Anda di halaman 1dari 5

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA – DI PERSIMPANGAN JALAN

Prof. Oekan S Abdoellah, Ph.D

Oleh ; Iman Junianto NPM 250820200002

RINGKASAN

1. Duduk Perkara Pembangunan

Kondisi hasil pembangunan NKRI sampai dengan saat ini masih menjadi pertanyaan
keberhasilannya, dari data yang ada index GINI pada tahun 2014 menjadi 0,41 dibandingkan
pada era jaman orde lama (Soeharto) sebesar 0,20.

Kesenjangan index GINI mencerminkan adanya ketidakadilan dalam akses dan distribusi dari
pemanfaatan hasil eksploitasi sumber daya di Indonesia, ketidakadilan dan kesenjangan ini akan
banyak memicu hal lain di Indonesia dan merupakan ancaman bagi persatuan dan kesatuan NKRI
serta menggangu stabilitas nasional.

Pembangunan saat ini menjadi wahana transaksi kekuasaan dari elite politik local dan
kepentingan dari pemilik modal serta berorientasi jangka pendek tanpa memikirkan pembangunan
keberlanjutan. System desentralisasi yang tidak tertata juga memparah kesenjangan yang terjadi.

Ada 3 hal yang menjadi jalan keluar sebagai berikut : pengutamakan model pembangunan
berkelanjutan, merawat sumber daya alam yang berkeadilan dan mengembalikan kedaulatan
dalam pengelolaan dan alokasi manfaat sumber daya alam.

2. Konsep dan Teori Pembangunan

Soal Tolak Ukur : Banyak indicator yang biasa dipakai untuk mengukur pertumbuhan ekonomi
diantara GNP, PNB atau GDP, tetapi semua indicator ekonomi tersebut adalah rerata dari
populasi yang ada tidak dapat mencerminkan tingkat kesenjangan yang ada.

Indeks GINI lebih tepat untuk menggambarkan ketimpangan pembangunan yang diukur dengan
indeks 0 hingga 1.

Teori Modernisasi : adalah teori dominan dalam ilmu social untuk menjelaskan sekaligus
merancang tolok ukut keberhasilan pembangunan, dengan cara memodernisasi segala aspek
kehidupan seperti politik , budaya, social hingga ekonomi. Menurut teori ini perlu diutamakan
pembangunan infrastruktur terlebih dahulu (jalan, jembatan, bandara, pembangkit dll), tetapi
ditenggarai bahwa teori ini lebih bertujuan untuk pembentukan westernisasi/pembaratan dan teori
ini abai atau tidak mengutamakan pembangunan berkelanjutan.

Teori Ketergantunagan : adalah teori yang membelah ekomomi menjadi negara kaya yang
kapitalis dan negara pinggiran/berkembang yang menyediakan sumber daya alam. Negara-negara
kaya akan mengeksplotasi negara berkembang sebagai penyedia bahan baku sebagai konsumsi
negara kapitalis melalui kepanjangan tangan mereka berupa lembaga atau instutusi keuangan dan
investor , dan hasil olahan nya dilempar kembali ke negara pinggiran tersebut. Teori ini juga abai
terhadap pembangunan berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan mulai diperkenalkan pada tahun 1987 oleh WECD, dengan konsep
kepaduan antara lingkungan dan pembangunan. Pelaksanaan pembangunan berkelanutan
bertumpu pada pencapaian berlanjutan dengan kondisi alam sebagai wadah fisik pembangunan
dan kelembagaan atat tata kelola ekomomi yang menyokong atau mengontrol keberlanjutan
tesebut.

Menurut Otto Soemarwoto, kinerja pembangunan berkelanjutan di Indonesia, bertumpu pada 4


hal utama : penciptaan lapangan pekerjaan (pro-job), pemberatasan kemiskinan (pro-poor),
pertumbuhan ekonomi (pro-growth) dan perlindungan lingkungan hidup (pro-environment).

Tolok ukur yang dipakai yaitu : Memelihara NKRI, konservasi dan perlindungan lingkungan
hidup,pengentasan kemiskinan, perbaikan kesetaraan gender, penciptaan lapangan pekerjaan dan
pembangunan ekonomi yang bebas korupsi.

