Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PSIKOLOGI UMUM – SEMESTER 2

“SOCIAL CAPITAL”
Dosen Mata Kuliah Psikologi Umum:
Tjitjik Hamida, Dra, M.Si

Oleh :
ILHAM JATIOKO
NPM. 20700001

Universitas Tama Jagakarsa


Falkutas Psikologi
Jalan Let Jen TB. Simatupang No. 152, Tanjung Barat – Jakarta Selatan, 12530
Tahun Ajaran 2020 – 2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................. 2
B. Rumusan Masalah................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan........................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Social Capital................................................... 4
B. Teori Social Capital Menurut Beberapa Ahli................ 6
C. Unsur dan Komponen Social Capital............................... 10
D. Fungsi Social Capital......................................................... 12
E. Jenis-Jenis Social Capital.................................................. 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................... 15
B. Saran.................................................................................... 15
C. Daftar Pustaka...................................................................... 16

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Modal sosial atau disebut juga dengan Social Capital merupakan suatu unsur
yang sangat penting dalam pencapaian tujuan suatu bangsa. Dalam menyongsong era
globalisasi dan era lepas landas, setiap bangsa memerlukan sumber daya manusia
(SDM) dalam prespektif modal sosial yang memiliki keunggulan prima dan memiliki
kualitas tinggi yaitu di samping menguasai iptek juga harus memiliki sikap mental
dan soft skill sesuai dengan kompetensinya. Modal sosial yang besar harus dapat
diubah menjadi suatu asset yang bermanfaat. Tindakan yang cermat dan bijaksana
harus dapat diambil dalam membekali dan mempersiapkan modal sosial, sehingga
benar-benar menjadi asset pembangunan bangsa yang produktif dan bermanfaat serta
berkualitas untuk pendampingan dalam proses pengembangan masyarakat.
Dalam prespektif modal sosial, konsep “SDM” (human resource) merupakan
satu-kesatuan yang utuh dalam system sosialnya, sehingga konsep “social capital”
(modal sosial) tidak dapat dipisahkan. Semakin tinggi kualitas modal sosial suatu
bangsa, maka semakin tinggi pula tingkat kemajuan bangsa tersebut. Demikian
sebaliknya, semakin rendah kualitas modal sosial suatu bangsa akan menjerumuskan
pada kemunduran suatu bangsa. Proses pengembangan masyarakat berkelanjutan
memerlukan tenaga pendamping yang berkualitas dan mampu memadukan konsep
pengetahuan local (indigenous knowledge) dan modal sosial secara partisipatif. Oleh
karena itu, upaya peningkatan kapasitas modal sosial perlu dilaksanakan secara
spesifik.

2
B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana definisi Social Capital ?
2. Bagaimana teori Social Capital menurut beberapa ahli?
3. Bagaimana unsur dan komponen Social Capital ?
4. Bagaimana fungsi Social Capital ?
5. Bagaimana jenis-jenis Social Capital ?

C.    TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui tentang definisi Social Capital.
2. Untuk memahami teori Social Capital menurut beberapa ahli.
3. Untuk mengetahui unsur dan komponen Social Capital.
4. Untuk mengetahui fungsi Social Capital
5. Untuk memahami jenis-jenis Social Capital.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI SOCIAL CAPITAL


Modal sosial adalah sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat dalam bentuk
norma-norma atau nilai-nilai yang memfasilitasi dan membangun kerja sama melalui
jaringan interaksi dan komunikasi yang harmonis dan kondusif. Modal sosial
memberi kekuatan atau daya dalam beberapa kondisi-kondisi sosial dalam
masyarakat. Modal sosial juga bias disebut sebagai sumber daya yang dapat
dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan sumber daya baru. Seperti diketahui
bahwa sesuatu yang disebut sumber daya (resources) adalah sesuatu yang dapat
dipergunakan untuk dikonsumsi, disimpan dan diinvestasikan. Sumberdaya yang
digunakan untuk investasi disebut sebagai modal.
Modal sosial dalam bentuk kewajiban sosial yang diinstitusionalisasikan ke
dalam kehidupan bersama, peran, wewenang, tanggung-jawab, sistem penghargaan
dan keterikatan lainnya yang menghasilkan tindakan kolektif. Modal sosial sebagai
hubungan yang tercipta dari norma sosial yang menjadi perekat sosial, yaitu
terciptanya sebuah kesatuan dalam anggota kelompok secara bersama-sama.

