabupaten Tangerang termasuk salah satu
daerah bagian wilayah Provinsi Banten.
Kabupaten Tangerang memiliki luas
wilayah sebesar 959,61 Km2 terletak di
bagian Timur Provinsi Banten

pada koordinat 106°20’-106°43’ Bujur


Timur dan 6°00’-6°20’ Lintang Selatan.
Terletak pada posisi geografis cukup
strategis dengan batas-batas.
DEMOGRAFI
KAB. TANGERANG
Menurut data BPS Kab.Tangerang, jumlah
penduduk yang tercatat hingga kini
sebanyak 3.06 juta jiwa dengan 50,91%
berjenis kelamin laki-laki dan 49,09%
berjenis kelamin perempuan. Laju
pertumbuhan penduduk sebesar 5,86%
pada tahun 2020
5,8%
Diagnosa
Sosial
Definisi Diagnosa Sosial
Diagnosa sosial merupakan diagnosa yang
mendefinisikan kualitas hidup seseorang,
dengan mengukur masalah sosial menggunakan
indikator sosial yang ada di dalam populasi
spesifik seperti derajat kemiskinan, pendidikan,
dan kepadatan penduduk.
A
Pendidikan
Kemampuan Membaca dan
Menulis

Persentase Penduduk 15
Tahun ke Atas menurut
Karakteristik dan
Kemampuan Membaca dan
Menulis, 2021
B
Ijazah Tertinggi yang
Dimiliki

Persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas menur


ut karakteristik dan
ijazah tertinggi yang dimiliki, 2021. Diantaranya berdas
arkan kepemilikan
ijazah, tidak memiliki ijazah SD 10,32%, SD/ sederajat 22
,20%, SMP/ sederajat
23,67% dan SMA/ ke atas 43,81%.
C
Angka Partisipasi Murni (APM)

Menurut data tahun


2021, penduduk
Kabupaten Tangerang
memiliki persentase SD
99,11%, SMP 85,38%,
SMA 56,89%.
Selama periode tahun 2016 sampai dengan 2021 jumlah dan persentase
penduduk miskin di Kabupaten Tangerang berfluktuatif

Kemiskinan Jika dibandingkan dengan persentase penduduk miskin pada Maret

Kabupaten
2020, maka kenaikan jumlah penduduk miskin mencapai kurang lebih
30,33 ribu orang selama periode tersebut

Tangerang
Kepadatan penduduk
Berdasarkan tabel terlihat jumlah penduduk Kabupaten
Tangerang dari Tahun 2018 sampai Tahun 2020 terus
mengalami peningkatan dan laju pertumbuhan penduduk
Kabupaten Tangerang pada tahun 2019 adalah sebesar
1.04% dan pada tahun 2020 sebesar 5.86% atau
meningkat sebesar 328,945 Jiwa bila dibandingkan tahun
2018 (Tahun Dasar). Dari data LPP sebagaimana dimaksud
di atas, arah kebijakan pembangunan di Kabupaten
Tangerang harus mengarah kepada upaya untuk
menekan laju pertumbuhan penduduk, agar di masa
mendatang Kabupaten Tangerang tidak mengalami
kelebihan jumlah penduduk atau over population
ANA LISIS DIA GN O SA
SOSIAL DE N GA N M ETODE
USG
Salah satu cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan
metode teknik scoring. Proses untuk metode USG
dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari masalah,
keseriusan masalah yang dihadapi, serta kemungkinan
bekembangnya masalah tersebut semakin besar.
Keterangan Pemberian Skor Urgency

SKOR KETERANGAN

Sangat tidak penting (Masalah sosial tersebut tidak terlalu mendesak untuk
1
diselesaikan segera)

2 Tidak penting (Masalah sosial tersebut tidak mendesak untuk diselesaikan segera)

3 Netral (Masalah sosial tersebut bisa untuk diselesaikan segera)

4 Penting (Masalah sosial tersebut mendesak untuk diselesaikan segera)

5 Sangat penting (Masalah sosial tersebut sangat mendesak untuk diselesaikan segera)
Keterangan Pemberian Skor Seriouseness

