Anda di halaman 1dari 19

i

KELOMPOK 3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit tuberkulosis (TB) Paru merupakan penyakit menular yang masih


menjadi masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia. Laporan WHO (2006),
menempatkan Indonesia sebagai penyumbang penderita TB terbesar ke-3 di dunia
setelah India dan Cina dengan jumlah kasus baru sekitar 539.000 dan jumlah
kematian sekitar 101.000 per tahun. Berdasarkan hasil Survei Prevalensi Tuberkulosis
di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi TB Paru berdasarkan
mikroskopis BTA positif: 110/100.000 penduduk. Selanjutnya hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi TB berdasarkan
pengakuan responden yang diagnosis tenaga kesehatan secara nasional sebesar 0.7
persen, dan dalam hal ini terjadi peningkatan Angka Prevalensi dibandingkan dengan
Riskesdas 2007 (0,4%).

Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk menanggulangi penyakit TB


Paru di Indonesia adalah dengan melaksanakan strategi DOTS (semenjak tahun
1995). Strategi DOTS sendiri diimplementasikan dengan adanya komitmen po litis
dari penentu kebijakan termasuk dukungan dana, dilakukannya diagnosis dengan
pemeriksaan dahak secara mikroskopik, digunakannya obat panduan jangka pendek
yang ampuh diberikan dengan pengawasan PMO (Pengawas Minum Obat), jaminan
kesinambungan persediaan obat jangka pendek untuk penderita, serta pencatatan dan
pelaporan secara baku untuk mempermudah pemantauan dan evaluasi program
penanggulangan tuberkulosis.

Masalah angka kesakitan dan kematian penyakit TB Paru serta rendahnya


angka cakupan penemuan penderita TB adalah masalah kesehatan yang komplek

1
yang dipengaruhi banyak faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
yang menentukan kesehatan seseorang, kelompok, yaitu perilaku. Sedangkan faktor
eksternal adalah lingkungan, baik lingkungan fisik maupun non fisik seperti sosial
budaya, ekonomi, politik.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah

1. Apa yang dimaksud dengan Budaya ?


2. Apa yang dimaksud dengan aspek budaya yang mempengaruhi perilaku/status
kesehatan?
3. Apa saja faktor - faktor sosial budaya penyebab rendahnya cakupan
penemuan penderita TB paru?
4. Apa saja upaya pencegahan dan kebiasaan yang berkaitan dengan penyakit
paru?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Budaya


2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan    aspek budaya yang
mempengaruhi perilaku/status kesehatan
3. Untuk mengetahui Faktor - faktor Sosial Budaya Penyebab Rendahnya
Cakupan Penemuan Penderita TB Paru
4. Untuk mengetahui upaya pencegahan dan kebiasaan yang berkaitan dengan
penyakit paru

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut
culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kebudayaan adalah hal-hal yang
bersangkutan dengan akal. Kata budaya berati perkembangan majemuk dari budi dan
daya. Jadi Budaya merupakan suatu perkembangan yang majemuk dari nilai sosial,
norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau
unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:


- Alat-alat teknologi
- Sistem ekonomi
- Keluarga
- Kekuasaan politik

2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:

- Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
- Organisasi ekonomi
- Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga
adalah lembaga pendidikan utama)
3
- Organisasi kekuatan (politik)

2.2 Aspek Budaya Yang Mempengaruhi Perilaku/Status Kesehatan

Menurut G.M. Foster (1973 ) ada beberapa aspek budaya yang


mempengaruhi kesehatan seseorang diantaranya :
A. Tradisi Terhadap Perilaku Kesehatan
Banyak tradisi yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan
misalnya tradisi merokok laki-laki maka kebanyakan laki-laki lebih banyak yang
menderita penyakit paru dibanding wanita. Tradisi wanita habis melahirkan tidak
boleh makan ikan karena ASI akan berbahu amis, sehingga ibu nifas akan pantang
makan ikan.

B. Pengaruh sikap fatalistis terhadap perilaku/status kesehatan


Adalah suatu hal berkaitan dengan agama yang diyakini oleh masyarakat,
tanpa harus ada pembuktian kebenarannya. Sikap fatalistis juga mempengaruhi
perilaku kesehatan. Misalnya beberapa anggota masyarakat di kalangan kelompok
yang beragama hindu percaya bahwa banyak penyakit yang dialami oleh salah satu
anggota keluraga adalah akibat dari ilmu hitam atau liak sehingga saat sakit orang
bali cenderung untuk berobat kebalian atau dukun.

