Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PROSES PERKEMBANGAN KOGNITIF

Dosen Pengampu :

Ibu Yuliana Intan Lestari, S.Psi. M.A

DISUSUN OLEH :

Klarisa Yoselbela (12160121629)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Pemberi
Kehidupan yang telah melimpahkan nikmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis. Sehingga
penulis mampu menyusun dan menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Proses
Perkembangan Teori Kognitif” sesuai dengan harapan dan waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyusun makalah ini dengan penuh tanggung jawab dan dimaksimalkan dengan
kontribusi dan partisipasi semua pihak. Sehingga, dalam proses penyusunan dan pengumpulan
data dapat dilakukan sesuai harapan yang diinginkan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Yuliana Intan Lestari, S.Psi. M.A selaku dosen pengampu yang telah membimbing penulis
dalam menyusun karya makalah ini. Tidak lupa kepada seluruh rekan-rekan yang telah besedia
meluangkan waktu dan tenaga dalam proses penyusunan makalah.
Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Dasar-
dasar Perkembangan Manusia. Penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
memerlukan penilaian serta masukan dari semua pihak. Oleh karena itu, masukan ataupun
kritikan yang membangun sangat penulis butuhkan dalam proses perbaikan dan evaluasi
terhadap makalah ini. Penulis sangat berharap makalah ini mampu menjadi sumber informasi
dan edukasi dimasa yang akan datang.

Riau , 31 Oktober 2021

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Dictionary of Psychology, perkembangan adalah tahapan-tahapan perubahan yang


progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan organisme lainnya, tanpa
membedakan aspek-aspek yang terdapat dalam diri organisme-organisme tersebut, (Muhibbin
Syah: 2010). Menurut Santrok dan Yussen (dalam Mulyani Sumantri), perkembangan adalah
pola gerakan atau perubahan yang dimulai pada saat terjadi pembuahan dan berlagsung terus
selama siklus kehidupan. Salah satu aspek yang mengalami perkembangan manusia adalah
kognitif. Istilah kognitif (cognitive) berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti
mengetahui, dalam arti yang luas, cognition ialah perolehan, penataan dan penggunaan
pengetahuan. Dalam Kamus Lengkap Psikologi, cognition adalah pengenalan, kesadaran,
pengertian, (JP.Chaplin:2006). Selanjutnya istilah kognitif menjadi popular sebagai salah satu
domain atau ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan
dan keyakinan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan
kogintif adalah tahapan-tahapan perubahan yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia
untuk memahami, mengolah informasi, memecahkan masalah dan mengetahui sesuatu.
Sebagian besar psikolog terutama kognitivis berkeyainan bahwa proses perkembangan kognitif
manusia berlangsung sejak ia baru lahir. Pendayagunaan kapasitas ranah kognitif manusia sudah
mulai berjalan sejak mendayagunakan sensor dan motoriknya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Proses Perkembangan Kognitif?


2. Bagaimana Konsep Dasar Teori Perkembangan Kognitif?
3. Bagaimana Teori Perkembangan Kognitif Piaget?
4. Apa Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget?
5. Bagaimana Implikasi Teori Piaget dalam Pembelajaran?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Pengertian dari Proses Perkembangan Kognitif


2. Mengetahui Konsep Dasar Teori Perkembangan Kognitif
3. Memahami Teori Perkembangan Kognitif Piaget
4. Mengetahui Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget
5. Mengetahui Implikasi Teori Piaget dalam Pembelajaran
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Teori Kognitif

