Anda di halaman 1dari 16

CIRI MANUSIA PEMBANGUNAN

MASALAH SOSIAL DAN PEMBANGUNAN

Disusun oleh :

Atika Ulfah Nabilah 06151181823012

M. IdrusMaulana A 06151181823040

Regina Fineska Br Sinuhaji 06151281823024

Sela Monika 06151281823054

Dosen Pengampu : 1. Dr. Didi Tahyudin, M.Pd

2. Dian Sri Andriani, S. Pd, M. Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWAJAYA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’ alaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Segala puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah inidengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentu kami tidak sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah kita nantikan syafaat-Nya di akhirat nanti.

Kami juga mengucap syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga mampu menyelesaikan
pembuatan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Masalah Sosialdan Pembangunan
mengenai : ”Ciri Manusia Pembangunan ”.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena
itu, kami menerima segala kritik serta saran sehingga makalah ini bisa menjadi lebih baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh

Indralaya, 17 Januari 2020

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..…..ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..…….…ii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………….iv

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………1

1.1 LatarBelakang………………………………………………………………….1

1.2 RumusanMasalah……………………………………………………………...2

1.3 Tujuan………………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN……………………………..…………………………………..2

2.1 KajianPustaka…………….……........................................................................2

2.1.1 Pembangunan …………………………………………….………...2

2.1.2 Nilai – Nilai Budaya Dalam Pembangunan………….……………...4

2.2 Pembahasan.......................................................................................................5

2.2.1 Pembangunan Masyarakat…………………………………………..5

2.2.2 Manusia Dalam Pembangunan…………………...………………....6

2.2.3 Ciri – Ciri Manusia Modern Dalam Pembangunan………………...6

2.2.4 Hambatan Sosial Budaya Manusia Pembangunan…………………7

ii
BAB III PENUTUP………………………………………………………………..….….9

A. Kesimpulan…………………………………………………………..………..9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….......10

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Posisi Aspek Sosial-Budaya dalam Pembangunan……………………………3

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini paradigma pembangunan telah mengalami perubahan. Sudut pandang
pembangunan lama yang menitikberatkan pada pembanguana fisik serta pertumbuhan
ekonomi , telah bergeser kea arah paradigma manusia sebagai kunci utama
pembangunan.
Ilmuan sosial sering mengkategorisasi negara-negara dalam tiga kategori dasar,
yakni negara maju, negara berkembang dan negara terbelakang. Pengkategorisasian ini
berimplikasi pada perbedaan-perbedaan tata nilai dalam pengelolaan pemerintahan
negara masing-masing. Ada standar nilai dalam manajemen kekuasaan negara yang
berbeda pada masing-masing negara, yang pada konteks tertentu perbedaan ini tidak
hanya bermakna manajemen kekuasaan negara untuk sampai pada tujuan atau cita-cita
negara bersangkutan, namun juga bermakna pada implikasi ideologis.
Pada faktanya, negara-negara dengan kategori maju seringkali berciri ideologis
liberalis-kapitalis, dan negara-negara kategori berkembang dan terbelakang bercirikan
sosialis-komunistik atau cenderung tradisionalis. Pencirian ini tidaklah berlaku tetap
atau mutlak, karena terdapat negara besar dikawasan Asia dengan basis ideologis
komunis namun telah dianggap sebagai salah satu negara ‘grand power’. Fakta
umumnya adalah bahwa setiap negara-negara didunia terus-menerus mengejar
kemajuan kehidupan nasionalnya dengan terus-menerus mengevaluasi tata nilai yang
digunakannya dalam pengelolaan kekuasaan negara.

