Anda di halaman 1dari 21

MODAL SOSIAL DAN PEMBANGUNAN

OLEH KELOMPOK 5:
190901048 – Tio Septiani Tampubolon
190901049 – Nurul Ayu Fichmia
190901050 – Edo Semta Aripati Depari
190901051 – Athanasia Renata Devi
190901052 – Teuku Ariz Apriliansyah
190901053 – Cornella Natasha Br. Tarigan
190901054 – Sofia Islamia
190901056 – Vidia R.L Tobing
190901057 – Trya Erina
190901059 – Andreas Sitompul
190901060 – Elvin Ehud Pane
190901061 – Avrelya Melyana M. Sirait

MATA KULIAH:

Sosiologi Pembangunan

DOSEN PENGAMPU:

Dra. Lina Sudarwati. M.Si

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI (GANJIL)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Modal Sosial
dan Pembangunan” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Ibu Lina Sudarwati selaku dosen pada mata kuliah Sosiologi
Pembangunan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Medan, Juni 2021

Penulis

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
BAB II: PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Pengertian Modal Sosial ................................................................................... 3
2.2 Teori Modal Sosial Bordieu .............................................................................. 4
2.3 Jenis-Jenis Modal Sosial ................................................................................... 6
2.4 Peran Modal Sosial dalam Pembangunan ......................................................... 6
2.5 Sumber-Sumber Modal Sosial .......................................................................... 9
2.6 Kasus-Kasus Terkait Fungsi Modal Sosial Bagi Pembangunan ..................... 12
2.7 Dampak Positif dan Negatif Modal Sosial Bagi Pembangunan...................... 13
BAB III: PENUTUP ............................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum, modal sosial adalah suatu serangkaian nilai atau norma-norma
informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok masyarakat yang
saling terkait, yang didasarkan pada nilai kepercayaan, norma, dan jaringan sosial. Yang
dengan kata lain dapat disebutkan bahwa modal sosial adalah sesuatu nilai yang muncul
ditengah masyarakat atau kelompok sosial. Hal ini juga dapat disebabkan oleh adanya
banyaknya gagasan atau pemahaman didalam kelompok sosial itu sendiri. terdapat
empat hal modal sosial dianggap penting, yaitu (1) modal sosial memungkinkan
masyarakat untuk memecahkan permasalahan bersama dengan mudah, (2) modal sosial
memperlancar upaya komunitas untuk dapat maju, (3) modal sosial dapat
menumbuhkan solidaritas. Suatu kelompok masyarakat tidak cukup hanya
mengandalkan bantuan dari luar untuk mengatasi kesulitan ekonomi, tetapi mereka
sendiri juga harus secara bersama-sama memikirkan dan melakukan langkahlangkah
terbaik guna mengatasi masalah tersebut dengan mengerahkan segenap potensi dan
sumberdaya yang dimiliki. Dengan demikian modal sosial menekankan perlunya
kemandirian dalam mengatasi masalah sosial dan ekonomi, sementara bantuan dari luar
dianggap sebagai pelengkap guna memicu inisiatif dan produktivitas yang muncul dari
dalam masyarakat sendiri.
Sedangkan pembangunan ialah usaha atau kegiatan yang bersifat maju atau juga
membangun sesuatu hal demi kepentingan pribadi dan juga kemaslahatan orang banyak.
Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa modal sosial dan pembangunan adalah bagai
mana sesuatu pembangunan itu sesuai dengan nilai atau norma norma informal yang
dimiliki suatu kelompok masyarakat.
Dalam pengaplikasian modal sosial dan dikaitkan dengan pembangunan ini
terdapat beberapa hal intristik yang dimana jika dikaji dapat membentuk hal-hal positif
baik bidang pendidikan maupun ekonomi. Namun, bukan berarti tidak ada dampak
negatifnya. Oleh karena itu kami disini ingin membahas bagaimana modal sosial ini

1
dapat dikorelasikan dengan pembangunan itu sendiri. Seperti yang kita ketahui, dimana
terdapat pembangunan yang terjadi di kota maupun di desa yang juga dapat kita lihat
efeknya terhadap masyarakat sekitar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian modal sosial?
2. Apa saja teori modal sosial?
3. Bagaimana peran modal sosial dalam pembangunan?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Modal Sosial

Modal sosial adalah kumpulan arti nilai-nilai yang sifatnya informal dan secara
spontan terbagi dalam kelompok yang sangat meungkinkan terjadinya interaksi dan
kerjasama diantaranya, sehingga bisa memaksimalkan sumber daya yang dimilikinya.
Modal sosial merupakan investasi sosial, yang meliputi sumber daya daya sosial, seperti
jaringan, kepercayaan, nilai dan norma serta kekuatan menggerakan dalam struktur
hubungan sosial untuk mencapai tujuan individual atau kelompok secara efisien dan
efektif dengan kapital lainnya.

