“SOCIAL CAPITAL”
Dosen Mata Kuliah Psikologi Umum:
Tjitjik Hamida, Dra, M.Si
Oleh :
ILHAM JATIOKO
NPM. 20700001
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Modal sosial atau disebut juga dengan Social Capital merupakan suatu unsur
yang sangat penting dalam pencapaian tujuan suatu bangsa. Dalam menyongsong era
globalisasi dan era lepas landas, setiap bangsa memerlukan sumber daya manusia
(SDM) dalam prespektif modal sosial yang memiliki keunggulan prima dan memiliki
kualitas tinggi yaitu di samping menguasai iptek juga harus memiliki sikap mental
dan soft skill sesuai dengan kompetensinya. Modal sosial yang besar harus dapat
diubah menjadi suatu asset yang bermanfaat. Tindakan yang cermat dan bijaksana
harus dapat diambil dalam membekali dan mempersiapkan modal sosial, sehingga
benar-benar menjadi asset pembangunan bangsa yang produktif dan bermanfaat serta
berkualitas untuk pendampingan dalam proses pengembangan masyarakat.
Dalam prespektif modal sosial, konsep “SDM” (human resource) merupakan
satu-kesatuan yang utuh dalam system sosialnya, sehingga konsep “social capital”
(modal sosial) tidak dapat dipisahkan. Semakin tinggi kualitas modal sosial suatu
bangsa, maka semakin tinggi pula tingkat kemajuan bangsa tersebut. Demikian
sebaliknya, semakin rendah kualitas modal sosial suatu bangsa akan menjerumuskan
pada kemunduran suatu bangsa. Proses pengembangan masyarakat berkelanjutan
memerlukan tenaga pendamping yang berkualitas dan mampu memadukan konsep
pengetahuan local (indigenous knowledge) dan modal sosial secara partisipatif. Oleh
karena itu, upaya peningkatan kapasitas modal sosial perlu dilaksanakan secara
spesifik.
2
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana definisi Social Capital ?
2. Bagaimana teori Social Capital menurut beberapa ahli?
3. Bagaimana unsur dan komponen Social Capital ?
4. Bagaimana fungsi Social Capital ?
5. Bagaimana jenis-jenis Social Capital ?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui tentang definisi Social Capital.
2. Untuk memahami teori Social Capital menurut beberapa ahli.
3. Untuk mengetahui unsur dan komponen Social Capital.
4. Untuk mengetahui fungsi Social Capital
5. Untuk memahami jenis-jenis Social Capital.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Modal sosial timbul dari interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas.
Pengukuran modal sosial dapat dilihat dari interaksi baik indiviual maupun
institusional, seperti terciptanya atau terpeliharanya kepercayaan antar warga
masyarakat.
Modal sosial berbeda dengan istilah populer lainnya yaitu modal manusia
(human capital). Pada modal manusia segala sesuatunya lebih merujuk ke dimensi
individual yaitu daya dan keahlian yang dimiliki oleh seorang individu. Modal sosial
juga sangat dekat dengan terminologi sosial lainnya seperti yang dikenal sebagai
4
kebajikan sosial (social virtue). Perbedaan keduanya terletak pada dimensi jaringan.
Kebajikan sosial akan sangat kuat dan berpengaruh jika di dalamnya melekat
perasaan keterikatan untuk saling berhubungan yang bersifat timbal balik dalam
suatu bentuk hubungan sosial.
Aturan yang terbentuk tersebut kemudian akan menjadi dasar yang kuat
dalam setiap proses transaksi sosial, dan akan sangat membantu menjadikan berbagai
urusan sosial lebih efisien. Ketika norma ini kemudian menjadi norma asosiasi atau
norma kelompok, akan sangat banyak manfaatnya dan menguntungkan kehidupan
institusi sosial tersebut. Kekuatan-kekuatan sosial dalam melakukan interaksi antar
kelompok akan terbentuk. Pada akhirnya mempermudah upaya mencapai kemajuan
bersama.
5
kebutuhan baik individu maupun kelompok yang dibingkai oleh norma aturan yang
dibuat bersama.
