Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TEORI PIAGET

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Teori Belajar

Diusun oleh Kelompok 1 :

1. Intan Rosdiana Arinda


2. Nur Rohmah Lailatul Qodriyah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI

TAHUN AJARAN 2022


BAB I

PEMBAHASAN

1. Biografi Piaget

Jean Piaget lahir pada tanggal 1989 di Neuhatel, Swiss, Ayahnya adalah seorang
professor dengan spesialis ahli sejarah abad pertengahan, ibunya adalah seorang yang
dinamis, inteligen dan takwa. Pada waktu umur 10 tahun ia sudah menerbitkan karangannya
yang pertama tentang burung pipit albino dalam majalah ilmu pengetahuan alam. ( Paul
Suparno, 2006:11).

Perkembangan pemikiran Piaget banyak dipengaruhi oleh Samuel Cornut sebagai bapak
pelindungnya, seorang ahli dari Swiss. Cornut mengamati bahwa Piaget selama masa remaja
sudah terlalu memusatkan pikirannya pada biologi, menurutnya ini dapat membuat pikiran
Piaget menjadi sempit. Oleh karena itu Cornut ingin mempengaruhi Piaget dengan
memperkenalkan filsafat. Ini semua membuat Piaget mulai tertarik pada bidang epistimologi,
suatu cabang filsafat mempelajari soal pengetahuan, apa itu pengetahuan dan bagaimana itu
pengetahuan diperoleh. Pada tahun 1916 Piaget menyelesaikan pendidikan sarjana dalam
bidang biologi di universitas Neuchatel. Dua tahun kemudian, pada umur 21 tahun Piaget
menyelesaikan disertasi tentang moluska dan memperoleh doktor filsafat. (Paul Suparno,
2006:12).

Setelah mempelajari dan tertarik dengan ilmu biologi, lalu kemudian ia mengalihkan
fokusnya ke perkembangan intelektual (termasuk tahap perkembangan anaknya sendiri ) dan
mulai pengaruh besar pada konsep kognitif dalam perkembangan kepribadian. Bersama
dengan istrinya yang bernama Valentine Catenay yang menikah pada tahun 1923, ia awal
mulanya meneliti anaknya sendiri yang lahir pada tahun 1925, 1927 dan 1931 dan hasil
pengamatan tersebut di publikasikan dalam the origins of inteligence in children dan the
construction of reality in the child pada bab yang membahas tahap sensorimotor. (Loward S.
Friedman & Miriam W. Schhuctarc, 2006:259). Dalam dekade hidup Piaget hingga akhirnya,
ia telah menulis lebih dari 60 buku dan ratusan artikel. Jean Piaget meninggal di Genewa
pada tangggal 16 September 1980. Ia adalah salah satu tokoh psikologi penting di abad ke-
20. (Ladius Naisaban, 2006:324).

2. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget

Piaget lebih menitik beratkan pembahasannya pada struktur kognitif. Ia meneliti dan
menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980. Berbeda dengan
para ahli-ahli psikologi sebelumnya. Ia menyatakan bahwa cara berfikir anak bukan hanya
kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga
berbeda secara kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan
intelektual individu serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan individu
mengamati ilmu pengetahuan. (Laura A. King:152). Piaget mengemukakan penjelasan
struktur kognitif tentang bagaimana anak mengembangkan konsep dunia di sekitar mereka.
(Loward s. Friedman and Miriam. W. Schustack. 2006: 59).

Teori Piaget sering disebut genetic epistimologi (epistimologi genetik) karena teori ini
berusaha melacak perkembangan kemampuan intelektual, bahwa genetic mengacu pada
pertumbuhan develop mental bukan warisan biologis (keturunan). (B.R. Hergenhahn &
Matthew H. Olson, 2010: 325). Menurut Piaget, anak dilahirkan dengan beberapa skemata
sensorimotor, yang memberi kerangka bagi interaksi awal anak dengan lingkungannya.
Pengalaman awal si anak akan ditentukan oleh skemata sensorimotor ini. Dengan kata lain,
hanya kejadian yang dapat diasimilasikan ke skemata itulah yang dapat di respons oleh si
anak, dan karenanya kejadian itu akan menentukan batasan pengalaman anak. Tetapi melalui
pengalaman, skemata awal ini dimodifikasi. Setiap pengalaman mengandung elemen unik
yang harus di akomodasi oleh struktur kognitif anak. Melalui interaksi dengan lingkungan,
struktur kognitif akan berubah, dan memungkinkan perkembangan pengalaman terus-
menerus. Tetapi menurut Piaget, ini adalah proses yang lambat, karena skemata baru itu
selalu berkembang dari skemata yang sudah ada sebelumnya. Dengan cara ini, pertumbuhan
intelektual yang dimulai dengan respons refleksif anak terhadap lingkungan akan terus
berkembang sampai ke titik di mana anak mampu memikirkan kejadian potensial dan mampu
secara mental mengeksplorasi kemungkinan akibatnya. Interiorisasi menghasilkan
perkembangan operasi yang membebaskan anak dari kebutuhan untuk berhadapan langsung
dengan lingkungan karena dalam hal ini anak sudah mampu melakukan manipulasi simbolis.
Perkembangan operasi (tindakan yang diinteriorisasikan) memberi anak cara yang kompleks
untuk menangani lingkungan, dan oleh karenanya, anak mampu melakukan tindakan
intelektual yang lebih kompleks. Karena struktur kognitif anak lebih terartikulasikan.
Demikian pula lingkungan fisik anak, jadi dapat dikatakan bahwa struktur kognitif anak
mengkonstruksi lingkungan fisik. ( B.R. Hergenhahn and Matthew H. Olson, 2010:325)