Di era persaingan dunia yang semakin tajam, bangsa Indonesia dituntut untuk
dapat mencapai keunggulan menuju tingkat produktivitas nasional yang tinggi. Agar
dapat memenangkan persaingan tersebut setiap masyarakat harus menguasai berbagai
bidang ilmu pengetahuan, teknologi (Iptek) dan keterampilan serta keahlian

1
professional yang dibutuhkan untuk memacu peningkatan nilai tambah berbagai sektor
industri dan pemerataan ekonomi secara berkelanjutan. Penekanan yang amat kuat
terhadap pengembangan sumber daya manusia, sebagaimana diamanatkan oleh UUD
1945 yakni pendidikan berorientasi pada upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mempunyai komitmen yang sangat besar untuk
mengejar ketertinggalan dari bangsa lain di dunia.

Dalam upaya menyelamatkan peradaban manusia, konsep pembangunan perlu lebih


ditopang oleh ilmu sosial-budaya guna mengimbangi dominasi ilmu-ilmu yang lebih
berorientasi kebendaan. Tantangannya, ilmu sosial-budaya tidak cukup melakukan
pengkajian atau evaluasi capaian pembangunan, yang bukan hanya analytical-
evaluative, tetapi juga harus lebih prescriptive.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa arti pembangunan?


2. Jelaskan tentang pembangunan masyarakat!
3. Apa saja hambatan sosial budaya dalam pembangunan masyarakat?
4. Bagaimana ciri-ciri manusia pembangunan yang ada di Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui arti pembangunan.


2. Mengetahui penjelasan tentang pembangunan masyarakat.
3. Mengetahui hambatan sosial budaya dalam pembangunan masyarakat
4. Mengetahui ciri-ciri manusia pembangunan yang ada di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pembangunan

Setelah sekitar lima dekade (sejak tahun 50an), konsep pembangunan yang growth
oriented ternyata tidak berhasil membangun harkat dan martabat manusia. Secara hakiki
PBB mencatat walaupun telah menghasilkan pertumbuhan material, pembangunan yang
ada bersifat jobless (tidak menghasilkan pekerjaan yang cukup dan bermartabat), ruthless
(kejam, karena semakin menambah kesenjangan, kemiskinan, ketidakadilan), rootless
(tidak mengakar di masyarakat, menancapkan dominasi budaya dari luar, mencerabut
tradisi dan nilai-nilai budaya lokal), voiceless (tidak mendengarkan aspirasi rakyat, kurang
demokratis dan partisipatif), dan futureless (menghancurkan lingkungan alam).

Pembangunan menurut Rustiadi et al.(2011) dapat diartikan sebagai kegiatan yang


dilakukan suatu negara/ wilayah untuk mengembangkan kualitas hidup masyarakatnya.

Pembangunan sosial adalah peningkatan kualitas norma dan nilai dalam pranata
sosial yang menghasilkan pola interaksi atau, lebih dalam lagi, pola relasi sosial (terutama
menyangkut hubungan kekuasaan), baik antar individu maupun kelompok. Jadi,
pembangunan sosial adalah perbaikan manusia dalam dimensi sosialnya.

Gambar 1. Posisi Aspek Sosial-Budaya dalam Pembangunan

3
Pembangunan sosial merupakan landasan dari pembangunan ekonomi sehingga
semua sektor pembangunan harus berakar pada kehidupan sosial-budaya yang dicita-
citakan oleh masyarakat yang bersangkutan, bukan sebaliknya, pembangunan sosial-
budaya hanya dijadikan sektor. Semua bidang kehidupan manusia, termasuk perdagangan,
industri dan sebagainya, berakar pada kehidupan sosial. Jadi, pembangunan sosial adalah
pembangunan elemen dasar dari kehidupan sosial, yaitu struktur, kultur dan proses sosial.

2.1.2 Nilai – Nilai Budaya Dalam Pembangunan

Pembangunan sebagai sebuah proses budaya, diyakini melibatkan seperangkat


nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh suatu individu, komunitas, bangsa, dan negara.
Maraña (2010, 3-4) menyebutkan dalam beberapa tahun terakhir ini, telah diterima secara
luas untuk memasukkan dimensi budaya dalam tindakan dan kebijakan pembangunan.
Karena prioritas pembangunan manusia berkelanjutan dalam model pembangunan
ekonometrik lainnya, budaya telah dipelajari sebagai suatu elemen penting bagi
pembangunan manusia dan komunitas.

