Anda di halaman 1dari 5

ESSAI SOSIOANTROPOLOGI “DETERMINAN SOSIAL BUDAYA”

Disusun oleh:

Dwi Febriyanti (190612642865)

Ikhda Farah Damayanti (190612642932)

Widya Chairunnisa (190612642890)

S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

MALANG

2020
A. Determinan Sosial dan Budaya

Determinan sosial adalah faktor sosial, seperti; budaya, politik, ekonomi, pendidikan, faktor
biologi dan perilaku yang mempengaruhi status kesehatan di masyarakat. Determinan sosial
kesehatan merupakan determinan sosial yang berkontribusi terhadap kesenjangan kesehatan di
dalam kelompok masyarakat. Teori klasik yang dikembangkan oleh Blum (1974) mengatakan
bahwa ada 4 determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatan yaitu lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan.

Perilaku merupakan kegiatan yang dilakukan manusia baik yang dapat diamati maupun tidak
dapat diamati yang terbentuk dari pengetahuan, sikap, dan tindakan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku disebut determinan. Teori perilaku menurut WHO memiliki empat
determinan, yaitu pemikiran dan perasaan, acuan, sumber daya, dan sosiobudaya.

Determinan sosial budaya merupakan kebiasaan yang sudah turun temurun dilakukan
masyarakat setempat dan diyakini sebagai hal yang benar. Budaya masyarakat sebagai bentuk
akumulasi kepercayaan individu, norma keluarga, dan masyarakat yang tercermin dalam stigma
dan mitos pada masyarakat tersebut.

Determinan yang mempengaruhi kesehatan baik individu maupun kelompok dalam piagam
Otawa disebut prasayarat untuk kesehatan. Piagam Otawa tahun 1986 mengidentifikasi prasyarat
untuk kesehatan dalam 9 faktor yakni; perdamaian atau keamanan, tempat tinggal, pendidikan,
makanan, pendapatan, ekosistem yang stabil dan seimbang, sumber daya yang
berkesinambungan, keadilan sosial, dan pemerataan.

Faktor lain yang mempengaruhi terwujudnya kesehatan individu, kelompok atau masyarakat :

1. Faktor Makanan
Makanan merupakan faktor penting dalam kesehatan. Saat makan secara berlebihan
makanan yang tidak cocok dengan tubuh, maka tubuh akan bereaksi sebaliknya. Sakit
merupakan suatu peringatan untuk merubah suatu kebiasaan dalam diri. Perlu di ingat
bahwa tubuh hanya membutuhkan makanan yang tepat dalam jumlah yang sesuai.
2. Pendidikan
Tingkat pengetahuan akan membentuk cara berpikir seseorang untuk memahami faktor
penyakit dan menggunakan pengetahuan untuk menjaga kesehatan. Orang yang
berpendidikan memiliki resiko kecil dalam terserang penyakit dibandingkan orang awam.
3. Faktor Sosio-Ekonomi
Faktor ini seperti lingkungan sosial, tingkat pendapatan, pekerjaan merupakan faktor
yang berpengaruh besar pada penentuan derajat kesehatan seseorang.
4. Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu termasuk
sistem pelayanan kesehatan dan cara pelaksanaan kesehatan pribadi.
5. Usia
Setiap rentang usia memiliki pemahaman dan respon yang berbeda-beda terhadap
perubahan kesehatan yang terjadi.
6. Faktor Emosional
Setiap pemikiran positif akan sangat berpengaruh, pikiran yang sehat dan bahagia akan
meningkatkan kesehatan tubuh.
7. Faktor Agama dan Keyakinan
Agama dan kepercayaan yang dianut oleh seorang individu secara tidak langsung
mempengaruhi perilaku seseorang dalam berperilaku sehat.
Berbagai faktor baik internal (fisik dan psikis) dan eksternal (sosial, budaya,
lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan) saling berikatan dan mempengaruhi
kesehatan.

