tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
4. Dilaksanakan secara transparan, responsive, efisien, efektif, terukur, akuntabel,
berorientasi pada hasil (outcome), dengan pendekatan money follow programme dan
programme follow result, berprinsip pada pembangunan yang berkelanjutan, inovatif
dan kreatif dalam menyelesaikan permasalahan pembangunan sekaligus pencapaian
sasaran RPJMD Kabupaten Purbalingga secara tuntas.
5. Merupakan dukungan terhadap upaya perwujudan tujuan pembangunan nasional
yaitu menuju “Indonesia maju yang berdaulat secara politik, mandiri dalam
bidang ekonomi dan berkepribadian dalam Bidang kebudayaan dengan
berlandaskan gotong royong sebagaimana dirumuskan dan diwujudkan melalui 9
(Sembilan) Misi yang dikenal sebagai Nawacita kedua, yang kemudian dijabarkan
dalam 7 (tujuh) agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam RPJMN Tahun
2020-2024 meliputi :
a. Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas;
b. Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan;
c. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berdaya Saing;
i.Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan;
d. Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan
Pelayanan Dasar;
e. Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana dan
Perubahan Iklim;
f. Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan Publik
6. Merupakan Dukungan terhadap upaya pencapaian sasaran pokok pembangunan
Jawa Tengah tahun 2024, dengan prioritas meliputi :
a. Peningkatan kapasitas perekonomian yang berdaya saing dan merata berbasis
sektor unggulan didukung dengan pengendalian inflasi yang lebih optimal dan
infrastruktur yang merata dan berkualitas;
b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang lebih pintar, sehat, bugar, dan
adaptif secara inklusif dan merata;
c. Peningkatan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dalam rangka
mengoptimalkan daya dukung dan daya tampung;
d. Perbaikan tata Kelola pemerintahan yang adaptif dan kolaboratif.
7. Mewujudkan pencapaian sasaran pokok pembangunan Purbalingga tahun 2024,
meliputi:
a. Pertumbuhan ekonomi Purbalingga diproyeksikan pada kisaran 5 – 6 persen,
melalui upaya mengembangkan komoditas sektor primer yang memiliki nilai
strategis, peningkatan investasi pada sektor yang banyak menyerap tenaga
kerja, memberikan pelayanan perijinan mudah dan cepat, penetapan upah
minimum kabupaten yang kompetitif; peningkatan daya saing dan omset produk
usaha mikro kecil, pengembangan infrastruktur dan optimalisasi kawasan
peruntukan industri; peningkatan penyaluran kredit perbankan dan lembaga
keuangan mikro untuk usaha produktif.
b. Inflasi diprediksi pada kisaran kurang dari 5 persen, dengan upaya menjamin
kelancaran distribusi, ketersediaan dan pasokan kebutuhan pokok; menjaga
ekspektasi positif masyarakat; meningkatkan koordinasi Tim Pengendali Inflasi
Daerah Kabupaten.
c. Kemiskinan diprediksi pada kisaran 14 s.d 15 persen dan kemiskinan ekstrim
ditargetkan 0 %, yang diupayakan melalui :
1) Pengurangan beban pengeluaran masyarakat miskin.
banyak memberi pengaruh terhadap peningkatan daya beli masyarakat. Seperti yang
telah diketahui bahwa pandemi Covid-19 di Indonesia secara nyata berdampak pada
seluruh sektor kehidupan dan menjadi sebuah tantangan baru bagi masyarakat. Oleh
karena itu dalam rangka peningkatan dan pemerataan pendapatan per kapita
masyarakat serta pemulihan ekonomi masyarakat, maka kebijakan yang harus
ditempuh adalah pengembangan serta peningkatan produktivitas dan daya saing
sektor-sektor ekonomi rakyat seperti pertanian dalam arti luas, perdagangan, Usaha
Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM), industri kecil dan industri rumah tangga, serta
koperasi. Disamping itu, dalam rangka perluasan kesempatan kerja dan
mengendalikan pencemaran lingkungan hidup, pengembangan investasi harus
diarahkan pada pengembangan industri padat karya dan ramah lingkungan. Dalam
hal ini, data menunjukkan bahwa pada tahun 2022 Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) di Kabupaten Purbalingga sebesar 5,23 persen, lebih rendah dibanding TPT
tahun 2021, yaitu sebesar 6,05 persen.