Bangunan pengaruh budaya terhadap pertumbuhan ekonomi memiliki tingkat


kompleksitas yang cenderung semakin tinggi karena pada hakikatnya pertumbuhan
ekonomi juga merupakan proses perkembangan budaya.Nilai-nilai sosial dan nilai-nilai
individu dapat melandasi aktivitas-aktivitas ekonomi masyarakat dan ditransmisikan
melalui komunikasi. Perspektif komunikasi menjadi penting ketika relasi sosial dalam
bentuk jejaring (networks) untuk mendukung pembangunan ekonomi semakin diperlukan.
Dalam masyarakat yang plural, kemampuan komunikasi menentukan capaian
pembangunan pada suatu wilayah.

Budaya konsumerisme mungkin dinilai sebagai budaya “buruk” yang juga


memberikan pengaruh pada pembangunan ekonomi suatu wilayah. Namun, banyak sekali
budaya “baik” yang memberikan pengaruh pada pembangunan ekonomi secara signifikan.

4
Peranan budaya dalam perekonomian saat ini mendapat perhatian utama dari ahli ekonomi
dan dipercaya bahwa budaya ekonomi suatu wilayah merupakan alat yang berguna bagi
pembangunan.Budaya konsumerisme kemudian mendorong masyarakat untuk
mengkonsumsi berbagai produk yang melebihi kebutuhan dasar .

2.2 Pembahasan

2.2.1 Pembangunan Masyarakat

Undang – Undang Dasar 1945 pasal 18 menetapkan, bahwa Indonesia


dibagi dalam daerah propinsi, dan daerah propinsi dibagi pula dalam daerah yang lebih
kecil. Daerah – daerah itu bersifat otonom atau bersifat administrasi belaka. Pelaksaanaan
pasal tersebut diatur dalam Undang – Undang Nomor 5 tahun 1975 Tentang Pokok –
Pokok Pemerintah Daerah ( UU No.5/74) pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan
azaz desentralisasi, asas dekonsentrasi dan azas pembantuan.

Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk memungkinkan


daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk
meningkatkan efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintah dalam rangka
pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan.

Pemerintah Indonesia membagi program pembangunan nasional, menjadi


dua bagian yaitu pembangunan fisik dan pembangunan non fisik. Pembangunan manusia
berada pada tataran pembanguan non fisik, antara lain secara konsisten diletakkan pada
ranah pembangunan bidang pendidikan dan bidang agama. Bidang pendidikan diarahkan
membangun manusia agar menjadi cerdas, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
serta mampu menerapkannya untuk pembangunan bangsa dan negara. Bidang agama
diarahkan membangun manusia agar memiliki iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, memiliki akhlak yang baik.Tanggung jawab pembangunan manusia pada bidang
pendidikan tidak hanya diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan sekolah formal
saja, melaikan lembaga-lembaga di luar sekolah berupa program-program pendidikan dan

5
pelatihan yang sesuai dengan konsentrasi visi dan misi kelembagaan. Pemerataan
pendidikan telah diberlakukan wajib belajar 9 tahun, dan memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan sampai
jenjang S3.

Pemerintah bersama masyarakat menyelenggarakan pendidikan negeri dan swasta,


yang tentunya dalam rangka memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada warga
masyarakat untuk memperoleh pendidikanteori Mochtar Lubis, yang mengidentifikasi ada
enam ciri manusia Indonesia, yaitu munafik (hipokrit), enggan bertanggung jawab atas
perbuatannya, berjiwa feodal, percaya takhyul, artistik (dalam arti memiliki jiwa kreatif)
dan berwatak yang lemah (karakter yang kurang kuat). Meskipun sudah berjalan selama
empat dasawarsa, namun teori Mochtar Lubis masih sangat relevan dengan keadaan
kehidupan manusia Indonesia dewasa ini. Fakta ini memberikan justikasi atas eksistensi
manusia Indonesia dalam dinamika sosial budaya, politik dan ekonomi bahkan ideologi di
negara Indonesia.Pembangunan sosial-budaya mempunyai prinsip yang tidak mudah
diterima oleh logika pertumbuhan kebendaan, yakni adanya variable - variabel sosial dan
humaniora seperti kerukunan, kemandirian, kesetiakawanan, demokrasi, kesejahteraan,
bahkan kebahagiaan.