3. Masalah-masalah Internal Pembangunan di Indonesia

Model pembangunan berkelanjutan di Indonesia telah tertuang dalam RPJMN 2004 – 2009 dan
RPJPN 2005 -2025, model pembangunan di Indonesia sampai saat ini masih bekerja di tingkat
wacana dan retorika politik.
Perubahan dari rezim orde baru ke pada pemerintahan saat ini belum banyak memiliki ruang
untuk menerapakan model pembangunan berkelanjutan, karena kepentingan instusi capital seperti
IMF yaitu penanggunan utang swasta dan pemerintah, swastanisasi perusahaan milik negara dan
pencabutan berbagai subsidi.
Masalah geografis di Indonesia dengan luasan rentang kepulauan yang panjang menyebabkan
ketimpangan arus dana pembangunan. Pertumbuhan pembangunan di pulau Jawa diatas rata-rata
pulau lain, kekayaan sumber daya alam tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan atau
pertumbuhan pembangunan.
Masalah demografis juga menjadi masalah tersendiri, karena besarnya jumlah penduduk tidak
diikuti dengan peningkatan kualitas sumber daya manusianya dan persebaran pemduduk yang
tidak merata.
Masalah Sumber daya alam dan lingkungan : eksploitasi kekayaan alam di Indonesia kurang
memperhatikan dampak dari eksploitasi. Di sector kehutanan laju deforestasi sangat besar (2 Juta
hektar per tahun). Sektor pertanian penurunan kualitas lahan menjadi persoalan karena
penggunaan pupuk kimia dan petisida, kemudian adalah membesarnya penyusutan lahan
pertanian subur, pada bidang perikanan terdapat problem tentang overfishing (Penangkapan ikan
berlebihan), penurunan kualitas habitat ekosistem (butan bakau & terumbu karang), laju
sedimentasi, pencemaran. Penangkapan ikan illegal oleh nelayan asing juga menjadi persoalan.
Di bidang pertambangan juga terdapat masalah seperti overburden, tailing pada sungai, konflik
social penggunaan lahan pertambangan dan hasil penjualan tambang yang tidak diperguankan di
daerah asal.
Masalah ideologis untuk tidak menggunakan Pancasila sebagai dasar ideology menyebabkan
instabilitas nasional, masalah politik juga menjadi persoalan dimana elit politik tidak
mempuanyai wawasan pembangun berkelanjutan dan dukungan terhadap konsep pembangunan
berkelanjutan belum optimal.
Masalah ketimpangan ekonomi dan kesenjangan social masih terjadi dengan peningkatan jumlah
penduduk miskin, kerawanan pangan dan gizi buruk juga masih terjadi dimana dua pertiga
penduduk Indonesia berada di bawah asupan 2.100 kalori per kapita/hari.
Masalah tergerusnya nilai-nilai social seperti gotong royong dll menjadi persoalan karena
modernisasi, tingkat melek huruf sudah cukup bagus pada angka 94%. Anak putus sekolah dan
hak-hak pendidikan anak akan menimbulkan persoalan baru seperti anak bekerja di jalanan
(pengamen, pengemis dll) hingga human trafficking. Kualitas pendidikan masih tertinggal jauh
dibanding negara ASEAN lainnya, dan amasalh kesehatan seperti kematian ibu dan bayi, TBC
dll, disamping penyakit baru bermunculan spt HIV, Flu burung dan Covid-19.
Masalah pertahanan dan keamanan adalah belum memadai nya alat utama system persenjataan (
alitsista) sehingga kesulitan dalam memjaga wilayah perbatasan laut, darat dan udara.
4. Peluang, Kendala dan Indikasi Pembangunan Berkelanjutan

Peluang : Dengan sumber daya alam yang besar, Indonesia menjadi perhatian dunia sehingga
lembaga-lembaga internasional seperti PBB dll, banyak memberikan dukungan dalam bentuk
finansial, transfer knowledge, teknologi dll. Lingkungan regional ASEAN penting untuk
menciptakan aturan bersama tentang kelestarian lingkungan.

Desentralisasi pemerintahan seharusnya menjadi peluang untuk mengolah kekayaan sumber daya
alam daerahnya demiki kepentingan dan kesejahteraan masyarakat.

Kendala : Penyalahgunaan desentralisasi pemerintahan mendorong oknum eleit untuk


mendapatkan akses terhadap kekayaan sumber daya alam, konflik politik terjadi karena suatu
daerah yang memiliki sumber daya alam memekarkan diri menjadi daerah otonom. Konflik social
terjadi karena penduduk yang merasa bahwa hutan adalah hak masyarakat secara adat, rendahnya
pendidikan memicu kepentingan ekonomi daripada keseimbangan antara ekonomi dan kelestarian
lingkungan.