Menurut para ahli modal sosial adalah sebagai berikut :


 Pierre Bourdieu, Modal sosial merupakan jumlah sumber daya yang sifatnya
tersirat yang mana hal tersebut dapat berkembang pada diri seseorang individu atau
kelompok melalui kemampuan untuk memiliki jaringan serta pengetahuan.
 James Coleman, Menurut Coleman, modal sosial adalah sesuatu yang bukan entitas
tungal, melainkan entitas yang bersifat majemuk yang mengandung dua faktor, yaitu
modal sosial dapat mencakup beberapa aspek dalam arti struktur sosial dan modal
sosial dapat memfasilitsi beberapa tindakan dari pelaku dalam struktur sosial
tersebut.
 Robert Putnam, Modal sosial merupakan corak kehidupan sosial yang berupa
jaringan sosial, norma, serta kepercayaan untuk bertindak secara bersama demi
tujuan yang hendak dicapai.
 Uphoff, Uphoff menyatakan bahwa modal sosial merupakan akumulasi dari
berbagai tipe aspek sosial yang meliputi psikologi, kebudayaan, kelembagaan, dan
aset yang tidak nampak yang kemudian dapat mempengaruhi perilaku dalam
melakukan kerjasama.
 Lyon, Modal sosial berasal dari beberapa faktor interaksi sosial dan saling
berhubungan antara satu dengan yang lainnya sehingga dapat membentuk reaksi
masyarakat yang dimana hal ini akan dientuk oleh modal sosial yang ada.

3
 Hasbullah, Modal sosial merupakan akumulasi dari sumber daya yang aktual
dimana hal tersebut dapat berkembang pada diri individu maupun kelompok untuk
memiliki jaringan yang berdasar pada pengetahuan dan timbal balik.
 Partha dan Ismail, Modal sosial adalah interaksi dan norma yang terbentuk
menjadi sebuah kualitas dan kuantitas hubungan sosial pada diri individu yang
kemudian berkembang menjadi perekat sosial yang menjaga kestuan antar
kelompok sosial secara bersama.

2.2 Teori Modal Sosial Bordieu

Pierre Felix Bourdieu, Dia merupakan salah satu filsuf, sosiolog, dan
antropolog penting di paruh abad ke-20; yang berpengaruh besar dalam ilmu sosial
seperti kajian filsafat, sosiologi, antropologi, sejarah, ilmu politik, ekonomi politik,
teori pendidikan, feminisme, teori sastra, kritik seni, dan teori komunikasi.
Hubungan-hubungan kekuasaan dalam masyarakat dalam pandangan Bourdieu,
didasarkan pada logika posisi-posisi dan kepemilikan sumber daya. Pemetaan ini
tidak berupa suatu lingkup pembedaan atas dasar kepemilikan modal-modal serta
susunan modal-modal tersebut. Pendekatan ini mempertimbangkan bahwa setiap
kelas sosial tidak dapat didefinisikan secara terpisah dan otonom, tetapi selalu dalam
bentuk interaksi dengan kelas-kelas lain. Para agen menempati posisi-posisi masing-
masing yang ditentukan oleh besarnya modal yang dimiliki, dan bobot komposisi
keseluruhan modal. (Piliang 2006) memaparkan bahwa istilah modal (capital) yang
digunakan Bourdieu adalah padanan metafora dari istilah modal dalam ekonomi,
yaitu segala sesuatu yang dapat dilipatgandakan dalam rangka mendapatkan
keuntungan baik dalam segi ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Oleh sebab itu,
jenis-jenis modal yang digunakan dalam teorinya meliputi "modal ekonomi" (uang,
simpanan, aset), "modal pendidikan" (gelar, penghargaan), "modal simbol" atau
symbolic capital (prestise, status, otoritas) dan "modal budaya" (koleksi, objek).
Kondisi objektif sangat ditentukan oleh modal yang dimiliki seseorang, yaitu kondisi
keberadaannya di dalam masyarakat pada umumnya, sebagai relasi dari modal-
modal yang dimilikinya.

Selanjutnya Pierre Bourdieu (1986) menjelaskan modal sosial merupakan


aspek sosial dan budaya yang memiliki nilai ekonomi dan dapat dilembagakan, yaitu

4
keseluruhan sumber daya baik yang aktual maupun potensial yang terkait dengan
kepemilikan jaringan hubungan kelembagaan yang tetap dengan didasarkan pada
saling kenal dan saling mengakui. Kemudian Colemann (1999) mengartikan modal
sosial adalah kewajiban dan harapan, saluransaluran informasi dan norma-norma
sosial. Merupakan kemampuan kerja bersama menghadapi seluruh permasalahan,
untuk mencapai tujuan dalam kelompok atau organisasi. Komunitas dibangun oleh
modal sosial melalui pengembangan hubungan sosial aktif, partisipasi demokrasi dan
penekanan dari rasa memiliki komunitas dan kepercayaan (Fukuyama,1995). Konsep
tersebut adalah meliputi pranata sosial (social institution), yang merupakan wadah
berbagai kegiatan masyarakat untuk mencapai berbagi tujuannya dengan segala
aspek normanya. Dari ke empat tokoh ini cukup lengkap untuk dijadikan dasar kajian
pentingnya modal sosial bagi masyarakat berbasis petani peternak, yang fenomenya
pada saat ini sudah mulai memudar. Permasalahan yang utama dalam
implementasinya berkaitan dengan aspek ahistorisnya teori dan konsep modal sosial
pada tatanan masyarakat kita, sehingga perlu dielaborasi secara substansial melalui
kajian teoritis dan kajian empiric, bagaimana kemungkinan implementasinya pada
masyarakat berbasis petani peternak.

