230-239
P-ISSN: 2614-7231, E-ISSN: 2614-3658
DOI: https://doi.org/10.24815/jimps.v8i2.24583
Article history
Received : 2022-12-21 Abstract: This study aims to examine the effect of population growth rate
Accepted : 2023-01-28 and inflation on poverty in Indonesia. The data used in this study is time
Published : 2023-04-09 series data starting from 2001-2021. This study used secondary data
obtained from publication documentation from the Indonesian Central
Bureau of Statistics (BPS). The data analysis method used is multiple linear
regression with the E-Views 9 program. The results showed that the partial
rate of population growth had a negative and insignificant effect on
poverty. The variable inflation partially has a positive and significant effect
on poverty. Simultaneously, the rate of population growth and inflation
have a significant effect on poverty in Indonesia. The value of the coefficient
Keywords: of determination shows that the rate of population growth and inflation is
Kemiskinan, Laju able to explain poverty by 33.77%.
Pertumbuhan
Penduduk, Inflasi Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh laju
pertumbuhan penduduk dan inflasi terhadap kemiskinan di Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series yang
dimulai dari tahun 2001-2021. Penelitian ini menggunakan data sekunder
yang diperoleh dari dokumentasi publikasi Badan Pusat Statistik Indonesia
(BPS). Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda
dengan program E-Views 9. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa secara
parsial laju pertumbuhan penduduk berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap kemiskinan. Variabel inflasi secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan. Secara simultan
Available online at laju pertumbuhan penduduk dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap
https://jim.unsyiah.ac.id/ kemiskinan di Indonesia. Nilai koefisien determinasi menunjukkan bahwa
sejarah laju pertumbuhan penduduk dan inflasi mampu menjelaskan kemiskinan
sebesar 33,77 %.
Available online at
http://jim.unsyiah.ac.id
/
riwayat/
230
PENDAHULUAN kompleks. Oleh karena itu kebijakan
Pembangunan merupakan proses pengentasan kemiskinan perlu ditetapkan
perubahan yang multidimensi menuju dan diimplementasikan secara tepat
kepada kondisi hidup masyarakat yang lebih (Hambarsari & Inggit, 2016; Kevin et al.,
baik dari sebelumnya (Didu & Fauzi, 2016; 2020; Margareni et al., 2016). Setiap negara
Margareni et al., 2016; Todaro & Smith, terus berlomba untuk menekan angka
2020). Oleh karena itu pembangunan tidak kemiskinan melalui berbagai kebijakannya
hanya berbicara tentang pertumbuhan karena salah satu indikator keberhasilan
ekonomi semata, melainkan bagaimana pembangunan satu negara adalah dilihat
sebuah negara mengatasi berbagai dari kemampuan pemerintah dan
persoalan pembangunan yang fundamental. kebijakannya dalam menekan angka
Salah satu masalah pembangunan yang kemiskinan (Ihsan, 2018). Sejauh ini,
mendasar tersebut baik di tingkat Berdasarkan data BPS, pengentasan
internasional maupun nasional adalah kemiskinan di indonesia cukup berhasil
kemiskinan (Guampe et al., 2022; Halim et dimana sejak tahun 2001-2021 persentase
al., 2022; Ihsan, 2018; Kevin et al., 2020; angka kemiskinan indonesia menunjukkan
Mardiatillah et al., 2021; Murobbi & Usman, tren yang terus menurun hingga mencapai
2021). 10,1 % pada tahun 2021.
Kemiskinan adalah kondisi dimana
seseorang atau sekelompok orang tidak
mampu memenuhi standar hidup minimum
seperti tidak mampu memenuhi kebutuhan
sadang, pangan dan papan. Berdasarkan
standar Bank Dunia, orang dikatakan miskin
apabila tingkat pendapatannya kurang dari $
2 per hari (Guampe et al., 2023). Kondisi
hidup miskin tersebut akan membuat
seseorang ataupun sekelompok orang Gambar 1. Tren Kemiskinan Indonesia
terjebak dalam lingkaran kemiskinan. Tahun 2001-2021
Sebagai contoh, ketika orang berada dalam
Walaupun tingkat kemiskinan
kemiskinan maka dia memiliki akses
menunjukkan tren yang menurun, namun
pendidikan dan kesehatan yang rendah,
kebijakan dan program pengentasan
kondisi tersebut menyebabkan tingkat
kemiskinan harus terus dilakukan. Hal
produktivitasnya rendah. Tingkat
tersebut dikarenakan berbagai dinamika
produktivitas rendah menyebabkan tingkat
ekonomi yang dapat kembali mendorong
pendapatan yang renda, selanjutnya
jumlah kemiskinan kembali meningkat.