C. Pengaruh Sikap Ethnocentris Terhadap Perilaku Kesehatan


Sikap ethnocentris yaitu sikap yang memandang bahwa budaya kelompok
adalah yang paling baik, jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Misalnya
orang-orang barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang
dimilikinya, dan selalu beranggapan bahwa kebudayaannya paling maju, sehingga
merasa superior terhadap budaya dari masyarakat yang sedang berkembang. tetapi
dari sisi lain semua anggota dari budaya lainnya menganggap bahwa yang
dilakukan secar alamiah adalah yang terbaik.

4
Oleh karena itu, sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari sikap
yang menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling pandai, paling
mengetahui tentang masalah kesehatan karena pendidikan petugas lebih tinggi dari
pendidikan masyarakat setempat sehingga tidak perlu mengikut sertakan masyarakat
tersebut dalam masalah kesehatan masyarakat. Dalam hal ini memang petugas lebih
menguasai tentang masalah kesehatan,tetapi masyarakat dimana  mereka bekerja
lebih mengetahui keadaan di masyarakatnya sendiri. Contoh lain : Seorang
perawat/dokter menganggap dirinya yang paling tahu tentang kesehatan, sehingga
merasa dirinya berperilaku bersih dan sehat sedangkan masyarakat tidak.

D. Perasaan Bangga Pada Statusnya


Sikap perasaan bangga atas perilakunya walaupun perilakunya tidak sesuai
dengan konsep kesehatan. hal tersebut berkaitan dengan sikap ethnosentrisme.
Misal : orang bangga kalau dapat makan dengan beras yang putih, makan lauk
penuh dengan lemak seakan-akan sebagai lambang kemakmuran. Orang akan
bangga apabila makan Burger dibanding makan ikan lele.

E. Pengaruh Norma Terhadap Perilaku Kesehatan


Norma dalam masyarakat sangat mempengaruhi perilaku masyarakat
dibidang kesehatan, karena norma yang mereka miliki diyakininya sebagai bentuk
perilaku yang baik. Misal : adanya norma bahwa laki-laki tidak boleh bersalaman
dengan Perempuan yang bukan mukrimnya, sehingga seorang wanita apabila
periksa bagian tubuhnya harus dilakukan oleh dokter wanita, sampai pada
pemberian alat KB IUD, suntik harus dilakukan oleh dokter wanita, bahkan untuk
periksa wanita hamil harus oleh dokter wanita. Norma di masyarakat sangat
mempengaruhi perilaku kesehatan dari anggota masyarakatnya yang mendukung
norma tersebut.

F. Pengaruh Nilai Terhadap Perilaku Kesehatan

5
Nilai yang berlaku dalam masyarakat akan berpengaruh terhadap perilaku
individu masyarakat, kerena siapa yang tidak melakukan nilai maka dianggap
berperilaku “ pamali” atau “ Saru “. Nilai yang ada dimasyarakat tidak semua
mendukung perilaku sehat. Nilai-nilai tersebut ada yang menunjang dan ada yang
merugikan kesehatan.
1. Nilai yang merugikan kesehatan : Arti anak yang banyak akan membawa rejeki
sendiri sehingga tidak perlu lagi takut dengan anak banyak.
2. Nilai yang mendukung kesehatan : tokoh masyarakat setiap tutur katanya harus
wajib ditaati oleh kelompok masyarakat, hal ini tokoh masyarakat dapat di pakai
untuk membantu sebagai key person dalam program kesehatan.

G. Pengaruh Unsur Budaya Yang Diajarkan Pada Tingkat Awal Dari Proses Sosialisasi
Dalam Menciptakan Perilaku Kesehatan
Pada tingkat awal proses sosialisasi, sebaiknya seorang anak mulai diajarkan
karena nantinya akan menjadi nilai/ norma masyarakat. Misalnya : anak harus mulai
diajari sikat gigi, buang air besar di kakus, membuang sampah ditempat sampah,
cara makan/berpakaian yang baik sejak awal, dan kebiasaan tersebut terus
dilakukan sampai anak tersebut dewasa dan bahkan menjadi tua. Kebiasaan tersebut
sangat mempngaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit untuk diubah.