Demikian pula fenomena masyarakat petani peternak (pedesaan) pada dewasa


ini telah banyak diberdayakan dengan bantuan ekonomi berupa bantuan dana kredit
dan modal usaha lainnya, tetapi tetap tidak beranjak dari permasalahnnya. Seperti
Permasalahan sekarang yang dihadapi adalah lemahnya kohesivitas kelompok petani
peternak, seperti adanya anggota koperasi yang berani menjual hasil produksinya ke
pedagang pengumpul di luar koperasi. Bantuan ternak bergulir yang disalahgunakan.
Kecenderungan para petani peternak lebih baik berbisnis sendiri, gejala demikian
terutama terjadi pada para petani peternak yang mempunyai modal yang besar. Focus
petani peternak bagaimana mendapat bantuan kredit usaha, bahkan sampai berani
mengajukan proposal usaha fiktif dengan alasan demi mendapatkan sejumlah modal
usaha, padahal banyak terjadi kasus modal usaha digunakan tidak produktif, bersifat
konsumtif. Hal demikian sebagai gejala lemahnya modal sosial.

5
2.3 Jenis-Jenis Modal Sosial

Woolcock dalam Saharudin menggolongkan modal sosial menjadi 4 (empat) tipe


utama, yaitu:

1. Tipe Ikatan Solidaritas (Bounded Solidarity), dimana modal sosial menciptakan


mekanisme kohesi kelompok dalam situasi yang merugikan kelompok.
2. Tipe Pertukaran Timbal-Balik (Reciprocity Transaction), yaitu pranata yang
melahirkan pertukaran antar pelaku.
3. Tipe Nilai Luhur (Value Introjection), yakni gagasan dan nilai, moral yang luhur,
dan komitmen melalui hubungan-hubungan kontraktual dan menyampaikan tujuan -
tujuan individu, dibalik tujuan-tujuan instrumental.
4. Tipe Membina Kepercayaan (Enforceable Trust), bahwa institusi formal dan
kelompok-kelompok partikelir menggunakan mekanisme yang berbeda untuk
menjamin pemenuhan kebutuhan berdasarkan kesepakatan terdahulu dengan
mekanisme rasional.

Keempat tipe modal sosial tersebut selalu terkait dengan penggunaan nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu dan bersifat timbal-balik.

2.4 Peran Modal Sosial dalam Pembangunan

Modal sosial merupakan suatu sumber daya yang memiliki peran penting dalam
berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam pembangunan. Putnam (2001)
mengemukakan bahwa peran modal sosial dalam pembangunan sangat penting. Hal ini
dikarenakan modal sosial memungkinkan warga untuk menyelesaikan masalah kolektif
lebih mudah, modal sosial sebagai roda yang memungkinkan masyarakat untuk lebih
lancar bergerak, dan modal sosial mengacu pada kehidupan masyarakat. Coleman
(1988) mengemukakan bahwa modal sosial merupakan sumber penting bagi individu
untuk dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam bertindak dan memberikan
kualitas hidup yang baik. Oleh karenanya, modal sosial akan membentuk masyarakat
menjadi kuat dan berkepribadian yang sanggup mengatasi permasalahan dengan cepat
tanpa harus dirugikan. Darmayanti (2010) mengemukakan bahwa modal sosial dianggap
penting karena modal sosial memungkinkan masyarakat untuk memecahkan

6
permasalahan bersama, modal sosial memperlancar upaya komunitas untuk dapat maju,
dan modal sosial dapat menumbuhkan solidaritas demi tercapainya tujuan bersama.

Salah satu hasil kajian penelitian di Indonesia tentang adanya peran modal sosial
dalam pembangunan adalah hasil penelitian Rustanto (2007) menunjukkan bahwa
penguatan modal sosial yang tumbuh dan berkembang dalam bentuk kelompok-
kelompok sosial merupakan salah satu pendekatan yang perlu dikembangkan dalam
penanganan kemiskinan. Berdasarkan pengalaman dari negara-negara berkembang,
pendekatan ini dinilai efektif, karena mampu memberdayakan rumah tangga miskin
baik dalam aspek ekonomi, budaya dan politik. Individu-individu sebagai anggota
kelompok mengalami proses belajar sosial untuk mengembangkan potensi dan
sumberdaya yang dimiliki. Di samping itu, setiap individu akan terlibat belajar
mengembangkan perilaku pro sosial untuk mengatasi masalah dan kebutuhannya.

Implikasi Modal Sosial Dalam Pembangunan

Modal sosial sangat dibutuhkan dalam pembangunan, baik itu pembangunan manusia
dan sosial, pembangunan ekonomi dan pembangunan politik.