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
Dinamika yang pertama adalah bagaimana
dasar akan terbatas. Kondisi tersebut
pertumbuhan penduduk dapat
berulang terus-menerus bahkan
menyebabkan peningkatan angka
berkembang kepada lingkaran kemiskinan
kemiskinan. Peningkatan jumlah penduduk
lainnya (Halim et al., 2022; Hambarsari &
selanjutnya akan menyebabkan peningkatan
Inggit, 2016; Ihsan, 2018).
terhadap jumlah angkatan kerja. Apabila
Dari gambaran lingkaran
pertumbuhan penduduk tidak dibarengi
kemiskinan tersebut menunjukkan bahwa
dengan ketersediaan lapangan kerja maka
masalah pembangunan ini sangatlah
231
akan menciptakan pengangguran. Orang tahun 2001-2021 sangat berfluktuasi.
yang menganggur secara otomatis tidak Fluktuasi yang sangat tinggi ditunjukkan
memiliki pendapatan untuk memenuhi pada tahun 2001-2014 dan tingkat inflasi
kebutuhan hidupnya dan pada akhirnya tertinggi terjadi pada 2005 yakni sebesar 17,
jatuh ke dalam kondisi hidup miskin (Didu & 1% dan pada tahun 2008 sebesar 11,1%
Fauzi, 2016; Kevin et al., 2020). Berdasarkan
data BPS Nasional, persentase laju
pertumbuhan penduduk indonesia sejak
tahun 2001-2020 cukup landai yakni pada
kisaran 1,15% sampai 1,46%. Namun
demikian, persentase laju pertumbuhan
penduduk meningkat tajam pada tahun
2021 menjadi 2,22%.
232
Laju Pertumbuhan Penduduk, Inflasi, dan yang bisa dikatakan nilai probability > 0,05
Tingkat Kemiskinan. Dalam penelitian ini, yang artinya residual terdistribusi normal.
metode analisis yang digunakan yaitu Selain menggunakan Uji Jacque Bera, Data
analisis regresi linear berganda dengan dalam penelitian ini dikatakan normal
program E-Views 9. Persamaan matematik apabila grafik histogram tidak condong ke
model regresi linear berganda yang kiri atau ke kanan akan tetapi harus
digunakan adalah: membentuk lonceng. Berdasarkan gambar 4
di atas maka dapat dikatakan bahwa data
Y = a + b1X1 + b2X2 + e dalam penelitian ini terdistribusi normal.
4 Mean -3.12e-16
Median
Maximum
-0.582896
4.444407
Tabel 5. Uji Multikolinearias
3 Minimum -3.278801
Std. Dev. 2.446340 Uji Heteroskedastisitas
2 Skewness 0.415610
Kurtosis 1.898212
Heteroskedastisitas merupakan
1 Jarque-Bera 1.666756 keadaan dimana factor variabel bebas tidak
Probability 0.434579
0 memiliki nilai varian yang sama, sedangkan
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
asumsi yang dipenuhi dalam regresi linear
Gambar 4. Hasil Uji Normalitas klasik adalah mempunyai nilai varian yang
sama (konstan) homoskedastisitas. Uji
Berdasarkan gambar 4. dapat dilihat Heteroskedastisitas bertujuan untuk
bahwa data dalam penelitian ini dapat menguji apakah model regresi terjadi
dikatakan berdistribusi normal. Hal ini ketidaksamaan varian dari residual satu
dilihat dari probability bernilai 0,434579
233
pengamatan. Model regresi yang baik adalah Pada tabel diatas dapat dilihat jika
yang bebas heteroskedastisitas. Oleh karena nilai Prob Chi Square (2) yang merupakan
itu untuk mendeteksi ada tidaknya nilai p value uji Breusch-Godfrey Serial
heteroskedastisitas dalam penelitian ini Correlation LM adalah sebesar 0,0458 maka
maka peneliti menggunakan uji white. tidak ditemukan masalah pada autokorelasi,
hal ini dikarenakan P-value Obs*R-Squared
= 0,0458 > 0,01, yang membuktikan bahwa
tidak adanya masalah autokorelasi.
Uji Regresi Berganda
234
di Indonesia sebesar 0,494011% Koefisien Determinasi
dengan asumsi variabel lain tetap.
