1
GINANDJAR KARTASASMITA2
Beberapa hari yang lalu kita membaca sebuah pernyataan di harian ini
bahwa demokrasi dapat dinomorduakan. Ungkapan ini muncul karena
seolah-olah antara demokrasi dan kesejahteraan ada potensi untuk
bertentangan.
Kita bisa setuju atau tidak setuju dengan pandangan seperti itu, tetapi
yang menjadi persoalan adalah apakah benar demokrasi dapat menjadi
penghalang tercapainya kesejahteraan? Apakah demokrasi dan
kesejahteraan bukan merupakan dua sisi dari mata uang yang sama,
atau merupakan sebuah konsep yang sama dilihat dari sudut pandang
yang berbeda?
Paling dramatis
Negara-negara itu juga tinggal tunggu waktu saja untuk terbawa arus
demokratisasi, apabila telah memasuki apa yang dikenal sebagai "zona
transisi". Menurut Samuel Huntington (1991), negara otoriter dengan
pendapatan per kapita 1.000-3.000 dollar AS berada dalam zona transisi
tersebut. Argumentasi democratic threshold itu diperkuat oleh peneliti-
peneliti lain seperti Przeworski (2000) yang juga menemukan gejala
empiris yang sama.
Oleh sebab itulah, proses demokrasi yang benar dapat dilihat dari
tercapai tidaknya kesejahteraan sebagai tujuan akhirnya. Jika tidak ada
peningkatan kesejahteraan, yang salah bukanlah demokrasinya, tetapi
cara menjalankannya. ***