Modal Sosial dan Pembangunan Manusia

Putnam dalam Hasbullah (2006) menyatakan bahwa bangsa yang memiliki modal
sosial tinggi cenderung lebih efisien dan efektif dalam menjalankan berbagai kebijakan
untuk mensejahterakan dan memajukan kehidupan rakyatnya. Modal sosial dapat
meningkatkan kesadaran individu tentang banyaknya peluang yang dapat dikembangkan
untuk kepentingan masyarakat. Dalam konteks pembangunan manusia, modal sosial
mempunyai pengaruh yang besar sebab beberapa dimensi pembangunan manusia sangat
dipengaruhi oleh modal sosial antara lain, kemampuan untuk menyelesaikan
kompleksitas berbagai permasalahan bersama, mendorong perubahan yang cepat di
dalam masyarakat, menumbuhkan kesadaran kolektif untuk memperbaiki kualitas hidup
dan mencari peluang yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan. Hal ini terbangun
oleh adanya rasa saling mempercayai, kohesifitas, tindakan proaktif, dan hubungan
internal-eksternal dalam membangun jaringan sosial didukung oleh semangat kebajikan
untuk saling menguntungkan sebagai refleksi kekuatan masyarakat. Situasi ini akan

7
memperbesar kemungkinan percepatan perkembangan individu dan kelompok dalam
masyarakat tersebut.

Modal Sosial dan Pembangunan Sosial

Masyarakat yang memiliki modal sosial tinggi akan membuka kemungkinan


menyelesaikan kompleksitas persoalan dengan lebih mudah. Dengan saling percaya,
toleransi, dan kerjasama mereka dapat membangun jaringan baik di dalam kelompok
masyarakatnya maupun dengan kelompok masyarakat lainnya. Pada masyarakat
tradisional, diketahui memiliki asosiasi-asosiasi informal yang umumnya kuat dan
memiliki nilai-nilai, norma, dan etika kolektif sebagai sebuah komunitas yang saling
berhubungan. Hal ini merupakan modal sosial yang dapat mendorong munculnya
organisasi-organisasi modern dengan prinsip keterbukaan, dan jaringan- jaringan
informal dalam masyarakat yang secara mandiri dapat mengembangkan pengetahuan
dan wawasan dengan tujuan peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup bersama
dalam kerangka pembangunan masyarakat. Berkembangnya modal sosial di tengah
masyarakat akan menciptakan suatu situasi masyarakat yang toleran, dan merangsang
tumbuhnya empati dan simpati terhadap kelompok masyarakat di luar kelompoknya.
Hasilnya adalah lahirnya masyarakat peduli pada berbagai aspek dan dimensi aktifitas
kehidupan, masyarakat yang saling memberi perhatian dan saling percaya.

Modal Sosial dan Pembangunan Ekonomi

Modal sosial yang kuat akan mempengaruhi pertumbuhan berbagai sektor


ekonomi karena adanya tingkat rasa percaya yang tinggi dan kerekatan hubungan dalam
jaringan yang luas tumbuh antar sesama pelaku ekonomi. Sebagai contoh
perkembangan ekonomi yang sangat tinggi di Asia Timur yang dijalankan pelaku
ekonomi Cina. Usahanya memiliki tingkat kohesifitas yang tinggi karena dilakukan
dengan koneksi-koneksi kekeluargaan dan kesukuan, dan pola ini mendorong
pembentukan jaringan rasa percaya yang dibangun melewati batas-batas keluarga, suku,
agama, dan negara. Budaya gotong-royong, tolong menolong, saling mengingatkan
antar individu dalam entitas masyarakat desa merefleksikan semangat saling memberi,
saling percaya, dan adanya jaringan-jaringan sosial. Pembangunan industri pada
masyarakat dengan modal sosial tinggi akan cepat berkembang karena modal sosial

8
akan menghasilkan energi kolektif yang memungkinkan berkembangnya jiwa dan
semangat kewirausahaan di tengah masyarakat yang pada gilirannya akan menumbuh
kembangkan dunia usaha. Investor asing akan tertarik untuk menanamkan modal usaha
pada masyarakat yang menjunjung nilai kejujuran, kepercayaan, terbuka dan memiliki
tingkat empati yang tinggi.

Modal Sosial dan Pembangunan Politik

Modal sosial tinggi yang dimiliki masyarakat lebih dapat memfasilitasi hubungan
antara negara dan rakyat. Hubungan yang baik antara pemerintah dan masyarakat akan
menjamin stabilitas politik negara. Di tingkat lokal, modal sosial dapat menjembatani
hubungan pemerintah daerah dan masyarakat dalam menyebarkan informasi dan
mengimplementasikan program-program pembangunan. Kepercayaan masyarakat
kepada pemerintah, keterbukaan pemerintah pada masyarakat, adanya komitmen dan
keinginan yang kuat antara pemerintah daerah dan masyarakat untuk membangun, serta
adanya partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan akan mendorong terciptanya
pembangunan sistem pemerintahan yang baik dimana akuntabilitas dan transparansi
pemerintahan berimbang dengan akses dan kontrol masyarakat terhadap pemerintahan.
Hal ini juga dapat mendorong demokrasi tumbuh dari bawah dan memungkinkan
pembangunan politik tidak hanya pada aras pusat tapi juga aras lokal. Di samping itu,
negara melalui sistem pemerintahan yang baik dapat mendorong menguatnya modal
sosial yang mendukung berkembangnya kepercayaan, nilai-nilai, dan norma yang baik
dengan menciptakan situasi yang kondusif dalam mempererat jaring-jaring sosial di
dalam masyarakat dan merangsang tumbuhnya sikap proaktif masyarakat dalam
pembangunan.