SKOR KETERANGAN

Sangat tidak penting (Masalah sosial tersebut tidak terlalu menimbulkan dampak
1
serius dan timbul masalah lain jika tidak diselesaikan)

Tidak penting (Masalah sosial tersebut tidak menimbulkan dampak serius dan timbul
2
masalah lain jika tidak diselesaikan)

Netral (Masalah sosial tersebut bisa dan tidak menimbulkan dampak serius serta
3
timbul masalah lain jika tidak diselesaikan)

Penting (Masalah sosial tersebut bisa menimbulkan dampak serius serta timbul
4
masalah lain jika tidak diselesaikan)

Sangat penting (Masalah sosial tersebut sangat bisa menimbulkan dampak serius
5
serta timbul masalah lain jika tidak diselesaikan)
Keterangan Pemberian Skor Growth

SKOR KETERANGAN

Sangat tidak penting (Masalah sosial tersebut tidak terlalu mengalami peningkatan
1
drastis)

2 Tidak penting (Masalah sosial tersebut tidak mengalami peningkatan drastis)

3 Netral (Masalah sosial tersebut stabil dalam peningkatan masalahnya)

4 Penting (Masalah sosial tersebut mengalami peningkatan drastis)

5 Sangat penting (Masalah sosial tersebut sangat mengalami peningkatan drastis)


Matriks USG

Masalah U S G Total

Kepadatan
3 4 4 11
Penduduk

Pendidikan 2 3 2 7

Kemiskinan 4 5 4 13
Analisis Prioritas Masalah
Urgency = 4

Pemberian skor 4 terhadap urgency dari kasus kemiskinan di Kabupaten Tangerang dikarenakan angka
kemiskinan terus meningkat pada setiap tahunnya yang menjadi permasalahan ekonomi yang perlu
diperhatikan dan diatasi karena jika tidak segera diatasi akan mengalami peningkatan yang dapat
menimbulkan masalah baru.

Seriouseness = 5

Pemberian skor 5 terhadap seriousness dari kasus kemiskinan di Kabupaten Tangerang Karena ketika kemiskinan
terus mengalami peningkatan dan tidak segera diatasi dapat memberikan dampak besar terhadap Pendidikan
dan Kesehatan yang semakin sulit untuk terpenuhi karena ketidakmampuan Ekonomi

Growth = 4

Pemberian skor 4 terhadap growth dari kasus kemiskinan di Kabupaten Tangerang dikarenakan angka
kemiskinan terus mengalami peningkatan khususnya pada 2 tahun terakhir yakni tahun 2020 dan 2021 yang
mencapai angka sangat tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya
Diagnosa
Epidemiologi
Definisi Diagnosa Epidemiologi

Diagnosa epidemiologi merupakan diagnosis


yang menjelaskan tentang faktor kesehatan
yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang
ataupun masyarakat.
DIARE

Cakupan penderita diare paling rendah berada


Cakupan paling rendah itu berada pada tahun 2013
pada tahun 2015 dan 2016) yaitu sebanyak 28.390
dengan jumlah cakupan sebanyak 20.648 kasus dan
kasus, sedangkan untuk kasus tertinggi pada
paling tinggi pada tahun 2020 dengan jumlah
tahun 2019 yaitu sebanyak 96.322 kasus, dan
cakupan 49.609 kasus. Kemudian terdapat temuan
kemudian mengalami penurunan kasus pada
baru dengan jumlah kasus pada tahun 2021 yaitu
tahun 2021 yaitu sebanyak 71.065 dengan
38.423 dengan persentase 67%.
presentase 69.2%
Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(Pneumonia) Pada Balita