Modal sosial timbul dari interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas.
Pengukuran modal sosial dapat dilihat dari interaksi baik indiviual maupun
institusional, seperti terciptanya atau terpeliharanya kepercayaan antar warga
masyarakat.

Modal sosial berbeda dengan istilah populer lainnya yaitu modal manusia
(human capital). Pada modal manusia segala sesuatunya lebih merujuk ke dimensi
individual yaitu daya dan keahlian yang dimiliki oleh seorang individu. Modal sosial
juga sangat dekat dengan terminologi sosial lainnya seperti yang dikenal sebagai

4
kebajikan sosial (social virtue). Perbedaan keduanya terletak pada dimensi jaringan.
Kebajikan sosial akan sangat kuat dan berpengaruh jika di dalamnya melekat
perasaan keterikatan untuk saling berhubungan yang bersifat timbal balik dalam
suatu bentuk hubungan sosial.

Putnam (2000) memberikan proposisi bahwa suatu entitas masyarakat yang


memiliki kebajikan sosial yang tinggi, tetapi hidup secara sosial terisolasi akan
dipandang sebagai masyarakat yang memiliki tingkat modal sosial rendah. Collin
(1981) melakukan kajian tentang apa yang dia sebut sebagai phenomena mikro dan
interaksi sosial yaitu norma dan jaringan (the norms and networks) yang sangat
berpengaruh pada kehidupan organisasi sosial. Norma yang terbentuk dan
berulangnya pola pergaulan keseharian akan menciptakan aturan-aturan tersendiri
dalam suatu masyarakat.

Aturan yang terbentuk tersebut kemudian akan menjadi dasar yang kuat
dalam setiap proses transaksi sosial, dan akan sangat membantu menjadikan berbagai
urusan sosial lebih efisien. Ketika norma ini kemudian menjadi norma asosiasi atau
norma kelompok, akan sangat banyak manfaatnya dan menguntungkan kehidupan
institusi sosial tersebut. Kekuatan-kekuatan sosial dalam melakukan interaksi antar
kelompok akan terbentuk. Pada akhirnya mempermudah upaya mencapai kemajuan
bersama.

Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan


bahwa modal sosial adalah modal yang dalam prakteknya telah lahir sejak manusia
membentuk komunitas dalam kurun waktu yang cukup lama. Kebersamaan tersebut
melahirkan rasa saling percaya, saling terbuka, saling memperhatikan atau saling
memberi dan menerima tanpa pamrih. Kepercayaan yang melekat pada setiap
individu dalam komunitas tersebut memberi ruang untuk selalu melakukan interaksi
dan membangun relasi yang intim, serta jaringan yang lebih luas dalam memenuhi

5
kebutuhan baik individu maupun kelompok yang dibingkai oleh norma aturan yang
dibuat bersama.

Jadi modal sosial dapat dikatakan sebagai pendorong terlaksananya


modalmodal lain. Modal sosial lebih menekankan pada hubungan antar manusia yang
terlihat jelas dari adanya relasi dan interaksi diantara pihak yang terlibat dan modal
manusia ditekankan pada kemampuan manusia dalam kualitas diri yang ditunjukan
oleh kinerja yang nyata dapat diukur melalui kemampuan pengetahuan, sikap,
keterampilan, dan lain-lain.

