Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berhubungan beberapa aspek di dalamnya diberikan penonjolan tertentu,


maka timbullah berbagai pandangan (teori) mengenai psikologi perkembangan. Suatu
teori akan memeperoleh arti yang penting bila ia lebih banyak dapat melukiskan,
menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada. Berdasarkan data ini secara umum
dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu teori adalah suatu konsep sualisasi yang umum.
Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh melalui jalan yang sistematis.
Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak dia bukan suatu teori, ada enam
teori psikologi yang dominan yaitu psikodinamika, behaviorisme, psikologi
humanistis, kognitif, ekologi, dan belajar sosial.
Seperti yang dikemukakan diatas, salah satu disiplin ilmu yang menjelaskan
perilaku manusia adalah psikologi. Tetapi perlu dipahami bahwa dalam disiplin
psikologi ini terdapat banyak cabang yang meski sama-sama mejelaskan faktor-faktor
determinan perilaku manusia, namun tak jarang bertolak belakang secara ekstrem.
Salah satu titik ekstrem ialah aliran behavioristik, beserta derivatnya, yang
berkeyakinan bahwa segala macam perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor
diluar dirinya yang disebut stimulus.
Kita pasti memiliki bebearapa asumsi tentang hakikat hakikat perkembangan
manusia. Umumnya kita berasumsi, contohnya, jika perkembangan anak-anak
terletak ditangan kita akan menjadi apa mereka kedepan bergantung pada kita. Saya
kira sudah memang menjadi tugas kita untuk mengajar mereka, mengoreksi berbagai
kesalahan mereka, menyediakan model-model yang baik, serta memotivasi mereka
untuk belajar.
Pandangan yang demikian cukup masuk akal, bahkan banyak psikolog
menganutnya yaitu mereka yang disebut teorisi pembelajaran dan beberapa aliran
yang lain. Para sikologmemang menggunakan bahasa yang lebih ilmiah, tetapi

1
mereka terlalu berprasangka kalau orang tua, guru dan pihak-pihak lain menstruktur
pikiran dan tingkah laku anak-anak. Ketika mereka melihat seorang anak
menunjukkan tinfkah lakubaru, dugaan pertama mereka adalah tingkah laku itu sudah
diajarkan oleh pihak-pihak tertentu.
Namun begitu, ada juga tradisi lain di dalam psikologi alur teoritis yang
berasal dari Sigmund Freud, pendidiri psikoanalisis, merupakan ahli peikologi
pertama yang memfokuskan perhatiannya kepada totalitas kepribadian manusia,
bukan pada bagian-bagian yang terpisah. Selain itu, dengan memfokuskan pada salah
satu aliran saja diharapkan dapat mengenal lebih pemanfaaan psikologi bagi
kehidupan.
Menurut Daehler dan Bukatko ialah bahwa manusia “Begins life as an
extremely competent social organism, an extremely competent learning organism, an
extremely perceiving organism.” Artinya bayi manusia memulai kehidupannya
sebagai organisme sosial (makhluk hidup bermasyarakat) yang betul-betul
berkemampuan, sebagai makhluk hidup yang betul-betul mampu belajar, dan sebagai
makhluk hidup betul-betul yang mampu memahami.

Teori adalah pernyataan-pernyataan tentang sebuah konsep yang tersusun


secara integratif yang berfungsi sebagai acuan saat menyebutkan atau
mendeskripsikan, membuat prediksi, dan menjelaskan sebuah fenomena atau
perilaku yang muncul.

