Anda di halaman 1dari 6

TUGAS AKHIR MODUL 4

KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK

NAMA: MASTURA
USERNAME: 19106018010128

PPG DALAM JABATAN


FKIP UNIVERSITAS NEGERI BENGKULU
Tugas Akhir Modul 4 Karakteristik Peserta Didik

Instructions
Di suatu kelas terdapat 30 siswa dengan rincian :
1. Jumlah laki-laki 20 orang, jumlah perempuan 10 orang
2. Status sosial 50% adalah anak dari pekerja buruh pabrik, 20 % PNS, dan 10 % adalah
pedagang, 20% adalah pegawai swasta/BUMN
3. Minat siswa 50% pada kegiatan olahraga, 10% pada aspek akademis, 20% pada kegiatan
seni, dan 20% pada aspek ketrampilan
4. Kemampuan siswa 40% pada batas bawah, 40% pada batas menengah, dan 20% pada
batas tinggi
5. Preferensi belajar 40% kinestetik, 30% visual, 30% auditory
Pertanyaan
1. Bagaimana cara mengelola kelas dan mengakomodasi pembelajaran dengan
karakteristik tersebut diatas (ambil 1sub tema pembelajaran/ 1 mapel)
2. Bagaimana mengembangkan kecerdasan majemuk dengan karakteristik diatas (ambil
1sub tema pembelajaran/ 1 mapel)
Jawab:
Identifikasi karakteristik umum peserta didik dapat dilihat pada tabel berikut:
Asfek karakteristik umum Rincian karakteristik Jumlah peserta didik
Laki-laki 20 orang
Gender
Perempuan 10 orang
Buruh pabrik 15 orang
PNS 6 orang
Status social / pekerjaan
Pedagang 3 orang
orang tua
Pegawai 6 orang
swasta/BUMN
Olah Raga 15 orang
Minat Akademis 3 orang
Seni 6 orang
Keterampilan 6 orang
Batas bawah 12 orang
Kemampuan siswa
Batas menengah 12 orang
6.
Batas atas 6 orang
Kinestetik 12 orang
7. Preferensi belajar
Visual 9 orang
Auditory 9 orang