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa adanya kecenderungan kenaikan


kasus pneumonia dari tahun 2013 - 2021. Kasus pneumonia terendah terjadi pada
tahun 2014 yaitu sejumlah 7.694, sedangkan kasus pneumonia tertinggi terjadi
pada tahun 2021 yaitu sejumlah 11. 739.
HIV AIDS
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang, estimasi epidemi HIV AIDS sejak
2020 di Kabupaten Tangerang sebanyak 5.997
orang.
Grafik Distribusi Kasus HIV AIDS di Kabupaten Tangerang
Sedangkan pada tahun 2021, ditemukan kasus
HIV AIDS sebanyak 3.582 kasus dengan
kumulatif kasus HIV sebanyak 2.333 kasus
sedangkan kumulatif untuk kasus AIDS
sebanyak 1.035 kasus.
ANA LISIS D IA G NO SA
EPIDEMI OLO GI D EN GAN
METODE USG
Salah satu cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan
metode teknik scoring. Proses untuk metode USG
dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari masalah,
keseriusan masalah yang dihadapi, serta kemungkinan
bekembangnya masalah tersebut semakin besar.
Keterangan Pemberian Skor Urgency

SKOR KETERANGAN

Sangat tidak penting (Angka kesakitan sangat sedikit dan dampak merugikan beban
1
penyakit sangat tidak signifikan)

Tidak penting (Angka kesakitan sedikit dan dampak merugikan beban penyakit tidak
2
signifikan)

Netral (Angka kesakitan tidak terlalu banyak dan dampak merugikan beban penyakit
3
tidak terlalu signifikan)

4 Penting (Angka kesakitan banyak dan dampak merugikan beban penyakit signifikan)

Sangat penting (Angka kesakitan sangat banyak dan dampak merugikan beban
5
penyakit sangat signifikan)
Keterangan Pemberian Skor Seriouseness

SKOR KETERANGAN

Sangat tidak penting (Penularan sangat lambat, sangat tidak akut, mudah untuk
1
dikendalikan)

Tidak penting (Penularan cukup lambat, tidak kronis, tidak akut, cukup mudah untuk
2
dikendalikan)

Netral (Penularan tidak terlalu cepat, tidak terlalu kronis, tidak terlalu sulit untuk
3
dikendalikan)

4 Penting (Penularan cepat, kronis, akut, sulit untuk dikendalikan)

Sangat penting (Penularan sangat cepat, sangat kronis, sangat akut, sangat sulit
5
untuk dikendalikan)
Keterangan Pemberian Skor Growth

SKOR KETERANGAN

1 Sangat tidak penting (Kasus menurun drastis)

2 Tidak penting (Kasus menurun)

3 Netral (Kasus fluktuatif menarik)

4 Penting (Kasus meningkat)

5 Sangat penting (Kasus meningkat drastis)


Matriks USG

Masalah U S G Total

Diare 4 3 4 12

Pneumonia
4 5 5 14
Balita

HIV AIDS 3 5 5 13
Analisis Prioritas Masalah
Urgency = 4

Pemberian skor 4 terhadap urgency dari kasus pneumonia di Kabupaten Tangerang dikarenakan pneumonia
merupakan penyakit menular yang menjadi penyebab kematian anak terbesar diantara penyakit menular lainnya.
Penularannya sangat cepat dan melalui udara, melalui darah khususnya selama atau setelah kelahiran, atau melalui
permukaan yang terkontaminasi.

Seriouseness = 5

Pemberian skor 5 terhadap seriousness dari kasus pneumonia di Kabupaten Tangerang dikarenakan balita yang terkena
pneumonia akan sulit dan terasa sakit untuk bernapas karena paru-parunya berisi nanah dan cairan. Penyakit ini sangat
berbahaya terutama bagi bayi, anak-anak, dan lansia diatas 65 tahun. Hal ini akan menimbulkan dampak yang sangat
merugikan karena jika tidak diatasi dengan tepat, pneumonia dapat memicu komplikasi, seperti infeksi aliran darah, abses
paru, hingga efusi pleura.