2.2.2 Manusia Dalam Pembangunan

Pada dasarnya, sudah banyak konsep pembangunan yang penekanannya


pada unsur “manusia”, seperti people centred development (Korten 2006). Senafas dengan
semangat Korten, studi ini mengajukan suatu proposisi yang lebih sosiologis, yaitu bahwa
membangun manusia haruslah melalui pembangunan masyarakatnya.Membangun
masyarakat bukan sekedar membangun sektor-sektor atau hanya menjamin sebagian hak-
hak individu, tetapi secara keseluruhan membangun warga negara menjadi civil society
yang tercerahkan.

2.2.3 Ciri – Ciri Manusia Modern dalam Pembangunan

6
Ciri-ciri Manusia Modern Menurut Alex Inkeles, terdapat 9 (Sembilan) ciri manusia
modern yakni:

a. Memiliki sikap hidup untuk menerima hal-hal baru dan terbuka untuk perubahan.

b. Memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat atau opini mengenai lingkungannya


sendiri atau kejadian yang terjadi jauh di luar lingkungannya serta dapat bersikap
demokratis.

c. Menghargai waktu dan lebih banyak berorientasi ke masa depan dari pada masa lalu.

d. Memiliki perencanaan dan pengorganisasian.

e. Percaya diri.

f. Perhitungan.

g. Menghargai harkat hidup manusia lain

2.2.4 Hambatan Sosial Budaya Manusia Pembangunan

Kultur adalah segala sistem nilai, norma, kepercayaan dan semua kebiasaan serta

adat istiadat yang telah mendarah daging (internalized) pada individu atau masyarakat

sehingga memiliki kekuatan untuk membentuk pola perilaku dan sikap anggota

masyarakat (dari dalam). Kebudayaan yang telah tertanam dalam suatu masyarakat tidak

selalu merupakan cara hidup terbaik bagi kesejahteraan dan martabat manusia maupun

masyarakat itu. Namun, banyak kekuatan yang selalu berusaha mempertahankan

kebudayaan yang ada untuk melindungi kepentingannya dan menindas golongan lainnya

melalui legitimasi budaya (cultural hegemony). Jadi, perlu pembangunan kultural untuk

7
meningkatkan kualitas sistem nilai, adat istiadat yang menghambat kesejahteraan rakyat

baik secara langsung, misalnya melalui sosialisasi, edukasi, maupun tidak langsung,

seperti melalui pembangunan struktural dan proses sosial.

Kelangkaan modal merupakan suatu hambatan serius tetapi bukan satu-satunya


hambatan bagi perkembangan ekonomi. Seperti dikatakan Nurkse “pembangunan ekonomi
berkaitan dengan kekayaan manusiawi, sikap sosial, kondisi politik, dan latar belakang
sejarah. Modal merupakan syarat yang perlu tetapi bukan syarat yang mutlak bagi
kemajuan.

Ringkasnya, Negara terbelakang memiliki lembaga sosial dan sikap yang tdak
menunjang pembangunan ekonomi. Menurut laporan PBB dalam “Proses dan problema
industrialisasi di Negara terbelakang”, di Negara-negara terbelakang terdapat unsur-unsur
perlawanan sosial terhadap perubahan ekonomi yang berakar pada faktor-faktor
kelembagaan seperti nampak dalam: “stratifikasi pekerjaan yang ketat” yang didukung
oleh kepercayaan dan nilai tradisional; sikap yang “memandang rendah peranan bisnis,
ketidakcocockan dengan pola hidup dan konsep martabat sosial yang dipegang teguh oleh
kelompok kedudukan tinggi”, dan “pengelompokkan masyarakat berdasarkan kasta dan
kelas, agama dan suku bangsa, tradisi budaya dan pola sosial, warna kulit dan ciri-ciri
kedaerahan.” Faktor-faktor semacam ini menghalangi mobilitas sosial dan geografis dan
merupakan penghambat bagi kemajuan. Penduduk di Negara seperti itu menolak untuk
menerima nilai-nilai baru yang lahir sebagai dampak pembaharuan.