3. Perkembangan Intelektual
Struktur Untuk sampai pada pengertian struktur, diperlukan suatu pengertian yang erat
hubungannya dengan struktur yaitu pengertian operasi. Piaget berpendapat bahwa ada
hubungan fungsional antara tindakan fisik dan tindakan mental dan perkembangan berfikir
logis anak-anak. Tindakan (action) menuju pada perkembangan operasi dan operasi
selanjutnya menuju pada perkembangan struktur. ( Ratna Wilis Dahar, 2011:34). Operasi-
operasi ini mempunyai empat ciri, yaitu:

Pertama, Operasi merupakan tindakan yang terinternalisasi. Ini berarti antara tindakan-
tindakan itu. Baik tindakan mental maupun tindakan fisik tidak terdapat pemisah-misah,
misalnya seorang anak mengumpulkan semua kelerang kuning dan merah, tindakannya ialah
merupakan baik tindakan mental maupun fisik. Secara fisik ia memindahkan kelereng-
kelereng itu, tetapi tindakannya itu dibimbing oleh hubungan “sama” dan “berbeda” yang
diciptakannya dalam pikirannya. Kedua, Operasi-operasi itu reversible. Misalnya menambah
dan mengurangi merupakan operasi yang sama yang dilakukan dengan arah yang
berlawanan. Sebagai contoh: 2 dapat ditambahkan dengan 1 untuk memperoleh 3, atau 1
dapat dikurangi dari 3 untuk memperoleh 2. Ketiga, tidak ada operasi yang berdiri sendiri.
Suatu operasi selalu berhubungan dengan struktur atau sekumpulan operasi. Misalnya
operasi penambahan-pengurangan berhubungan dengan operasi klasifikasi, pengurutan, dan
konservasi bilangan. Operasi itu asli saling membutuhkan. Jadi operasi itu adalah tindakan-
tindakan mental yang terinternalisasi, reversible, tetap dan terintegrasi dengan struktur-
struktur dan operasi-operasi lainnya. Selanjutnya yang terakhir struktur juga disebut skemata
merupakan organisasi mental yang tinggi, satu tingkat lebih tinggi dari individu waktu ia
berinteraksi dengan lingkungannya. Struktur yang terbentuk lebih memudahkan individu itu
menghadapi tuntutan-tuntutan yang makin meningkat dari lingkungannya. Diperolehnya
suatu struktur atau skemata berarti telah terjadi suatu perubahan dalam perkembangan
intelektual anak ( Ratna Wilis Dahar, 2011:134).

Isi Hal yang dimaksud dengan isi ialah pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada
respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi-situasi yang dihadapinya.
Anatara tahun 1920 dan 1930 perhatian Piaget dalam penelitiannya tertuju pada isi pikiran
anak, misalnya perubahan dalam kemampuan penalaran semenjak kecil sekali hingga agak
besar, konsepsi anak tentang alam sekitarnya yaitu pohon-pohon, matahari, bulan, dan
konsepsi tentang beberapa peristiwa alam. ( Ratna Wilis Dahar, 2011:134)

FungsiFungsi ialah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan-kemajuan


intelektual. Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada 2 fungsi yaitu
organisme dan adaptasi. ( Ratna Wilis Dahar, 2011:135). Fungsi organisme untuk
mensistematikkan proses fisik atau psikologi menjadi sistem yang teratur dan berhubungan
atau berstruktur, seperti halnya seorang bayi mempunyai struktur-struktur perilaku untuk
memfokuskan visual dan memegang benda secara terpisah. Pada suatu saat dalam
perkembangannya, bayi itu dapat mengorganisasi kedua struktur perilaku ini menjadi
struktur tingkat tinggi dengan memegang suatu benda sambil melihat benda itu, dengan
organisasi, struktur fisik dan psikologis diintergrasi menjadi struktur tingkat tinggi. Piaget
melihat perkembangan intelektual sebagai proses membangun model realitas dalam diri
dalam rangka memperoleh informasi mengenai cara-cara membangun gambaran batin
tentang dunia luar, sebagian besar masa kecil kita dihabiskan untuk aktif mempelajari diri
kita sendiri dan dunia luar. Mungkin anda pernah memperhatikan, anak-anak yang masih
sangat belia pun sudah punya rasa ingin tahu yang besar tentang kemampuan diri dan
lingkungan sekitarnya. (Ratna Wilis Dahar, 2011:136). Fungsi kedua yang melandasi
perkembangan intelektual ialah adaptasi. Sebagai proses penyesuaian skema dalam
merespon lingkungan melalui proses yang tidak dipisahkan, yaitu: Asimilasi ialah penyatuan
(pengintegrasian) informasi, persepsi, konsep dan pengalaman baru kedalam yang sudah ada
dalam benak seseorang. (Wina Sanjaya, 2010:132). Dalam proses asimilasi seseorang
menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah ada untuk menghadapi masalah yang
dihadapinya dalam lingkungannya. (Ratna Wilis, 2011:135)