B. TEORI SOCIAL CAPITAL MENURUT BEBERAPA AHLI

Modal sosial dibutuhkan guna menciptakan jenis komunitas moral yang tidak
bias diperoleh seperti dalam kasus bentuk-bentuk human capital. Akuisisi modal
sosial memerlukan pembiasaan terhadap norma-norma moral sebuah komunitas
masyarakat dan dalam konteksnya sekaligus mengadopsi kebajikankebajikan seperti
kesetiaan, kejujuran, dan keteguhan hati (dependability). Modal sosial lebih
didasarkan pada kebajikan-kebajikan sosial umum, dimana merupakan tempat
meleburnya kepercayaan dan faktor yang penting bagi kesehatan ekonomi sebuah
negara, yang bersandar pada akar-akar kultural (Fukyama,1996). Modal sosial
merupakan energi kolektif masyarakat (atau bangsa) guna mengatasi problem
bersama dan merupakan sumber motivasi untuk mencapai kemajuan ekonomi bagi
masyarakat atau bangsa tersebut (Durkheim, 1973). Secara umum modal sosial
adalah merupakan hubungan-hubungan yang tercipta dan norma-norma yang
membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat dalam
spektrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial (social glue) yang menjaga kesatuan
anggota masyarakat secara bersama-sama. Unsur utama dan terpenting dari modal
sosial adalah kepercayaan (trust). Atau dapat dikatakan bahwa trust dapat dipandang

6
sebagai syarat keharusan (necessary condition) dari terbentuk dan terbangunnya
modal sosial yang kuat (atau lemah) dari suatu masyarakat. Pada masyarakat
memiliki kapabilitas trust yang tinggi (high trust), atau memiliki spectrum of trust
yang lebar (panjang), maka akan memiliki potensi modal sosial yang kuat.
Sebaliknya pada masyarakat yang memiliki kapabilitas trust yang rendah (low trust),
atau memiliki spectrum of trust yang sempit (pendek), akan memiliki potensi modal
sosial yang lemah.

Modal sosial dirintis Hanifan (1916) di Virginia (Aghajanian, 2012)


menyatakan bahwa modal sosial merupakan sesuatu yang nyata dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat seperti simpati, hubungan sosial dalam masyarakat, dan
kehidupan bermasyarakat yang membentuk suatu unit sosial. Makna modal sosial itu
mengacu pada kekuatan hubungan sosial dalam bermasyarakat, termasuk kehidupan
individu dalam keluarga, maupun kelompok sosial. Kekuatan hubungan sosial
tercermin dari perilaku baik, rasa bersahabat, saling simpati, serta membina
hubungan dan kerja sama yang erat diantara individu dalam keluarga yang
membentuk suatu kelompok sosial dalam kehidupan bermasyarakat (Kushandajani,
2006). Konsep ini didaur ulang pada tahun 1950-an dan 1960-an. Konsep modal
sosial (social capital) diperkenalkan kembali oleh Putnam (1993) sewaktu meneliti
Italia pada tahun 1985. Fukuyama berpendapat bahwa tidak ada kesepakatan tentang
definisi yang pasti tentang modal sosial.

Menurut Putnam (1993) modal sosial adalah kemampuan warga untuk


mengatasi masalah publik dalam iklim demokratis. Schaft dan Brown (2002)
menyatakan bahwa modal sosial adalah norma dan jaringan yang melancarkan
interaksi dan transaksi sosial sehingga segala urusan bersama masyarakat dapat
diselenggarakan dengan mudah. Modal sosial menurut Fukuyama ( 1991) adalah
serangkaian nilai atau norma sosial yang dihayati oleh anggota kelompok, yang
memungkinkan terjadinya kerja sama diantara para anggota. Salah satu modal sosial

7
yang terpenting adalah trust atau kepercayaan. Pendapat tersebut didukung oleh
Paldam (2000) bahwa kepercayaan adalah keyakinan para anggota masyarakat dan
dapat diandalkan karena saling berlaku jujur. Kepercayaan bagaikan minyak pelumas
yang akan membuat kelompok masyarakat atau organisasi dapat bertahan.