Sebuah teori merupakan kumpulan ide yang logis dan saling berhubungan
yang membantu memberi penjelasan dan membuat prediksi. Sebagai salah satu
bidang dari psikologi dan sebagai ilmu, psikologi perkembangan memiliki teori-teori
yang ada sampai sekarang dan dapat digunakan sebagai kerangka acuan untuk
memahami perubahan tingkah laku manusia sesuai dengan perubahan waktu atau
zaman.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori psikodinamika?
2. Apa yang dimaksud dengan teori behaviorisme?
3. Apa yang dimaksud dengan teori belajar sosial?
4. Apa yang dimaksud dengan teori humanistik?
5. Apa yang dimaksud dengan teori kognitif?
6. Apa yang dimaksud dengan teori ekologi?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui teori psikodinamika


2. Untuk mengetahui teori behaviorisme
3. Untuk mengetahui teori belajar sosial
4. Untuk mengetahui teori humanistik
5. Untuk mengetahui teori konitif
6. Untuk mengetahui teori ekologi

BAB II
PEMBAHASAN

A. Cognitive Theory ( Teori Kognitif )

3
Istilah Cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya
knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi)
ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam
perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah
satu ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang
berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang
berpusat diotak ini, juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan
afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa.
Sebagian besar psikolog terutama ahli psikologi kognitif
berkeyakinan bahwa proses perkembangan kognitif manusia mulai
berlangsung sejak ia baru lahir. Bekal dan modal dasar perkembangan
manusia, yakni kapasitas motor dan kapasitas sensori seperti yang telah
penyusun uraikan dimuka, ternyata sampai batas tertentu, juga dipengaruhi
oleh aktivitas ranah kognitif. Pada poin 1 bagian ini telah penyusun
utarakan bahwa campur tangan sel-sel otak terhadap perkembangan bayi
baru mulai setelah ia berusia 5 bulan saat kemampuan sensorinya ( seperti
melihat dan mendengar) benar-benar mulai nampak.
Menurut para ahli psikologi kognitif, pendayagunaan kapasitas
ranah kognitif manusia sudah berjalan sejak mulai manusia itu mulai
mendayagunakan kapasitas motor dan sensornya. Hanya, cara dan
intensitas pendayagunaan kapasitas ranah kognitif tersebut tentu masih
belum jelas benar. Argumen yang dikemukakan para ahli mengenai ini
antara lain ialah bahwa kapasitas sensori dan jasmani seseorang yang baru
lahir tidak mungkin dapat diaktifkan tanpa aktivitas pengendalian sel-sel
otak bayi tersebut. Sebagai bukti, jika seorang bayi lahir dengan cacat atau
berkelainan otak, kecil sekali kemungkinan bayi tersebut dapat
mengotomatisasikan refleks-refleks motor dan daya-daya sensorinya.
Otomatisasi refleks dan sensori, menurut para ahli, tidak pernah terlepas

4
sama sekali dari aktivitas ranah kognitif, sebab pusat refleks sendiri
terdapat dalam otak, sedangkan otak adalah pusat ranah kognitif manusia.
Hasil riset para psikologi kognitif yang menyimpulkan bahwa
aktivitas ranah kognitif manusia itu pada perinsipnya sudah berlangsung
sejak masa bayi, yakni rentang kehidupan antara 0-2 tahun.
Hasil-hasil riset kognitif yang dilakukan selama kurun waktu
sekitar 30 tahun terakhir ini menyimpulkan bahwa semua bayi manusia
sudah berkemampuan menyimpan informasi-informasi lain yang diserap
melalui indera-indera lainnya. Selain itu, bayi juga berkemampuan
merespon informasi-informasi tersebut secara sistematis.
Implikasi pokok dari hasil-hasil riset kognitif diatas menurut
Daehler & Bukatko (1985) ialah bahwa manusia : ...begins life as an
extremely competent social organism, an extremely competent learning
organism, an extremely perceiving organism.
Artinya bayi manusia memulai kehidupannya sebagai organisme
sosial (makhluk hidup bermasyarakat) yang betul-betul berkemampuan,
sebagai makhluk hidup yang betul-betul mampu belajar, dan sebagai
makhluk hidup betul-betul yang mampu memahami.
Selanjutnya seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi
kognitif dan psikologi anak, Jean Piaget, yang hidup antara tahun 1896
sampai tahun 1980, mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak
menjadi empat tahapanan.
1. Tahap setisory-motor yakni perkembangan ranah kognitif yang
terjadi pada usia 0-2 tahun.
2. Tahap pre-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang
terjadi pada usia 2-7 tahun.
3. Tahap concrete-operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun.
4. Tahap fomral-operational, yakni perkembangan ranah kognitif
yang terjadi pada usia 11-15 tahun (Daehler & Bukatko, 1985;
Best,1989; Anderson 1990).1