H. Pengaruh Konsekuensi Dari Inovasi Kesahatan Terhadap Perilaku Kesehatan


Tidak ada kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu
perubahan selalu dinamis artinya setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua,
ketiga dan seterusnya. apabila seorang pendidik kesehatan ingin melakukan
perubahan perilaku kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah
konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis faktor-
faktor yang terlibat/berpengaruh terhadap perubahan,dan berusaha untuk
memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebut, apabila ia
tahu budaya masyarakat setempat dan apabila ia tahu tentang proses perubahan

6
kebudayaan,maka ia harus dapat mengantisipasi reaksi yang muncul yang
mempengaruhi outcome dari perubahan yang  telah direncanakan.
Artinya seorang petugas kesehatan kalau mau melakukan perubahan perilaku
kesehatan harus mampu menjadi contoh dalam perilakukanya sehari-hari. Ada
anggapan bahwa petugas kesehatan merupakan contoh rujukan perilaku hidup
bersih sehat, bahkan diyakini bahwa perilaku kesehatan yang baik adalah
kepunyaan/hanya petugas kesehatan yang benar.

2.3 Faktor - faktor Sosial Budaya Penyebab Rendahnya Cakupan Penemuan


Penderita TB Paru

Beberapa aspek sosial budaya yang melatarbelakangi pertimbangan


masyarakat dalam upaya pencarian pengobatan dan dianggap berkaitan dengan
rendahnya cakupan penemuan TB Paru adalah masalah ekonomi,
pendidikan/pengetahuan dan persepsi, kebiasaan/adat istiadat dan kepercayaan serta
stigma sosial, dan aksesl jangkauan pelayanan kesehatan.

a. Ekonomi
Kondisi ekonomi masyarakat cenderung mempengaruhi masyarakat dalam
pemilihan pengobatan. Sulitnya akses menuju puskesmas dan sulitnya transportasi
menyebabkan masyarakat kesulitan untuk mengeluarkan biaya transportasi karena
kemampuan ekonomi yang relatif terbatas. Pada penelitian ini diketahui bahwa
sebagian besar penderita TB Paru di lokasi penelitian menurut informan tokoh
masyarakat dan kader kesehatan berasal dari golongan ekonomi relatif rendah,
sehingga dari segi biaya transportasi mereka mengalami sedikit kendala untuk
mencari pengobatan ke puskesmas, dan apalagi pengobatan TB Paru harus
dilakukan berulang-ulang sampai lebih kurang 6 (enam) bulan.

b. Pendidikan/pengetahuan, Persepsi dan Stigma Masyarakat

7
Pendidikan sebagian masyarakat di lokasi penelitian masih tergolong relatif
rendah. Dengan kondisi pendidikan yang relatif rendah, maka pengetahuan
masyarakat terhadap penyakit TB Paru juga terbatas. Hal ini tampak dari persepsi
masyarakat terhadap penyakit TB Paru, dimana sebagian masyarakat masih
beranggapan bahwa penyakit TB Paru adalah penyakit keturunan, memalukan dan
dianggap tabu oleh masyarakat. Kondisi adanya stigma di masyarakat seperti inilah
yang menyebabkan sebagian masyarakat malu untuk memeriksakan kesehatan atau
penyakitnya ke pelayanan kesehatan, dan cenderung memilih pengo batan
tradisional.
Penyuluhan tentang TB Paru yang secara khusus dan lang sung kepada
masyarakat menurut sebagian besar informan belum pemah dilakukan. Walaupun
demikian, penyampaian informasi tentang kesehatan (berkaitan dengan penyakit
TB Paru) sudah pemah dilakukan di posyandu, dimana kegiatannya ditumpangkan
pada promosi kesehatan (promkes) dan kesehatan lingkungan (kesling), tetapi
kegiatan tersebut tidak secara rutin dilakukan. Begitu juga dengan penyampaian
informasi oleh tenaga kesehatan kepada pasien yang berobat ke puskesmas juga
sudah diberikan.