Growth = 5

Pemberian skor 5 terhadap growth dari kasus pneumonia di Kabupaten Tangerang dikarenakan penyakit pneumonia
mengalami kecenderungan kenaikan jumlah kasus pada setiap tahunnya dimulai dari tahun 2013-2021.
Korelasi Sosial - Epidemiologi

Kesehatan yang buruk dapat menyebabkan


kemiskinan dan kemiskinan berpotensi besar
membawa pada status kesehatan yang rendah. Oleh
karena itu, untuk mengetahui korelasi antara
kemiskinan dan juga penyakit pneumonia di
Kabupaten Tangerang, perlu adanya analisis dari
faktor kemiskinan hasil analisis meliputi:
Menderita Penyakit Pneumonia
Faktor
Keterbatasan Fasilitas Pelayanan
Kemiskinan
Kesehatan
Kesehatan
Maraknya Pernikahan Dini
Diagnosa
Perilaku
Definisi Diagnosa Perilaku

Diagnosis perilaku merupakan analisis


hubungan perilaku dengan tujuan atau
masalah yang diidentifikasikan dalam
diagnosis epidemiologi atau sosial.
Menentukan Faktor Perilaku & Non-Perilaku

Perilaku Non - Perilaku

1. Perilaku merokok di rumah 1. Intensitas cahaya rumah


2. Perilaku membuka kamar di pagi dan siang hari 2. Kepadatan hunian rumah
3. Perilaku pemberian ASI eksklusif 3. Konstruksi lantai rumah
4. Perilaku menggunakan obat nyamuk bakar 4. Fasilitas pelayanan
5. Perilaku masyarakat tidak melakukan imunisasi kesehatan
bagi balitanya
6. Perilaku masyarakat tidak rutin untuk
melakukan cek kesehatan berkala bagi balita
7. Perilaku tidak memperhatikan gizi seimbang
8. Perilaku masyarakat tidak melakukan
perawatan bagi balita yang menderita
pneumonia
Mengembangkan Penyebab Perilaku dalam Usaha Pencegahan

Primer Sekunder Tersier

1. Perilaku merokok di rumah 1. Perilaku masyarakat 1. Perilaku masyarakat


2. Perilaku membuka kamar di tidak rutin untuk tidak melakukan
pagi dan siang hari melakukan cek perawatan bagi
3. Perilaku pemberian ASI kesehatan berkala balita yang
eksklusif bagi balita menderita
4. Perilaku menggunakan obat pneumonia
nyamuk bakar
5. Perilaku masyarakat tidak
melakukan imunisasi bagi
balitanya
6. Perilaku tidak
memperhatikan gizi
seimbang
Melihat Importance atau Penting Tidaknya Perilaku

More Importance Less Importance

1. Perilaku merokok di rumah 1. Perilaku penggunaan


2. Perilaku pemberian ASI eksklusif obat nyamuk bakar
3. Perilaku membuka jendela rumah di pagi dan siang hari
4. Perilaku masyarakat tidak melakukan imunisasi paa balitanya
5. Perilaku masyarakat tidak rutin untuk melakukan cek
kesehatan berkala bagi balita
6. Perilaku masyarakat tidak melakukan perawatan bagi balita
yang menderita pneumonia
7. Perilaku tidak memperhatikan gizi seimbang
Melihat Changeability atau
Mudah Tidaknya Berubah Perilaku
More Changeable Less Changeable

1. Perilaku pemberian ASI eksklusif 1. Perilaku merokok di rumah


2. Perilaku membuka jendela rumah di 2. Perilaku masyarakat tidak melakukan
pagi dan siang hari imunisasi bagi balitanya
3. Perilaku penggunaan obat nyamuk 3. Perilaku masyarakat tidak rutin untuk
bakar melakukan cek kesehatan berkala bagi
balita
4. Perilaku masyarakat tidak melakukan
perawatan bagi balita yang menderita
pneumonia
5. Perilaku tidak memperhatikan gizi
seimbang
Matriks Diagnosa Perilaku
More Importance Less Importance

1. Perilaku membuka jendela rumah di pagi dan siang 1. Perilaku


hari pemberian ASI
More
eksklusif
Changeable
2. Perilaku
penggunaan obat
nyamuk bakar

