Anda di halaman 1dari 6

Pembelajaran Matematika SD

PDGK4406
TUGAS TUTORIAL 1

NAMA : AI DETI DAYANTI


NIM : 857508343
KELAS :1B
TUGAS TUTORIAL 1

Mata Kuliah : Pembelajaran Matematika SD

UT UPBJJ Bandung Pokjar PSM Garut

1. Sebutkan dan jelaskan beberapa teori belajar yang dapat diterapkan untuk
pengembangan dan perbaikan pembelajaran matematika.
Jawab :
Beberapa teori belajar yang dapat diterapkan untuk pengembangan dan perbaikan
pembelajaran matematika :
a) Teori Thorndike
Teori Thorndike disebut teori penyerapan, yaitu teori yang memandang peserta
didik selembar kertas putih , penerima pengetahuan yang siap menerima
pengetahuan secara pasif.
b) Teori Ausebel
Teori makna ( meaning theory ) dari Ausebel (Brownell dan Chazal )
mengemukakan pentingnya kebermaknaan pembelajaran, akan membuat
pelajaran lebih bermanfaat dan akan lebih mudah dipahami dan diingat oleh
peserta didik.
c) Teori Jean Piaget
Teori ini merekomendasikan perlunya mengamati tingkatan perkembangan
intelektual anak sebelum suatu bahan pelajaran matematika diberikan, terutama
untuk menyesuaikan “ keabstrakan “ bahan matematika dengan kemampuan
berpikir abstrak anak pada saat itu.
Penerapan dari teori piaget dalam pembelajaran matematika adalah perlunya
keterkaitan materi baru pelajaran matematika dengan bahan pelajaran matematika
yang telah diberikan, sehingga lebih memudahkan peserta didik dalam memahami
materi baru.
d) Teori Vygotsy
Teori Vygotsy berusaha mengembangkan model konstruktivistik belajar mandiri
dari piaget menjadi belajar kelompok. Dalam membangun sendiri kemampuannya
peserta didik dapat memperoleh pengetahuan melalui kegiatan yang beraneka
ragam dengan guru sebagai Fasilitator.
e) Teori Jerome Bruner
Teori Bruner berkaitan dengan perkembangan mental yaitu, kemampuan mental
anak berkembang secara bertahap mulai dari sederhana ke yang rumit, mulai dari
yang mudah ke yang sulit, dan mulai dari yang nyata atau konkret ke yang
abstrak.
Bruner menyebut tiga tingkatan yang perlu diperhatikan dalam
mengakomodasikan keadaan peserta didik, yaitu enactive, iconic, dan symbolic.
f) Pemecahan Masalah ( George Polya )
Pemecahan masalah merupakan realisasi dari keinginan meningkatkan
pembelajaran matematika sehinga peserta didik mempunyai pandangan atau
wawasan yang luas dan mendalam ketika menghadapi suatu masalah.
g) Teori Van Hiele ( Hierarkis Belajar Geometri )
Teori Van Hiele menyatakan bahwa eksistensi dari lima tingkatan yang berbeda
tentang geometric, yaitu level 0 ( visualisai), level 1 ( analisis), level 2 ( deduksi
informal ), level 3 ( deduksi ), dan level 4 ( rigor ).
h) RME ( Realistic Mathematics Education )
Teori ini dimaksudkan untuk memulai pembelajaran matematika dengan cara
mengaitkan dengan situasi dunia nyata disekitar siswa.
i) Peta Konsep
j) Peta konsep merupakan implementasi pembelajaran bermakna dari Ausebel yaitu
kebermaknaan yang ditunjukan dengan bagan atau peta, sehingga hubungan antar
konsep menjadi jelas, dan keseluruhan konsep teridentifikasi.
Pembuatan peta konep terhadap suatu materi matematika dapat dibuat oleh siswa
sebagai tugas individual atau kelompok pada akhir pembelajaran.