1 Bisri Mustofa, psikologi pendidikan (Yogyakarta: Dua Satria Offset, 2015), hal 90-93

5
Teori psikologi kognitif adalah bagian terpenting dari sains kognitif
yang telah memberi kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan
psikologi belajar. Sains kognitif merupakan himpunan disiplin yang terdiri
atas: psikologi kognitif, ilmu-ilmu komputer, intelegensi buatan,
matematika, epistemologi, dan neuropsychology (psikologi saraf).
Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting
proses internal, mental manusia. Dalam pandangan para ahli kognitif,
tingkah laku manusia yang nampak tak dapat diukur dan diterangkan tanpa
melibatkan proses mental, yakni: motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan
sebagainya.
Meskipun pendekatan kognitif sering dipertentangkan dengan
pendekatan behavioristik, tidak berarti psikologi kognitif anti terhadap
aliran behaviorisme. Hanya, menurut para ahli psikologi kognitif, aliran
behaviorisme itu tidak lengkap sebagai sebuah teori psiklogi, sebab tidak
memerhatikan proses kejiawaan yang berdimensi ranah cipta seperti
berpikir, mempertimbangkan pilihan dan mengambil keputusan. Selain ini,
aliran behaviorisme juga tidak mau tahu urusan rasa.
Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar pada dasarnya adalah
peristiwa mental , bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah)
meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam
hampir setiap belajar siswa. Secara lahiriah , seorang anak yang sedang
belajar membaca dan menulis, misalnya, tentu menggunakan perangkat
jasmaniah (dalam hal ini mulut dan tangan ) untuk mengucapkan kata dan
menggoreskan pena. Akan tetapi, perilaku mengucapkan kata-kata dan
menggoreskan pena yang dilakukan anak tersebut bukan semata-mata
respon stimulus yang ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan
mental yang diatur oleh otaknya.
Sehubungan dengan hal ini, piaget, seorang pakar psikologi
kognitif terkemuka, menyimpulkan:... children have a built-in desire to

6
learn. Ungkapan ini bermakna bahwa sejak kelahirannya, setiap anak
memiliki kebutuhan yang melekat dalam dirinya sendiri untuk belajar.2

B. Teori Behaviorisme
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan
oleh John B. Watson pada tahun 1913. Sama halnya dengan psikoanalisa,
behaviorisme juga merupakan aliran yang revolusioner, kuat dan
berpengauh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Sejumlah
filsuf dan ilmuan sebelum watson dalam satu dan lain bentuk telah
mengajukan gagasan-gagasan mengenai pendekatan objektif dalam
mempelajari manusia berdasarkan pandangan yang mekanistis dan
materialistis, suatu pendekatan yang menjadi ciri utama dari behaviorisme.
Seorang diantaranya adalah Ivan Pavlov (1849-1936), seorang ahli
psikologi Rusia, dan Harvard, B.F. Skinner.3
Periset, teoritikus, dan juru bicara behavioral paling berpengaruh
adalah psikolog Harvard, B. F.Skinner. memang, skinner merupakan
psikolog Amerika paling terkenal diabad lalu; analisis kuantitatif terbaru
terhadap pengaruh psikolog dalam bidang tersebut, secara keseluruhan,
menilai skinner sebagai psikolog paling terkenal pada abad ke-20.
Pada saat skinner masuk universitas, skinner tidak pernah
mengambil jurusan psikologi di perguruan tinggi, dia mulai tertarik pada
bidang tersebut dan kemudian diterima untuk penelitian pascasarjana di
Harvard. Dia menjustifikasi tujuannya ini sebagai berikut: : “seorang
penulis mungkin dapat memotret perilaku manusia, tetapidia tidak
memahaminya. Saya tertarikan dengan perilaku manusia, tetapi metode
literel menjegal saya; oleh karena itu saya akan kembali kepada sains “
(skinner, 1967, hlm.395). Psikologi tampak menjadi ilmu pengetahuan
yang relevan. Di samping itu, skinner memiliki ketertarikan yang panjang