B. Determinan Sosial dan Budaya Di Indonesia dan Negara Lain


 Determinan sosial budaya di Indonesia.
Determinan budaya kesehatan di Indonesia sangat beragam. Sebagai contoh faktor
determinan budaya kesehatan dalam penularan penyakit TB paru. Budaya masyarakat
yang malu jika diketahui menderita penyakit TB paru yang akan membuat potensi
penularan penyakit lebih tinggi. Selain itu budaya masyarakat yang meludah
sembarangan sehingga jika penderita TB paru akan rentan menularkan penyakit TB
Paru ke orang lain yang ada disekitarnya. Ada beberapa budaya masyarakat yang
dapat menjadi pemicu penularan penyakit TB paru seperti;masyarakat malu jika
diketahui menderita penyakit TB paru, kurangnya ilmu pengetahuan mengenai gejala
dan cara pengobatan penyakit TB paru, masyarakat memiliki budaya selamatan pada
acara keagamaan. Adat minang seringkali mengadakan acara selamatan makan
bersama dengan cuci tangan di tembala(kobokan), 1 tembala untuk 4 orang sehingga
dapat menjadi penyebab penularan penyakit TB paru. Selain itu juga ada budaya
masyarakat terkait penyakit TB paru seperti; budaya masyarakat Rote yang makan
sirih pinang,kapur sirih sebagai suguhan tamu dan kepercayaannya jika menolak
memakan sirih dianggap sebagai orang yang sombong.
Di Sumatera Barat masyarakat percaya jika penyebab penyakit TB paru ini akibat
dari diguna-guna orang. Akan tetapi itu hanya kepercayaan masyarakat setempat.
Penyakit TB paru di Sumatera Barat banyak diderita karena perilaku masyarakat yang
buruk.
Contoh lain, determinan sosial kesehatan dan perilaku terhadap kejadian kematian
bayi di kecamatan Ujung Tanah Kota Makasar. Angka kematian bayi menjadi
indikator derajat kesehatan dan pembangunan sosial. Maka determinan sosial yang
mempengaruhi kematian bayi perlu diidentifikasi. Indonesia memiliki angka
kematian bayi yang cukup tinggi dibandingkan negara di Asia Tenggara. Angka
kematian bayi di Indonesia mencapai 25.8% per 1000 kelahiran hidup. Angka
kematian bayi di Makasar masih cukup tinggi. Determinan kasus kematian bayi
adalah tingkat Pendidikan ibu, sikap ibu, dan tindakan ibu. Usia ibu dan penolong
persalinan bukan termasuk determinan kasus kematian bayi.
 Determinan sosial budaya negara lain
Sebagai contoh negara jepang memiliki angka harapan hidup yang lebih baik
dibandingkan masyarakat dinegara-negara Asia. Hal itu sangat dipengaruhi oleh
determinan budaya kesehatan masyarakat jepang yang baik seperti penerapan 10
kebiasaan sehat orang Jepang antara lain ; 1) Berjalan kaki, dalam melakukan segala
aktivitas penduduk Jepang lebih suka melakukannya dengan berjalan kaki, 2)
Mengurangi makanan manis, 3) Mengkonsumsi ikan,penduduk Jepang biasa
mengkonsumsi ikan 100 gram sehari yang memiliki kandungan omega 3 yang baik,
4) Konsumsi sayuran, 5) Makan”bakteri”,bakteri ini didapat dari youghurt, 6) Makan
secara perlahan, 7) Konsumsi buah, 8)Mengutamakan sarapan, 9) Lebih suka
masakan sendiri, 10) Olahraga.

Semua Negara di dunia menggunakan teori blum untuk memahami determinan yang
mempengaruhi kesehatan. Negara maju sudah mulai berfokus pada peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Sedangkan di Indonesia, fokusnya ada pada penanggulangan
kekurangan gizi masyarakatnya.

Anda mungkin juga menyukai