Hasil uji statitik pada tabel 4 juga
menunjukkan bahwa nilai koefisien
Uji Parsial (Uji-t) determinasi R-Squared sebesar 0,397742.
Hal ini menggambarkan bahwa variabel-
Uji t dalam regresi linier berganda variabel independen yaitu laju pertumbuhan
dimaksudkan untuk menguji apakah penduduk dan inflasi secara bersama-sama
parameter (koefisien regresi dan konstanta) mampu memberi penjelasan mengenai
yang diduga untuk mengestimasikan variabel dependen atau tingkat kemiskinan
persamaan atau model regresi linier sebesar 39,77 %. Adapun 60,23 % persen
berganda sudah merupakan parameter yang lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
tepat atau belum. Hasil uji t dapat dilihat dimasukkan dalam model.
pada tabel 4. dimana nilai probabilitas t
hitung dari variabel bebas LPP (Laju
Pertumbuhan Penduduk) sebesar 0,7987 PEMBAHASAN
yang lebih besar dari tingkat kesalahan Pengaruh Laju Pertumbuhan Penduduk
(alpha) 0,05 maka dapat dikatakan bahwa Terhadap Kemiskinan di Indonesia
variabel Laju pertumbuhan penduduk (LPP)
tidak berpengaruh signifikan terhadap Pada bagian hasil penelitian ini telah
variabel terikatnya dalam hal ini ditunjukkan bahwa Laju pertumbuhan
Kemiskinan. Selanjutnya untuk variabel penduduk memiliki pengaruh negatif dan
bebas Inflasi, dapat dilihat jika nilai prob. t tidak signifikan terhadap kemiskinan. Hal ini
hitungnya adalah sebesar 0,0033 yang lebih dibuktikan dengan Nilai koefisien Laju
kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan penduduk sebesar -0,702665
variabel Inflasi berpengaruh signifikan dan nilai prob. t hitung dari variabel bebas
terhadap Kemiskinan (Dependent Variable)
LPP (Laju Pertumbuhan Penduduk) sebesar
0,7987 yang lebih besar dari tingkat
Uji Keterandalan Model (Uji F)
kesalahan (alpha) 0,05. Berpengaruh negatif
Uji keterandalan model atau uji artinya jika terdapat peningkatan jumlah
kelayakan model atau yang lebih populer penduduk maka kemiskinan akan berkurang
disebut sebagai uji F (ada juga yang begitu pula sebaliknya. Temuan ini sejalan
menyebutnya sebagai uji simultan model) dengan penelitian dari Ardiansa et al.,
merupakan tahapan awal mengidentifikasi (2021); Didu & Fauzi, (2016); Safitri &
model regresi yang diestimasi layak atau
Effendi, (2019) yang menemukan bahwa
tidak. Layak (andal) disini maksudnya
pertumbuhan penduduk berkorelasi negatif
adalah model yang diestimasi layak
terhadap tingkat kemiskinan.
digunakan untuk menjelaskan pengaruh
variabel-variabel bebas terhadap variabel Terdapat beberapa hal yang
terikat. Uji F ini biasa digunakan untuk menyebabkan laju pertumbuhan penduduk
mengetahui pengaruh variabel independen berpengaruh negatif terhadap kemiskinan.
secara signifikan terhadap variabel Pertama, penduduk indonesia sekarang ini
dependen. Hasil penelitian (tabel 4) ini didominasi oleh usia produktif yang
menunjukkan bahwa nilai prob. F (Statistic) kemudian dalam sisi penawaran akan
sebesar 0,010424 lebih kecil dari 0,05 berdampak terhadap kesejahteraan hidup
sehingga dengan demikian laju masyarakat karena menjadi faktor produksi
pertumbuhan penduduk dan Inflasi yang potensial perusahaan. Semakin banyak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat penduduk maka semakin banyak tenaga
Kemiskinan di Indonesia tahun 2001-2021. kerja yang tersedia. Laju pertumbuhan
penduduk menandakan besarnya populasi
235
penduduk yang dari sisi permintaan antara laju pertumbuhan penduduk dengan
dianggap sebagai pasar potensial. Semakin ketersediaan lapangan pekerjaan. Apabila
banyak jumlah penduduk maka kebutuhan pada satu waktu terjadi ketimpangan maka
konsumsi terhadap barang dan jasa akan dapat saja hubungan antara laju
semakin meningkat, sehingga mendorong pertumbuhan penduduk dengan tingkat
perusahaan untuk meningkatkan kemiskinan adalah positif. Positif artinya
produksinya. Peningkatan kapasitas apabila pertumbuhan penduduk meningkat
produksi barang dan jasa oleh perusahaan pesat maka akan diikuti oleh peningkatan
tentunya akan ikut mendorong permintaan jumlah kemiskinan seperti dalam temuan
tenaga kerja dalam negeri. Pada akhirnya Halim et al., (2022); Margareni et al., (2016);
masyarakat akan memperoleh pekerjaan Sari & Natha, (2016). Tidak hanya
selanjutnya pendapatan untuk digunakan berkorelasi positif namun juga akan
memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan berpengaruh secara signifikan seperti dalam
hidupnya serta lepas dari perangkap penelitian Ardiansa et al., (2021); Didu &
kemiskinan (Todaro & Smith, 2020). Fauzi, (2016); Kevin et al., (2020); Safitri &
Laju pertumbuhan penduduk dapat Effendi, (2019); Sari & Natha, (2016).