2.5 Sumber-Sumber Modal Sosial

Terdapat tiga unsur, komponen, sumber daya dan elemen penting dalam sebuah
modal sosial yaitu kepercayaan (trust), nilai dan norma (norms) dan jaringan
(networks). Penjelasan ketiga komponen modal sosial tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kepercayaan (Trust)

9
Menurut Giddens, kepercayaan adalah keyakinan akan reliabilitas seseorang atau
sistem, terkait dengan berbagai hasil dan peristiwa, dimana keyakinan itu
mengekspresikan suatu iman (faith) terhadap integritas cinta kasih orang lain atau
ketepatan prinsip abstrak (pengetahuan teknis) (Damsar, 2009:185). Sedangkan menurut
Fukuyama (1996), kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah
masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerja sama
berdasarkan norma-norma yang dianut bersama.

Putnam (1993) menilai bahwa rasa saling percaya (trust) adalah suatu komponen
yang penting dari modal sosial. Umumnya analisis Putnam difokuskan pada trust antar
individu (interpersonal trust), meskipun seperti yang dikatakan Williamson (1993)
masih ada beberapa trust yang juga relevan, dan membedakan trust ke dalam tiga tipe,
yaitu calculative trust, personal trust, dan institutional trust.

Kepercayaan berfungsi untuk mereduksi atau meminimalisasi bahaya yang berasal


dari aktivitas tertentu. Kepercayaan biasanya terikat bukan kepada risiko, namun kepada
berbagai kemungkinan. Kepercayaan memperbesar kemampuan manusia untuk
bekerjasama bukan didasarkan atas kalkulasi rasional kognitif, tetapi melalui
pertimbangan dari suatu ukuran penyangga antara keinginan yang sangat dibutuhkan
dan harapan secara parsial akan mengecewakan. Kerjasama tidak mungkin terjalin kalau
tidak didasarkan atas adanya saling percaya di antara sesama pihak yang terlibat dan
kepercayaan dapat meningkatkan toleransi terhadap ketidakpastian (Damsar, 2009:202).

b. Nilai dan Norma (Norms)

Menurut Horton dan Hunt, nilai adalah gagasan tentang apakah pengalaman itu
berarti atau tidak. Nilai merupakan bagian penting dari kebudayaan, suatu tindakan
dianggap sah apabila harmonis dan selaras dengan nilai-nilai yang disepakati dan
dijunjung oleh masyarakat dimana tindakan tersebut dilakukan (Setiadi dan Kolip,
2011:119).

Sedangkan norma adalah aturan-aturan dalam kehidupan sosial secara kolektif


atau bersama yang mengandung berbagai sangsi, baik sangsi secara moral maupun
sangsi fisik, bagi orang atau sekelompok orang yang melakukan pelanggaran atas nilai-
nilai sosial. Norma ditujukan untuk menekan anggota masyarakat agar segala perbuatan

10
yang dilakukannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang telah disepakati bersama
(Setiadi dan Kolip, 2011:131).

Nilai dan norma adalah hal dasar yang terdapat pada proses interaksi sosial. Nilai
dan norma mengacu pada bagaimana seharusnya individu bertindak dalam masyarakat.
Norma merupakan bagian dari modal sosial yang terbentuknya tidak diciptakan oleh
birokrat atau pemerintah. Norma terbentuk melalui tradisi, sejarah, tokoh karismatik
yang membangun sesuatu tata cara perilaku seseorang atau sesuatu kelompok
masyarakat, didalamnya kemudian akan timbul modal sosial secara spontan dalam
kerangka menentukan tata aturan yang dapat mengatur kepentingan pribadi dan
kepentingan kelompok (Fukuyama, 1996).

c. Jaringan Sosial (networks)

Jaringan adalah ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan
dengan media (hubungan sosial) yang diikat dengan kepercayaan. Kepercayaan itu
dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak. Jaringan adalah hubungan
antar individu yang memiliki makna subjektif yang berhubungan atau dikaitkan sebagai
sesuatu sebagai simpul dan ikatan (Damsar, 2009:214).

Jaringan terbentuk karena berasal dari daerah yang sama, kesamaan kepercayaan
politik atau agama, hubungan genealogis, dan lain-lain. Pembentukan jaringan
masyarakat untuk mendapatkan modal sosial perlu diorganisasikan dalam suatu institusi
dengan perlakuan khusus (Robison, 2011).

Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang kokoh.


Jaringan hubungan sosial biasanya akan diwarnai oleh suatu tipologis khas sejalan
dengan karakteristik dan orientasi kelompok. Kelompok sosial biasanya terbentuk
secara tradisional atas dasar kesamaan garis turun temurun (repeated sosial experiences)
dan kesamaan kepercayaan pada dimensi kebutuhan (religious beliefs) cenderung
memiliki kohesif tinggi, tetapi rentang jaringan maupun trust yang terbangun sangat
sempit (Mawardi, 2007).