Pembangunan yang pro-NKRI : Ketimpangan pembangunan terjadi saat membandingkan


pembangunan kota-desa, pusat-daerah, pertanian-industri, Jawa-luar jawa yang akhirnya
mengganggu stabilitas nasional, sehingga terlihat adanya oknum yang berkeinginan untuk
melepaskan dari dari NKRI. Adapun pembangunan pro-NKRI mencakup hal sebagai berikut :
Pemerataan kesejahteraan seluruh NKRI, pemerataan infrastuktur NKRI, peningkatan akses
penduduk terhadap sumber daya alam, pembuatan kebijakan pembangunan pembangunan
berkelanjutan dan memperbaiki kualitas pelaksanaan otonomi dan desentralisasi

Pembangunan Pro rakyat miskin :

Jumlah penduduk miskin masih banyak berkisar 11.47%, kemiskinan meruapak tanda bahwa
pembangunan gagal mencapi tujuan , indicator pembangunan berkelanjutan mencakup sebagai
berikut : Perbaikan mutu layanan pendidikan dan kesehatan,peningkatan ketahanan pangan
masyarakat, peningkatan akses air bersih, peningkatan akses usaha mikro, UMKM, perbaikan
iklim berusaha, revitalisasi pertanian & ekonomi pedesaan, revitalisasi kelautan dan pesisir,
peningkatan infrastrutur daerah terpencil, penerapan kebijakan APBN untuk lapangan kerja.

Pembangunan Pro lingkungan :

Kebijakan pembangunan berkelanjutan masih bersifat parsial, sehingga kebijakan tanpa


koordinasi. Indikator pembangunan berkelanjutan yang pro lingkungan harus mencakup :
Peningkatan kesadaran, penegakan hukum untuk aturan pengelolaan sumber daya alam,
mencipatakan system insentif & disinsentif dalam pengeloloan sumber daya alam, perbaikan
koordinasi lintas departemen dalam pengendalian sumber daya alam, pelibatan masyarakat local
dan sipil dalam pengeloloaan sumber daya alam.

Pembangunan Prokesetaraan gender :

Era gloablisasi memerlukan kualitas golongan perempuan karena semakin lama jumlah
perempuan lebih banyak dari pria. Adapun tolok ukur keberhasilan keseteraan gender mencakup :
Terjaminnya keadilan gender , terintegrasinya kebijakan pemberdayaan dan perlindungan
perempuan, peningkatan kualitas kelembagaan yang menangani gender, peningaktan peran
masyarakat dalam keseteraan gender.
Pembangunan Pro lapangan Pekerjaan:

Persentasi tingkat pengangguran terbuka tahun 2015 adalah 5,81%. Indikator keberhasilan
pembangunan berkelanjutan yang pro lapangan pkerjaan mencakup : Menciptakan kepastian
hukum yang menciptakan rasa aman, revitalisasi hubungan tripartite, tercapainya pertumbuhan
ekonomi yang memadai, revitalisasi pertanian dan ekonomi pedesaan, revitalisasi sector kelautan
dan wilayah pesisir, berkembangnya industry yang memiliki daya saing, peningkatan
perkembangan usaha mikro dan UMKM.

Pembangunan Anti KKN

Indonesia masih menempati indeks persepsi korupsi menempati 114 dari 175 negara terkorup di
dunia.Penegakan hukum belum cukup serius dilakukan untuk memberantas korupsi. Indicator
untuk pembangunan berkelanjutan yang anti KKN adalah sebagai berikut : Penataan ulang
layanan public, pengoptimalan lembaga ombudsman RI, penguatan tranparansi, pengawasan dan
sanksi pada kegiatan pemerintah yang berhubungan dengan ekonomi dan sumber daya manusia,
pemberdayaan perangkat pendukung dalam pencegahan korupsi

5. Konteks Lingkungan Global , Regional dan Nasional Pembangunan Indonesia

Akumulasi capital dn aru peredaran modal masih dikuasai oleh negara maju yang tergabung
dalam OECD, lembaga-lembaga keuangan internasional seperti IMF dan WTO mempunyai
kebijakan yang masih menguntungkan negara-negara kaya. Isu lingkungan menjadi agenda
internasional untuk menekan negara berkembang seperti isu penggunan CFC, emisi dari gas
buang kendaraan dan pabrik, isu mengenai samudara, depp sea bed , atmosfer dan luar angkasa.