c. Kebiasaan dan Kepercayaan Masyarakat


Sebagian besar masyarakat biasanya cenderung untuk membeli obat warung
ketika merasakan adanya gejala batuk, sedangkan sebagian lagi lang sung berobat
dan mempercayakan kesembuhannya pada tenaga kesehatan. Alasan mereka
membeli obat warung karena masih tergolong penyakit ringan, dan memilih ke
puskesmas karena gejala batuknya sudah termasuk penyakit berbahaya, menular,
dan hanya bisa disembuhkan melalui pengobatan medis dengan melakukan
pengobatan/minum obat selama jangka waktu 6 bulan. Sedangkan sebagian kecil
lainnya mempercayakan kesembuhannya melalui bantuan tenaga pengobat
tradisional, karena mereka beranggapan bahwa penyakit batuk/TBC tersebut hanya
bisa dan cepat disembuhkan melalui pengobatan tradisional karena penyakit

8
tersebut berkaitan dengan kekuatan ghaib. Kondisi seperti ini antara lain
dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya karena kebiasaan keluarga yang turun
temurun, dan keyakinan mereka kepada pengobat tradisional karena pelayanan
yang diberikan oleh tenaga pengobat tradisional lebih bersifat kekeluargaan.

d. Akses/jangkauan Pelayanan Kesehatan


Pencapaian cakupan penemuan TB Paru menurut informan memang tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan. Kondisi keterbatasan jangkauan pelayanan dan
kebijakan-kebijakan itu sendiri juga berpengaruh terhadap pencapaian cakupan
penemuan penderita. Kondisi sulitnya masyarakat untuk mencapai akses pelayanan
kesehatan (puskesmas) karena jarak yang relative jauh dan beratnya biaya
transposrtasi) adalah menjadi pertimbangan masyarakat dalam upaya pencarian
pengobatan.

e. Persepsi terhadap Pelayanan Kesehatan


Persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan seperti puskesmas
menurut informan sudah positif. Perilaku petugas, cara pelayanan, obat-obatan
yang tersedia dirasakan informan sudah relatif bagus. Namun, ada sedikit hambatan
untuk mencapai pelayanan kesehatan, dan jam pelayanan yang terbatas, seperti
pada hari/libur puskesmas tutup. Di samping itu, sebagian masyarakat beranggapan
bahwa pengo batan yang dilakukan di puskesmas dan rumah sakit dilaksanakan
secara berulang-ulang, penyembuhan relatif lebih lama serta 0bat mengandung zat
kimia dengan efek samping jantung berdebar.

2.4 Upaya Pencegahan Dan Kebiasaan Yang Berkaitan Dengan Penyakit Paru

Banyak faktor penyakit paru dan pernafasan terus meningkat dan mempunyai
aspek kesehatan masyarakat yang luas. Beberapa faktor dan resiko diantaranya;

9
penambahan penduduk dan urbanisasi, polusi udara, efek samping dari peningkatan
industry, kondisi sosial ekonomi, kebiasaan merokok, dan lain-lain.

Upaya pencegahan yang dilakukan masyarakat agar terhindar dari penyakit TB


Paru diantaranya adalah dengan membiasakan pola hidup bersih dan sehat. Pola hidup
bersih dan sehat sebenamya sudah diajarkan dalam agama Islam, di mana kebersihan
adalah sebagian dari iman. Selain itu upaya pencegahan yang dilakukan adalah jika
batuk harus tutup mulut dan tidak meludah di sembarangan tempat, mengisolasikan
secara langsung peralatan makan dan minuman penderita, mengurangi hubungan/
komunikasi dengan penderita.

Kebiasaan masyarakat yang dianggap berkaitan dengan penularan penyakit


adalah kebiasaan untuk tidak menutup mulut ketika batuk dan meludah di sembarangan
tempat. Di samping itu, kebiasaan anggota keluarga atau masyarakat yang cenderung
menutup jendela rumah pada siang hari dengan alasan keamanan, dan jarak
berkomunikasi yang relatif dekat dengan penderita juga dianggap dapat menularkan
penyakit tersebut.

 Kebiasaan Yang Berkaitan Dengan Penyakit Paru :

1. Terpapar debu

Bahaya debu salah satu contohnya yaitu debu kayu dampaknya bagi
kesehatan adalah bahwa debu merupakan bahan partikulat yang apabila masuk
kedalam organ pernapasan manusia, maka dapat menimbulkan gangguan
pernapasan pada pekerja. Pekerja industri mebel kayu mempunyai risiko yang
sangat besar untuk memiliki penimbunan debu kayu pada saluran pernapasannya.
Partikel debu yang terhirup dan tertahan di jaringan paru-paru dapat bertambah
seiring dengan rutinnya paparan terhadap debu kayu. Terpapar debu ini bisa dialami
oleh siapa saja, khusus nya terhadap tukang kayu.

