Dosen Pengampu :
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS PSIKOLOGI
2021
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Pemberi
Kehidupan yang telah melimpahkan nikmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis. Sehingga
penulis mampu menyusun dan menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Proses
Perkembangan Teori Kognitif” sesuai dengan harapan dan waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyusun makalah ini dengan penuh tanggung jawab dan dimaksimalkan dengan
kontribusi dan partisipasi semua pihak. Sehingga, dalam proses penyusunan dan pengumpulan
data dapat dilakukan sesuai harapan yang diinginkan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Yuliana Intan Lestari, S.Psi. M.A selaku dosen pengampu yang telah membimbing penulis
dalam menyusun karya makalah ini. Tidak lupa kepada seluruh rekan-rekan yang telah besedia
meluangkan waktu dan tenaga dalam proses penyusunan makalah.
Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Dasar-
dasar Perkembangan Manusia. Penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
memerlukan penilaian serta masukan dari semua pihak. Oleh karena itu, masukan ataupun
kritikan yang membangun sangat penulis butuhkan dalam proses perbaikan dan evaluasi
terhadap makalah ini. Penulis sangat berharap makalah ini mampu menjadi sumber informasi
dan edukasi dimasa yang akan datang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Pengertian kognitif dapat dijelaskan oleh beberapa ahli seperti Drever, Piaget dan Chaplin.
Drever dalam Nuraini (2004) menjelaskan bahwa kognitif adalah istilah umum yang meliputi
pemahaman persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran. Selanjutnya
dijelaskan juga oleh Piaget bahwa kognitif merupakan bagaimana anak beradaptasi dan
menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya (Santrock, 2008).Perkembangan
kognitif dalam tulisan ini dijelaskan dari pemikiran dua orang ahli psikologi Jean Piaget
merupakan psikolog dari Swiss dan Lev Semionovich Vygotsky seorang psikolog dari Rusia. Karya
Piaget menjadi dasar untuk memahami perkembangan anak. Bagi Piaget perkembangan
bergantung sebagian besar pada manipulasi anak dan interaksi aktif dengan lingkungan.
Pengetahuan berasal dari tindakan. Sedang karya Vygotsky memiliki dua gagasan utama yaitu:
Perkembangan intelektual dipahami hanya dari sudut konteks sosio historis dan budaya yang
dialami anak dan; Perkembangan bergantung pada sistem tanda yang ada pada setiap orang
saat mengalami pertumbuhan (Slavin, 2006).
Perkembangan merupakan suatu pola perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional dari lahir
hingga terus berlanjut sepanjang hayat. Dalam pendidikan, perkembangan anak sangat penting
diperhatikan, karena setiap anak memiliki karakteristik dan keunikan sendiri, serta memiliki
kecenderungan bawaan untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian,
pendidikan harus sesuai dengan perkembangan anak sehingga menjadi tidak terlalu sulit, tidak
terlalu menegangkan, tidak terlalu mudah dan menjemukan bagi anak. Ada 3 proses
perkembangan yang dilalui oleh anak, dan ketiga proses tersebut terjadi saling berinteraksi
(Santrock, 2008). Pertama, proses biologis, yaitu perubahan dalam tubuh anak dan merupakan
warisan genetik terkait dengan perkembangan otak, berat dan tinggi badan, perubahan
kemampuan bergerak, dan perubahan hormon di masa puber. Kedua, proses kognitif, yaitu
perubahan pemikiran, kecerdasan, dan bahasa anak. Proses ini memampukan anak dalam
mengingat puisi, memecahkan soal matematika, menyusun strategi kreatif dan menghubungkan
kalimat. Ketiga, proses sosioemosional, yaitu perubahan dalam hubungan anak dengan orang
lain, perubahan emosi, dan perubahan kepribadian. Misalnya pengasuhan anak, perkelahian
anak, perkembangan ketegasan anak perempuan dan perasaan gembira remaja.
Dalam teori ini, memandang bahwa proses berfikir sebagai inti dari perkembangan (Papalia,
2008). Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan
dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Kecerdasan adalah kemampuan
untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam
representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini memunculkan konsep schemata,
yaitu bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya. Dalam sistem kognitif, organisasi
memiliki kecenderungan untuk membuat struktur kognitif menjadi semakin komplek. Struktur-
struktur kognitif ini disebut dengan skema. Skema merupakan istilah yang digunakan Piaget
untuk merujuk pada pola-pola perilaku yang terorganisir dan digunakan dalam situasi-situasi
berbeda. Dengan demikian dapat dikatakan skema adalah pola perilaku terorganisir yang
digunakan seseorang untuk memikirkan dan melakukan tindakan dalam situasi tertentu
(Papalia, 2008: 47). Sebagai contoh: gerakan reflek menyedot pada bayi yaitu ada gerakan otot
pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan menarik.