Pengertian kognitif dapat dijelaskan oleh beberapa ahli seperti Drever, Piaget dan Chaplin.
Drever dalam Nuraini (2004) menjelaskan bahwa kognitif adalah istilah umum yang meliputi
pemahaman persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran. Selanjutnya
dijelaskan juga oleh Piaget bahwa kognitif merupakan bagaimana anak beradaptasi dan
menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya (Santrock, 2008).Perkembangan
kognitif dalam tulisan ini dijelaskan dari pemikiran dua orang ahli psikologi Jean Piaget
merupakan psikolog dari Swiss dan Lev Semionovich Vygotsky seorang psikolog dari Rusia. Karya
Piaget menjadi dasar untuk memahami perkembangan anak. Bagi Piaget perkembangan
bergantung sebagian besar pada manipulasi anak dan interaksi aktif dengan lingkungan.
Pengetahuan berasal dari tindakan. Sedang karya Vygotsky memiliki dua gagasan utama yaitu:
Perkembangan intelektual dipahami hanya dari sudut konteks sosio historis dan budaya yang
dialami anak dan; Perkembangan bergantung pada sistem tanda yang ada pada setiap orang
saat mengalami pertumbuhan (Slavin, 2006).
Perkembangan merupakan suatu pola perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional dari lahir
hingga terus berlanjut sepanjang hayat. Dalam pendidikan, perkembangan anak sangat penting
diperhatikan, karena setiap anak memiliki karakteristik dan keunikan sendiri, serta memiliki
kecenderungan bawaan untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian,
pendidikan harus sesuai dengan perkembangan anak sehingga menjadi tidak terlalu sulit, tidak
terlalu menegangkan, tidak terlalu mudah dan menjemukan bagi anak. Ada 3 proses
perkembangan yang dilalui oleh anak, dan ketiga proses tersebut terjadi saling berinteraksi
(Santrock, 2008). Pertama, proses biologis, yaitu perubahan dalam tubuh anak dan merupakan
warisan genetik terkait dengan perkembangan otak, berat dan tinggi badan, perubahan
kemampuan bergerak, dan perubahan hormon di masa puber. Kedua, proses kognitif, yaitu
perubahan pemikiran, kecerdasan, dan bahasa anak. Proses ini memampukan anak dalam
mengingat puisi, memecahkan soal matematika, menyusun strategi kreatif dan menghubungkan
kalimat. Ketiga, proses sosioemosional, yaitu perubahan dalam hubungan anak dengan orang
lain, perubahan emosi, dan perubahan kepribadian. Misalnya pengasuhan anak, perkelahian
anak, perkembangan ketegasan anak perempuan dan perasaan gembira remaja.

B. Konsep Dasar Teori

Dalam teori ini, memandang bahwa proses berfikir sebagai inti dari perkembangan (Papalia,
2008). Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan
dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Kecerdasan adalah kemampuan
untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam
representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini memunculkan konsep schemata,
yaitu bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya. Dalam sistem kognitif, organisasi
memiliki kecenderungan untuk membuat struktur kognitif menjadi semakin komplek. Struktur-
struktur kognitif ini disebut dengan skema. Skema merupakan istilah yang digunakan Piaget
untuk merujuk pada pola-pola perilaku yang terorganisir dan digunakan dalam situasi-situasi
berbeda. Dengan demikian dapat dikatakan skema adalah pola perilaku terorganisir yang
digunakan seseorang untuk memikirkan dan melakukan tindakan dalam situasi tertentu
(Papalia, 2008: 47). Sebagai contoh: gerakan reflek menyedot pada bayi yaitu ada gerakan otot
pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan menarik.

C. Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Biografi Jean Piaget (Neuchatel, 1896-1980)


Tokoh dari teori perkembangan kognitif ini adalah Jean Piaget. Ayahnya adalah sejarawan di Neuchatel.
Sejak kecil ia telah memperlihatkan bakatnya sebagai ilmuan. Pada usia 10 tahun ia sudah menulis
artikel ilmiah di majalah ―Journal of Natural History of Neuchatel‖ mengenai biologi Pendidikan formal
Piaget ada di bidang biologi. Pada usia 23 tahun ia mulai menetapkan sebuah rencana pertama ia
melakukan penelitian ilmiah dalam psikologi anak. Piaget memutuskan mempelajari anak pada tahun
1920, yang diawali ketertarikannya pada respon-respon anak kecil, khusunya mengenai jawaban
jawaban keliru ketika mereka dites di laboraturium tempat dia bekerja.
Untuk mempelajari ide-ide unik anak-anak yang potensial ini, Piaget meninggalkan tes-tes standar (di
laboratorium tempat dia bekerja) yang menurutnya memaksa respon anak menjadi saluran-saluran
artifisial bagi seperangkat pertanyaan dan jawaban‖. Dia kemudian menggunakan sebuah wawancara
klinis yang lebih terbuka untuk menguatkan aliran-aliran kecenderungan-kecenderunganan spontan
mereka. Selain itu, Piaget juga menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengamati aktivitas-aktivitas
spontan anak-anak tersebut (Crain, 2007: 169). Ini merupakan lapangan baru dengan Piaget sebagai
tokoh terkemuka yang memperkenalkan teorinya mengenai ―perkembangan kognitif‖. Pada tahun
1925, dari perkawinannya dengan Valentine Chatenay, lahir anaknya Jacqueline yang menjadi awal
peristiwa penting mengenai tingkah laku kognitifbayi. Pada tahun 1940-an Piaget mulai mengalihkan
perhatian risetnya dari aspek moralitas, mimpi dan masalah sehari-hari yang menarik bagi anak ke
pengetahuan anak mengenai konsep matematis dan ilmiah .