2 Muhibbin Syah, psikologi belajar (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2004), hal 103-104

3 Hamzah B.Uno, psikologi pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008) hal 19

7
terhadap perilaku binatang (mengingatkan kepada kekagumannya terhadap
perilaku kompleks sekelompok merpati). Lebih jauh lagi, sekarang ada
banyak peluang baginya untuk menggunakan minatnya dalam
menciptakan berbagai peralatan.4
Seperti halnnya kelompok penganut psikologi modern, Burrhus
Frederic Skinner mengadakan pendekatan Behavioristik untuk
menerangkan tingkah laku. Pada 1938, skinner menerbitkan bukunya yang
berjudul The Behavior Of Organism. Dalam perkembangan psikologi
belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning. Buku inimenjadi
inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai 1946 dalam
masalah “ The Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil konferensi
dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang
disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika.
B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh
behavioris dengan pendekatan model intruksi langsung menyakini bahwa
perilaku dikontrol melalui proses operant conditing. Dimana seseorang
dapat mengontol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement
yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal,
pelaksanaannnya jauh lebih fleksibel dari pada conditioning klasik.
Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari
guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan.
Manajemen kelas menurut skinner ialah berupa usaha untuk
memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi
penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan
apapun pada perilaku yang tidak tepat. Operant conditioning adalah suatu
proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat
mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang
sesuai dengan keinginan.

4 Lawrence, daniel Cervone, Oliver, psikologi kepribadian (Jakarta: Kencana, 2012), hal 375-376.

8
Skinner membuat eksperimen sebagai berikut:

Dalam laboratorium, skinner memasukkan tikus yang telah


dilaparkan dalam kotak yang disebut ”skinner box”, yang telah dilengkapi
dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan,
penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang
dapat dialiri listrik. Karena dorongan lapar tikus berusaha keluar untuk
mencari makan. Selama tikus bergerak ke sana kemari untuk keluar dari
boks, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal
diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang
diturunkan si tikus, proses ini disebut shapping.
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung
merpati, skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar ialah
penguatan. Maksudnya ialah pengetahuan yang tebentuk melalui ikatan
stimulus respons akan semakin kuat bila diberi penguatan positif dan
negatif. Bentuk-bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau
penghargaan. Bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak
memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan, atau menunjukkan
perilaku tidak senang.
Beberapa prinsip skinner antara lain:
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah
dibetulkan, jika beban diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Untuk itu
lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
5. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan
sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel
rasio rein forcer.
7. Dalam pembelajaran digunakan shapping.5

5 Yudrik Jahja, psikologi perkembangan (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011) hal 102-104.

9
C. Teori Humanistik
Humanistis adalah aliran dalam psikologi yang muncul pada 1950-an
sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara
eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan
konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis. Permasalahan ini
dirangkum lima dalam lima postulat psikologi humanistik dari James
Bugental (1964), sebagai berikut:
1. Manusia tidak dapat direduksi menjadi komponen-
komponen.
2. Manusia memiliki konteks yang unik dalam dirinya.
3. Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam
konteks orang lain.
4. Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab.
5. Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai,
dan memiliki kreativitas.

Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi


kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman
dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian pada keunikan dan
aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi humanistis ia
merupakan alternatif, adapun bagi sejumlah tradisional behaviorisme dan psi
konalisis menyebutkan bahwa psikologi humanistis berdasarkan pada
keyakinan bahwa nilai-nilai etika merupakan daya psikologi yang kuat dan ia
merupakan penentu asas kelakuan manusia. Keyakinan ini membawa kepada
usaha meningkatkan kualitas manusia seperti pilihan, kreativitas, interaksi
fisik, mental dan jiwa , dan keperluan untuk menjadi lebih bebas. Situs yang
sama menyebutkan bahwa psikologi humanistik juga didefinisikkan sebagai
sebuah sitem pemikiran yang berdasarkan kepada berbagai nilai, sifat, dan
tindak tanduk yang dipercayai terbaik bagi manusia.

Charlotte Buhler pemimpin internasional dan juru bicara senior


psikologi humanistik, menekankan ciri-ciri psikologi humanistik berikut ini

10
sebagai hal-hal yang mendasar, yaitu:”Mencoba menemukan jalan masuk ke
arah studi dan pemahaman individu sebagai keseluruhan. Berhubungan erat
dengan eksistensialisme yang menjadi landasan filosofinya dan terutama
dengan pengalaman intensionalitas sebagai “inti diri dan motivasi individu”.
Konsep tentang manusia yang paling sentral ialah kreativitas”.6

Abraham Maslow lahir di blook lyn, New York, anak dari orang tua
imigran Rusia yang miskin. Langkah pertama Maslow ke arah psikologi
humanistik adalah merumuskan teori baru tentang motivasi (1943). Menurut
teori ini, manusia memiliki 6 jenis kebutuhan: kebutuhan fisiologis,
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk memiliki-dimiliki, kebutuhan
akan cinta, kebutuhan untuk dihargai, dan tingkat tertinggi, kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri. Kebutuhan-kebutuhan ini tersusun dalam susunan
hierarkis sehingga pemenuhan kebutuhan yang lebih rendah akan mendorong
organisme naik ke tingkat pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi. Sebagai
contoh, seorang pria yang memiliki kebutuhan fisiologis yang kuat, seperti
rasa lapar, akan sedikit saja menaruh kebutuhan pada yang lain, namun ketika
kebutuhan tersebut terpenuhi, dia akan bergerak ke tingkatan yang lebih
tinggi, yaitu kebutuhan akan rasa aman, dan ketika kebutuhan yang ini juga
terpenuhi, dia akan naik ke tingkat kebutuhan ketiga, dan seterusnya.

Di dalam karya-karya utamanya, Maslow lebih banyak tertarik pada


kebutuhan tertinggi ini, yaitu kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.
Pengaktualisasikan diri, sebuah konsep yang dipinjamnya dari Gold Stein,
mengacu pada pengaktualisasian potensi-potensi, kapasitas-kapasitas dan
talenta manusia. Untuk mempelajarinya, Maslow menguji hidup dan
pengalaman kebanyakan manusia yang sehat dan kreatif yang bisa
ditemuinya. Sampelnya mencakup teman-teman dan kenalan-kenalannya,

6 Yudrik Jahja, psikologi perkembangan (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011) hal 108-110

11
seperti antropolog Ruth Benedict, juga tokoh-tokoh publik dan historis, seperti
Tomas Jefferson dan Eleanor Roosevelt.

D. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)


Teory belajar sosial yang juga mahsyur dengan sebutan teori
obsevational learning. ‘belajar observasional/dengan pengamatan’ itu adalah
sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori
belajar lainnya. Tokoh utama teori ini adalah Albert Bandura, seorang
psikolog dari Universitas Stanford Amerika Serikat, yang oleh banyak ahli
dianggap sebagai seorang behavioris masa kini yang tidak moderat. Tidak
seperti rekan-rekannya sesama penganut aliran behaviorisme, Bandura
memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas
stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil
interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.
Prinsip dasar belajar hasil temuan Bandura termasuk belajar sosial dan
moral. Menurut Barlow, sebagian besar dari yang dipelajari melalui peniruan
(imitation) dan penyajian contoh perilaku (modelling). Dalam hal ini, seorang
siswa belajar mengubah perilakunya sendiri melalui penyaksian cara orang
atau sekelompok orang mereaksi atau merespons sebuah stimulus tertentu.
Siswa ini juga dapat mempelajari respons-respons barn dengan cara
pengamatan terhadap perilaku contoh dari orang lain, misalnya guru atau
orangtuanya.
Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial
dan moral siswa ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan
merespons) dan imanitation (peniruan). Penjelasan lebih lanjut mengenai
prosedur-prosedur belajar sosial dan moral tersebut adalah sebagai berikut.
Conditioning, menurut prinsip-prinsip kondisioning, prosedur belajar
dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama
prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni

12
dengan ”rewar ” (ganjaran/memberi hadiah atau menggajar) dan punishment
(hukuman /materi hukuman).
Dasar pemikirannya ialah sekali seseorang siswa memelajari
perbedaan antara perilaku yang mengasilkan ganjaran dengan perilaku yang
mengakibatkan hukuman, ia senantiasa berpikir dan memtuskan perilaku
sosial tertentu yang perlu ia perbuat.
Sehubungan dengan hal diatas, komentar-komentar yang disampaikan
orang tua atau guru ketika menghukum siswa merupaka faktor yang penting
untuk proses internalisasi atau penghayatan siswa tersebut terhadap moral
standards (patokan-patokan moral). Orang tua dan guru dalam hal ini sangat
diharapkan memberi penjelasan agar siswa tersebut benar-benar paham
mengenai jenis perilaku menghasilkan ganjaran dan jenis perilaku yang
menimbulkan sanksi.
Reaksi-reaksi seorang siswa terhadap stimulus yang ia pelajari adalah
hasil dari adanya pembiasaan merespons sesuai kebutuhan, melalui proses
pembiasaan merespons (conditing) ini, juga ia menemukan pemahaman
bahwa ia dapat menghindari hukuman dengan memohon maaf yang sebaik-
baiknya agar kelak terhindar dari sanksi.
Imitation. Prosedur lain yang juga penting dan menjadi bagian yang
integral dengan prosedur-prosedur belajar menurut teori social learning, ialah
proses imitasi atau peniruan. Dalam hal ini, orang tua dan guru seyogiyanya
memainkan peran penting sebagai seorang model atau tokoh yang dijadikan
contoh berperilaku sosial dan moral bagi siswa.
Sebagai contoh, mula-mula seorang siswa mengamati model gurunya
sendiri yang sedang melakukan sebuah perilaku sosial, umpamanya menemui
seorang tamu. Lalu, perbuatan menjawab salam, berjabat tangan, beramah
tamah, dan seterusnya yang dilakukan model itu diserap olehmemori siswa
tersebut mampu meniru sebaik-baiknya erbuatan sosial yang dicontohkan oleh
modelnya itu.
Kualitas kemampuan siswa dalam melakukan perilaku sosial hasil
pengamatan terhadap model tersebut, antaralain bergantung pada ketajaman
13
persepsinya mengenai ganjaran dan hukuman yang berkaitan dengan benar
dan salahnya perilaku yang ia tiru dari mode tadi. Selain itu, tingkat kualitas
imitasi tersebut juga bergantung pada persepsi siswa, terhadap “siapa” yang
menjadi model. Maksudnya, semakin piawai dan berwibawa seorang model,
semakin tinggi pula kualitas imitasi perilaku sosial dan moral siswa tersebut.7

E. Teori Psikodinamika
Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat
dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini
adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini
mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik
dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-
anak dini.

Pemahanan freud tentang kepribadian manusia didasarkan pada


pengalaman-pengalaman dengan pasiennya, analisis tentang mimpinya, dan
bacaannya yang luas tentang beragam literature ilmu pengetahuan dan
kemanusiaan. Pengalaman-pengalaman ini menyediakan data yang mendasar
bagi evolusi teorinya. Baginya, teori mengikuti megikuti observasi, dan
konsepnya tentang kepribadian terus mengalami revisi selama 50 tahun
terakhir hidupnya.