2. Kecukupan Kebutuhan Pokok Masyarakat
Berdasarkan data BPS, Angka Kemiskinan di Kabupaten Purbalingga tahun
2022 turun sebesar 0,94 persen dari tahun 2021, yakni 16,24 persen menjadi
sebesar 15,30 persen. Secara komparatif, Kabupaten Purbalingga masih menempati
peringkat ke-4 di Provinsi Jawa Tengah. Relatif tingginya angka kemiskinan tersebut
disebabkan masih relatif rendahnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidup pokoknya serta naiknya batas kemiskinan yang semula ditetapkan
sebesar Rp. 384.183,- Pada tahun 2021 menjadi sebesar Rp. 407.849,- pada tahun
2022.
Kompleksitas permasalahan kemiskinan menyebabkan upaya
penanggulangan kemiskinan harus dilaksanakan secara sistematis, terarah, terpadu
dan berkelanjutan. Artinya upaya penanggulangan kemiskinan harus mampu
menyentuh akar penyebabnya tidak hanya menangani gejala yang nampak, harus
mencakup seluruh strata keluarga miskin dengan sasaran yang jelas dengan
melibatkan seluruh sektor terkait dan dilaksanakan secara terus-menerus.
Berdasarkan kondisinya, keluarga miskin dikelompokan menjadi 4 (empat)
klaster. Klaster 1 yaitu keluarga miskin yang tidak memiliki potensi untuk
diberdayakan agar mampu melakukan aktivitas produktif seperti misalnya orang
lanjut usia yang tidak memiliki pengampu, anak terlantar, penyandang cacat ganda,
dan sebagainya. Untuk keluarga miskin klaster 1, satu-satunya intervensi yang harus
diberikan oleh pemerintah adalah upaya yang bersifat karitatif yaitu dengan
memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak dan
bermartabat termasuk di dalamnya memberikan akses layanan kesehatan dan
pendidikan. Keluarga miskin klaster 2 adalah keluarga miskin yang masih
memungkinkan untuk diberdayakan meskipun dalam skala yang terbatas. Termasuk
dalam klaster 2 adalah keluarga miskin dalam usia produktif yang sehat secara
jasmani dan mental meskipun tidak memiliki aset produktif atau memiliki dalam skala
yang sangat terbatas. Intervensi pemerintah yang dapat diberikan kepada keluarga
miskin klaster 2 adalah berupa upaya pemberdayaan yang dilakukan bersamaan
dengan upaya karitatif yaitu pemberian bantuan/stimulan bagi pemenuhan kebutuhan
hidup pokok, layanan kesehatan, layanan pendidikan, dan sebagainya. Keluarga
miskin klaster 3 adalah keluarga miskin yang memiliki aktivitas produktif meskipun
dalam skala mikro sehingga masih memungkinkan untuk dientaskan. Di samping
pemberian bantuan stimulan untuk mengurangi beban pengeluarannya, upaya
pengentasan keluarga miskin klaster 3 dapat dilakukan melalui peningkatan
keterampilan usaha, fasilitasi permodalan, fasilitasi sarana dan prasarana usaha, dan
Capaian AHH Kabupaten Purbalingga pada tahun 2021 sebesar 73,21 dan
capaian pada tahun 2022 naik menjadi 73,28. Namun demikian, Capaian AHH ini
masih berada di bawah capaian rata – rata Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 74,47
pada tahun 2021 dan meningkat menjadi 74,57 pada tahun 2022.
Indikator bidang pendidikan yang pertama adalah Harapan Lama Sekolah
(HLS). HLS merupakan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan
dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Asumsinya dalah
bahwa kemungkinan anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur
berikutnya sama dengan rasio penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk
untuk umur yang sama saat ini. Indikator ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja
pembangunan pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk
lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak.
HLS dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu
program wajib belajar.
Pada tahun 2021 capaian HLS Kabupaten Purbalingga sebesar 12.00 dan
meningkat menjadi 12.01 pada tahun 2022. Capaian HLS ini masih berada di bawah
capaian rata – rata Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 12.77 pada tahun 2021 dan
meningkat menjadi 12.81 pada tahun 2022.
Indikator pembangunan pendidikan selanjutnya adalah Rata – rata Lama
Sekolah (RLS). RLS didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh
penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Diasumsikan bahwa dalam kondisi
normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk
yang dihitung RLS adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas dengan asumsi pada
umur 25 tahun proses pendidikan sudah berakhir. Penghitungan RLS pada usia 25
tahun ke atas juga mengikuti standard internasional yang digunakan oleh UNDP.