Prof. Hansen menulis, dalam hal India, demikian; “kegiatan pertanian


dikendalikan oleh tradisi dan adat istiadat. Penduduk Desa takut terhadap ilmu
pengetahuan”. Bagi mereka penggunaan pestisida merupakan tabu karena semua makhluk
hidup akan terbunh. Bibit baru jenis unggul dicurigai,mencoba bibit itu merupakan judi.

8
Pupuk,misalnya, memang merupakan suatu resiko menerapkan metode yang belum pernah
di coba ini mungkin menggundang resiko gagal.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemerintah Indonesia membagi program pembangunan nasional, menjadi dua


bagian yaitu pembangunan fisik dan pembangunan non fisik. Pembangunan manusia
berada pada tataran pembanguan non fisik, antara lain secara konsisten diletakkan pada
ranah pembangunan bidang pendidikan dan bidang agama. Pemerataan pendidikan telah
diberlakukan wajib belajar 9 tahun, dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi
seluruh warga negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan sampai jenjang S3.

Membangun manusia haruslah melalui pembangunan masyarakatnya.Membangun


masyarakat bukan sekedar membangun sektor-sektor atau hanya menjamin sebagian hak-
hak individu, tetapi secara keseluruhan membangun warga negara menjadi civil society
yang tercerahkan. Dalam membangun manusia memiliki beberapa hambatan sosial budaya
salah satunya, yaitu Kelangkaan modal merupakan suatu hambatan serius tetapi bukan
satu-satunya hambatan bagi perkembangan ekonomi. Seperti yang dikatakan Nurkse
“pembangunan ekonomi berkaitan dengan kekayaan manusiawi, sikap sosial, kondisi
politik, dan latar belakang sejarah. Modal merupakan syarat yang perlu tetapi bukan syarat
yang mutlak bagi kemajuan”.

Faktor-faktor yang menghalangi mobilitas sosial dan geografis dan juga


penghambat bagi kemajuan penduduk/masyarakat, seperti stratifikasi pekerjaan yang ketat

9
yang didukung oleh kepercayaan dan nilai tradisional, sikap yang memandang rendah
peranan bisnis, ketidakcocokkan dengan pola hidup dan konsep martabat sosial yang
dipegang teguh oleh kelompok kedudukan tinggi, dan pengelompokkan masyarakat
berdasarkan kasta dan kelas, agama dan suku bangsa, tradisi budaya dan pola sosial, warna
kulit dan ciri-ciri kedaerahan.

DAFTAR PUSTAKA

Asmin, Ferdinal. (2018) . Budaya dan Pembangunan Ekonomi : Sebuah Kajian Terhadap
Artikel Chavoshbashi Dan Kawan - Kawan. Jurnal Studi Komunikasi ,2 (2), 194-
195.
Jaenudin, Riswan. (2014). Konsep “ Manusia Ekonomi ” Dalam Pembangunan Ekonomi
dan Pendidikan. Jurnal Profit .1 (1) , 81.
Jhingan, M. 2010. Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. Jakarta : Erlangga.
Kuncoro, Mudrajad. 2008 .Ekonomika Pembangunan. Jakarta : Erlangga.
Paulus, Wirotomo. (2013). Mencari Makna Pembangunan Sosial : Studi Kasus Sektor
Informal di Kota Solo .Jurnal Sosiologi. 18 (1), 101-107.
Ridhuan, Samsu. (2016). Enam Watak Manusia Indonesia Dalam Perspektif Bela
Negara, Konflik Sosial dan Pembangunan Masyarakat .Jurnal Prosiding
SENDI_U 2018 .3. 434

10

Anda mungkin juga menyukai