Akomodasi ialah individu mengubah dirinya agar bersesuaian dengan apa yang diterima
dari lingkungannya. (Mohd. Surya, 2003:56). Sebagai proses penyesuaian atau penyesuian
atau penyusunan kembali skema ke dalam situasi yang baru. ( Riyanto Yatim, 2009:123).
Proses penyerapan ini saling berkaitan, sebagai contoh ketika seorang anak belum
mengetahui/mengenal api, suatu hari anak merasa sakit karena terpercik api, maka
berdasarkan pengalamannya terbentuk struktur penyesuaian skema pada struktur kognitif
anak tentang “api” bahwa api adalah sesuatu yang membahayakan oleh karena itu harus
dihindari, ini dinamakan adaptasi. Dengan demikian, ketika ia melihat api, secara refleks ia
akan menghindar. Semakin anak dewasa, pengalaman anak tentang api bertambah pula.
Ketika anak melihat ibunya memasak memakai api, ketika anak melihat bapaknya merokok
menggunakan api, maka skema yang telah terbentuk disempurnakan, bahwa api bukan harus
dihindari tetapi dapat dimanfaatkan. Proses penyesuaian skema tentang api yang dilakukan
oleh anak itu dinamakan asimilasi. Semakin anak dewasa, pengalaman itu semakin
bertambah pula. Ketika anak melihat bahwa pabrik-pabrik memerlukan api, setiap kenderaan
memerlukan api, dan lain sebagainya, maka terbentuklah skema baru tentang api. bahwa api
bukan harus dihindari dan juga bukan hanya sekedar dapat dimanfaatkan, akan tetapi api
sangat dibutuhkan untuk kehidupan manusia. Proses penyempurnaan skema itu dinamakan
proses akomodasi. ( Wina Sanjaya, 2010:132)