berkorelasi negatif terhadap tingkat
kemiskinan karena beberapa aspek Pengaruh Inflasi Terhadap Kemiskinan
pembangunan ekonomi yang sedang di Indonesia
berlangsung. Salah satunya adalah kebijakan
hilirisasi industri minerba di Indonesia yang Telah dijelaskan pada bagian
menjadi daya tarik bagi investor asing untuk pendahuluan bahwa inflasi merupakan salah
berinvestasi di Indonesia. Investasi yang satu indikator ekonomi makro yang penting
gencar ini akan semakin memperluas untuk dikendalikan. Inflasi bukan tidak
lapangan pekerjaan untuk menyerap tenaga diperlukan, setiap negara membutuhkan
kerja yang tersedia. tingkat inflasi yang terkendali agar
Selanjutnya pertumbuhan penduduk perekonomian berada dalam kondisi
yang tidak berpengaruh signifikan terhadap bergairah dimana produsen dapat
kemiskinan menunjukkan bahwa memperoleh keuntungan dari aktifitas
pemerintah indonesia mampu mengimbangi produksinya, lapangan pekerjaan tersedia
antara laju pertumbuhan penduduk dengan dan kenaikan harga masih dapat dijangkau
ketersediaan lapangan pekerjaan. oleh konsumen. Tingkat inflasi normal
Pemerintah juga berhasil mengendalikan tersebut adalah dibawah 10%. Namun
laju pertumbuhan penduduk indonesia demikian, tingkat inflasi menjadi tidak sehat
dimana laju pertumbuhan penduduk dan perlu diwaspadai apabila sudah berada
cenderung stabil selama periode 2001-2019. di atas 10%-30% yang dikenal dengan
Pertumbuhan penduduk baru mengalami tingkat inflasi sedang. Ketika tingkat inflasi
peningkatan secara tajam di tahun 2020 ke telah berada di atas 30% maka sudah
2021 sehingga menyebabkan laju termasuk ke dalam inflasi berat (Damanik et
pertumbuhan penduduk tidak berpengaruh al., 2022). Pada kondisi inflasi tersebut harga
signifikan terhadap kemiskinan di barang dan jasa telah naik kepada kondisi
Indonesia. Temuan ini mendukung yang tidak terkendali, daya beli menurun
penelitian dari Halim et al., (2022); dan tingkat kemiskinan terus meningkat.
Hambarsari & Inggit, (2016); Margareni et Pandangan umum tersebut telah
al., (2016) dibuktikan di dalam penelitian ini dimana
Namun demikian, kondisi ini perlu tingkat inflasi memiliki pengaruh yang
dipertahankan dengan menyeimbangkan positif dan signifikan terhadap tingkat
236
kemiskinan di Indonesia. Hasil penelitian ini signifikan terhadap Kemiskinan yang
sejalan dengan temuan Ningsih & Andiny, ditunjukkan oleh koefisien regresi sebesar
(2018) dan Salim & Purnamasari, (2021) 0,494011 dengan tingkat signifikansi 0,0033
yang menemukan bahwa tingkat inflasi yang lebih kecil dari 0,05. Apabila dilihat
berpengaruh positif dan signifikan terhadap secara simultan maka laju pertumbuhan
tingkat kemiskinan di Indonesia. Namun penduduk dan Inflasi secara bersama-sama
demikian, apabila melihat hubungan dan berpengaruh terhadap kemiskinan di
pengaruh antara inflasi terhadap tingkat Indonesia pada tahun 2001-2021 dengan
kemiskinan secara regional maka ditemukan prob. F (Statistic) sebesar 0,010424 lebih
bahwa hubungan antara keduanya adalah kecil dari tingkat signifikansi 0,05.