1. Perilaku merokok di rumah


2. Perilaku masyarakat tidak melakukan imunisasi bagi
balitanya
Less
3. Perilaku masyarakat tidak rutin untuk melakukan
Changeable
cek kesehatan berkala bagi balita
4. Perilaku masyarakat tidak melakukan perawatan
bagi balita yang menderita pneumonia
5. Perilaku tidak memperhatikan gizi seimbang
Menentukan Objective Goals

1. What : Perilaku
membuka jendela 3.When : 5. How Much : 80%
rumah di pagi dan Maret 2023
siang hari

4. Where :
2. Who : Orang tua
yang memiliki balita Kabupaten
di Kabupaten Tangerang
Tanggerang xxxxx

Pada bulan maret tahun 2023 sebesar 80% Orangtua yang memiliki
balita di Kabupaten Tangerang memiliki kebiasaan perilaku membuka
jendela rumah di pagi dan siang hari
DIAGNOSA
LINGKUNGAN

(NON PERILAKU)
Definisi Diagnosa Lingkungan
(Non Perilaku)

Diagnosis lingkungan adalah analisis yang


dilakukan dari faktor sosial dan fisik
lingkungan, serta tindakan fisik yang
berkaitan dengan perilaku yang
sebelumnya ditemukan dalam diagnosis
perilaku.
Menentukan Faktor Perilaku & Non-Perilaku

Perilaku Non - Perilaku

Perilaku merokok di rumah Intensitas cahaya rumah


Perilaku membuka kamar di pagi dan siang hari Kepadatan hunian rumah
Perilaku pemberian ASI eksklusif Konstruksi lantai rumah
Perilaku menggunakan obat nyamuk bakar Fasilitas pelayanan
Perilaku masyarakat tidak melakukan imunisasi kesehatan
bagi balitanya
Perilaku masyarakat tidak rutin untuk
melakukan cek kesehatan berkala bagi balita
Perilaku tidak memperhatikan gizi seimbang
Perilaku masyarakat tidak melakukan
perawatan bagi balita yang menderita
pneumonia
Melihat Importance atau Penting Tidaknya
Faktor Lingkungan

More Importance Less Importance

Intensitas cahaya rumah Konstruksi lantai rumah


Kepadatan hunian rumah
Fasilitas pelayanan kesehatan
Melihat Changeability atau
Mudah Tidaknya Faktor Lingkungan Berubah

More Changeable Less Changeable

Intensitas cahaya rumah Fasilitas pelayanan kesehatan


Konstruksi lantai rumah Kepadatan hunian rumah
Matriks Diagnosa Lingkungan

More Importance Less Importance

More Intensitas cahaya rumah Konstruksi


Changeable lantai rumah

Less Fasilitas pelayanan


Changeable kesehatan
Kepadatan hunian rumah
Menentukan Objective Goals
1. What :
Terpenuhinya
sy ar a t intensitas 3.When : 5. How Much : 93%
cahaya di dalam Juni 2023
rumah

4. Where :
2. Who : Orangtua
yang memiliki balita Kabupaten
di Kabupaten Tangerang
Tangerang xxxxx

Pada Juni 2023 sebesar 93% masyarakat Kabupaten


Tangerang memiliki rumah yang memenuhi intensitas
cahaya yang baik
DIAGNOSA
PENDIDIKAN DAN
ORGANISASI
Definisi Diagnosa Pendidikan
dan Organisasi

Tahap diagnosis pendidikan dan


organisasi memberi penekanan
pada faktor-faktor predisposisi,
pendukung, dan penguat.
Reaksi orang tua yang belum tepat dalam bersikap
mengenai pencegahan khususnya membuka Pengetahuan Membuka Jendela di
jendela di pagi dan siang hari Pagi dan Siang Hari