2. Merokok

10
Lebih dari 4000 bahan kimia terdapat di dalamnya. Setidaknya, 60 dari
bahan kimia tersebut mampu menyebabkan kanker. Bahan-bahan berbahaya pada
sebatang rokok, di antaranya:

 Karbon monoksida

Zat yang tidak bisa terlihat atau terasa ini, kerap ditemukan pada asap knalpot
mobil. Zat ini bisa mengikat diri pada hemoglobin dalam darah secara
permanen, sehingga menghalangi suplai oksigen ke seluruh bagian tubuh.
Karbon monoksida ini cenderung membuat Anda merasa kehabisan napas dan
juga menjadi lebih mudah lelah.

 Tar
Ketika merokok, kandungan tar di dalam rokok akan ikut terisap. Zat ini akan
mengendap di paru-paru Anda dan berdampak negatif pada kinerja rambut halus
yang melapisi paru-paru. Padahal, rambut tersebut bertugas untuk mendorong
kuman serta partikel asing lainnya keluar dari paru-paru Anda. Tar dalam asap
rokok mengandung berbagai bahan kimia karsinogen, yang dapat memicu
perkembangan sel kanker di tubuh.

 Gas oksidan

Gas ini bisa bereaksi dengan oksigen. Keberadaan oksidan dalam tubuh
meningkatkan risiko terjadinya stroke dan serangan jantung.

 Benzene
Zat yang ditambahkan ke dalam bahan bakar minyak ini bisa merusak sel pada
tingkat genetik. Zat ini juga dikaitkan dengan berbagai jenis kanker seperti
kanker ginjal dan leukimia.

Kandungan zat kimia yang terdapat dalam rokok sangat berbahaya bagi
kesehatan Anda dan juga orang-orang di sekitar Anda. Bahaya merokok bagi
11
kesehatan di antaranya yaitu pada paru dan Salah satu efek paling berbahaya
akibat merokok adalah kanker paru-paru. Bahan-bahan kimia pada rokok
berpotensi merusak sel paru-paru yang kemudian bisa berubah menjadi sel
kanker. Penyakit serius lainnya yang bisa Anda alami adalah :

 paru obstruktif kroni (PPOK).

PPOK merupakan penyakit peradangan pada paru-paru yang terjadi


secara bertahap dan cenderung memburuk seiring berjalannya waktu. Ketika
sudah parah, PPOK dapat menyebabkan kerusakan paru-paru permanen.

Penyakit penyebab gangguan pernapasan ini sering kali disebabkan oleh


kebiasaan merokok atau menghirup asap rokok, tapi bisa juga disebabkan oleh
faktor lain, seperti paparan polusi udara, asap atau gas kimiawi keras, dan debu.

Untuk menangani PPOK, dokter dapat memberikan beberapa


pengobatan, seperti obat bronkodilator dan kortikosteroid, fisioterapi paru, serta
terapi oksigen. Penderita PPOK juga disarankan untuk tidak merokok dan
menghindari paparan zat kimia yang dapat merusak paru-paru.

 Pneumonia
Pneumonia adalah jenis penyakit paru-paru yang dapat menyebabakan
adanya inflamasi atau peradangan dibagian paru. Hal ini dikarenakan bagian
tersebut mengalami infeksi. Infeksi yang terjadi bisa disebakan oleh beberapa
mikroorganisme kecil seperti virus, bakteri, jamur atau parasit.

 Emfisema
Emfisema adalah jenis penyakit paru-paru yang terjadi akibat adanya
kerusakan kantung udara (alveolus) dibagian paru-paru sehingga akibatnya akan
dapat mengganggu sistem pernapasan.

12
Zat-zat yang berbahaya seperti halnya asap rokok yang masuk kedalam
tubuh akan dapat merusak dinding kantung udara. Kerusakan ini akan semakin
bertambah parah, bila kebiasaan merokok semakin memburuk.
Perlu diketahui, kebocoran kantung udara paru-paru akan dapat
menyebabkan paru-paru tidak akan dapat mengisi udara segar dengan sempurna
sehingga kondisi ini akan mempengaruhi suplai oksigen kebagian seluruh tubuh.
Kondisi penyakit ini akan dapat menyebabkan pernapasan menjadi sangat
terngganggu, napas anda pun akan terasa lebih sesak dan muncul gangguan lain
seperti kelelahan karena bagian paru harus bekerja ekstra dalam menyuplai
oksigen.