11
2.6 Kasus-Kasus Terkait Fungsi Modal Sosial Bagi Pembangunan

Modal sosial merupakan hal penting yang dibutuhkan dalam segala aktivitas
kehidupan sosial termasuk dalam hal perdagangan. Terdapat asumsi bahwa Etnis
Tionghoa, Etnis Batak dan Etnis Minangkabau, memanfaatkan modal sosial dengan sangat
baik sehingga dapat menunjukkan eksistensinya di dunia perdagangan pada zona-zona
perdagangan tertentu di Kota Medan. Namun, modal sosial yang dilakukan oleh ketiga
etnis tersebut tentunya memiliki perbedaan antara etnis yang satu dan etnis lainnya.
“Cash bon” Sebagai Bentuk Trust Kepada Distributor Dan Pelanggan Pada
Perdagangan Etnis Tionghoa, Batak, dan Minangkabau
Cash bon merupakan bentuk trust karena distributor mengizinkan pedagang
mengambil barang terlebih dahulu sedangkan pembayaran dilakukan setelah barang
diterima, bahkan ada yang pembayarannya dapat dilakukan setelah barang terjual.
Menitipkan Toko Ke Pedagang Lain Merupakan Wujud Trust Sesama Pedagang
Etnis Batak Dan Minangkabau
Menitipkan toko ke pedagang lain sering terjadi pada perdagangan Etnis Batak dan
Minangkabau. Bagi mereka, sesama pedagang juga merupakan orang yang dapat
dipercaya. Sehingga, ketika suatu waktu mereka harus pergi dalam waktu yang sebentar,
mereka tidak harus menutup toko tapi dapat menitipkan ke pedagang sebelah.
Jaringan Familisme Keluarga Inti Sebagai Jaringan Perdagangan Milik Etnis
Tionghoa
Etnis Tionghoa memanfaatkan jaringan familisme keluarga inti sebagai jaringan
perdagangan yang dijalankan. Familisme keluarga inti digunakan untuk mempermudah
usaha perdagangan yang dilakukan.
Jaringan Kerabat, Kawan Sekampung, Pertemanan dan Induk Semang Pada
Perdagangan Etnis Minangkabau
Etnis Minangkabau dominan mempekerjakan kerabat ataupun sanak saudaranya.
Hal itu, dikarenakan mereka lebih percaya dengan kerabat sendiri daripada orang lain.
Jaringan Dongan Sahuta Sebagai Jaringan Pedagang Etnis Batak
Dongan Sahuta merupakan sebutan untuk keluarga dan kerabat dalam Etnis Batak.
Dongan Sahuta merupakan orang yang diharapkan terlebih dahulu dalam membantu usaha
perdagangan Etnis Batak. Mereka menganggap bahwa jika masih ada keluarga yang dapat
membantu mengapa harus mengharapkan orang lain.

12
2.7 Dampak Positif dan Negatif Modal Sosial Bagi Pembangunan

Dampak Positif Modal Sosial dalam Pembangunan

Dampak positif dari adanya modal sosial dalam pembangunan ialah Modal sosial
berupaya untuk meningatkan kemampuan masyarakat dalam bekerjasama demi
mencapai tujuan bersama di dalam suatu organisasi dan dianggap penting serta berperan
dalam program pembangunan pertanian. Modal sosial dianggap sebagai program yang
memungkinkan dimiliki oleh suatu organisasi masyarakat yang terdiri dari trust, social
networking, dan norms. Modal sosial diyakini mampu memberikan dampak besar bagi
anggota karena dengan adanya peran dalam kelompok untuk mengikat bersama demi
membela kepentingan bersama (Diniyati, 2009). modal sosial memfasilitasi
pengetahuan, penciptaan nilai, keuntungan yang kompetitif, kinerja yang lebih baik dan
lebih cepat, dan perkembangan dari organisasi.

Modal sosial mencakup norma-norma, nilai, orientasi, jaringan, dan hubungan


sosial yang mengatur perilaku dan interaksi antar individu. Modal sosial juga
memfasilitasi individu untuk bekerjasama dan berkoordinasi untuk kepentingan bersama
dan memungkinkan individu bertindak secara kolektif. Modal sosial dapat menjadi alat
untuk menyelesaikan konflik yang ada di dalam masyarakat.Memberikan kontribusi
tersendiri bagi terjadinya integrasi sosial. Membentuk solidaritas sosial masyarakat
dengan pilar kesukarelaan. Membangun partisipasi masyarakat. Sebagai pilar
demokrasi.Menjadi alat tawar menawar pemerintah.

Modal sosial adalah tentang menjembatani kesenjangan antara si kaya dan si


miskin. Itu jelas meningkatkan kondisi ekonomi orang miskin tetapi juga meningkatkan
kesenjangan di antara keduanya. Orang-orang yang diuntungkan oleh modal sosial
hampir kehilangan mobilitas mereka. Ada sedikit perubahan dalam kondisi mereka
tetapi mereka terjebak dalam pekerjaan yang sama sepanjang hidup mereka. Terlepas
dari ini, orang luar benar-benar dikecualikan. Ini berarti bahwa manfaat modal sosial
hanya dapat digunakan oleh bagian tertentu dari masyarakat. kebangkitan modal sosial
juga dapat menghasilkan peningkatan keragaman ras di masyarakat.