Apa itu diagnosis


pendidikan dan organisasi ? Komitmen Orang Tua terkait Perilaku
Faktor Predisposing Membuka Jendela di Pagi dan Siang
Hari
Penelesuran masalah yang menjadi
penyebab terjadinya masalah perilaku
kesehatan yang telah diprioritaskan
DIAGNOSIS Arahan dari Pemerintah Mengenai
PENDIDIKAN DAN Pentingnya Perilaku Membuka Jendela di
ORGANISASI Pagi Hari
Peran Keluarga dalam Menerapkan
Kebiasaan Membuka Jendela di Pagi
Kurangnya Implementasi
dan Siang Hari
Masyarakat terkait
Faktor Reinforcing ArahanPemerintah tentang
Faktor Enabling Pentingnya Perilaku Membuka
Jendela di Pagi dan Siang Hari
Dukungan dari Pemerintah Terhadap
Perilaku Membuka Jendela di Pagi Letak Rumah Yang Berdempetan Tidak
Peran Kader Kesehatan dalam Melakukan Kampanye
dan Siang Hari Memenuhi Syarat Jendela Yang Sehat
untuk Membuka Jendela di Pagi dan Siang Hari
Matriks Diagnosa Pendidikan dan Organisasi
Memprioritaskan 3 Faktor
(Pemudah, Pemungkin dan Penguat)

More Importance Less Importance

More Predisposing Enabling


Changeable

Less Reinforcing
Changeable
Matriks Diagnosa Pendidikan Dan Organisasi
Dengan Memprioritaskan
Faktor Predisposing
More Importance Less Importance

Pengetahuan Orang Tua untuk Komitmen Masyarakat


More Membuka Jendela di pagi dan Terkait Perilaku
Changeability Siang Hari Membuka Jendela di
Pagi dan Siang Hari

Less Sikap Orang Tua dalam


Changeability Melakukan Pencegahan
Pneumonia pada Balita
Menentukan Objective Goals
1. What :
g
Pengetahuan Oran
ka
Tua untuk Membu 3.When : 5. How Much : 93%
Jendela di pagi dan Desember
Siang Hari
2023
4. Where :
2. Who :
Orang tua yang Kabupaten
memiliki Balita di Tangerang
Kabupaten xxxxx
Tangerang
Pada Desember 2023 sebesar 93% orang tua yang memiliki
balita dirumahnya memiliki pengetahuan membuka
jendela di pagi dan siang hari
KmUuu b3rtanYyYaa???
RrrrrwwWrrr
DAFTAR
PUSTAKA
Herlina, I. (2020). Identifikasi Coliform Pada Air Sumur Warga. Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO), 2(2), 48-56.
Kusumaningtiar, D. A., Vionalita, G., & Putri, N. I. FASILITAS SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA CIKUPA KABUPATEN
TANGERANG.
Alnur, R. D., Ismail, D., & Padmawati, R. S. (2017). Kebiasaan merokok keluarga serumah dengan kejadian pneumonia pada balita di kabupaten Bantul tahun 2015. Berita
Kedokteran Masyarakat, 33(3), 119-124.
Choyron, V. A. G., Bejo Raharjo, S. K. M., & Werdani, K. E. (2015). Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pedan
Klaten (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Anggiani, D. R., Suhartono, S., & Dewanti, N. A. Y. (2016). Hubungan Kondisi Lingkungan Dalam Rumah Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pati
I Kabupaten Pati. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 4(3), 776-781.
Nurjayanti, T. N., Maywati, S., & Gustaman, R. A. (2022). HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI KAWASAN PADAT PENDUDUK
KOTA TASIKMALAYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAWANG. Jurnal Kesehatan komunitas Indonesia, 18 (1), 395-403.
FIDARANI, F. Gambaran Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 (Studi Kasus di Puskesmas Pamulang) (Bachelor's thesis,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, 2017).
Tanjung, W. W., Batubara, N. S., Siregar, P. K., & Rangkuti, J. A. (2017). Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian pneumonia pada balita di Rumah Sakit Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD) Kota Padangsidimpuan. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia (Indonesian Health Scientific Journal), 2(3), 1-10.
Ayun, K. (2015). Hubungan Status Gizi dan Vitamin A dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Puskesmas Piyungan Bantul. Skripsi thesis, STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
Rahayu, D. S., Heriyani, F., & Hidayah, N. (2021). Literature Review: Hubungan Kebiasaan Merokok Penghuni Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada Balita yang Tinggal di
Daerah Pabrik. Homeostasis, 4(3), 643-648.

Anda mungkin juga menyukai