Latar Belakang
Pengaruh globalisasi pada masyarakat dan ekonomi telah menjadi topik yang sangat
penting dalam perkembangan dunia modern. Globalisasi mencakup serangkaian proses
yang menghubungkan berbagai bagian dunia melalui perdagangan, teknologi, komunikasi,
dan mobilitas manusia. Namun, sementara globalisasi telah membawa manfaat signifikan
seperti pertumbuhan ekonomi, akses ke teknologi baru, dan peningkatan pertukaran
budaya, hal ini juga telah memunculkan berbagai masalah sosial, termasuk ketimpangan
sosial.
Ketimpangan sosial adalah ketidaksetaraan dalam distribusi sumber daya, kekayaan, dan
peluang di antara individu dan kelompok-kelompok dalam masyarakat. Akibat dari proses
globalisasi, ketimpangan sosial telah meningkat dalam banyak negara dan wilayah. Hal ini
terjadi karena beberapa alasan yang perlu diperhatikan dalam kliping mengenai
ketimpangan sosial akibat pengaruh globalisasi:
Ketidaksetaraan sosial yang diakibatkan oleh globalisasi menjadi masalah sosial yang
signifikan dan memerlukan perhatian serius. Dalam konteks ini, banyak negara dan
organisasi telah mencoba mengembangkan kebijakan yang dapat mengurangi
ketimpangan sosial dan mendukung mobilitas sosial. Kliping mengenai ketimpangan sosial
akibat pengaruh globalisasi harus menyajikan pemahaman mendalam tentang isu ini dan
menggambarkan langkah-langkah yang telah diambil untuk mengatasi masalah ini.
Tujuan Pembuatan Kliping
Dalam ringkasan, tujuan pembuatan kliping mengenai ketimpangan sosial akibat pengaruh
globalisasi adalah untuk memberikan pendidikan, informasi, dan mendorong diskusi,
sementara manfaatnya mencakup peningkatan kesadaran publik, pengaruh kebijakan,
dan potensi perubahan sosial positif. Kliping yang baik harus objektif, akurat, dan
informatif sehingga dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada pemahaman isu ini
dan upaya penyelesaiannya.
BAB.II
Dalam masyarakat yang modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural
community) dengan masyarakat perkotaan (urban community). Dalam masyarakat
bersahaja pengaruh dari kota secara relatitif tidak ada, pada masyarakat modern
betapapun keclnya suatu desa pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Hal ini di
pengaruhi karena adanya globalisasi yang terjadi pada suatu kelompok masyarakat yang
menempati suatu daerah yaitu desa dan kota yang mengakibatkan sebuah ketimpangan.
Berikut merupakan perbedaan yang terjadi pada desa dan kota akibat globalisasi, antara
lain:
1). Lingkungan
Ada juga aspek pembeda dari desa dan kota yaitu perbedaan pada lingkungan fisik
(anorganik) dan lingkungan biologi (organik). Lingkungan fisik termasuk semua faktor
physiographic yang terdiri dari tanah, iklim, angin, radiasi, gaya berat (gravity), hutan, dan
lain-lain. Sedangkan lingkungan biologis mencakup kehidupan serangga, parasite,
tanaman, dan binatang.
2). Pekerjaan
Pada kehidupan masyarakat pedesaan umumnya mereka bekerja pada bidang pertanian
dan mereka hanya dapat bergantung kepada keadaan fisik yang ada seperti cuaca atau
alam, tanah, tanaman, binatang sebagai pertahanan mereka dalam menjalankan dan
melakukan aktivitas produksi mereka dalam kehidupan sehari-hari, maka mereka
membutuhkan sebuah tanah yang luas untuk membuat sawah atau perkebunan sebagai
media tanam mereka dalam jumlah banyak untuk pencukupan kebutuhan mereka.
Sedangkan pada masyarakat perkotaan, mereka cenderung bekerja pada bidang industri,
perdagangan, dan barang jasa. Mereka tidak begitu membutuhkan tanah yang luas serta
binatang piaraan karena mereka bekerja membutuhkan mesin-mesin dan benda buatan
manusia, mereka hidup secara nomaden tergantung akses yang mereka gunakan itu
terakomodasi dengan nyaman atau tidak.
Secara administratif jumlah penduduk seringkali menjadi tolak ukur dinamakan desa atau
kota, tetapi indikator ini mendapat kesulitan untuk diterapkan. Kriteria kota menurut sensus
1961 yaitu antara lain:
Berstatus kotamadya
Berstatus ibukota kabupaten
Mempunyai tingkat ekonomi tertentu dan berpenduduk minimal 20.000 orang
Digolongkan sebagai kota oleh pemerintah daerah setempat
Pada masyarakat desa, kesempatan dalam mobilitas vertikal maupun horizontal yang
diperoleh sangatlah relatif terbatas karena pada dasarnya masyarakat desa pada
umumnya mereka akan mewariskan pekerjaannya kepada anak-anaknya, seperti seorang
petani, pedagang, tukang besi, dll. Mereka sulit berubah kedudukan ke tempat yang lebih
tinggi atau merubah pekerjaan yang berlainan dengan orang tuanya, hal ini sangatlah
terbatas bagi mereka.
Sedangkan pada masyarakat kota, kesempatan dalam mobilitas vertikal dan horizontal
relatif lebih luas karena jika seorang pedagang belum tentu ayahnya adalah seorang
pedagang, demikian juga pegawai, wartawan atau supir taksi. Jenis pekerjaan di
perkotaan diisi oleh pekerjaan-pekerjaan yang berasal dari berbagai kelompok pekerjaan
orang tuanya dan seseorang dapat beralih dari satu jenis pekerjaan ke pekerjaan lain,
seseorang dapat naik turun dari kelas sosial yang semula dimilikinya karena relatif tinggi
tergantung jaringan yang ia miliki.
Di kota kesempatan untuk berinteraksi lebih luas dan variatif karena sifat pekerjaan di kota
membuat orang lebih membutuhkan kontak-kontak sosial setiap harinya untuk
memperluas jaringan mereka, pada masyarakat perkotaan interaksi di lakukan secara
bebas karena luas dan cenderung lintas strata atau sosial.
Solidaritas sosial itu bersifat kontraktual, pada masyarakat pedesaan hal ini tercipta atas
dasar dari hasil kesamaan dan keseragaman (homogenitas) dari peranan-peranan atau
komponen-komponen tersebut. Dalam kelompok-kelompok pedesaan seorang Emile
Durkheim membentuk solidaritas mekanik (mechanical solidarity), yang bersifat wajar,
spontan, bersahaja dan bersifat pribadi. Ketergantungannya dapat diatur karena sifatnya
yang nonformal.
8). Homogenitas
Masyarakat pedesaan memiliki penduduk yang cenderung homogen dan persamaan itu
mencakup beberapa hal seperti suku bangsa, bahasa, agama, adat istiadat, tata nilai dan
tujuan hidup. Ada beberapa desa yang ditempati oleh sebagian besar orang-orang yang
berasal dari satu keturunan atau marg, sehingga unsur homogenitasnya sangat tinggi.
Pada masyarakat kota hal ini sebagai hasil dari ketidaksamaan (heterogenitas), karena
pada masyarakat kota memiliki beragam jenis masyarakat yang berasal dari berbagai
suku, ras, bangsa, bahkan Negara yang berbeda-beda. Maka, homogenitas pada
masyarakat perkotaan cenderung lebih rendah.
Pada pedesaan pandangan hidup penduduk mengenai gaya hidup masih dipengaruhi oleh
kehidupan kekeluargaan, tolong-menolong, dan gotong royong, maka gaya hidup orang
desa masih berorientasi pada kesederhanaan dan keadaan apa adanya karena masih
dipengaruhi oleh cara hidup petani yang merupakan way of life.
Di masyarakat perkotaan gaya hidup menjadi sebuah kebiasaan yang sering kali
dipengaruhi oleh benda-benda modern dan materialistis. Penampilan menjadi sebuah
simbol dari kelas sosial mereka, dengan memakai pakain bermerk dan simbol-simbol beda
yang mereka pakai menjadi sangat dominan di kalangan masyarakat kota.Pada Negara
maju sekarang ini terdapat kecenderungan kea rah gaya hidup dan pandangan hidup yang
sama antara masyarakat pedesaan dan perkotaan.
10). Kelembagaan
Di daerah pedesaan kelembagaan pada umumnya masih bersifat tradisional dan lebih
cenderung dominasi elit atau penguasa kelembagaan sesuai kebutuhan dengan cara
membajakan (manipulasi) karena tidak jelas dengan jumlah lembaga yang masih sedikit
dan statis.