13
Dampak Negatif Modal Sosial dalam Pembangunan

Menurut Mayoux, Bank Dunia mengidentifikasi tiga komponen bermasalah dari


konstruksi modal sosial dalam pembangunan:

1) Jaringan sosial yang memberi orang akses ke pasar melalui reputasi dan transaksi
berulang dapat mengecualikan pendatang baru, (Collier, 1998: 24)

Ada bukti bahwa modal sosial dapat dikecualikan. Cleaver (2005) menunjukkan
bahwa masyarakat miskin di Tanzania tidak dapat menggunakan modal sosial sebagai
sumber daya untuk pembangunan mereka. Dalam kasus seperti itu, modal sosial
mereproduksi kemiskinan kronis dengan mengecualikan yang termiskin karena orang
miskin tidak memiliki sarana untuk berinvestasi dalam hubungan sosial atau tidak
memiliki kemampuan untuk bernegosiasi dalam pertukaran yang tidak sama di mana
agensi mereka terkendala. Di banyak negara Amerika Latin, kelompok adat sering
ditandai oleh tingkat solidaritas sosial yang tinggi, tetapi mereka tetap dikecualikan
secara ekonomi karena mereka tidak memiliki sumber daya dan akses ke kekuasaan
yang diperlukan untuk menggeser aturan permainan yang menguntungkan mereka
(Narayan 1999).

2) Tekanan komunitas bisa berbahaya bagi individu karena ‘tradisi dapat


menghambat pertumbuhan dan kreativitas individu dan anggota yang tidak
mematuhi norma dan keluarganya dapat diejek atau diusir dari komunitas’

Dalam studi tentang modal sosial kelompok keuangan mikro untuk perempuan di
Kamerun, Mayoux (2001) menunjukkan bahwa modal sosial memperburuk
ketimpangan. Selain itu, penelitian lain mengidentifikasi tantangan modal sosial yang
spesifik gender. Woolcock dan Narayan (2000) menggambarkan bagaimana anak
perempuan di India dilarang bersekolah karena ikatan mereka dengan komunitasnya.
Tidak semua anggota rumah tangga memiliki akses ke jenis modal sosial yang sama
dan, khususnya, modal sosial laki-laki dapat berbeda dari perempuan (Bebbington,
2007). Selain itu, modal sosial pria dapat merugikan wanita (Bebbington, 2007;
Mayoux, 2001; Silvey dan elmhirst, 2003).

14
3) Komunitas dengan banyak modal sosial, terutama jika diatur menurut garis etnis
atau agama, dapat merugikan satu sama lain dan bagi masyarakat secara
keseluruhan

Bukti dari negara berkembang menunjukkan mengapa hanya memiliki tingkat


solidaritas sosial yang tinggi atau kelompok informal tidak selalu mengarah pada
kemakmuran ekonomi. Bank Dunia (1989) melaporkan bahwa Rwanda memiliki lebih
dari 3.000 koperasi terdaftar dan kelompok petani serta diperkirakan terdapat 30.000
kelompok informal, namun kelompok-kelompok ini tidak dapat mencegah salah satu
perang saudara paling mengerikan dalam sejarah. Ini juga terjadi di Haiti, di mana
modal sosial, “kaya di tingkat lokal”, dipekerjakan oleh kelompok petani untuk
“memenuhi persyaratan tenaga kerja, mendapatkan akses ke tanah, melindungi klien di
pasar, mempromosikan bantuan bersama, menjamin perlindungan dari otoritas negara,
dan umumnya mengelola risiko”. Meskipun begitu, kelompok-kelompok ini tidak dapat
mengatasi efek melumpuhkan dari kolonialisme, korupsi, “isolasi geografis, pengucilan
politik, dan polarisasi sosial” (semua kutipan dari White dan Smucker1998:1-3).