Setiap masyarakat memiliki persediaan modal sosial yang berbeda-beda


dalam radius dari kepercayaan, yaitu seberapa jauh jangkauan norma-norma moral
kerjasama, seperti kejujuran pemenuhan kewajiban, solidaritas, dan rasa keadilan
berlaku. Apakah kepercayaan satu terhadap lainnya berlaku untuk keluarga atau
kelompoknya saja, atau berlaku juga bagi kelompok yang lebih luas. Kepercayaan
merupakan unsur penting dalam pembentukan modal sosial (social capital), yang
pada akhirnya berdampak pada produktivitas nasional. Hilangnya kepercayaan ini
mengakibatkan banyak energi dan waktu terbuang untuk mengatasi berbagai konflik
yang terjadi. Pembentukan modal sosial dan kepercayan tidak terlepas dari
permasalahan budaya. Semakin tinggi nilai modal sosial suatu masyarakat semakin
tinggi pula tingkat kebudayaannya. Pada akhirnya budaya menjadi fokus dalam
perbaikan kualitas kehidupan bangsa.

Coleman (1990) mengemukakan konsep modern tentang modal sosial. Modal


sosial menjadi fokus diskusi dan penelitian serta pengembangannya dalam berbagai
kebijakan pembangunan terutama banyak diilhami oleh karya-karya Robert D
Putnam seperti; (1) making democracy work: civic transition in modern Italy, 1993,
dan bowling alone: america’s declining social capital,1995. Begitu juga dengan
Fukuyama dengan karyanya; (1) the end of history and the last man, 1992; (2) trust,
the social virtues and the creation of prosperity, 1995; (3) the great disruption, human
nature and the reconciliation of human order, 1999; (4) social capital and civil
society, 1999; (5) social capital and development: the coming, 2002, dan karyanya
yang lain. Bordieu (1983, 1986) dengan teori sosialnya. Coleman (1998) yang

8
mengkhususkan bahasannya pada dimensi modal sosial dan pendidikan serta masih
banyak lagi para pemikir modal sosial yang lainnya.

Berdasarkan teori yang dikemukakan tersebut, modal sosial merupakan


kemampuan seseorang untuk bekerja sama dalam kelompoknya. Kemampuan
tersebut terlaksana karena adanya kepercayaan yang kuat untuk membangun kerja
sama melalui jaringan interaksi dan komunikasi yang harmonis dan kondusif.
Intensitas komunikasi yang tinggi dan dalam waktu yang lama memungkinkan
hubungan tersebut diikat dengan norma aturan yang belaku.

Berikut ini beberapa pengertian modal sosial dari beberapa sumber buku:

 Menurut Burt (1992), modal sosial merupakan kemampuan masyarakat untuk


berasosiasi berhubungan antara satu dengan yang lain dan selanjutnya
menjadi kekuatan penting dalam ekonomi dan aspek eksistensi sosial lainnya.
 Menurut Prusak L (Field, 2010:26), modal sosial adalah hubungan yang
terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual
understanding), dan nilai-nilai bersama (shared value) yang mengikat anggota
kelompok untuk membuat kemungkinan aksi bersama secara efisien dan
efektif.
 Menurut Hasbullah (2006), modal sosial adalah jumlah sumber-sumber daya,
aktual atau virtual (tersirat) yang berkembang pada seorang individu atau
sekelompok individu karena kemampuan untuk memiliki suatu jaringan yang
dapat bertahan lama dalam hubungan-hubungan yang lebih kurang telah
diinstitusikan berdasarkan pengetahuan dan pengenalan timbal balik.
 Menurut Partha dan Ismail (2009), modal sosial merupakan hubungan-
hubungan yang tercipta dan norma-norma yang membentuk kualitas dan
kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat dalam spektrum yang luas, yaitu

9
sebagai perekat sosial (social glue) yang menjaga kesatuan anggota kelompok
secara bersama-sama.