Teori Piaget menjelaskan bahwa untuk memahami dunia anak secara aktif, anak-anak
menggunakan skema (kerangka kognitif atau kerangka referensi) yang digunakan untuk
mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi dan pengalaman mereka mulai dari
skema yang sederhana hingga kompleks. Menurut Piaget, ada dua proses yang dilakukan oleh
anak dalam menggunakan dan mengadaptasikan skema yaitu :
1. Asimilasi yaitu suatu proses mental yang terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan
baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada. Pada asimilasi, agar terjadi adaptasi maka objek
diubah, untuk disesuaikan dengan struktur kognitif yang sudah ada, sementara pada akomodasi
struktur kognitif yang sudah ada itu mengalami perubahan supaya sesuai dengan rangsangan-
rangsangan dari objek. Dalam setiap kali melakukan adaptasi, asimilasi dan adaptasi terjadi
secara bersama-sama dan saling mengisi, mana yang lebih berfungsi (apakah asimilasi atau
akomodasi ) bergantung pada keadaan (Gunarsa, 1990: 144 –145 ).
2. Akomodasi yaitu suatu proses mental yang terjadi ketika anak menyesuaikan diri dengan
informasi baru.
Selain itu, secara kognitif anak-anak juga mengorganisasikan pengalamannya yang disebut
dengan organisasi. Menurut Piaget organisasi adalah usaha mengelompokkan perilaku yang
terpisah-pisah menjadi urutan yang lebih teratur. Bagaimana anak bergerak dari satu tahap
pemikiran ke tahap pemikiran selanjutnya ? Piaget menyebutnya dengan ekuilibrasi. Ekuilibrasi
diartikan sebagai kemampuan yang mengatur dalam diri individu agar ia mampu
mempertahankan keseimbangan dan menyesuaikan terhadap lingkungannya (Gunarsa, 1990).
Kondisi ini dialami si anak ketika terjadi konflik kognitif atau disekuilibrium. Misalnya anak akan
mengalami kebingungan jika benda cair dituangkan ke dalam wadah yang berbentuk sempit dan
tinggi. Kebingungan akan terjawab saat pikirannya semakin maju.
Ada 4 tahap perkembangan kognitif menurut Piaget. Masing masing tahap berhubungan
dengan usia dan kualitas kemajuan pikiran anak. Keempat tahap perkembangan kognitif
tersebut terdiri dari : tahap sensorimotor, tahap pra-operasional, tahap operasional kongkret
dan tahap operasional formal.

1. Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk
mengeksplorasi Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan
dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
a. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan
terutama dengan refleks.
b. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan
berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
c. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan
dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
d. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas
bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen
walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
e. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas
bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
f. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal
kreativitas

2. Tahapan praoperasional

Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental
terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika
tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek
dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk
melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu
ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau
mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara
usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan
berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar.
Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan
tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di
dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain.Mereka kesulitan memahami
bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk
memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di
saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.

3. Tahapan operasional konkrit

Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:


Pengurutan, kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang
paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi, kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut
tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-
benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
Decentering, anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk
bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi
pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility, anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian
kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama
dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi, memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak
berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai
contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila
air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak
dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme, kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang
lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan
komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan,
kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke
ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap
menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah
dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan
bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa
boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.

4. Tahapan operasional formal

Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget.
Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut
sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir
secaraara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia
tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-
abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi
berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secaraara fisiologis,
kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa
orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak
mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran
dari tahap operasional konkrit.