Modal sosial dibutuhkan guna menciptakan jenis komunitas moral yang tidak
bias diperoleh seperti dalam kasus bentuk-bentuk human capital. Akuisisi modal
sosial memerlukan pembiasaan terhadap norma-norma moral sebuah komunitas
masyarakat dan dalam konteksnya sekaligus mengadopsi kebajikankebajikan seperti
kesetiaan, kejujuran, dan keteguhan hati (dependability). Modal sosial lebih
didasarkan pada kebajikan-kebajikan sosial umum, dimana merupakan tempat
meleburnya kepercayaan dan faktor yang penting bagi kesehatan ekonomi sebuah
negara, yang bersandar pada akar-akar kultural (Fukyama,1996). Modal sosial
merupakan energi kolektif masyarakat (atau bangsa) guna mengatasi problem
bersama dan merupakan sumber motivasi untuk mencapai kemajuan ekonomi bagi
masyarakat atau bangsa tersebut (Durkheim, 1973). Secara umum modal sosial
adalah merupakan hubungan-hubungan yang tercipta dan norma-norma yang
membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat dalam
spektrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial (social glue) yang menjaga kesatuan
anggota masyarakat secara bersama-sama. Unsur utama dan terpenting dari modal
sosial adalah kepercayaan (trust). Atau dapat dikatakan bahwa trust dapat dipandang
6
sebagai syarat keharusan (necessary condition) dari terbentuk dan terbangunnya
modal sosial yang kuat (atau lemah) dari suatu masyarakat. Pada masyarakat
memiliki kapabilitas trust yang tinggi (high trust), atau memiliki spectrum of trust
yang lebar (panjang), maka akan memiliki potensi modal sosial yang kuat.
Sebaliknya pada masyarakat yang memiliki kapabilitas trust yang rendah (low trust),
atau memiliki spectrum of trust yang sempit (pendek), akan memiliki potensi modal
sosial yang lemah.
7
yang terpenting adalah trust atau kepercayaan. Pendapat tersebut didukung oleh
Paldam (2000) bahwa kepercayaan adalah keyakinan para anggota masyarakat dan
dapat diandalkan karena saling berlaku jujur. Kepercayaan bagaikan minyak pelumas
yang akan membuat kelompok masyarakat atau organisasi dapat bertahan.
8
mengkhususkan bahasannya pada dimensi modal sosial dan pendidikan serta masih
banyak lagi para pemikir modal sosial yang lainnya.
Berikut ini beberapa pengertian modal sosial dari beberapa sumber buku:
9
sebagai perekat sosial (social glue) yang menjaga kesatuan anggota kelompok
secara bersama-sama.
1. Kepercayaan (Trust)
10
terlibat dan kepercayaan dapat meningkatkan toleransi terhadap ketidakpastian
(Damsar, 2009:202).
Menurut Horton dan Hunt, nilai adalah gagasan tentang apakah pengalaman itu
berarti atau tidak. Nilai merupakan bagian penting dari kebudayaan, suatu tindakan
dianggap sah apabila harmonis dan selaras dengan nilai-nilai yang disepakati dan
dijunjung oleh masyarakat dimana tindakan tersebut dilakukan (Setiadi dan Kolip,
2011:119). Sedangkan norma adalah aturan-aturan dalam kehidupan sosial secara
kolektif atau bersama yang mengandung berbagai sangsi, baik sangsi secara moral
maupun sangsi fisik, bagi orang atau sekelompok orang yang melakukan pelanggaran
atas nilai-nilai sosial. Norma ditujukan untuk menekan anggota masyarakat agar
segala perbuatan yang dilakukannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang telah
disepakati bersama (Setiadi dan Kolip, 2011:131).
Nilai dan norma adalah hal dasar yang terdapat pada proses interaksi sosial. Nilai dan
norma mengacu pada bagaimana seharusnya individu bertindak dalam masyarakat.
Norma merupakan bagian dari modal sosial yang terbentuknya tidak diciptakan oleh
birokrat atau pemerintah. Norma terbentuk melalui tradisi, sejarah, tokoh karismatik
yang membangun sesuatu tata cara perilaku seseorang atau sesuatu kelompok
masyarakat, didalamnya kemudian akan timbul modal sosial secara spontan dalam
kerangka menentukan tata aturan yang dapat mengatur kepentingan pribadi dan
kepentingan kelompok (Fukuyama, 1996).
11
Jaringan adalah ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan
dengan media (hubungan sosial) yang diikat dengan kepercayaan. Kepercayaan itu
dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak. Jaringan adalah
hubungan antar individu yang memiliki makna subjektif yang berhubungan atau
dikaitkan sebagai sesuatu sebagai simpul dan ikatan (Damsar, 2009:214). Jaringan
terbentuk karena berasal dari daerah yang sama, kesamaan kepercayaan politik atau
agama, hubungan genealogis, dan lain-lain. Pembentukan jaringan masyarakat untuk
mendapatkan modal sosial perlu diorganisasikan dalam suatu institusi dengan
perlakuan khusus (Robison, 2011).