4. Tahap Perkembangan Kognitif


Menurut Piaget, tahap perkembangan inteluektual anak secara kronologis terjadi 4 tahap.
Urutan tahap-tahap ini tetap bagi setiap orang, akan tetapi usia kronologis memasuki setiap
tahap bervariasi pada setiap anak. Keempat tahap dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Tahap sensorimotor : umur 0 – 2 tahun.
(Ciri pokok perkembangannya anak mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya serta
mempelajari permanensi obyek)
Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir sampai sekitar
berumur 2 tahun. Tahap ini disebut tahap sensorimotor oleh Piaget. Pada tahap
sensorimotor, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadapt
lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamak, mendengar, membau dan lain-lain. Pada
tahap sensorimotor, gagasan anak mengenai suatu benda berkembang dari periode “belum
mempunyai gagasan” menjadi “ sudah mempunyai gagasan”. Gagasan mengenai benda
sangat berkaitan dengan konsep anak tentang ruang dan waktu yang juga belum
terakomodasi dengan baik. Struktur ruang dan waktu belum jelas dan masih terpotong-
potong, belum dapat disistematisir dan diurutkan dengan logis. Menurut Piaget, mekanisme
perkembangan sensorimotor ini menggunakan proses asimilasi dan akomodasi. Tahap-tahap
perkembangan kognitif anak dikembangkan dengan perlahan-lahan melalui proses asimilasi
dan akomodasi terhadap skema-skema anak karena adanya masukan, rangsangan, atau
kontak dengan pengalaman dan situasi yang baru. Piaget membagi tahap sensorimotor dalam
enam periode, yaitu:
Periode 1 : Refleks (umur 0 – 1 bulan): Periode paling awal tahap sensorimotor adalah
periode refleks. Ini berkembang sejak bayi lahir sampai sekitar berumur 1 bulan. Pada
periode ini, tingkah laku bayi kebanyak bersifat refleks, spontan, tidak disengaja, dan tidak
terbedakan. Tindakan seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari luar yang
ditanggapi secara reflex
Periode 2 : Kebiasaan (umur 1 – 4 bulan): Pada periode perkembangan ini, bayi mulai
membentuk kebiasan-kebiasaan pertama. Kebiasaan dibuat dengan mencoba-coba dan
mengulang-ngulang suatu tindakan. Refleks-refleks yang dibuat diasimilasikan dengan
skema yang telah dimiliki dan menjadi semacam kebiasaan, terlebih dari refleks tersebut
menghasilkan sesuatu. Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan benda-benda di
dekatnya. Ia mulai mengaakan diferensiasi akan macam-macam benda yang dipegangnya.
Pada periode ini pula, koordinasi tindakan bayi mulai berkembang dengan penggunaan mata
dan telinga. Bayi mulai mengikuti benda yang bergerak dengan matanya. Ia juga mulai
menggerakkan kepala kesumber suara yang ia dengar. Suara dan penglihatan bekerja
bersama. Ini merupakan suatu tahap penting untuk menumbuhkan konsep benda.
Periode 3 : Reproduksi kejadian yang menarik (umur 4 – 8 bulan): Pada periode ini,
seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya
(Piaget dan Inhelder 1969). Tingkah laku bayi semakin berorientasi pada objek dan kejadian
di luar tubuhnya sendiri. Ia menunjukkan koordinasi antara penglihatan dan rasa jamah.
Pada periode ini, seorang bayi juga menciptakan kembali kejadian-kejadian yang menarik
baginya. Ia mencoba menghadirkan dan mengulang kembali peristiwa yang menyenangkan
diri (reaksi sirkuler sekunder). Piaget mengamati bahwa bila seorang anak dihadapkan pada
sebuah benda yang dikenal, seringkali hanya menunjukkan reaksi singkat dan tidak mau
memperhatikan agak lama. Oleh Piaget, ini diartikan sebagai suatu “pengiaan” akan arti
benda itu seakan ia mengetahuinya.
Periode 4 : Koordinasi Skemata (umur 8 – 12 bulan): Pada periode ini, seorang bayi
mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya. Ia sudah mulai menggunakan
sarana untuk mencapai suatu hasil. Sarana-sarana yang digunakan untu mencapai tujuan atau
hasil diperoleh dari koordinasi skema-skema yang telah ia ketahui Bayi mulai mempunyai
kemampuan untuk menyatukan tingkah laku yang sebelumnya telah diperoleh untuk
mencapai tujuan tertentu. Pada periode ini, seorang bayi mulai membentuk konsep tentang
tetapnya (permanensi) suatu benda. Dari kenyataan bahwa dari seorang bayi dapat mencari
benda yang tersembunyi, tampak bahwa ini mulai mempunyaikonsep tentang ruang.
Periode 5 : Eksperimen (umur 12 – 18 bulan): Unsur pokok pada perode ini adalah
mulainya anak memperkembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan cara
mencoba-coba (eksperimen) bila dihadapkan pada suatu persoalan yang tidak dipecahkan
dengan skema yang ada, anak akan mulai mecoba-coba dengan Trial and Error untuk
menemukan cara yang baru guna memecahkan persoalan tersebut atau dengan kata lain ia
mencoba mengembangkan skema yang baru. Pada periode ini, anak lebih mengamati benda-
benda disekitarnya dan mengamati bagaimana benda-benda di sekitarnya bertingkah laku
dalam situasi yang baru. Menurut Piaget, tingkah anak ini menjadi intelegensi sewaktu ia
menemukan kemampuan untuk memecahkan persoalan yang baru. Pada periode ini pula,
konsep anak akan benda mulai maju dan lengkap. Tentang keruangan anak mulai
mempertimbangkan organisasi perpindahan benda-benda secara menyeluruh bila benda-
benda itu dapat dilihat secara serentak.
Periode Refresentasi (umur 18 – 24 bulan): Periode ini adalah periode terakhir pada tahap