D. Implikasi Teori Piaget dalam Pembelajaran


Implikasi teori Piaget dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pandangan bahwa pendidikan hanya memperbaiki keahlian kognitif anak yang
sudah muncul.
2. Menggunakan pendekatan konstruktivis yang menekankan bahwa anak-anak akan belajar lebih
baik jika mereka aktif dan mencari solusi sendiri. Semua siswa sebaiknya diajarkan membuat
penemuan, memikirkannya, dan mendiskusikannya bukan menyalin apa-apa yang dikatakan
guru. Dierking (2015) menjelaskan bahwa pembelajaran yang menggunakan pendekatan
konstruktivis ini dapat menganalisis masalah yang terkait dengan proses pembelajaran
kolaboratif.
3. Guru sebagai fasilitator dalam belajar. Guru mendengar, mengamati dan mengajukan
pertanyaan kepada siswa agar mereka mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Mengajukan
pertanyaan yang relevan merangsang siswa untuk berpikir dan menjelaskan jawaban mereka.
4. Guru mempertimbangkan pengetahuan dan tingkat pemikiran anak karena tidak datang dengan
kepala kosong, tetapi telah memiliki banyak ide dan guru menginterpretasikan apa yang
dikatakan siswa lalu memberikan respon yang sesuai dengan tingkat pemikiran siswa.
5. Melakukan penilaian terus menerus yaitu individu tidak dapat diukur dengan tes standar.
Penilaian dilakukan secara individual dari diskusi yang merupakan hasil pemikiran mereka,
penjelasan lisan dan tertulis sebagai alat evaluasi kemajuan.
6. Meningkatkan kemampuan intelektual siswa dengan melaksanakan pembelajaran secara
alamiah. Anak tidak boleh didesak dan ditekan untuk menguasai banyak hal.
7. Menjadikan ruang kelas sebagai ruang eksplorasi dan penemuan. Guru menekankan bahwa
siswa melakukan eksplorasi dan menemukan kesimpulan sendiri. Guru lebih banyak mengamati
minat siswa dan partisipasi alamiah dalam aktifitas belajar. Menurut Ramdhani (2016) bahwa
ruang kelas bila dijadikan sebagai ruang untuk melakukan eksplorasi dan penemuan ini, guru
harus memberi kesempatan, kemudahan dan mengembangkan ide-ide siswanya sendiri. Siswa
diajarkan secara sadar dengan menggunakan strategi sendiri untuk belajar.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengertian kognitif dapat dijelaskan oleh beberapa ahli seperti Drever, Piaget dan Chaplin.
Drever dalam Nuraini (2004) menjelaskan bahwa kognitif adalah istilah umum yang meliputi
pemahaman persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran. Selanjutnya
dijelaskan juga oleh Piaget bahwa kognitif merupakan bagaimana anak beradaptasi dan
menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya (Santrock, 2008).
Dalam teori ini, memandang bahwa proses berfikir sebagai inti dari perkembangan (Papalia,
2008). Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan
dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan.
Ada 4 tahap perkembangan kognitif menurut Piaget. Masing masing tahap berhubungan dengan
usia dan kualitas kemajuan pikiran anak. Keempat tahap perkembangan kognitif tersebut terdiri
dari : tahap sensorimotor, tahap pra-operasional, tahap operasional kongkret dan tahap
operasional formal.

3.2 Saran

Pembahasan mengenai Proses Perkembangan Kognitif diharapkan mampu mendukung penulis


dalam menyusun makalah-makalah berikutnya. Kedepannya penulis berharap dapat
menjelaskan tentang Proses Perkembangan Kognitif dengan lebih baik serta penjelasan-
penjelasan tersebut dapat didukung dengan berbagai sumber lain yang lebih akurat dan
terpercaya.

DAFTAR PUSTAKA

Naldi, Hendra. 2018. "Perkembangan Kognitif, Bahasa, dan Perkembangan Sosioemosional


serta Implikasinya dalam Pembelajaran" dalam jurnal Socius of Sociology Research and Education vol.5
nomor.2 (halaman 102-107). Padang: Labor Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Padang.

Mu'min, Sitti Aisyah. 2013. "Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget" dalam jurnal Al-Ta'dib vol.6
nomor.1 (halaman: 89-99). Kendari: STAIN Sultan Qaimuddin Kendari.

Anda mungkin juga menyukai