 Bronkitis
Bronkitis adalah sebuah penyakit paru yang dapat menyebabkan
peradangan dibagian membran mukus pada bronkus. Bronkus adalah saluran
udara dari trakea atau batang tenggorokan kebagian paru-paru. Penyakit
bronkitis sendiri dibagi kedalam dua bagian yakni bronkitis akut dan
bronkitis kronis. Iritasi yang terjadi dibagian saluran udara atau bronkus ini
bisa terjadi akibat adanya kepulan asap rokok yang terjadi secara bertahap
pada seorang perokok.
Kebiasaan menghisap asap rokok ini akan masuk kedalam saluran
pernapasan dan membuat bronkus menghasilkan respon peradangan dan
lendir yang berlebihan, yang tidak mampu untuk dapat dihilangakn secara
alami oleh silia (rambut halus pada bagian lapisan mukus) yang telah rusak.
Akibatnya adalah penderita akan sering mengalami batuk yang mendorong
dahak yan menghambat bagian pernapasan.
Perlu anda ketahui, bahwa bronkitis merupakan bentuk awal dari
Penyakit Obstruktif Kronik (PPOK) yang akan dapat berakibat fatal,
terutama bila anda tidak segera mendapatkan pertolongan medis, bahaya
bisa mengancam jiwa. Untuk itulah, langkah terbaik untuk menghindari

13
segala ancaman penyakit pernapasan lain dalam kondisi yang lebih buruk
adalah dengan menghentikan kebiasaan merokok yang anda lakukan saat ini.
3. Alkohol

Sadar atau tidak, alkohol yang Anda konsumsi dalam sebotol minuman
dapat menyebabkan penyumbatan pada paru-paru, sehingga pernapasan dapat
terganggu. Oleh karena itu, kurangi konsumsi minuman beralkohol.

 Upaya Pencegahan Penyakit Paru :

Paru-paru memiliki peran penting bagi keberlangsungan hidup manusia.


Ketika paru-paru bermasalah, pernapasan kita juga ikut bermasalah karena organ
yang berperan untuk memompa oksigen ke seluruh pembuluh darah tidak dapat
menjalankan fungsinya dengan baik.

Agar proses pernapasan lancar, kita perlu menjaga paru-paru dengan baik.
Caranya bisa kita mulai dengan mengubah gaya hidup ke arah yang lebih sehat. Ini
dia beberapa cara mudah yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan paru-paru:

1. Kurangi Merokok, Kalau Perlu Berhentilah

Asap rokok mengandung zat kimia berbahaya yang jika menggumpal di


dalam paru-paru dapat merusak paru-paru. Jika gumpalan asapnya tidak segera
disedot, maka dapat menimbulkan penyakit kanker paru dan obstruktif kronis.

Cara mudah untuk membersihkan paru-paru adalah dengan mengurangi


jumlah rokok yang dihisap. Kalau perlu, berhentilah merokok agar kondisi paru-
paru membaik dari hari ke hari.

14
2. Jauhkan Diri dari Asap Rokok dan Debu

Rokok bukan hanya menyerang perokok aktif, tapi juga perokok pasif.
Meskipun Anda tidak merokok, tapi jika asap rokoknya sampai terhirup maka Anda
juga berpotensi terkena penyakit paru-paru.

Penelitian menyebutkan, menjadi perokok pasif lebih berbahaya


dibandingkan perokok aktif karena perokok pasif menghirup lebih banyak asap
daripada perokok aktif. Jika Anda sering berada di lingkungan pergaulan perokok
aktif, sebaiknya menjauhlah.

Begitu juga dengan debu. Kemanapun Anda pergi, jangan lupa pakai masker
agar debu tidak masuk ke saluran pernapasan.

3. Kurangi Kebiasaan Minum Alkohol

Sadar atau tidak, alkohol yang Anda konsumsi dalam sebotol minuman
dapat menyebabkan penyumbatan pada paru-paru, sehingga pernapasan dapat
terganggu. Oleh karena itu, kurangi konsumsi minuman beralkohol.

Sebagai gantinya, Anda dapat memperbanyak minum air putih, jus-jus segar,
atau susu beruang agar gumpalan asap rokok pada paru-paru bersih seperti semula.