C. UNSUR DAN KOMPONEN SOCIAL CAPITAL            


Terdapat tiga unsur, komponen, sumber daya dan elemen penting dalam
sebuah modal sosial yaitu kepercayaan (trust), nilai dan norma (norms) dan jaringan
(networks). Penjelasan ketiga komponen modal sosial tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Kepercayaan (Trust) 

Menurut Giddens, kepercayaan adalah keyakinan akan reliabilitas seseorang atau


sistem, terkait dengan berbagai hasil dan peristiwa, dimana keyakinan itu
mengekspresikan suatu iman (faith) terhadap integritas cinta kasih orang lain atau
ketepatan prinsip abstrak (pengetahuan teknis) (Damsar, 2009:185).

Sedangkan menurut Fukuyama (1996), kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di


dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan
kerja sama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama.

Kepercayaan berfungsi untuk mereduksi atau meminimalisasi bahaya yang berasal


dari aktivitas tertentu. Kepercayaan biasanya terikat bukan kepada risiko, namun
kepada berbagai kemungkinan. Kepercayaan memperbesar kemampuan manusia
untuk bekerjasama bukan didasarkan atas kalkulasi rasional kognitif, tetapi melalui
pertimbangan dari suatu ukuran penyangga antara keinginan yang sangat dibutuhkan
dan harapan secara parsial akan mengecewakan. Kerjasama tidak mungkin terjalin
kalau tidak didasarkan atas adanya saling percaya di antara sesama pihak yang

10
terlibat dan kepercayaan dapat meningkatkan toleransi terhadap ketidakpastian
(Damsar, 2009:202).

2. Nilai dan Norma (Norms) 

Menurut Horton dan Hunt, nilai adalah gagasan tentang apakah pengalaman itu
berarti atau tidak. Nilai merupakan bagian penting dari kebudayaan, suatu tindakan
dianggap sah apabila harmonis dan selaras dengan nilai-nilai yang disepakati dan
dijunjung oleh masyarakat dimana tindakan tersebut dilakukan (Setiadi dan Kolip,
2011:119). Sedangkan norma adalah aturan-aturan dalam kehidupan sosial secara
kolektif atau bersama yang mengandung berbagai sangsi, baik sangsi secara moral
maupun sangsi fisik, bagi orang atau sekelompok orang yang melakukan pelanggaran
atas nilai-nilai sosial. Norma ditujukan untuk menekan anggota masyarakat agar
segala perbuatan yang dilakukannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang telah
disepakati bersama (Setiadi dan Kolip, 2011:131).

Nilai dan norma adalah hal dasar yang terdapat pada proses interaksi sosial. Nilai dan
norma mengacu pada bagaimana seharusnya individu bertindak dalam masyarakat.
Norma merupakan bagian dari modal sosial yang terbentuknya tidak diciptakan oleh
birokrat atau pemerintah. Norma terbentuk melalui tradisi, sejarah, tokoh karismatik
yang membangun sesuatu tata cara perilaku seseorang atau sesuatu kelompok
masyarakat, didalamnya kemudian akan timbul modal sosial secara spontan dalam
kerangka menentukan tata aturan yang dapat mengatur kepentingan pribadi dan
kepentingan kelompok (Fukuyama, 1996).

3. Jaringan Sosial (networks) 

11
Jaringan adalah ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan
dengan media (hubungan sosial) yang diikat dengan kepercayaan. Kepercayaan itu
dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak. Jaringan adalah
hubungan antar individu yang memiliki makna subjektif yang berhubungan atau
dikaitkan sebagai sesuatu sebagai simpul dan ikatan (Damsar, 2009:214). Jaringan
terbentuk karena berasal dari daerah yang sama, kesamaan kepercayaan politik atau
agama, hubungan genealogis, dan lain-lain. Pembentukan jaringan masyarakat untuk
mendapatkan modal sosial perlu diorganisasikan dalam suatu institusi dengan
perlakuan khusus (Robison, 2011).

Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang kokoh.


Jaringan hubungan sosial biasanya akan diwarnai oleh suatu tipologis khas sejalan
dengan karakteristik dan orientasi kelompok. Kelompok sosial biasanya terbentuk
secara tradisional atas dasar kesamaan garis turun temurun (repeated sosial
experiences) dan kesamaan kepercayaan pada dimensi kebutuhan (religious beliefs)
cenderung memiliki kohesif tinggi, tetapi rentang jaringan maupun trust yang
terbangun sangat sempit (Mawardi, 2007).

D. FUNGSI SOCIAL CAPITAL


Modal sosial merupakan suatu komitmen dari setiap individu untuk saling terbuka,
saling percaya, memberikan kewenangan bagi setiap orang yang dipilihnya untuk
berperan sesuai dengan tanggung jawabnya. Sarana ini menghasilkan rasa
kebersamaan, kesetiakawanan, dan sekaligus tanggung jawab akan kemajuan
bersama.
Modal sosial mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Alat untuk menyelesaikan konflik yang ada di dalam masyarakat.

12
2. Memberikan kontribusi tersendiri bagi terjadinya integrasi sosial.
3. Membentuk solidaritas sosial masyarakat dengan pilar kesukarelaan.
4. Membangun partisipasi masyarakat.
5. Sebagai pilar demokrasi.
6. Menjadi alat tawar menawar pemerintah

D. JENIS-JENIS SOCIAL CAPITAL

Menurut Woolcock (2001), terdapat tiga jenis modal sosial yaitu sebagai berikut:

Social bounding ( perekat sosial) nilai, kultur, persepsi, dan tradisi atau adatistiadat.
Pengertian social bounding adalah, tipe modal sosial dengan karakteristik adanya
ikatan yang kuat (adanya perekat sosial) dalam suatu sistem kemasyarakatan.
Misalnya, kebanyakan anggota keluarga mempunyai hubungan kekerabatan dengan
keluarga lain.
Hubungan kekerabatan ini bisa menyebabkan adanya rasa empati /kebersamaan. Bisa
juga menwujudkan rasa simpati, rasa berkewajiban, rasa percaya, resiprositas,
pengakuan timbal balik nilai kebudayaan yg mereka percaya. Rule of law/aturan
main merupakan aturan atau kesepakatan bersama dalam masyarakat, bentuk aturan
ini bisa formal dengan sanksi yang jelas seperti aturan Undang-Undang. Namun ada
juga sangsi non-formal yang akan diberikan masyarakat kepada anggota
masyarakatnya berupa pengucilan, rasa tidak hormat bahkan dianggap tidak ada
dalam suatu lingkungan komunitasnya. Ini menimbulkan ketakutan dari setiap
anggota masyarakat yang tidak melaksanakan bagian dari tanggung jawabnya. Hal
ini berakibat akan adanya sosial order/ keteraturan dalam masyarakat.

13
2. Social bridging (jembatan sosial), bisa berupa institusi maupun mekanisme. Social
bridging merupakan suatu ikatan sosial yang timbul sebagai reaksi atas berbagai
macam karakteristik kelompoknya. Ia bisa muncul karena adanya berbagai macam
kelemahan yang ada di sekitarnya, sehingga mereka memutuskan untuk membangun
kekuatan dari kelemahan. Social bridging bisa juga dilihat dengan adanya
keterlibatan umum sebagai warga negara (civic engagement), asosiasi, dan jaringan.
Tujuannya adalah mengembangkan potensi yang ada dalam masyarakat agar
masyarakat mampu menggali dan memaksimalkan kekuatan yang mereka miliki baik
SDM (sumber daya manusia) dan SDA (sumber daya alam) dapat dicapai. Kapasitas
modal sosial termanifestasikan dalam ketiga bentuk modal sosial tersebut (nilai,
institusi, dan mekanisme) yang dapat memfasilitasi dan menjadi arena dalam
hubungan antarwarga, antarkelompok yang berasal dari latar belakang berbeda, baik
dari sudut etnis, agama, maupun tingkatan sosial ekonomi. Ketidakmampuan untuk
membangun nilai, institusi, dan mekanisme bersifat lintas kelompok akan membuat
masyarakat yang bersangkutan tidak mampu mengembangkan modal sosial untuk
membangun integrasi sosial.