positif, namun tingkat inflasi tidak Selanjutnya koefisien determinasi dari
mempengaruhi tingkat kemiskinan. Hasil kedua variabel independen tersebut hanya
temuan tersebut dapat dilihat dari sebesar 0,397742 yang dengan kata lain laju
penelitian Halim et al., (2022); Hambarsari & pertumbuhan penduduk dan inflasi hanya
Inggit, (2016); Ihsan, (2018); Kevin et al., mampu menjelaskan 39,77% variabel
(2020). Kondisi ini dapat menggambarkan dependen yakni kemiskinan sedangkan
bahwa masing-masing daerah tersebut 60,23% dijelaskan variabel lain di luar
dapat mengendalikan tingkat inflasinya model penelitian.
sehingga tidak secara signifikan
mempengaruhi tingkat kemiskinan. Berbeda SARAN
dengan itu, beberapa penelitiannya lainnya Berdasarkan temuan-temuan
menunjukkan bahwa tingkat inflasi penelitian maka kajian tentang pengaruh
berpengaruh positif dan signifikan terhadap laju pertumbuhan penduduk dan inflasi
tingkat kemiskinan seperti penelitian terhadap kemiskinan perlu untuk terus
Mardiatillah et al., (2021); Primandari, dilakukan. Hal ini dikarenakan variabel
(2019); Sari & Natha, (2016). Oleh karena tersebut merupakan indikator-indikator
itu, walaupun di beberapa daerah pengaruh pembangunan ekonomi yang mendasar dan
inflasi terhadap kemiskinan tidak signifikan, dinamis. Namun demikian, penelitian
bukan berarti perhatian dan kewaspadaan selanjutnya dapat mengembangkan variabel
terhadap tingkat inflasi dapat diabaikan. lain yang memiliki potensi untuk
Seperti telah dipaparkan sebelumnya bahwa mempengaruhi tingkat kemiskinan.
inflasi adalah indikator makro ekonomi yang Secara praktis, melalui penelitian ini
penting untuk diwaspadai dan dikendalikan pemerintah diharapkan untuk terus
agar tidak melampaui batas kewajaran yang berupaya menjaga keseimbangan antara laju
akan menjerumuskan musyarakat ke dalam pertumbuhan penduduk dengan
jurang kemiskinan. ketersediaan lapangan pekerjaan. Kebijakan
seperti mempermudah ijin investasi
KESIMPULAN disegala bidang tentunya perlu
Berdasarkan pemaparan dipertahankan dan ditingkatkan agar
sebelumnya makan dari penelitian ini dapat lapangan pekerjaan bagi masyarakat
ditarik simpulan bahwa laju pertumbuhan terbuka lebar. Pada ahirnya masyarakat
penduduk berpengaruh negatif dan tidak memeiliki pekerjaan dan dapat
signifikan terhadap Kemiskinan di Indonesia meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
dengan koefisien regresi -0,702665 dengan Pada aspek lain, pemerintah juga
tingkat signifikansinya 0,7987 yang lebih perlu menjaga kestabilan inflasi pada
besar dari 0,05. Untuk variabel inflasi tingkatan yang wajar. Hal tersebut
ditemukan adanya pengaruh positif dan dimaksudkan agar selain gairah investasi
237
tetap terjaga. Pada sisi masyarakat juga akan Terhadap Kemiskinan di Provinsi
memilki daya beli yang tinggi sehingga pada Jambi. J-MAS (Jurnal Manajemen dan
akhirnya pertumbuhan ekonomi dapat Sains), 7(2), 1311.
dicapai dan selanjutnya tingkat kemiskinan https://doi.org/10.33087/jmas.v7i
dapat ditekan. 2.593
Hambarsari, D. P., & Inggit, K. (2016).
DAFTAR PUSTAKA Analisis Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Pertumbuhan Penduduk
Ardiansa, A., Saleh, M., & Awaluddin, M.
Dan Inflasi Terhadap Tingkat
(2021). Pengaruh Pertumbuhan
Kemiskinan Di Jawa Timur Tahun
Ekonomi Dan Pertumbuhan
2004-2014. 1.