2. Jelaskan tentang pelaksanaan pembelajaran matematika yang kontruktivis !


Jawab :
Beberapa stategi pembelajaran matematika yang kontruktivistik antara lain :
a. Problems Solving
ciri utama problem solving ( pemecahan masalah ) pada matematika adalah
adanya masalah yang tidak rutin ( non-routine problem). masalah seperti ini
dirancang atau dibuat agar siswa tertantang untuk menyelesaikan , meskipun
peserta didik pada awalnya mengalami kesulitan mengerjakan pemecahan
masalah karena tidak ada aturan, prosedur atau langkah – langkah yang ssegera
dapat digunakan, mereka menjadi terbiasa memecahkan masalah setelah mereka
memperoleh banyak latihan.
b. Penyelidikan Matematis ( Mathematical Investigation)
Pendidikan matematis adalah penyelidikan tentang masalah yang dapat
dikembangkan menjadi model matematika, berpusat pada tema tertentu,
berorientasi pada kejadian atau eksplorasi mendalam, dan bersifat open-ended.
kegiatan belajar dapat berupa cooperative learning
c. Problem posing
Model pembelajaran pengajuan masalah ( problem posing ) merupakan metode
pembelajaran dengan tujuan mengaktifkan siswa agar berpikir kritis dengan cara
memancing siswa untuk menemukan masalah berdasarkan topic yang diberikan
sehingga menantang dan memotivasi siswa untuk menyelesaikannya. model
pembelajaran problem posing pertama kali dikenalkan oleh oleh ahli pendidikan
Brasil yaitu Paulo Freire pada tahun 1970 yang dituangkan dalam buku pedagogy
of the oppressed sebagai strategi pembelajaran, problem posing melibatkan tiga
keterampilan dasar yaitu : menyimak ( listening ), berdialog ( dialogue ), dan
tindakan ( action ).
d. Guided Discovery
Penemuan terbimbing (Guided discovery) adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang mana guru membimbing siswa – siswanya dengan menggunakan langkah –
langkah yang sistematis sehingga, mereka merasa menemukan sesuatu. Apa yang
diperoleh siswa bukan temuan – temuan baru bagi guru, tetapi bagi siswa dapat
mereka rasakan sebagai temuan baru.
e. Open Ended Problems
Open ended problems adalah pembelajaran terbuka yang memberikan kebebasan
individu untuk mengembangkan berbagai cara dan strategi pemecahan masalah
sesuai dengan kemampuan masing – masing peserta didik. pembelajaran berbasis
problem open ended memberikan ruang yang cukup bagi peserta didik untuk
mengeksplorasi permasalahan sesuai kemampuan, bakat dan minatnya, sehingga
peserta didik yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi dapat berpartisipasi
dalam berbagai kegiatan matematika, dan peserta didik dengan kemampuan lebih
rendah masih dapat menikmati kegiatan matematika sesuai dengan
kemampuannya.
f. Contextual Learning
Contextual learning adalah pengelolaan suasana belajar yang mengaitkan bahan
pelajaran dengan situasi dan/atau kehidupan sehari – hari, hal – hal yang faktual
atau keadaan nyata yang dialami siswa.
g. Cooperative Learning
Cooperative Learning adalah suatu metode pembelajaran atau strategi dalam
belajar dan mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja. Dengan kata lain pembelajaran dilakukan dengan membuat sejumlah
kelompok dengan jumlah peserta didik 2-5 anak yang bertujuan untuk saling
memotivasi antar anggotanya untuk saling membantu agar tujuan dapat tercapai
dengan maksimal.
3. Jelaskan suatu konsep matematika SD yang pernah saudara ajarkan . Jelaskan
pula media pembelajaran atau bahan manipulatif apa yang digunakan serta cara
kerjanya!
Jawab :

Konsep matematika SD yang pernah saya ajarkan di kelas I adalah konsep belajar

yang menggunakan strategi cooperative learning. yang mana konsep belajar ini

menekankan pada sikap atau prilaku bersama dalam bekerja. selain strategi

cooperative learning, pada materi penempatan bilangan ratusan, puluhan, dan satuan,

saya menggabungkannya dengan strategi contextual learning, yaitu pengelolaan

suasana belajar yang mengaitkan bahan pelajaran dengan situasi dan atau kehidupan

sehari-hari, hal-hal yang faktual atau keadaan nyata yang di alami siswa.

Sedangkan media pembelajaran atau bahan manipulative yang di gunakan adalah

bahan manipulative dari stik eskrim.

Langkah-langkah penggunaan alat peraga stik eskrim dalam pembelajaran adalah

sebagai berikut :

1. Guru membagi peserta didik dalam 5 kelompok sebagai grup diskusi.

2. Guru membagikan media atau alat peraga kemasing-masing kelompok.

3. Guru memberikan penjelasan mengenai alat peraga yang di gunakan.

Bilangan puluhan menggunakan stik eskrim berwarna merah, untuk nilai puluhan

dan yang satuan menggunakan stik eskrim berwarna hijau, bilangan yang akan

di hitung 1-50.
4. Guru menuliskan contoh soal penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 50

di papan tulis untuk latiahan menggunakan stik eskrim.

5. Peserta didik mengitung stik eskrim yang sudah di beri warna sesuai dengan

angkanya untuk menghitung penjumlahan dan pengurangan dengan teknik

menyimpan dan meminjam.

6. Peserta didik menulis di buku jumlah dari hasil tugas yang di berikan guru.

Anda mungkin juga menyukai