intelegensi sensorimotor. Seorang anak sudah mulai dapat menemukan cara-cara baru yang
tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal, tetap juga dengan koordinasi internal
dalam gambarannya. Pada periode ini, anak berpindah dari periode intelegensi sensori motor
ke intelegensi refresentatif. Secara mental, seorang anak mulai dapat menggambarkan suatu
benda dan kejadian, dan dapat menyelesaikan suatu persoalan dengan gambaran tersebut.
Konsep benda pada tahap ini sudah maju, refresentasi ini membiarkan anak untuk mencari
dan menemukan objek-objek yang tersembunyi. Sedangkan konsep keruangan, anak mulai
sadar akan gerakan suatu benda sehingga dapat mencarinya secara masuk akal bila benda itu
tidak kelihatan lagi. Karakteristik anak yang berada pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a) Berfikir melalui perbuatan (gerak);
b) Perkembangan fisik yang dapat diamati adalah gerak-gerak refleks sampai
ia dapat berjalan dan bicara;
c) Belajar mengkoordinasi akal dan geraknya; dan d) Cenderung intuitif
egosentris, tidak rasional dan tidak logis.
1) Tahap Pra operasional : umur 2 -7 tahun.
(Ciri pokok perkembangannya adalah penggunaan symbol/bahasa tanda dan
konsep intuitif)
Istilah “operasi” di sini adalah suatu proses berfikir logik, dan merupakan aktivitas
sensorimotor. Dalam tahap ini anak sangat egosentris, mereka sulit menerima pendapat
orang lain. Anak percaya bahwa apa yang mereka pikirkan dan alami juga menjadi pikiran
dan pengalaman orang lain. Mereka percaya bahwa benda yang tidak bernyawa mempunyai
sifat bernyawa.
Tahap pra operasional ini dapat dibedakan atas dua bagian. Pertama, tahap pra konseptual
(2-4 tahun), dimana representasi suatu objek dinyatakan dengan bahasa, gambar dan
permainan khayalan. Kedua, tahap intuitif (4-7 tahun). Pada tahap ini representasi suatu
objek didasarkan pada persepsi pengalaman sendiri, tidak kepada penalaran. Karakteristik
anak pada tahap ini adalah sebagai berikut: 1) Anak dapat mengaitkan pengalaman yang ada
di lingkungan bermainnya dengan pengalaman pribadinya, dan karenanya ia menjadi egois.
Anak tidak rela bila barang miliknya dipegang oleh orang lain; 2) Anak belum memiliki
kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang membutuhkan pemikiran “yang
dapat dibalik (reversible).” Pikiran mereka masih bersifat irreversible; 3) Anak belum
mampu melihat dua aspek dari satu objek atau situasi sekaligus, dan belum mampu bernalar
(reasoning) secara individu dan deduktif; 4) Anak bernalar secara transduktif (dari khusus ke
khusus). Anak juga belum mampu membedakan antara fakta dan fantasi. Kadang-kadang
anak seperti berbohong. Ini terjadi karena anak belum mampu memisahkan kejadian
sebenarnya dengan imajinasi mereka; 5) Anak belum memiliki konsep kekekalan (kuantitas,
materi, luas, berat dan isi); 6) Menjelang akhir tahap ini, anak mampu memberi alasan
mengenai apa yang mereka percayai. Anak dapat mengklasifikasikan objek ke dalam
kelompok yang hanya mempunyai satu sifat tertentu dan telah mulai mengerti konsep yang
konkrit.
2) Tahap operasi kongkret : umur 7 – 11/12 tahun. (Ciri pokok perkembangannya
anak mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian konkret)
Tahap operasi konkret (concrete operations) dicirikan dengan perkembangan system
pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah
memperkembangkan operasi-oprasi logis. Operasi itu bersifat reversible, artinya dapat
dimengerti dalam dua arah, yaitu suatu pemikiran yang dapat dikemblikan kepada awalnya
lagi. Tahap opersi konkret dapat ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa-apa
yang kelihatan nyata/konkret.
Ciri-ciri operasi konkret yang lain, yaitu: 1) Adaptasi dengan gambaran yang
menyeluruh: Pada tahap ini, seorang anak mulai dapat menggambarkan secara menyeluruh
ingatan, pengalaman dan objek yang dialami. Menurut Piaget, adaptasi dengan lingkungan
disatukan dengan gambaran akan lingkunganitu; 2)Melihat dari berbagai macam segi: Anak
pada tahap ini mulai mulai dapat melihat suatu objek atau persoalan secara sediki
menyeluruh dengan melihat apek-aspeknya. Ia tidak hanya memusatkan pada titik tertentu,
tetapi dapat bersam-sam mengamati titik-titik yang lain dalam satu waktu yang bersamaan;
3) Seriasi: Proses seriasi adalah proses mengatur unsur-unsur menurut semakin besar atau
semakin kecilnya unsur-unsur tersebut. Menurut Piaget , bila seorang anak telah dapat
membuat suatu seriasi maka ia tidak akan mengalami banyak kesulitaan untuk membuat
seriasi selanjutnuya; 4) Klasifikasi: Menurut Piaget, bila anak yang berumur 3 tahun dan 12
tahun diberi bermacam-maam objek dan disuruh membuat klasifikasi yang serupa menjadi
satu, ada beberapa kemungkinan yang terjadi; 5) Bilangan: Dalam percobaan Piaget,
ternyata anak pada tahap praoperasi konkret belum dapat mengerti soal korespondensi satu-
satu dan kekekalan, namun pada tahap tahap operasi konkret, anak sudah dapat mengerti
soal karespondensi dan kekekalan dengan baik. Dengan perkembangan ini berarti konsep
tentang bilangan bagi anak telah berkembang; 6) Ruang, waktu, dan kecepatan: Pada umur 7
atau 8 tahun seorang anak sudah mengerti tentang urutan ruang dengan melihat intervaj
jarak suatu benda. Pada umur 8 tahun anak sudan sudah sapat mengerti relasi urutan waktu