Kerusakan lingkungan di banyak negara menimbulkan masalah global yang mempengaruhi


hubungan manusia dan lingkunganya. Kapitalisme dan liberisasi perdagangan juga menimbulkan
ketimpangan pendapatan antara negara kaya dan miskin.

Sehingga Indonesia sebagai warga global juga mengikuti konvensi lingkungan untuk berperan
dalam terciptanya keberlangsungan lingkungan global dan harus memperhatikan agenda 21
sebagai aturan internasional yang berlaku universal. Proteksi terhadap produk-produk Indonesia
oleh negara maju dikarenakan isu lingkungan juga menjadi hambatan dan mengurangai daya
saing Indonesia

Pada konteks regional upaya menjaga ekosistem di Indonesia seringkali berbenturan dengan
kepentingan negara tetangga regional seperti Malaysia dan Singapura. Kasus pembalakan liar
yang dibiayai pemodal regiona, isu kerusakan lingkungan karena pengerukan pasir yang diekspor
ke Singapura dan juga kabut asap yang menggangu dan menyebabkan polusi di negara tetangga.

Pada konteks nasional desentarlisasi pemerintahan menjadi topik utama dalam pembangunan
berkelanjutan di Indonesia , otonomi daerah menjadi persoalaan baru dengan mengeksploitasi
sumber daya alam tanpa memperhatikan lingkungan dan hanya menguntungakan oknum elite
daerah.

6. Syarat-Syarat Ideal Normatif Penerapan Model Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia.

Seperti yang telah dijelaskan diatas maka pembangunan berkelanjutan di Indonesia adalah
membereskan isu-isu penting yang dihadapi yaitu : ancaman terhadap persatuan dan kesatuan
serta disintegrasi bangsa, tuntutan untuk berorientasi pada keutuhan NKRI, pembangunan
berkelanjutan yang pro rakyat miskin, lingkungan , kesetaraaan gender, kurangnya lapangan
pekerjaan dan antikorupsi
7. Implikasi Kegagalan Pembangunan Terhadap Persatuan dan Kesatuan Nasional

Kegagalan pembangunan berkelanjutan di Indonesia menimbulkan instabilitas NKRI,


dikarenakan oleh kurangnya pemahaman terhadap Pancasila dan UUD 1945, sehingga perlu
berpedoman kembali pada hal-hal berikut : Pancasila dan UUD 1945, bentuk negara NKRI,
semboyan Bhinneka tunggak]l ika, penjiwaan undang-undang, peraturan yang tidak menyelisihi
aturan yang lebih tinggi dan bersifat diskriminatif, penjagaan terhadap nilai luhur masyarakat dan
penghormatan terhadap hak asasi warga negara.

8. Rancangan Normatif Penerapan Model Pembangunan Berkelanjutan

Kebijakan umum dari model normative adalah sesuai dengan 6 isu yang telah dijelaskan diatas
dengan mengacu apada strategi-strategi berikut :

• Strategi kemaskmuran rakyat


• Strategi Keberlanjutan Lingkungan
• Strategi kesetaraan Gender
• Strategi Penciptaan lapangan kerja
• Strategi Pemerintahan bersih

9. Pasca Wacana

Pemerintahan periode presiden Jokowi telah berusaha untuk memilki kesadaran dan visi untuk
menerapkan paradigm pembangunan berkelanjutan dengan konsep Nawacita : Penghadiran
negara untuk melindungi segenap bangsa, membangun tata kelola pemerintahan yang bersih,
efektif, demokratis dan terpercaya, Membanguan Indonesia dengan memperkuat daerah dan desa,
melakukan reformasi system penegakan hukum, meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia,
meningkatkan produktivitas dan daya saing, kemandirian ekonomi, revolusi karakter bangsa dan
memperteguh ke-bhinneka-an dan restorasi social

Adapun rekomendasi strategis adalah sebagai berikut :

1. Mengarusutamakan pembangunan berkelanjutan


2. Pembentukan kembali dewan pembangunan berkelanjutan
3. Pengawasan dan control terhadap program pembangunan
4. Sinergi antara stakeholder
5. Mengoptimalkan Kementrian Lingkungan hidup dan kehutanan.

Anda mungkin juga menyukai