Teori psikodinamika atau tradisi klinis berangkat dari dua asumsi dasar.
Pertama, manusia adalah bagian dari dunia binatang. Kedua, manusia adalah
bagian dari sistem energi. Kunci utama untuk memahami manusia menurut
paradigma psikodinamika adalah mengenali semua sumber terjadinya
perilaku, baik itu berupa dorongan yang disadari maupun yang tidak disadari.

7 Muhibbin Syah, psikologi belajar ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004) hal 106-108

14
Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia
memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis.
Banyak pakar yang kemudian ikut memakai paradigma psikoanalisis untuk
mengembangkan teori kepribadiannya, seperti : Carl Gustav Jung, Alfred
Adler, serta tokoh-tokoh lain seperti Anna Freud, Karen Horney, Eric Fromm,
dan Harry Stack Sullivan. Teori psikodinamika berkembang cepat dan luas
karena masyarakat luas terbiasa memandang gangguan tingkah laku sebagai
penyakit.

F. Teori Ekologi
Teori ekologi telah diperkembangkan oleh Urie Bronfenbrenner
(1917). Teori perkembangan ekologikal adalah teori yang menekankan
pengaruh persekitaran ke atas perkembangan individu. Teori Ekologi
Bronfenbrenner (1979,1989) menjelaskan bahawa perkembangan kanak-
kanak adalah sebagai hasil interaksi antara alam persekitaran dengankanak-
kanak tersebut. Dalam konteks ini, interaksi antara kanak-kanak dengan
persekitarankanak-kanak itu dipercayai boleh mempengaruhi proses
pertumbuhan dan perkembangan kanak-kanak. Merujuk kepada konsep di
dalam teori ini, sama ada kita menyedarinya atau tidak kanak-kanak yang
merupakan individu yang berada dalam ruang lingkup mikro.
Dalam teori ini menyatakan bahawa proses perkembangan dan
pertumbuhan yangterangkum dalam sistem persekitaran itu mementingkan
interaksi antara satu sama lain. MenurutBronfenbrenner terdapat 5 sistem
yang mempengaruhi perkembangan kanak-kanak. iaitumikrosistem,
mesosistem, eksosistem, makrosistem dan kronosistem. Kelima-lima sistem
persekitaran tersebut memberikan implikasi kepada guru dalam menyediakan
diri denganselengkapnya semasa proses pengajaran dan pembelajaran di
dalam kelas.Tugas guru bukan sahaja mengajar semata-mata, namun
berperanan sebagai pembimbingkepada murid-murid semasa di sekolah.
Murid-murid banyak menghabiskan masa bersama gurusemasa di sekolah.

15
Jadi guru bertindak sebagai pembimbing dan penasihat kepada murid-
murid.Sebagai seorang guru, mereka perlu tahu tahap perkembangan setiap
anak murid mereka. Jadi pemilihan aktiviti pengajaran yang sesuai dengan
minat, pengetahuan dan pengalaman murid dapat meningkatkan tahap
perkembangan mereka dalam di dalam pelajaran.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori perkembangan adalah teori yang memfokuskan kepada perubahan


-perubahan dan perkembangan struktur jasmani biologis, perilaku dan fungsi
mental manusia dalam berbagai tahap kehidupannya, mulai dari konsepsi
hingga menjelang kematian Teori perkembangan sangat mempengaruhi
perkembangan diri seorang individu, kalau baik perkembangan baiklah
individu tersebut.
Teori perkembangan meliputi:
1. Teori psikologi kognitif
2. Teori behaviorisme
3. Teori belajar sosial
4. Teori humanistik
5. Teori kognitif
6. Teori ekologi
B. Saran
Untuk para peneliti dan para penyusun makalah selanjutnya
diharapkan kedepannya agar lebih baik lagi. Baik dari segi bahasa maupun
penyajiannya serta dapat lebih banyak lagi mendapat referensi buku atau
sumber yang lainnya untuk menjadi acuan atau dasar pembelajaran.

16

Anda mungkin juga menyukai