dan jug akoordinasi dengamn waktu, dan pada umur 10 atau 11 tahun, anak sadar akan
konsep waktu dan kecepatan; 7)Probabilitas: Pada tahap ini, pengertian probabilitas sebagai
suatu perbandingan antara hal yang terjadi dengan kasus-kasus yang mulai terbentuk; dan 8)
Penalaran: Dalam pembicaraan sehari-hari, anak pada tahap ini jarang berbicara dengan
suatu alasan,tetapi lebih mengatakan apa yang terjadi. Pada tahap ini, menurut Piaget masih
ada kesulitan dalam melihat persoalan secara menyeluruh; 9) Egosentrisme dan Sosialisme:
Pada tahap ini, anak sudah tidak begitu egosentris dalam pemikirannya. Ia sadar bahwa
orang lain dapat mempunyai pikiran lain.
3) Tahap operasi formal: umur 11/12 ke atas. (Ciri pokok perkembangannya adalah
hipotesis, abstrak, dan logis)
Tahap operasi formal (formal operations) merupakan tahap terakhir dalam perkembangan
kognitif menurut Piaget. Pada tahap ini, seorang remaja sudah dapat berpikir logis, berpikir
dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat
mengambil kesimpulan lepas dari apa yang dapat diamati saat itu. Cara berpikir yang abstrak
mulai dimengerti. Sifat pokok tahap operasi formal adalah
Pemikiran Deduktif Hipotesis: Pemikiran deduktif adalah pemikiran yang menarik
kesimpulan yang spesifi dari sesuatu yang imim. Kesimpulan benar hanya jika premis-
premis yang dipakai dalam pengambilan keputusan benar. Alasan deduktif hipotesis adalah
alasan/argumentasi yang berkaitan dengan kesimpulan yang ditarik dari premis-premis yang
masih hipotetis. Jadi, seseorang yang mengambil kesimpulan dari suatu proposisi yang
diasumsikan, tidak perlu berdasarkan dengan kenyataan yang real. Dalam pemikiran remaja,
Piaget dapat mendeteksi adaanya pemikiran yang logis, meskipun para remaja sendiri pada
kenyataannya tidak tahu atau belum menyadari bahwa cara berpikir mereka itu logis.
Dengan kata lain, model logis itu lebih merupakan hasil kesimpulan Piaget dalam
menafsirkan ungkapan remaja, terlepas dari apakah para remaja sendiri tahu atau tidak.
Pemikiran Induktif Sintifik: Pemikiran induktif adalah pengambilan kesimpulan yang
lebih umum berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus. Pemikiran ini disebut juga dengan
metode ilmiah. Pada tahap pemikiran ini, anak sudah mulai dapat membuat hipotesis,
menentukan eksperimen, menentukan variabel control, mencatat hasi, dan menarik
kesimpulan. Disamping itu mereka sudah dapat memikirkan sejumlah variabel yang berbeda
pada waktu yang sama.
Pemikiran Abstraksi Reflektif: Menurut Piaget, pemikiran analogi dapat juga
diklasifikasikan sebagai abstraksi reflektif karena pemikiran itu tidak dapat disimpulkan dari
pengalaman.
5. Tingkatan Perkembangan Intelektual
KedewasaanPerkembangan sistem saraf sentral yaitu otak, koordinasi motorik dan
manifestasi fisik lainnya menpengaruhi perkembangan kognitif. Kedewasaan atau maturasi
merupakan faktor penting dalam perkembangan intektual. ( Matt Jarvis, 2011:141).
Penalaran Moral Interaksi dengan lingkungan fisik digunakan anak untuk
mengabstrakkan berbagai sifat fisik benda-benda. Bila seorang anak menjatuhkan sebuah
benda dan menemukan bahwa benda itu pecah atau bila ia menempatkan benda itu dalam
air, kemudian ia melihat bahwa benda itu terapung ia sudah terlibat dalam proses abstraksi
sederhana atau abstraksi empiris. Pengalaman ini disebut pengalaman fisik untuk
membedakannya dengan pengalaman logika-matematika, tetapi secara paradoks pengalaman
fisik ini selalu melibatkan asimilasi pada struktur-struktur logika-matematika. Pengalaman
fisk ini meningkatkan kecepatan perkembangan anak sebab observasi benda-benda serta
sifat-sifat benda itu menolong timbulnya pikiran yang lebih kompleks. ( Matt Jarvis,
2011:141).
Pengalaman Logika-MatematikaPengalaman yang dibangun oleh anak, yaitu ia
membangun atau menkonstruks hubungan-hubungan antara objek-objek. Sebagai contoh
misalnya, anak yang sedang menghitung beberapa kelereng yang dimilikinya dan ia
menemukan “sepuluh” kelereng. Konsep “sepuluh” bukannya sifat kelereng-kelereng itu,
melainkan suatu kontruksi lain yang serupa, yang disebut pengalaman logika-matematika.
( Matt Jarvis, 2011:141).
Transmisi SosialDalam tansmisi sosial, pengetahuan itu datang dari orang lain, seperti
pengaruh bahasa, instruksi formal dan membaca, begitu pula interaksi dengan teman-teman
dan orang-orang dewasa termasuk faktor transmisi sosial dan memegang peranan dalam
perkembangan. (Matt Jarvis, 2011:142).
Pengaturan SendiriPengaturan sendiri atau ekuilibrasi adalah kemampuan untuk
mencapai kembali keseimbangan (equilibrium) selama periode ketidakseimbangan
(disequlibrium). Ekuilibrasi merupakan suatu proses untuk mencapai tingkat-tingkat
berfungsi kognitif yang lebih tinggi melalui asimilasi dan akomodasi tingkat demi tingkat.
( Matt Jarvis, 2011:143). Jika pengaturan sendiri sudah dimiliki anak, ia mampu
menjelaskan hal-hal yang dirasakan anak dari lingkungannya, kondisi ini dinamakan
equilibrium. Namun ketika anak menghadapi situasi baru yang tidak bisa dijelaskan dengan
pengaturan diri yang sudah ada, anak mengalami sensasi disequlibrium yang tidak
menyenangkan. Secara naluriah, kita disarankan untuk memperoleh pemahaman tentang
dunia dan menghindari disequlibrium. (Matt Jarvis, 2011:142).
6. Kritikan Terhadap Teori Piaget