3. Social linking (hubungan/jaringan sosial). Merupakan hubungan sosial yang


dikarakteristikkan dengan adanya hubungan di antara beberapa level dari kekuatan
sosial maupun status sosial yang ada dalam masyarakat. Misalnya: Hubungan antara
elite politik dengan masyarakat umum. (Dalam hal ini elite politik yang dipandang
khalayak sebagai public figure/tokoh, dan mempunyai status sosial dari pada
masyarakat kebanyakan. Namun mereka sama-sama mempunyai kepentingan untuk
mengadakan hubungan. Pada dasarnya ketiga tipe modal sosial ini dapat bekerja
tergantung dari keadaannya. Ia dapat bekerja dalam kelemahan maupun kelebihan
dalam suatu masyarakat. Ia dapat digunakan dan dijadikan pendukung sekaligus
penghambat dalam ikatan sosial tergantung bagaimana individu dan masyarakat
memaknainya

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Inti Social Capital atau Modal Sosial terletak pada bagaimana kemampuan
masyarakat dalam suatu entitas atau kelompok untuk bekerja sama membangun suatu
jaringan untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama tersebut diwarnai oleh suatu
pola interelasi yang timbal balik dan saling menguntungkan. Dan dibangun di atas
kepercayaan yang ditopang oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial yang positif dan
kuat. Kekuatan tersebut akan maksimal jika didukung oleh semangat proaktif
membuat jalinan hubungan di atas prinsip-prinsip yang disepakati.

B.     SARAN
Tentunya dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu besar harapan saya selaku penulis menerima sumbangsih pemikiran dari para
pembaca. Oleh karena saya membuka diri terhadap kritik dan saran yang
membangun.

15
DAFTAR PUSTAKA

 Coleman, J. 1999. Social Capital in the Creation of Human Capital.


Cambridge: Harvard University Press.
 Burt, R.S. 1992. Excerpt from The Sosial Structure of Competition, in
Structure Holes: The Social Structure of Competition. Cambridge and
London: Harvard University.
 Field, John. 2010. Modal Sosial. Bantul: Kreasi Wacana.
 Hasbullah, J. 2006. Social Capital: Menuju Keunggulan Budaya Manusia
Indonesia. Jakarta: MR-United Press.
 Partha D., Ismail S. 1999. Social Capital A Multifaceted Perspective.
Washington DC: The World Bank.
 Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
 Fukuyama, Francis. 1996. Trust: The Social Virtues and the Creation of
Prosperity. New York: Free Press Paperback.
 Setiadi, Elly M dan Kolip, Usman. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakatra:
Kencana.
 Robison, LJ, Marcelo, E.S. dan Songqing, J. 2011. Social Capital and Then
Distribution of House hold Income in The United States: 1980, 1990, and
2000. The Jurnal of Socio Economics 40.
 Mawardi, M.J. 2007. Peranan Social Capital Dalam Pemberdayaan
Masyarakat. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam.
 Woolcock, M. 2001. The Place of Social Capital in Understanding Social
and Economic Outcomes. ISUMA Canadian Journal of Policy Reseach Vol
2.

16
 https://www.kajianpustaka.com/2018/03/pengertian-komponen-fungsi-dan-jenis-
modal-sosial.html
 https://media.neliti.com/media/publications/24279-ID-profil-social-capital-
suatu-kajian-literatur.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai