Anda di halaman 1dari 5

Dimensi ekonomi politik dunia ketiga dalam sistem

perdagangan internasional
Fenomena Dunia Ketiga hingga disaat ini senantiasa menarik buat dikaji sebab
Dunia Ketiga identik dengan profil negara- negara yang tengah tumbuh yang masih
senantiasa bergulat dengan perjuangan melawan kemiskinan. Kemiskinan ialah salah satu
karakteristik dari keterbelakangan sesuatu negeri yang bagi perspektif model
ketergantungan ataupun model international structuralist tidak dapat dilepaskan dari
hubungannya dengan sistem internasional.
Didalam sistem internasional structuralist tidak dapat dilepaskan dari hubungannya
dengan sistem internasional. Didalam sistem internasional itu ada sub sistem perdagangan
yang didominasi oleh negara- negara maju yang diketahui dengan rezim perdagangan
internasional( international trade regiraes).
Guna memandang macam mana ikatan Dunia Ketiga ataupun negara- negara
tumbuh( developing couhtries) dengan negeri maju( developed countries), butuh dimengerti
lebih dahulu gimana sebutan Dunia Ketiga ini timbul. Leslie Wolf- Philips dalam tulisannya"
Why The Third World?" mengatakan kalau secara historis sebutan Dunia Ketiga
diungkapkan oleh Alfred Sauvy( 1952), pada waktu puncak perang dingin( cold war) buat
menyebut negara- negara yang lagi beikembang non- komunis diluar 2 kekuatan ialah blok
Barat yang dipimpln oleh Amerika Serikat( AS), serta blok Timur yang dipandu oleh ex Uni
Sovyet. Ungkapan ini timbul, erat kaitannya dengan proses kolonisasi pada akhir tahim
1950- an yang melahirkan Dunia Ketiga dalam sistem internasional.
Saat ini ini teidapat 128 negeri anggota Dunia Ketiga yang beipaitisipasi dalam
kelompok 77 dalam Perserikatan Bangsa- bangsa( PBB), yang 100 negeri antara lain ialah
negara- negaranon- blok ataupun non- alignment movement( NAM). NAM ialah aspek
berarti karena lewat organisasi ini posisi keijasama Dunia Ketiga dipersiapkan serta
dinegosiasikaa Seluruh gerakan sosial serta politik membutuhkan organisasi supaya bisa
memperjuangkan kepentingan mereka.
Dalam ikatan ini Dunia Ketiga sudah diterima selaku gerakan politik yang diakui oleh
sebagian besar aktor dalam sistemintenasional. Dunia Ketiga selaku sesuatu konsep yang
menarangkan terdapatnya sekelompok negara- negara yang mengalami suasana ekonomi
yang sebanding dikira oleh Hans Henrick Holm( 1990), sangat bergantung pada mekanisme
ekonomi yang sama ialah mekanisme ekonomi internasional yang bagi sebagian perspektif
tentang Dunia Ketiga dalam jangka menengah ataupun dalam jangka panjang tidak bisa jadi
sanggup memisahkan dirl dari mekanisme itu.
Alasan yang bisa diberikan dalam kaitan ini merupakan kalau sistem intemasional
dirancang bersumber pada dimensi negeri, tingkatan pembangunannya, serta kepentingan
mereka dalam lingkup ekonomi yang vital. Bersumber pada kriteria ini hingga sebagian
besar negeri Dunia Ketiga merupakan terbelakang ekonominya sebab Gross National
Products( GNP) Dunia Ketiga secara totalitas( lebih kurang US$2700 billion), lebih kecil dari
GNP Amerika Serikat( USA) yang menggapai US$ 3900 billion). Sebaliknya Cina selaku
negeri Dunia Ketiga yang terbanyak menciptakan GNP kurang dari 10%- nya GNP
USA( Journal of Peace Research, Vol 27, nomor. 1, 1990).
Suasana keterbelakangan Dunia Ketiga terjalin kala kapitalisme komersial serta
setelah itu kapitalisme industri yang diucap oleh Johan Galtung sebagaiimperialisme
intemasional meluas berhubungan dengan perekonomian non- industrial pasaran dunia
yang setelah itu menempati kedudukan- kedudukan yang berbeda- beda dalam struktur
merata sistem kapitalis intemasional. Dalam penafsiran ini beraiti ada perbandingan
keadaan antara perekonomian Dunia Ketiga dengan negara- negara maju dalam totalitas
sistem misalnya perbandingan sistem penciptaan, distribusi, tipe penciptaan( Dunia Ketiga
mengekspo rbahan mentah, sebaliknya negeri maju beberapa barang industri), serta
perbandingan posisi. Dampaknya terjalin struktur ikatan dominasi dari negera industri
terhadap Dunia Ketiga lewat kemampuan teknologi serta kapital yang meningkatkan
ketimpangan. Konsep keterbelakangan, semacam yang umumnya digunakan mengacu
kepada sesuatu tipe sistem ekonomi dengan sesuatu zona primer yang dominan, sesuatu
konsentrasi pemasukan besar, sedikit diversifikasi dalam sistem penciptaan, di pasar
ekstem jauh melebih pasar intern. Suasana keterbelakangan menghendaki lebih dari hanya
sesuatu petunjuk terdapatnya identitas struktural perekonomian terbelakang. Oleh karena itu
butuh dianalisis gimana perekonomian- perekonomian terbelakang yang biasanya dirasakan
oleh sebagian besar Dunia Ketiga, terpaut dengan pasar dunia serta ketergantungan pada
tingkatan sosio- politis historis, bermula dengan meluasnya perekonomian negara- negara
kapitalis pada awal mulanya.
Penetrasi negara- negara maju yang membentuk rezim perdangan intemasional,
memakai doktrin imperialisme yang digambaikanoleh James0Connor( 1970) antara lain
kalau kapitalisme bisa diidentifikasikan selaku neo- imperialisme yang memahami negeri
Dunia Ketiga tidak lagi bersumber pada prinsip kemampuan teritorial semacam kolonialisme
tradisional, melainkan lewat dominasi kapitalisme. Imperialisme merupakan sesi dominasi
kapitalis dilukiskan mempunyai basis antaralain, melaksanakan eksoor kaoital serta
membentok dominasi kapitalis pada tingkatan intemasional.
Dengan demikian bagi Galtung, imperialisme ialah salah satu metode untuk sesuatu
bangsa buat memahami bangsa lain bersumber pada pola yang bisa berlangsung lama
sebab banyak aspek yang memantapkan yang dibentuk didalamnya antara lain lewat
struktur interaksi feodal. Dominasi kapitalis pada akhimya memunculkan ikatan ataupun
interaksi yang timpang antara negeri Dunia Ketiga( Pinggiran) serta negara- negara
maju( Pusat) yang memunculkan 2 implikasi( Johan Galtung 1971):
1. tidak ada interaksi Pinggiran dengan bangsa- bangsa pusat lain.
2. tidak ada interaksi PuSat ataupun pinggiran dengan bangsa- bangsa Pinggiran
yang terletak pada bangsa- bangsa Pusat lain.

Kondisi ini pada akhimya memunculkan kesenjangan dalam zona ekonomi dalam
negeri negara- negara Dunia Ketigakarenakapitalisintemasionalhanya berhubungan dengan
negeri Pinggiran melaluisektormodemyaitu interaksi yang sifatnya vertikal. Interaksi veitikal
yang ialah salah satu daii mekanisme impgrialismg inilah yang dikira Johan
GaltimgmenyebabkanketiinpanganDunia dalam beibagai wujud semacam pertukaran
yangtimpangdiantaianegaraDunia Ketiga serta Negeri Maju. Kemudian dengan kondisi
semacam itu gimana posisi kekuatan politik negara- negara Dunis Ketiga dalam kaitan
dengan sistem intemasion^?. Hans–HenrikHolm( 1990), yang mengutip sebagian penulis
antara lain Harris( 1986), mengemukakan kalau Dunia Ketiga dalam proses menghilang. Ini
ialah pengakuan.
Selaku istilah untuk ilham yang i^ikal yang menempatkan altenatif politik serta
ekonom pada jadwal intemasional, Dunia Ketiga telah lenyap. Pengakuan kalau Dunia
Ketiga dalam proses menghilang didasarkan pada 3 alasan. Awal. Pievalensi ukuran Timur
serta Barat. Kedua. Kegagalan program update ekonomi serta politik intemasional. Ketiga.
usaha yang fhistasi dalam mewujudkan peitumbuhan ekonomi nasional yang independen.
Serta disamping itb Dunia Ketiga bukan lagi ialah konsep politik yang bermanfaat sebab
tidak terdapat lagi agreement yang mendasar didalam Dunia Ketiga tentang isyu- isyu
politik.
Didalam Dunia Ketiga ada ketidakseimbangan baik secara ekonomi ataupun politik
sehingga Dunia Ketiga tidak lagi jadi kekuatan politik yang dominan didalam sistem
intemasional. Dampaknya kala Dunia Ketiga menganjurkan buat membentuk Tata ekonomi
Intemasional Baru, tidak sukses ataupun kandas. Sebagian pengamat lain yang radikal
tentang Dunia Ketiga dalam kaitan dengan sistem internasional pula mulai meragukan
eksistensi politik Dunia Ketiga sehingga menyangka secara politis Dunia Ketiga teiah"
lenyap", ataupun setidak- tidaknya dalam proses menghilang sebagaimana yang
dikemukakan oleh Harris( 1986) selaku berikut:" The Third World is disappeaaring. Not the
countries them selves, nor the inhabitants, such less the poor World Health Organization so
poweriuU coloured the origi nal denifition ofthe concept, but the argu ment the rhetoric
remains, now tooth less, the decoration for squabbles over the pricing ofcommodities orflow
ofcapital".
Statemen ini didasarkan pada sebagian keadaan yang terjalin dalam kelompok
Dunia Ketiga ialah, konflik kepentingan yang menyebabakan Dunia Ketiga jadi teikotak-
kotak. Sebagian dari negara- negara Dunia Ketiga sudah menjadinegaraindustribaru
sepertiTaiwan, Hongkong, Korea selatan, yang beibeda kepentingannya dengan negeri
Dunia Ketiga yang lain. Setelah itu konflik kepentingan diantara negeri Dunia Ketiga yang
tergabung dalam kelompok pengekspor minyak( OPEC), yang kerap tidak menciptakan
konvensi dalam menetapkan batasan penciptaan. Tidak hanya itu bagi Harris, perbetlaan
politik memainkan pengingkatan kedudukan dalam
Dunia Ketiga dimana organisasi politik telah tidak sanggup membereskan konflik-
konflik politik internal diantara negara- negeri anggota. Pada pertemuan NAM di
Harare( 1986) serta di Nicosia( 1988), menengahi konflik semacam Sahara Barat, serta
Kampuchea telah menampilkan kesia- sian. Perpecahaan itu nampak pula kala tidak ada
konvensi daii negara- negara anggota NAM tentang calon pimpinan dari Selatan sehingga
Yugoslavia dinaikan selaku pimpinan. Ditatap daii perspektif ekonomi, Dunia Ketiga tidaklah
konsep yang sangat relevan sebab sistem ekonomi intenasional bagi Hans- Henrik Holm
merembes kesemua negeri sehingga seluruh negeri Dunia Ketiga bergantung pada
mekanisme ekonomi yang sama. Oleh sebab itu dia meragukan kesimpulan Harris.
Kekuatan Dunia Ketiga menumt Holm, bisa jadi lenyap pada sebagian bidang saja sehingga
Dunia Ketiga fhasih senantiasa eksis selaku aktor intemasional. Regionalisag ialah
kenyataan yang menguatkan keahlian Dunia Ketiga secara totalitas memobilisasi isyu- isyu
universal sebagaimana dilihat doroilgan buat tingkatkan kerjasama Selatan- Selatan.
Disamping itu pertumbuhan berarti dari institusi intemasional semacam Bank Dunia
dalam menyusun pengeitian yang seragam untuk kebijaksanaan update ekonomi Dunia
Ketiga, menghasilkan latar balik buat mendesak solidaritas politik( Pedersen 1988).
Penggalangan kekuatan poltik Dunia Ketiga optimis bisa dicoba kembali sebab pada waktu
yang sama, struktur internasional sudah berganti. Perandominan superpower serta
kekuatan- kekuatan lain telah beri curang. Perihal yang pula bisa dilihat merupakan,
keahlian Amerika Serikat selaku negeri" Pusat" buat menetapkan serta menyusun rezim
secara internasional telah menyusut. Saat ini perihal ini pula secara politik diterima oleh
administrasi Bush. Kerjasama Timur- Baratakanmenggaris bawahiini dengan kurangi
kepentingan intemasional kekuatan militeer( Kennedy 1988). Sebagaimana
Wallerstein( 1989). Menyangka kalau peluang diciptakan buat keaktifan dunia dengan
institusi intemasional yang lebih kokoh Ini hendak menguatkan kekuatan Dunia Ketiga.
Upaya pembuatan kerjasama- kerjasama ekonomi regional nampaknya hendak
memunculkan akibat politik internasional yang lumayan kokoh guna mengalami ketidak
seimbangan sistem perdagangan internasional. Teruji usulan Mahatir Muhammad tentang
pembuatan East Asia Economics Group( EAEG), ialah konsep perdagangan multilateral
Asia Timur, sudah memunculkan asumsi yang luas. Ini beraiti kekuatan Dunia Ketiga masih
senantiasa diperhitungkan, karena bila EAEG teibentuk, struktur perdagangan intemasional
hendak behibah. Serta tidak mustahilakan" mengecam" konsep) pasar tunggal Eropa 1992.