Penduduk Serta Inflasi Terhadap
Ihsan, K. (2018). Analisis Pengaruh Ump,
Pengangguran Dan Kemiskinan Di
Inflasi Dan Pengangguran Terhadap
Kalimantan Timur.
Kemiskinan Di Provinsi Aceh. 3(3).
Damanik, D., Hermanto, Suatmi, B. D.,
Kevin, K., Putri, A. K., & Nasrun, A. (2020).
Guampe, F. A., Sudirman, A., Amalo,
Pengaruh inflasi dan laju
F., Syatir, A., Widiyarini, Firdaus, M.,
pertumbuhan penduduk terhadap
Supandi, A., & Supartoyo, Y. H.
kemiskinan di Sumatera Bagian
(2022). Ekonomi Makro.
Selatan tahun 2011-2018. SOROT,
Didu, S., & Fauzi, F. (2016). Pengaruh Jumlah
15(1), 33.
Penduduk, Pendidikan Dan
https://doi.org/10.31258/sorot.15.
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
1.33-42
Kemiskinan Di Kabupaten Lebak.
Mardiatillah, R., Panorama, M., &
Jurnal Ekonomi-Qu, 6(1).
Maftukhatusolikhah, M. (2021).
https://doi.org/10.35448/jequ.v6i1
Pengaruh Pengangguran dan Inflasi
.4199
terhadap Tingkat Kemiskinan di
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis
Sumatera Selatan Tahun 2015-2019.
Multivariate dengan Program IBM
Jurnal Intelektualita: Keislaman,
SPSS (Edisi 9). Badan Penerbit
Sosial dan Sains, 10(2), 365–370.
Universitas Diponegoro.
https://doi.org/10.19109/intelektu
Guampe, F. A., Sagajoka, E., Damanik, D.,
alita.v10i2.8825
Suatmi, B. D., Kundhani, E. Y.,
Margareni, N. P. A. P., Djayastra, I. K., & Yasa,
Supartoyo, Y. H., Ladjin, N., Lempao,
I. G. W. M. (2016). Faktor-Faktor
N. M., Nona, R. V., & Jaya, A. H. (2023).
Yang Mempengaruhi Kemiskinan Di
Ekonomi Pembangunan (Strategi
Provinsi Bali. PIRAMIDA, 12(1), 101–
Dan Kebijakan). CV. MEDIA SAINS
110.
INDONESIA.
Murobbi, M. N., & Usman, H. (2021).
Guampe, F. A., Walenta, A. S., & Kawani, F. B.
Pengaruh Zakat, Infak Sedekah, dan
(2022). Pengaruh Pertumbuhan
Inflasi Terhadap Kemiskinan di
Ekonomi Dan Pengangguran
Indonesia. Jesya (Jurnal Ekonomi &
Terbuka Terhadap Kemiskinan Di
Ekonomi Syariah), 4(2), 846–857.
Indonesia Tahun 2001-2021. JPEK
https://doi.org/10.36778/jesya.v4i
(Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan
2.390
Kewirausahaan), 6(1), 92–102.
Ningsih, D., & Andiny, P. (2018). Analisis
Halim, A., Mayesti, I., & Anggraini, R. (2022).
Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan
Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk,
Ekonomi Terhadap Kemiskinan di
Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi
Indonesia. 2(1).
238
Primandari, N. R. (2019). Pengaruh
pertumbuhan ekonomi, inflasi dan
pengangguran terhadap tingkat
kemiskinan di Sumatera Selatan.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, 16(1),
1–10.
https://doi.org/10.29259/jep.v16i1
.8856
Safitri, L., & Effendi, M. (2019). Analisis
Pengaruh Pendidikan, Pertumbuhan
Penduduk dan Investasi terhadap
Kemiskinan di Kalimantan Selatan.
JIEP: Jurnal Ilmu Ekonomi Dan
Pembangunan, 2(4), 842–851.
Salim, A., & Purnamasari, A. (2021).
Pengaruh Inflasi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
Ekonomica Sharia: Jurnal Pemikiran
dan Pengembangan Ekonomi
Syariah, 7(1).
Sari, N. A., & Natha, K. S. (2016). Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi,
Pertumbuhan Penduduk, dan Inflasi
terhadap Jumlah Penduduk Miskin
di Provinsi Bali Periode 1999 – 2013.
E-Jurnal EP Unud, 5(12), 1384–1407.
Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2020). Economic
development (Thirteenth). Pearson.
239