Teori Piaget menjelaskan bahwa untuk memahami dunia anak secara aktif, anak-anak
menggunakan skema (kerangka kognitif atau kerangka referensi) yang digunakan untuk
mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi dan pengalaman mereka mulai dari
skema yang sederhana hingga kompleks. Menurut Piaget, ada dua proses yang dilakukan oleh
anak dalam menggunakan dan mengadaptasikan skema yaitu :
1. Asimilasi yaitu suatu proses mental yang terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan
baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada. Pada asimilasi, agar terjadi adaptasi maka objek
diubah, untuk disesuaikan dengan struktur kognitif yang sudah ada, sementara pada akomodasi
struktur kognitif yang sudah ada itu mengalami perubahan supaya sesuai dengan rangsangan-
rangsangan dari objek. Dalam setiap kali melakukan adaptasi, asimilasi dan adaptasi terjadi
secara bersama-sama dan saling mengisi, mana yang lebih berfungsi (apakah asimilasi atau
akomodasi ) bergantung pada keadaan (Gunarsa, 1990: 144 –145 ).
2. Akomodasi yaitu suatu proses mental yang terjadi ketika anak menyesuaikan diri dengan
informasi baru.
Selain itu, secara kognitif anak-anak juga mengorganisasikan pengalamannya yang disebut
dengan organisasi. Menurut Piaget organisasi adalah usaha mengelompokkan perilaku yang
terpisah-pisah menjadi urutan yang lebih teratur. Bagaimana anak bergerak dari satu tahap
pemikiran ke tahap pemikiran selanjutnya ? Piaget menyebutnya dengan ekuilibrasi. Ekuilibrasi
diartikan sebagai kemampuan yang mengatur dalam diri individu agar ia mampu
mempertahankan keseimbangan dan menyesuaikan terhadap lingkungannya (Gunarsa, 1990).
Kondisi ini dialami si anak ketika terjadi konflik kognitif atau disekuilibrium. Misalnya anak akan
mengalami kebingungan jika benda cair dituangkan ke dalam wadah yang berbentuk sempit dan
tinggi. Kebingungan akan terjawab saat pikirannya semakin maju.
Ada 4 tahap perkembangan kognitif menurut Piaget. Masing masing tahap berhubungan
dengan usia dan kualitas kemajuan pikiran anak. Keempat tahap perkembangan kognitif
tersebut terdiri dari : tahap sensorimotor, tahap pra-operasional, tahap operasional kongkret
dan tahap operasional formal.
1. Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk
mengeksplorasi Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan
dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
a. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan
terutama dengan refleks.
b. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan
berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
c. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan
dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
d. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas
bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen
walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
e. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas
bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
f. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal
kreativitas
2. Tahapan praoperasional
Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental
terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika
tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek
dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk
melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu
ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau
mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara
usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan
berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar.
Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan
tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di
dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain.Mereka kesulitan memahami
bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk
memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di
saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget.
Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut
sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir
secaraara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia
tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-
abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi
berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secaraara fisiologis,
kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa
orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak
mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran
dari tahap operasional konkrit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian kognitif dapat dijelaskan oleh beberapa ahli seperti Drever, Piaget dan Chaplin.
Drever dalam Nuraini (2004) menjelaskan bahwa kognitif adalah istilah umum yang meliputi
pemahaman persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran. Selanjutnya
dijelaskan juga oleh Piaget bahwa kognitif merupakan bagaimana anak beradaptasi dan
menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya (Santrock, 2008).
Dalam teori ini, memandang bahwa proses berfikir sebagai inti dari perkembangan (Papalia,
2008). Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan
dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan.
Ada 4 tahap perkembangan kognitif menurut Piaget. Masing masing tahap berhubungan dengan
usia dan kualitas kemajuan pikiran anak. Keempat tahap perkembangan kognitif tersebut terdiri
dari : tahap sensorimotor, tahap pra-operasional, tahap operasional kongkret dan tahap
operasional formal.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Mu'min, Sitti Aisyah. 2013. "Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget" dalam jurnal Al-Ta'dib vol.6
nomor.1 (halaman: 89-99). Kendari: STAIN Sultan Qaimuddin Kendari.