Kebanyakan ahli psikologi sepenuhnya menerima prinsip-prinsip umum teori Piaget


bahwa pemikiran anak-anak pada dasarnya berbeda dengan pemikiran orang dewasa, dan
jenis logika itu berubah seiring dengan bertambahnya usia. Namum ada juga peneliti yang
meributkan detil-detil penemuan Piaget, terutama mengenai usia ketika anak mampu
menyelesaikan tugas-tugas spesifik.

 Pada sebuah studi klasik Mc.Garrigle dan Donalson menyatakan bahwa anak sudah
mampu memahami konservasi dalam usia yang lebih muda daripada usia yang diyakini
oleh Piaget.
 Studi lain yang mengkritik teori Piaget bahwa anak-anak baru mencapai pemahaman
tentang objek permanen pada usia di atas 6 bulan. Balillargeoan dan De Vos anak
diamati sampai mereka berusia 18 tahun, dan diuji dengan berbagai tugas operasional
formal berdasarkan tugas-tugas yang dipakai Piaget, termasuk pengujian hipotesis.
Mayoritas anak-anak itu memang belum mencapai tahap operasional formal. Hal ini
sesuai dengan studi Mc. Garrigle dan Donalson dan Balillargeoan dan De Vos yang
menyatakan bahwa Piaget meremehkan kemampuan anak-anak kecil dan terlalu menilai
tinggi kemampuan anak-anak yang lebih tua dan belum lama ini, Bradmentz menguji
pernyataan Piaget bahwa mayoritas anak mencapai formal pada akhir masa kanak-
kanak. ( George Boeree,2008:368).Inilah yang menjadi pertentangan dan kritikan di
antara para ahli psikologi. Tetapi beberapa psikolog percaya bahwa kita tidak boleh
meninggalkan semua teori Piaget, mereka ini yang dinamakan aliran neo-Piagetian.
7. Beberapa Konsep dalam Teori Piaget.

Ada beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah memahami teori
perkembangan kognitif atau teori perkembangan Piaget, yaitu;