Isu lain yang harus diperhatikan dalam melihat dampak negatif modal sosial
dalam pembangunan adalah dalam beberapa kasus, ikatan yang kuat dan ikatan sosial
yang ada di antara individu mungkin terbukti menjadi hambatan bagi perkembangan.
Beberapa contoh dapat membantu menunjukkan hal ini. Banyak kelompok minoritas
yang sangat bergantung pada keluarga dan teman untuk mencari pekerjaan melalui
jaringan mereka mungkin kekurangan sumber informasi pekerjaan yang berbeda.
Hubungan dengan arus utama ekonomi yang lebih besar mungkin kurang, yang
menghasilkan hambatan bagi mobilitas pencari kerja. Contoh lain dari batasan modal
sosial yang kuat adalah peran yang dimainkan jaringan sosial dalam membantu
pengusaha kecil di banyak kota (Waldinger, 1995). Pengusaha etnis bisa mendapatkan
keuntungan dengan melayani ekonomi etnis karena membantu mereka membangun
basis klien dan pasar. Ketergantungan pada ekonomi etnis saja, bagaimanapun, dapat
membatasi dan mempersempit kemampuan pengusaha untuk memasuki pasar baru di
luar ceruk mereka. Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa kelemahan utama modal
sosial mungkin dalam kasus-kasus di mana ada ikatan yang terlalu kuat dan tidak
adanya ikatan yang lemah.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Modal sosial merupakan investasi sosial, yang meliputi sumber daya sosial, seperti
jaringan, kepercayaan, nilai dan norma serta kekuatan menggerakan dalam struktur
hubungan sosial untuk mencapai tujuan individual atau kelompok secara efisien dan
efektif dengan kapital lainnya.
2. Pierre Bourdieu menjelaskan modal sosial merupakan aspek sosial dan budaya yang
memiliki nilai ekonomi dan dapat dilembagakan, yaitu keseluruhan sumber daya
baik yang aktual maupun potensial yang terkait dengan kepemilikan jaringan
hubungan kelembagaan yang tetap dengan didasarkan pada saling kenal dan saling
mengakui. Hal ini dikarenakan modal sosial memungkinkan warga untuk
menyelesaikan masalah kolektif lebih mudah, modal sosial sebagai roda yang
memungkinkan masyarakat untuk lebih lancar bergerak, dan modal sosial mengacu
pada kehidupan masyarakat.
3. Modal sosial sangat dibutuhkan dalam pembangunan, baik itu pembangunan
manusia dan sosial, pembangunan ekonomi dan pembangunan politik. Modal Sosial
dan Pembangunan Manusia Putnam dalam Hasbullah menyatakan bahwa bangsa
yang memiliki modal sosial tinggi cenderung lebih efisien dan efektif dalam
menjalankan berbagai kebijakan untuk mensejahterakan dan memajukan kehidupan
rakyatnya.
4. Dampak positif dari adanya modal sosial dalam pembangunan ialah modal sosial
berupaya untuk meningatkan kemampuan masyarakat dalam bekerjasama demi
mencapai tujuan bersama di dalam suatu organisasi dan dianggap penting serta
berperan dalam program pembangunan pertanian. Sedangkan dampak negatif modal
sosial dalam pembangunan Menurut Mayoux, Bank Dunia mengidentifikasi tiga
komponen bermasalah dari konstruksi modal sosial dalam pembangunan:
a. Jaringan sosial yang memberi orang akses ke pasar melalui reputasi dan
transaksi berulang dapat mengecualikan pendatang baru, Ada bukti bahwa
modal sosial dapat dikecualikan. Dalam kasus seperti itu, modal sosial

16
mereproduksi kemiskinan kronis dengan mengecualikan yang termiskin karena
orang miskin tidak memiliki sarana untuk berinvestasi dalam hubungan sosial
atau tidak memiliki kemampuan untuk bernegosiasi dalam pertukaran yang
tidak sama di mana agensi mereka terkendala.
b. Tekanan komunitas bisa berbahaya bagi individu karena „tradisi dapat
menghambat pertumbuhan dan kreativitas individu dan anggota yang tidak
mematuhi norma dan keluarganya dapat diejek atau diusir dari komunitas‟
Dalam studi tentang modal sosial kelompok keuangan mikro untuk perempuan
di Kamerun, Mayoux menunjukkan bahwa modal sosial memperburuk
ketimpangan.
c. Komunitas dengan banyak modal sosial, terutama jika diatur menurut garis etnis
atau agama, dapat merugikan satu sama lain dan bagi masyarakat secara
keseluruhan Bukti dari negara berkembang menunjukkan mengapa hanya
memiliki tingkat solidaritas sosial yang tinggi atau kelompok informal tidak
selalu mengarah pada kemakmuran ekonomi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Development (Modification) Theory of Social Capital and CommunityBased


Applications The Peasant Farmers (Sociological Approach Case Study On The
Organization And Farm- Dairy Cattle in the Pangalengan District of Bandung Regency)
- M.Munandar Sulaeman dan Siti Homzah.

Haridison, Anyualatha. (2013). Modal Sosial dalam Pembangunan. Jurnal Ilmu Sosial,
Politik dan Pemerintahan. 2(2), 1-9.

Hasbullah, Jousairi. 2006. Sosial Capital: Menuju Keunggulan Budaya Manusia


Indonesia. Jakarta: MR United Press.

Rustanto, Bambang. (2007). Penguatan Keluarga Miskin Melalui Pengembangan Modal


Sosial. Jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Kementrian
Sosial Republik Indonesia. 12(3).

Seferiadis, A. A., Cummings, S., Zweekhorst, M. B., & Bunders, J. F. (2015).


Producing social capital as a development strategy: Implications at the micro-level.
Progress in Development Studies, 15(2), 170-185.

Syafar, M. (2017). Modal Sosial Komunitas Dalam Pembangunan Sosial. Lembaran


Masyarakat: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 3(1), 1-22.

Syafitri, A. (2015). Pemanfaatan Modal Sosial dalam Sektor Perdagangan (Studi pada
Etnis Tionghoa, Batak, dan Minangkabau di Kota Medan). Perspektif Sosiologi, 3(1),
156618.

Woolcock, M., & Narayan, D. (2000). Social capital: Implications for development
theory, research, and policy. The world bank research observer, 15(2), 225-249.

18

Anda mungkin juga menyukai