4. Olahraga Ringan Setiap Pagi

Jadilah orang yang aktif. Aktif dalam arti rutin berolahraga agar kinerja
paru-paru semakin meningkat. Dengan olahraga teratur, kinerja jantung akan
meningkat secara otomatis sehingga suplai oksigen yang masuk ke dalam tubuh
akan bertambah banyak. Dan hasilnya, Anda terhindar dari penyakit paru-paru.

15
Olahraga tidak perlu terlalu lama. 10 – 20 menit setiap hari sudah cukup
untuk meningkatkan kinerja paru-paru dan membuat tubuh semakin sehat. Untuk
jenis olahraganya sendiri bebas, seperti lari, senam, pilates, atau zumba.

5. Jaga Kebersihan Udara di Sekitar

Mengingat jumlah polusi udara di Indonesia terlalu banyak, Anda perlu lebih
memperhatikan kebersihan udara di sekitar agar penyakit paru-paru tidak bertambah
parah. Sebelum beraktivitas di luar ruangan, sebaiknya gunakan masker untuk
menghalangi masuknya polusi udara ke hidung.

Begitu juga dengan kebersihan udara di rumah. Untuk meredam polusi udara
yang masuk lewat jendela atau pintu, Anda bisa meletakkan beberapa tanaman hijau
di dalam rumah atau menanam pohon di sekitar pekarangan rumah.

Tanaman hijau dikenal sebagai penyerap zat karbon dan penyuplai oksigen
terbaik yang akan membuat lingkungan di sekitar rumah Anda lebih sejuk.

6. Hindari Segala Sesuatu yang Berbau Tajam

Barang-barang yang memiliki bau tajam, seperti bau busuk atau bau basi
dapat menyebabkan kinerja paru-paru terganggu. Karena pada saat bau tersebut
masuk ke hidung, bulu hidung tidak dapat bekerja maksimal untuk menyaring bau.
Alhasil, bau tersebut langsung masuk ke saluran pernapasan dan melemahkan
kinerja saluran pernapasan.

Jika Anda memiliki penyakit paru-paru, sebaiknya menjauhlah dari segala


jenis sumber baru. Jika bau tersebut sudah masuk ke hidung, sebaiknya hirup benda-
benda yang dapat menetralisir bau tersebut, seperti aromatherapi atau bubuk kopi

16
7. Terapkan Pola Makan Sehat

Perpaduan makanan bergizi dan susu murni dipercaya ampuh membersihkan


paru-paru. Makanan seperti keju, ikan, kacang-kacangan, dan daging merah wajib
ada di dalam menu makanan sehari-hari agar kotoran yang menggumpal di paru-
paru segera bersih.

Sebaliknya, hindari jenis makanan yang dapat menimbulkan atau


memperparah penyakit paru-paru, seperti makanan yang terlalu manis dan
mengandung klorin yang tinggi.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengetahuan sebagian masyarakat mengenai tanda-tanda penyakit TB Paru


relatif cukup baik. Namun, sebagian masyarakat lainnya masih beranggapan bahwa
penyebab penyakit TB Paru adalah berkaitan dengan hal-hal yang ghaib/magic dan
karena keturunan. Persepsi sebagian masyarakat bahwa penyakit yang dialaminya adalah
bukan penyakit berbahaya, melainkan penyakit batuk biasa, temyata berpengaruh pada
munculnya sikap kurang peduli dari masyarakat terhadap akibat yang dapat ditimbulkan
oleh penyakit TB Paru. Perilaku dan kesadaran sebagian masyarakat untuk
memeriksakan dahak dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan masih kurang,
karena mereka malu dan takut divonis menderita TB Paru.

3.2 Saran

Dalam rangka peningkatan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran


masyarakat mengenai penyakit TB Paru perlu ditingkatkan penyuluhan secara lebih
intensif, dan untuk itu tentunya dibutuhkan tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan
komunikasi yang sesuai dengan kondisi sosial budaya dari masyarakat setempat. Adanya
perbedaan konsep sehat sakit dan penyakit yang terdapat di masyarakat, maka
diperlukan upaya pemahaman yang holistik dan integratif di kalangan berbagai pihak,
khususnya dalam upaya penanggulangan penyakit TB Paru, agar berbagai intervensi
yang diwujudkan adalah merupakan kebutuhan masyarakat

18

Anda mungkin juga menyukai