 Intelegensi: Piaget mengartikan intelegensi secara lebih luas, juga tidak


mendefinisikan secara ketat. Ia memberikan definisi umum yang lebih mengungkap
orientasi biologis. Menurutnya, intelegensi adalah suatu bentuk ekuilibrium kearah
mana semua struktur yang menghasilkan persepsi, kebiasaan, dan mekanisme
sensiomotor diarahkan. (Piaget dalam DR. P. Suparno,2001:19).
 Organisasi: adalah suatu tendensi yang umum untuk semua bentuk kehidupan guna
mengintegrasikan struktur, baik yang psikis ataupun fisiologis dalam suatu sistem
yang lebih tinggi.
 Skema: adalah suatu struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema akan beradaptasi dan berubah
selama perkembangan kognitif seseorang.
 Asimilasi: adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi,
konsep atau pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada dalam
pikirannya.
 Akomodasi: adalah pembentukan skema baru atau mengubah skema lama
sehingga cocok dengan rangsangan yang baru, atau memodifikasi skema yang ada
sehingga cocok dengan rangsangan yang ada.
 Ekuilibrasi: adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sedangkan
diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan
akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar
dengan struktur dalamnya.
8. Teori Pengetahuan Piaget
Berdasarkan pengalamannya sejak masa kanak-kanak, Piaget berkesimpulan bahwa
setiap makhluk hidup memang perlu beradaptasi dengan lingkungannya untuk dapat
melestarikan kehidupannya. Manusia adalah makhluk hidup, maka manusia juga harus
beradaptasi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal ini, Piaget beranggapan bahwa
perkembangan pemikiran manusia mirip dengan perkembangan biologis, yaitu perlu
beradaptasi dengan lingkungannya. Piaget sendiri menyatakan bahwa teori
pengetahuannya adalah teori adaptasi pikiran ke dalam suatu realitas, seperti organisme
yang beradaptasi dengan lingkungannya.
Teori Adaptasi Piaget
Menurut Piaget, mengerti adalah suatu proses adaptasi intelektual dimana pengalaman
dan ide baru diinteraksikan dengan apa yang sudah diketahui untuk membentuk struktur
pengertian yang baru. Setiap orang mempunyai struktur pengetahuan awal (skema) yang
berperan sebagai suatu filter atau fasilitator terhadap berbagai ide dan pengalaman yang
baru. Melalui kontak dengan pengalaman baru,skema dapat dikembangkan dan diubah,
yaitu dengan proses asimilasi dan akomodasi. Skema seseorang selalu dikembangkan,
diperbaharui , bahkan diubah untuk dapat memahami tanyangan pemikiran dari luar.
Proses ini disebut adaptasi pikiran.
Teori Pengetahuan Piaget
Teori pengetahuan Piaget adalah teori adaptasi kognitif. Dalam pembentukan
pengetahuan , Piaget membedakan tiga macam pengetahuan, yakni: 1) Pengetahuan fisis
adalah pengetahuanakan sifat-sifat fisis suatu objek atau kejadian, seperti bentuk, besar,
berat, serta bagaimana objek itu berinteraksi dengan yang lain; 2) Pengetahuan matematis
logis adalah pengetahuan yang dibentuk dengan berpikir tentang pengalaman akan suatu
objek atau kejadian tertentu; 3 Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang didapat dari
kelompok budaya dan sosial yang menyetujui sesuatu secara bersama.
Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme Piaget menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang adalah bentukan
(bentukan) orang itu sendiri. Proses pembentukan pengetahuan itu terjadi apabila
seseorang mengubah atau mengembangkan slkema yang tslah dimiliki dalam berhadapan
dengan tantangan, dengan rangsangan atau persoalan. Teori Piaget seringkali disebut
konstruktivisme personal karena lebih menekankan pada keaktifan pribadi seseorang
dalam mengkonstruksikan pengetahuannya. Terlebih lagi karena Piaget banyak
mengadakan penelitian pada proses seorang anak dalam belajar dan membangun
pengetahuannya
9. Kelebihan dan Kekurangan Teori Piaget

Kelebihan Teori Piaget

a) Mempermudah peserta didik memahami bahan ajar


b) Menjadikan peserta didik lebih mandiri dan kreatif
c) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah pada peserta didik
d) Meningkatkan motivasi

Kekurangan Teori Piaget

a) Sulit diterapkan pada tingkat lanjut


b) Tidak dapat diterapkan pada semua maya pelajaran
c) Sulit mengukur tujuan pencapaian karena harus melihat kemampuan seluruh
peserta didik
BAB II

PENUTUP

Kesimpulan

Piaget mengajukan teori tentang perkembangan kognitif anak yang melibatkan proses-
proses penting yaitu skema, asimilasi, akomodasi, organisasi, dan ekuilibrasi. Dalam
teorinya, perkembangan kognitif terjadi dalam urutan empat tahap yaitu:

a. Tahap sensorimotor
b. Tahap pra-operasional
c. Tahap operasional konkrit
d. Tahap operasional formal

Tingkatan perkembangan intelektual manusia mempengaruhi kedewasaan, pengalaman


fisik, pengalaman logika, transmisi sosial dan pengaturan sendiri. Teori Piaget jelas
sangat relevan dalam proses perkembangan kognitif anak, karena dengan menggunakan
teori ini, manusia dapat mengetahui adanya tahap-tahap perkembangan tertentu pada
kemampuan berpikir anak di levelnya. Dengan demikian bila dikaitkan dengan
pembelajaran kita bisa memberikan perlakuan yang tepat bagi anak, misalnya dalam
memilih cara penyampaian materi bagi siswa sesuai dengan tahap perkembangan
kemampuan berpikir yang dimiliki oleh anak.
DAFTAR PUSTAKA

Ibda, Fatimah. 2015.Perkembangan Kognitif : Teori Jean Piaget

Abdi, I Nyoman, Andi Alim Syahri, dan Fitriyani. 2011. Teori Perkembangan Kognitif
Piaget dan Implikasi dalam Pembelajaran Matematika. Makasar

Raydennanda. 2021. Kelebihan dan Kekurangan Teori Piaget.


https://trendkita.com/kelebihan-dan-kekurangan-teori-piaget/, diakses pada 11 September
2022 pukul 11.28

Anda mungkin juga menyukai