Penggalangan ini tidak gampang sebab sebagaimana yang dikemukan oleh Holm, diantara
bermacam aspek, kesukaran mobilisasi dari Dunia Ketiga diakibatkan minimnya pemimpin
yang bisa diterima yang sanggup terletak didepan. Dampaknya negara- negara semacam
India, Brasil, serta Zimbabwe, selaku kekuatan regional lenyap.
Secara politis keijasama- keijasama organisasi regional lebih berarti buat menunjang
kepentingan Dunia Ketiga, karena inkorporasi Dunia Ketiga pada realitasnya sudah diterima
selaku kelompok dalam nyaris mayoritas negosiasi- negosiasi serta organisasi- organisasi
internasional. Dalam realitas saat ini ini kerja dalam organisasi intemasional memiliki
perundingan diantara negara- negara. Fonnasi kelompok Dunia Ketiga sudah memforsir
baik Barat ataupun Timur buat membentuk group- group mereka. Sistem group dalam
UNCTAD merupakan contoh yang menonjol dari perihal ini. Dalam bulan Juni 1989,
keIompok77, bertem buat memeringati ulang tahim ke 25 kelompok ini dalam pertemuan itu
menciptakan Deklarasi Caracas yang menekankan kebutuhan buat mengintensi&an
keijasama Selatan- selatan serta tingkatkan keefektifan organisassi dari kelompok 77.
Kekuatan politik buat melaksanakan perundingan memanglah berarti sebab hingga
dikala ini perundingan ekonomi internasional diantara sebagian besar kekuatan- kekuatan
industri( kelompok 7), tidak memasukkan wakil- wakil dari Dunia Ketiga. Perwakilan di Bank
Dunia( ian IMF selaku contoh yang berhubungan dengan kekuatan ekonomi serta oiganisasi
didominasi oleh Barat Dunia Ketiga wajib mencari alternatif forum lewat perundingan global
hams dilakukah tems meski hingga dikala ini usaha itu masih kandas sebab sebagian besar
negara- negara Utara merintangi usaha- usaha tersebut. Kebeihasilan kerjasama dari
negara- negara Nordic serta SADCC dari Southem Africa yang secara efisien sanggup
menegosiasi sebagaian isyu- isyu global, menampilkan usaha konkrit sehingga kerjasama
mereka menghasilkan Tata ekonomi Intemasional Bam dalam wujud mim.
Dari penjelasan dimuka terus menjadi jelas kalau posist Dunia Ketiga dalam proses
perundingan dengan negeri industri dalam perdagangan intemasional mempakan m^alah
berarti bila dilihat dari kepentingan yang hams dipeijuangkan. Posisi ini cuma dapat direbut
lewat bermacam keijasama regional. Perihal yang berarti nampaknya bukan lagi terletak
pada polemik Dunia Ketiga Dunia Maju sebab mempersoalkan penggolongan ini percuma.
Lebih baik untuk Dunia Ketiga secara intemal menuntaskan bermacam konflik kepentingan
yang dialami sehingga sanggup membentuk keijasama tercantum kenaikan keijasama
diantara negara- negara anggota ASEAN. Konflik- konflik politik yang disebabkan oleh
pembenturan kepentingan semacam permasalahan kepulauari Sprately yang diklaim oleh
sebagian negeri ASEAN serta Cina hendak mempakan isyu yang dapat memecah
keijasama regional. Secara totalitas bisa dinilai kalau kekuatan politik Dunia Ketiga buat
melaksanakan perundingan untuk kepentingan ekonomi belum lenyap danmasih sanggup
buat dkembangkan lagi meski sebagian usaha semacam usulan pembuatan Tata Ekonomi
Internasional Bam sudah kandas.1

1
Syafaruddin Alwi “dimensi ekonomi politik dunia ketiga dalam sistem perdagangan internasional” diakses
dari https://journal.uii.ac.id/JEP/article/view/6546/5906
Daftar pustaka
Syafaruddin Alwi “dimensi ekonomi politik dunia ketiga dalam sistem perdagangan
internasional” diakses dari https://journal.uii.ac.id/JEP/article/view/6546/5906 pada 6
Desember 2021

Anda mungkin juga menyukai