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kelas “X” cukup Heterogen baik
darisegi pekerjaan orang tua, minat, kemampuan dan preferensi belajar. Hal ini
harus menjadi pertimbangan guru untuk penyelenggaraan pembelajaran dikelas ini.
Data tersebut, akan menjadi landasan guru dalam mendesain pembelajaran di kelas.
Untuk menjawab bagaimana cara mengolah kelas dan mengakomodasi pembelajaran dan
bagaimana mengembangkan kecerdasan majemuk dengan karakteristik peserta didik seperti
sajian table diatas?, maka penulis akan mencoba menguraikannya secara sederhana. Contohnya:
untuk tingkat SMA aspek gender sangat perlu untuk menjadi bahan pertimbangan guru, karena
peserta didik pada masa ini sudah mempunyai ketertarikan kepada lawan jenisnya dan untuk
meninbgkatkan motivasi belajarpeserta didik laki-laki cenderung lebih rendah. Maka guru harus
bijak dalam menentukan kelompok diskusi. Sebaiknya guru membagi kelompok secara
heterogen dalam setiap kelompok harus ada laki-laki dan perempuan.
Hal ini sesuai dengan Suprayekti dan Agustyarini (2015: 24) menjelaskan bahwa anak
laki-laki dan perempuan pada dasarnya memiliki pesamaan dan perbedaan. Perbedaannya pada
fisiologis dan biologis, peran, perilaku, kegiatan dan atribut di masyarakat. Sedangkan kesamaan
peran dalam hak dan kewajiban sesuai dengan adat istiadat, budaya masyarakat. Seperti
kesetaraan dalam memperoleh pekerjaan, peningkatan ilmu dan takwa serta mencapai cita-cita.
Dari kelas yang saya ajar terdapat sebagian besar laki-laki sehingga dalam pembelajaran terkesan
ribut dan kurang serius, maka sebagai guru saya sering menerapkan teori belajar behaviorisme
agar kelas dapat dikendalikan.
Guru juga harus membagi kelompok berdasarkan kemampuan peserta didik,
dalam tiap kelompok harus ada yang memiliki kemampuan rendah, menengah dan
tinggi. Yang memiliki kemampuan rendah dapat belajar dari teman yang memiliki
kemampuan tinggi dan yang memiliki kemampuan tinggi dapat membantu dan
memotivasi teman satu kelompoknya.
Seperti pada umumnya usia peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA) umumnya
berusia 15-17 tahun. Seperti yang dikatakan Piaget bahwa pada tahap usia tersebut peserta didik
sudah memasuki tahap operasional formal. Yaitu Telah memiliki kemampuan
mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif secara serentak maupun berurutan. Misalnya
kapasitas merumuskan hipotesis dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas
merumuskan hipotesis peserta didik mampu berfikir memecahkan masalah dengan menggunakan
anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan. Sedang dengan kapasitas menggunakan
prinsip-prinsip abstrak , peserta didik akan mampu mempelajari materi pelajaran yang abstrak,
seperti agama, matematika, dan lainnya. Sehingga dalam pembelajaran, saya sebagai guru sudah
mulai bisa memberikan variasi-variasi seperti diskusi kelompok atau problem solving, siswa juga
sudah memungkinkan untuk melakukan praktek langsung ke lapangan atau mengerjakan proyek
pembelajaran.
Sedangkan dari aspek status sosial, karena sebagian besar orang tua peserta
didik dikelas ini bekerja sebagai buruh dan bisa dikategorikan dari keluarga kurang
mampu, Seperti diketahui pada tabel kondisi karakter peserta didik di SMA bahwa kondisi
ekonomi peserta didik berasal dari kalangan menengah ke bawah, sehingga dalam proses
pembelajaran saya sebagai guru lebih sering menggunakan pendekatan yang mudah dimengerti
oleh peserta didik. Misalnya ketika belajar SPLTV maka saya akan mencontohkan pada aplikasi
pedagang kecil dalam SPLTV karena sebagian besar orang tua siswa adalah sebagai buruh
pabrik. Atau ketika materi perbandingan, saya sebagai guru sering mencontohkan dengan
pekerjaan bangunan gedung terkait dengan jumlah pekerja dan lama waktu bekerja. Tentu hal itu
adalah sesuatu yang sangat dekat dengan kondisi mereka secara ekonomi. Namun ada juga
beberapa siswa yang berasal dari keluarga mampu. Peserta didik dengan bervariasi status
ekonomi dan sosialnya harus menyatu untuk saling berinteraksi dan saling melakukan proses
pembelajaran. Perbedaan ini hendaknya tidak menjadi penghambat dalam melakukan proses
pembelajaran. Namun tidak dipungkiri kadang dijumpai status sosial ekonomi ini menjadi
penghambat dalam belajar secara kelompok. Oleh karena itu saya sebagai guru dituntut untuk
mampu mengakomodasi hal-hal seperti ini. Misal dalam proses pembelajaran pendidik jangan
sampai membeda-bedakan atau diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada peserta
didiknya. Dan juga dalam memberikan tugas-tugas juga yang sekiranya mampu diselesaikan oleh
semua peserta didik dengan latar belakang ekonomi sosial yang beragam.
Selain kemampuan kognitif pembagian kelompokjuga harus melihat minat siswa
contohnya dalam pembelajaran peserta didik yang memiliki minat olahraga dapat bertugas untuk
memotret setiap sudut sekolah, peserta didik yang memilikiminat akademis bisa mengatur
langkah-langkah untuk pembuatan brosur, peserta didik yang berminat seni dan keterampilan
bisa mengatur layout, pemilihan warna, dan sebagainya .
Multiple Intelligence
yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran ini antara lain :
1. Kecerdasan spasial, merupakan kecerdasan seseorang yang berdasar pada
kemampuan menangkap informasi visual atau spasial, mentransformasi dan
memodifikasinya, dan membentuk kembali gambaran visual tanpa stimulus
fisik yang asli. Kecerdasan ini tidak tergantung sensasi visual. Kemampuan
pokoknya adalah kemampuan untuk membentuk gambaran tiga dimensi dan
untuk menggerakkan atau memutar gambar tersebut. Individu yang domain
memiliki kecerdasan tersebut cenderung berfikir dalam pola-pola yang
berbentuk gambar. Mereka sangat menyukai bentuk bentuk peta, bagan,gambar, video
ataupun film sebagai media yang efektif dalam berbagai kegiatan
hidupsehari-hari. Contohnya peserta didik dapat menampilkan foto-foto
sekolah, gambar atau pun peta dari sekolah untuk menunjang brosur yang
mereka buat.
2. Kecerdasan bahasa, karena peserta didik juga diminta untuk membaca dan
memahamil i t e r a t u r y a n g b e r k a i t a n d e n g a n m a t e r i ( l a n g k a h -
l a n g k a h p e m b u a t a n b r o s u r / l e a f l e t ) kemudian setelah produk brosur selesai
peserta didik diminta untuk mempresentasikan did e p a n k e l a s l a ya k n y a o r a n g
y a n g m e l a k u k a n p r o m o s i p a d a m a s ya r a k a t , d a l a m h a l i n i membutuhkan
kemampuan komunikasi yang baik dan bisa menarik orang.
3. K e c e r d a s a n j a s m a n i k i n e s t e t i k , k a r e n a m e l a t i h p e s e r t a d i d i k
u n t u k m e m p e r o l e h i n f o r m a s i m e n g e n a i s e k o l a h ya n g m e n u n t u t
p e s e r t a d i d i k s e c a r a a k t i f b e r k e l i l i n g , mencari informasi, memotret dsb dalam
jangka waktu tertentu.
4. K e c e r d a s a n i n t e r p e r s o n a l , d a l a m h a l i n i p e s e r t a d i d i k m e n j a l i n h u b
u n g a n a t a u r e l a s i dengan orang lain. Hal ini ditandai dengan bagaimana
peserta didik bekerjasama denganteman pada kelompoknya dan
bertanya/mendapatkan informasi yang jelas dan tepat dariguru atau warga
sekolah yang terkait. Terakhir, pemetaan kelas, haruslah menjadi kunci pertama dalam
mendesain dan perencanaan pembelajaran mempertimbangkan pengetahuan awal dan
karakteristik belajar peserta didik akan membantu terbangunnya pola belajar yang
optimal.

Anda mungkin juga menyukai