Awal perhitungan RLS dilakukan dengan menyeleksi penduduk pada usia 25 tahun
ke atas, baru selanjutnya menghitung lamanya sekolah. Apabila dalam partisipasi
sekolah seseorang tidak/belum pernah bersekolah, maka skor lama sekolahnya 0
(nol). Jika partisipasi sekolah yaitu masih bersekolah atau tidak bersekolah lagi, maka
perhitungan lama sekolah disesuaikan dengan cara konversi ijazah ke dalam tahun
lama sekolah. Untuk yang tidak mempunyai ijazah, maka skor konversi tahun lama
sekolahnya 0 tahun, SD sedrajat 6 tahun, SMP sederajat 9 tahun, SMA sederajat 12
tahun, D1/D2 sederajat 14 tahun, D3 sederajat 15 tahun, D4/S1 sederajat 16 tahun,
dan S2/S3 sederajat 18 tahun.
Adapun capaian RLS Kabupaten Purbalingga sebesar 7,25 pada tahun 2021
dan meningkat menjadi 7,33 pada tahun 2022. Capaian RLS ini masih berada di
bawah capaian rata – rata Provinsi Jawa Tengah sebesar 7,75 pada tahun 2021 dan
meningkat menjadi 7,93 pada tahun 2022.
Sementara itu, kemampuan daya beli memberikan gambaran tentang
kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup agar dapat dikatakan
memenuhi standar hidup layak. Dengan meningkatnya pendapatan seseorang
diharapkan kemampuan daya beli akan meningkat pula, dengan syarat kenaikan
pendapatan tidak dibarengi dengan kenaikan harga barang dan jasa yang jauh lebih
tinggi dari kenaikan pendapatan tersebut. Pengeluaran per kapita disesuaikan
ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli. Rata-rata
pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas Modul, dihitung dari level
provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil
dengan tahun dasar 2012=100. Rata-rata pengeluaran per kapita konstan kemudian
disesuaikan dengan cara dibagi dengan paritas daya beli (Purcashing Power Parity -
PPP). Pengeluaran yang telah dibagi dengan PPP ini disebut dengan pengeluaran
per kapita yang disesuaikan. Perhitungan paritas daya beli pada metode baru
menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya
merupakan komoditas non makanan.
Capaian paritas daya beli Kabupaten Purbalingga sebesar 10,032 ribu pada
tahun 2021 dan naik menjadi 10,277 ribu pada tahun 2022. Capaian paritas daya beli
ini masih berada di bawah capaian rata – rata Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar
11.034 ribu pada tahun 2021 dan meningkat menjadi 11.377 ribu pada tahun 2022.
Pembangunan daya saing sumber daya manusia, secara eksplisit berkaitan
dengan pencapian Sustainabale Development Goals (SDGs) yang didefinisikan
sebagai kerangka kerja untuk 15 tahun ke depan hingga tahun 2030. Adapun 17
global goals dari SDGs adalah sebagai berikut :
1. Tanpa Kemiskinan
Tidak ada kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh penjuru dunia.
2. Tanpa Kelaparan
Tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan nutrisi, serta
mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan.
3. Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan
Menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan hidup untuk
seluruh masyarakat di segala umur.
4. Pendidikan Berkualitas
Menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas dan meningkatkan
kesempatan belajar untuk semua orang, menjamin pendidikan yang inklusif dan
berkeadilan serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua
orang.
5. Kesetaraan Gender
Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum ibu dan perempuan.
6. Air Bersih dan Sanitasi
Menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua
orang.
7. Energi Bersih dan Terjangkau
Menjamin akses terhadap sumber energi yang terjangkau, terpercaya,
berkelanjutan dan modern untuk semua orang.
8. Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak
Mendukung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, lapangan
kerja yang penuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk semua orang.
9. Industri, Inovasi dan Infrastruktur
Membangun infrastruktur yang berkualitas, mendorong peningkatan industri
yang inklusif dan berkelanjutan serta mendorong inovasi.
10. Mengurangi Kesenjangan
Mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam sebuah negara maupun di antara
negara-negara di dunia.
11. Keberlanjutan Kota dan Komunitas
Membangun kota-kota serta pemukiman yang inklusif, berkualitas, aman,
berketahanan dan bekelanjutan.
12. Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab
Menjamin keberlangsungan konsumsi dan pola produksi.
13. Aksi Terhadap Iklim
Bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya.
berbeda-beda. Potensi desa merupakan segala sumber daya alam maupun sumber
daya manusia yang terdapat serta tersimpan di desa. Dimana semua sumber daya
tersebut dapat dimanfaatkan bagi keberlangsungan dan perkembangan desa.
Berdasar status kemajuan dan kemandirian, desa terbagi menjadi 5 kelompok yakni
Desa Sangat Tertinggal, Desa Tertinggal, Desa Berkembang, Desa Maju, Desa
Mandiri. Jumlah Desa Mandiri di Kabupaten Purbalingga mengalami kenaikan dalam
kurun waktu 5 tahun, dimana pada tahun 2017 tidak ada desa berstatus Mandiri
kemudian menjadi 6 desa pada tahun 2022. Begitu pula dengan desa Maju juga
mengalami peningkatan, data terakhir tercatat pada tahun 2022 berjumlah 81 desa.
Pada tahun 2021, Kabupaten Purbalingga masih menyisakan 2 Desa
Tertinggal, yang berhasil dientaskan seluruhnya pada tahun 2022, sehingga menjadi
0. Nilai IDM di Kabupaten Purbalingga dari tahun 2021 mempunyai angka sebesar
0.69 dan meningkat menjadi 0.71 pada tahun 2022.
Indeks Desa Membangun memotret perkembangan kemandirian Desa
berdasarkan implementasi Undang-Undang Desa dengan dukungan Dana Desa
serta Pendamping Desa. Perangkat indikator yang dikembangkan dalam Indeks Desa
Membangun yaitu berdasarkan konsepsi bahwa untuk menuju Desa maju dan
mandiri perlu kerangka kerja pembangunan berkelanjutan di mana aspek sosial,
ekonomi, dan ekologi menjadi kekuatan yang saling mengisi dan menjaga potensi
serta kemampuan Desa untuk mensejahterakan kehidupan Desa. Kebijakan dan
aktivitas pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa harus menghasilkan
pemerataan dan keadilan, didasarkan dan memperkuat nilai-nilai lokal dan budaya,
serta ramah lingkungan dengan mengelola potensi sumber daya alam secara baik
dan berkelanjutan. Dalam konteks ini ketahanan sosial, ekonomi, dan ekologi bekerja
sebagai dimensi yang memperkuat gerak proses dan pencapaian tujuan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Pembangunan dan pemberdayaan Desa diharapkan mampu melahirkan
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi
yang berkualitas adalah konsep mengenai perkuatan dan kontribusi yang
disumbangkan oleh sektor ekonomi riil. Sektor ekonomi riil yang tumbuh dan
berkembang dari bawah karena dukungan ekonomi rakyat di desa.
Tiga usaha realisasi kemandirian sebuah desa, yakni: (a) potensi ekonomi; (b)
potensi sosial; dan (c) potensi Sumber Daya Manusia (SDM). Pertumbuhan ekonomi
dari bawah bertumpu pada 2 hal pokok yakni memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada pelaku ekonomi lokal untuk memanfaatkan sumberdaya milik lokal
dalam rangka kesejahteraan bersama dan memperbanyak pelaku ekonomi untuk
mengurangi faktor produksi yang tidak terpakai.
Pemberian kesempatan yang seluas-luasnya tidak cukup hanya melalui
treatment membuka akses permodalan, akan tetapi juga akses produksi, akses
distribusi dan akses pasar. Akses permodalan dibuka dan dikembangkan melalui
pemberian kredit yang terjangkau dan fleksible, akses produksi dikembangkan
melalui dorongan dan dukungan sektor industri lokal yang berbasis sumberdaya lokal,
dan akses pasar dikembangkan melalui regulasi dan kebijakan yang memastikan
terbentuk dan berkembangnya kondisi yang optimum dari perekonomian di
perdesaan.
7. Kerentanan Hubungan Masyarakat, Berbangsa dan Bernegara
Salah satu permasalahan penting pembangunan pada saat ini adalah adanya
kecenderungan menurunnya semangat nasionalisme dan patriotisme serta
menguatnya politik identitas. Kebanggaan terhadap jati diri bangsa semakin terkikis
oleh nilai-nilai budaya asing yang dianggap lebih superior. Identitas nasional meluntur
akibat cepatnya penyerapan budaya global, sementara nilai-nilai positif budaya
bangsa yang lebih relevan bagi pembangunan karakter bangsa justru diabaikan.