Di pedesaan terutama daerah terpencil dan terisolir, prasarana dan teknologi masih
sangat sedikit dan terbatas. Teknologi yang digunakan umumnya masih sederhana, petani
masih sangat terbatas dalam menggunakan teknologi modern kecuali pupuk, obat hama,
dan alat pertanian seperti huller untuk pengolahan padi. Sedangkan prasarana seperti
fasilitas kesehatan, pendidikan, perumahan, dan rekreasi juga terbatas karena kurangnya
kemajuan pada desa-desa. Di perkotaan prasarana lebih memadahi dan teknologi lebih
maju karena kehidupannya bergantung pada penggunaan teknologi modern. Dengan
perkembangan berbagai fasilitas dan teknologi modern yang sangat pesat di kota
mengakibatkan kehidupan kota menjadi lebih sibuk dan dinamis, pada masyarakat
perkotaan yang dipentingkan merupakan aspek material dalam kehidupannya.
Ketimpangan sosial dapat diartikan sebagai adanya ketidak seimbangan atau jarak yang
terjadi ditengah-tengah masyarakat yang disebabkan adanya perbedaan status sosial,
ekonomi, ataupun budaya. Ketimpangan kesempatan yang diakibatkan globalisasi lebih
merujuk pada kemampuan dari kelas-kelas di dalam masyarakat. Ketimpangan sosial
dapat disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat, sehingga mencegah dan
menghalangi seseorang untuk memanfaatkan akses atau kesempatan-kesempatan yang
tersedia. Dua faktor penghambat tersebut adalah sebagai berikut ꓽ
Yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Rendahnya kualitas sumber
daya manusia disebabkan oleh tingkat pendidikan/keterampilan ataupun kesehatan yang
rendah, serta adanya hambatan budaya (budaya kemiskinan).
Dengan kata lain ketimpangan sosial tersebut diakibatkan oleh hambatan-hambatan atau
tekanan-tekanan struktural. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab munculnya
kemiskinan struktural.
Randall Collins dalam The Credential Society: An Historical Sociology of Education and
Stratification, mengemukakan bahwa justru pendidikan formal merupakan awal dari proses
stratifikasi sosial itu sendiri. Di Indonesia hal ini didukung oleh adanya pola perjalanan
sekolah anak yang berbeda dari kalangan keluarga mampu dan miskin.
Dengan adanya dominasi ekonomi negara dunia ke satu terhadap negara lainnya,
menyebabkan dominasi di bidang politik.
Globalisasi menimbulkan efek westernisasi yang berakibat mengikis budaya lokal juga
memunculkan sikap atau gaya konsumerisme.
Dengan adanya konsep ekonomi pendidikan (investasi pendidikan), dengan kata lain
pembenahan dalam dunia pendidikan hingga mampu menghasilkan kualitas hasil
pendidikan (Human Kapital) yang kelak dapat memberikan perbaikan-perbaikan dalam
kehidupan ekonomi baik secara individual maupun kelompok.
BAB.III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan:
Dampak globalisasi terhadap ketimpangan sosial sangat signifikan dan telah menciptakan
ketidaksetaraan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi, pendidikan,
kesehatan, pekerjaan, dan budaya. Konsentrasi kekayaan, ketidaksetaraan dalam akses
pendidikan, ketimpangan kesehatan, ketidaksetaraan gender, dan pengaruh budaya
global adalah beberapa contoh dampak globalisasi pada ketimpangan sosial.
Saran-saran:
Ketimpangan sosial yang disebabkan oleh globalisasi adalah masalah global yang
memerlukan perhatian dan tindakan serius. Dengan upaya bersama, kita dapat
mengurangi ketidaksetaraan dalam masyarakat dan memastikan bahwa manfaat
globalisasi lebih merata didistribusikan kepada seluruh populasi.
Daftar Pustaka
Suparmini dan Agustina T.W. 2015. Buku Ajar Masyarakat Desa dan Kota: Tinjauan
Geografis, Sosiologis, dan Historis. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Pranawa, Sigit. 2018. Materi Kuliah Studi Masyarakat Indonesia: Perbedaan Desa Kota.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Mulyadi, Yad dkk. 2014. Sosiologi SMA Kelas XII. Yudhistira. Jakarta.