12
2. Memberikan kontribusi tersendiri bagi terjadinya integrasi sosial.
3. Membentuk solidaritas sosial masyarakat dengan pilar kesukarelaan.
4. Membangun partisipasi masyarakat.
5. Sebagai pilar demokrasi.
6. Menjadi alat tawar menawar pemerintah
Menurut Woolcock (2001), terdapat tiga jenis modal sosial yaitu sebagai berikut:
Social bounding ( perekat sosial) nilai, kultur, persepsi, dan tradisi atau adatistiadat.
Pengertian social bounding adalah, tipe modal sosial dengan karakteristik adanya
ikatan yang kuat (adanya perekat sosial) dalam suatu sistem kemasyarakatan.
Misalnya, kebanyakan anggota keluarga mempunyai hubungan kekerabatan dengan
keluarga lain.
Hubungan kekerabatan ini bisa menyebabkan adanya rasa empati /kebersamaan. Bisa
juga menwujudkan rasa simpati, rasa berkewajiban, rasa percaya, resiprositas,
pengakuan timbal balik nilai kebudayaan yg mereka percaya. Rule of law/aturan
main merupakan aturan atau kesepakatan bersama dalam masyarakat, bentuk aturan
ini bisa formal dengan sanksi yang jelas seperti aturan Undang-Undang. Namun ada
juga sangsi non-formal yang akan diberikan masyarakat kepada anggota
masyarakatnya berupa pengucilan, rasa tidak hormat bahkan dianggap tidak ada
dalam suatu lingkungan komunitasnya. Ini menimbulkan ketakutan dari setiap
anggota masyarakat yang tidak melaksanakan bagian dari tanggung jawabnya. Hal
ini berakibat akan adanya sosial order/ keteraturan dalam masyarakat.
13
2. Social bridging (jembatan sosial), bisa berupa institusi maupun mekanisme. Social
bridging merupakan suatu ikatan sosial yang timbul sebagai reaksi atas berbagai
macam karakteristik kelompoknya. Ia bisa muncul karena adanya berbagai macam
kelemahan yang ada di sekitarnya, sehingga mereka memutuskan untuk membangun
kekuatan dari kelemahan. Social bridging bisa juga dilihat dengan adanya
keterlibatan umum sebagai warga negara (civic engagement), asosiasi, dan jaringan.
Tujuannya adalah mengembangkan potensi yang ada dalam masyarakat agar
masyarakat mampu menggali dan memaksimalkan kekuatan yang mereka miliki baik
SDM (sumber daya manusia) dan SDA (sumber daya alam) dapat dicapai. Kapasitas
modal sosial termanifestasikan dalam ketiga bentuk modal sosial tersebut (nilai,
institusi, dan mekanisme) yang dapat memfasilitasi dan menjadi arena dalam
hubungan antarwarga, antarkelompok yang berasal dari latar belakang berbeda, baik
dari sudut etnis, agama, maupun tingkatan sosial ekonomi. Ketidakmampuan untuk
membangun nilai, institusi, dan mekanisme bersifat lintas kelompok akan membuat
masyarakat yang bersangkutan tidak mampu mengembangkan modal sosial untuk
membangun integrasi sosial.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Inti Social Capital atau Modal Sosial terletak pada bagaimana kemampuan
masyarakat dalam suatu entitas atau kelompok untuk bekerja sama membangun suatu
jaringan untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama tersebut diwarnai oleh suatu
pola interelasi yang timbal balik dan saling menguntungkan. Dan dibangun di atas
kepercayaan yang ditopang oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial yang positif dan
kuat. Kekuatan tersebut akan maksimal jika didukung oleh semangat proaktif
membuat jalinan hubungan di atas prinsip-prinsip yang disepakati.
B. SARAN
Tentunya dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu besar harapan saya selaku penulis menerima sumbangsih pemikiran dari para
pembaca. Oleh karena saya membuka diri terhadap kritik dan saran yang
membangun.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
https://www.kajianpustaka.com/2018/03/pengertian-komponen-fungsi-dan-jenis-
modal-sosial.html
https://media.neliti.com/media/publications/24279-ID-profil-social-capital-
suatu-kajian-literatur.pdf
17