Berkembangnya budaya materialisme, konsumerisme dan hedonisme menjadi salah
satu penyebab menurunnya semangat patriotisme. Berkembangnya semangat
materialisme dan hedonisme juga menyebabkan berkembangnya mentalitas
menerabas dan kurangnya penghargaan terhadap kerja keras, inovasi, dan
pencapaian prestasi yang pada tahap berikutnya berdampak terhadap meningkatnya
tindak kekerasan, premanisme dan kriminalitas. Kesemarakan kehidupan beragama
yang nampak pada saat ini ternyata belum sejalan dengan penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai agama terbukti dengan banyaknya perilaku asusila, pornografi
dan pornoaksi, penyalahgunaan narkoba, perjudian, meningkatnya kriminalitas serta
praktik-praktik lain yang bertentangan dengan nilai-nilai agama.
Disisi lain kecenderungan meningkatnya radikalisme dalam pemahaman
agama juga menjadi ancaman tersendiri bagi tegaknya integritas nasional.
Sementara itu kecenderungan berkembangnya sektarianisme agama dan fanatisme
golongan yang berlebihan menjadi ancaman tersendiri bagi persatuan dan kesatuan
bangsa dan negara. Oleh karena itu pengembangan wawasan kebangsaan serta
penanaman nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme perlu terus ditingkatkan pada saat
ini dan yang akan datang. Demikian juga perlu dilakukan upaya pengembangan dan
penanaman nilai-nilai moral yang positif baik yang berpijak pada nilai agama maupun
nilai budaya bangsa. Internalisasi nilai-nilai moral yang positif dapat dilakukan baik
melalui pendidikan formal, non formal, informal maupun dalam kehidupan
bermasyarakat. Kehidupan beragama perlu terus didorong guna meningkatkan
pengamalan dan penghayatan nilai–nilai agama bersamaan dengan upaya
mewujudkan kerukunan inter dan antar umat beragama.
B. Arah Kebijakan Dan Prioritas Pembangunan Purbalingga Tahun 2024
Berpedoman pada dokumen perencanaan Nasional dan Provinsi Jawa
Tengah, serta RPJMD Teknokratis Kabupaten Purbalingga Tahun 2021-2026, maka
Arah kebijakan pembangunan Purbalingga Tahun 2024 dilaksanakan dengan tema
“Penguatan Ekonomi dan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Peningkatan
Pembangunan Manusia” dengan menitikberatkan pada beberapa prioritas
pembangunan sebagai berkut:
IV. PEDOMAN PENYUSUNAN RKPD DAN RENJA PERANGKAT DAERAH TAHUN 2024
Dengan telah berlalunya masa Pandemi Covid-19 tentunya menjadi sebuah
pertimbangan dalam pelaksanaan setiap kegiatan yang melibatkan banyak
orang/personal secara langsung atau tatap muka/offline. Sehingga diharapkan seluruh
rangkaian kegiatan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten
Purbalingga Tahun 2024 dapat dilaksanakan secara langsung atau tatap muka/offline
dengan tetap mengikuti anjuran untuk mematuhi Protokol Kesehatan secara tertib.
1. MUSRENBANG RKPD Tahun 2024
MUSRENBANG RKPD merupakan forum antar pemangku kepentingan dalam rangka
membahas rancangan RKPD. Penyelenggaraan MUSRENBANG RKPD Tahun 2024
dilaksanakan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun
2017.
1. Jadwal Pelaksanaan
Pelaksanaan MUSRENBANG RKPD Tahun 2024 diupayakan tepat waktu
sehingga tidak menunda rangkaian kegiatan perencanaan berikutnya.
a) Tingkat Desa
MUSRENBANG diselenggarakan paling lambat bulan Januari Tahun 2023.
jadwal pelaksanaan, dokumentasi dan berita acara MUSRENBANG Desa
serta usulan program/kegiatan prioritas desa tahun 2024 untuk dibiayai APBD
Provinsi, APBD Kabupaten, APBDesa ataupun sumber dana lainnya melalui
sistem informasi pemerintahan daerah dengan alamat https://sipd-
ri.kemendagri.go.id paling lambat tanggal 10 Februari 2023.
b) Tingkat Kelurahan
MUSRENBANG diselenggarakan paling lambat Minggu Pertama bulan
Pebruari Tahun 2023. jadwal pelaksanaan, dokumentasi, berita acara dan
usulan program/kegiatan hasil MUSRENBANG kelurahan diinput melalui
sistem pemerintahan daerah dengan alamat https://sipd-ri.kemendagri.go.id
paling lambat tanggal 10 Februari 2023.
c) MUSRENBANG Kecamatan, diselenggarakan pada kecamatan secara
perwakilan DAPIL (5 wilayah DAPIL) dengan melaksanakan protokol
kesehatan, dimulai pada tanggal 13 Februari 2023 sampai dengan 17
Februari 2023.
Jadwal pelaksanaan, dokumentasi, berita acara dan usulan program kegiatan
hasil MUSRENBANG kecamatan diinput melalui sistem pemerintahan daerah
dengan alamat https://sipd-ri.kemendagri.go.id, sebagaimana jadwal berikut :
(1) Kecamatan dapat melaksanakan Pra MUSRENBANG Kecamatan
sebelum pelaksanaan MUSRENBANG Kecamatan untuk
merumuskan/menentukan usulan Prioritas hasil MUSRENBANG
Desa/Kelurahan yang menjadi prioritas dalam tiap rumpun
(Pemerintahan, Kesejahteraan Rakyat, Ekonomi dan Infrastruktur)
sebagai bahan dalam pelaksanaan MUSRENBANG Kecamatan;
2. Penyusunan RKPD
a) Perumusan Rancangan Awal RKPD
1) Rancangan awal RKPD kabupaten disusun berpedoman pada RPJMD
kabupaten, hasil evaluasi RKPD tahun lalu, hasil pengendalian pelaksanaan
RKPD tahun berjalan, RKPD provinsi, RKP dan program strategis nasional
2) Berpedoman pada RPJMD kabupaten maksudnya adalah dalam hal
penyelarasan prioritas pembangunan daerah, program serta kegiatan
tahunan daerah kabupaten dengan sasaran, strategi, arah kebijakan,
program Perangkat Daerah dan lintas Perangkat Daerah, dan program
Perangkat Daerah yang ditetapkan dalam RPJMD kabupaten
3) Berpedoman pada RKPD provinsi maksudnya adalah dengan melakukan
penyelarasan program dan kegiatan pembangunan daerah kabupaten
dengan prioritas pembangunan provinsi.
4) Berpedoman pada RKP dan program strategis nasional, yaitu penyelarasan
prioritas pembangunan daerah, program serta kegiatan tahunan daerah
kabupaten bersangkutan dengan tema, agenda pembangunan dan sasaran
pengembangan wilayah dalam RKP serta program strategis nasional
lainnya.
5) Perumusan rancangan awal RKPD mencakup:
a. analisis gambaran umum kondisi daerah;
b. analisis rancangan kerangka ekonomi daerah;
c. analisis kapasitas riil keuangan daerah;
d. penelaahan rancangan awal Renja Perangkat Daerah ;
e. perumusan permasalahan pembangunan daerah provinsi;
f. penelaahan terhadap sasaran RPJMD;
g. penelaahan terhadap arah kebijakan RPJMD;
h. penelaahan terhadap kebijakan pemerintah RKP dan program strategis
nasional;
i. perumusan prioritas pembangunan daerah;
j. perumusan rencana kerja program dan pendanaan;
6) Dalam perumusan rancangan awal RKPD, DPRD memberikan saran dan
pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD berdasarkan hasil
reses/penjaringan aspirasi masyarakat sebagai bahan perumusan kegiatan,
lokasi kegiatan dan kelompok sasaran yang selaras dengan pencapaian
sasaran pembangunan yang telah ditetapkan dalam arah kebijakan dan
prioritas pembangunan daerah tahun 2024, sehingga tercipta sinergitas
dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan daerah di tahun 2024.
7) Saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD sebagaimana
dimaksud diatas, dapat disampaikan secara tertulis dan/atau dalam rapat
dengar pendapat dengan kepala daerah.
8) Hasil perumusan rancangan awal RKPD, disajikan dengan sistematika
sekurang-kurangnya memuat:
a. pendahuluan;
b. gambaran umum kondisi daerah;
c. kerangka ekonomi dan keuangan daerah;
d. sasaran dan prioritas pembangunan daerah;
e. program dan kegiatan Perangkat Daerah; dan
f. Penutup
b) Konsultasi Publik Rancangan Awal RKPD