ASESMEN PASIEN
RUMAH SAKIT PETROKIMIA GRESIK
TAHUN 2018
SAMBUTAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PETROKIMIA GRESIK
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Kami atas nama pribadi dan seluruh keluarga besar Rumah
Sakit Petrokimia Gresik menyampaikan ucapan selamat dan
sukses atas diterbitkannya “Panduan Asesmen Pasien Rumah
Sakit Petrokimia Gresik”. Saya berharap buku ini dapat
menjadi Buku Panduan Asesmen Pasien Rumah Sakit
Petrokimia Gresik yang baku sehingga bisa digunakan sebagai
acuan dalam pelayanan di setiap instalasi pelayanan.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu penerbitan buku Panduan Asesmen Pasien Rumah Sakit
Petrokimia Gresik, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
semoga Allah SWT senantiasa menyertai langkah kita dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang terbaik bagi pasien, keluarga dan masyarakat pada
umumnya. Amin.
ii
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
3.9 Asesmen Kemampuan Aktifitas Harian....................................21
3.10 Asesmen Individu.....................................................................22
3.10.1 Asesmen Resiko Jatuh...............................................22
3.10.2 Skrining dan Asesmen Nyeri......................................27
3.10.3 Asesmen Geriatri........................................................29
3.10.4 Asesmen Pasien Terminal..........................................31
3.10.5 Asesmen Kebutuhan Rohani......................................34
3.10.6 Asesmen Kebutuhan Privasi.......................................34
3.10.7 Asesmen Neurologis................................................... 34
3.10.8 Asesmen Neonatus..................................................... 36
3.10.9 Asesmen Pasien Dengan Gangguan Kejiwaan............37
3.10.10 Asesmen Kebidanan...................................................38
3.10.11 Asesmen Restrain......................................................39
3.10.12 Asesmen Luka............................................................40
3.10.13 Asesmen Kosmetik.....................................................40
3.10.14 Asesmen Gigi…………………………………………….41
3.10.15 Asesmen Untuk Korban Penganiayaan......................41
3.10.16 Asesmen Sosio Ekonomi dan Budaya........................ 42
3.10.17 Asesmen Pasien Dengan Kecurigaan ketegantungan
Alkohol........................................................................43
3.10.18 Asesmen Pasien Dengan Gangguan Komunikasi.......44
3.10.19 Asesmen Pra Bedah………………………………….….45
3.10.20 Asesmen Pra Anastesi………………………………….45
3.10.21 Asesmen Pra Induksi……………………………………46
3.10.22 Asesmen Pra Sedasi……………………………………46
BAB 4 Dokumentasi....................................................................................47
v
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
4. Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga.
Untuk itu Rumah Sakit membuat kebijakan mengenai proses
asesmen pasien di Rumah Sakit Petrokimia Gresik sebagai acuan
standar dalam proses asesmen. Panduan asesmen pasien ini dibuat
sebagai acuan bagi seluruh staf medik, keperawatan dan profesional
kesehatan lain dalam melakukan asesmen terhadap pasien di Rumah
Sakit Petrokimia Gresik.
2
10. Kebutuhan edukasi
11. Perencanaan pemulangan pasien (Discharge Planning).
3
Merupakan proses asesmen awal resiko pasien jatuh dan asesmen
ulang terhadap pasien yang di identifikasi terjadi perubahan kondisi
atau pengobatan.
e. Asesmen Khusus
Asesmen individual untuk tipe-tipe pasien atau populasi pasien
tertentu yang didasari atas karakteristik yang unik, yaitu pada
pasien neonates, anak, terminal, geriatric, kebidanan, restrain, luka
dan kosmetik.
1.8 DPJP
Adalah seorang dokter / dokter gigi yang bertanggung jawab atas
pengelolahan asuhan medis seorang pasien.DPJP juga betanggung jawab
terhadap kelengkapan, kejelasan, dan kebenaran serta ketepatan waktu
pengembalian dari rekam medis pasien tersebut.
1.10 Keperawatan
Adalah seluruh rangkaian proses asuhan keperawatan dan kebidanan yang
diberikan kepada pasien yang berkesinambungan yang dimulai dari
Asesmen sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun
memelihara derajat kesehatan yang optimal.
4
1.11 Dietisien
Adalah seorang profesional medis yang mengkhususkan diri dalam
dietetika, study tentang gizi dan penggunaan diet khusus untuk mencegah
dan mengobati penyakit.
5
BAB 2
RUANG LINGKUP
6
ASESMEN PASIEN
MENGEMBANGKAN
RANCANA ASUHAN
MELAKUKAN EVALUASI
7
kepentingan evaluasi terapi harus menunjukkan kuantifikasi (misalkan
skala nyeri, mual sampai tidak bisa makan, atau bisa makan tapi
sedikit).
2. O: Merupakan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik. Ditulis di
rekam medik hasil pemeriksaan fisik dan penunjang yang relevan
dalam diagnosis dan terapi yang diberikan saja.
3. A: Merupakan kesimpulan Asesmen. Dituliskan di rekam medik hanya
kesimpulan Asesmen yang relevan dengan rencana perubahan terapi
(penambahan maupun pengurangan) atau yang merupakan tindak
lanjut dari Asesmen sebelumnya. Termasuk perubahan diagnosis
harus dituliskan.
4. P: Merupakan kelanjutan rencana perawatan. Dituliskan di rekam
medik secaralengkap setiap perubahan terapi/penanganan. Termasuk
penambahan obat, pengurangan obat, perubahan dosis obat,
perubahan diit, konsultasi dengan spesialisasi lain, rencana
pemulangan, edukasi dan pelatihan pasien dan keluarga yang akan
dilakukan.
Huruf SOAP tidak perlu dituliskan dalam rekam medik, namun
komponen-komponen SOAP di atas harus dituliskan guna menjamin
kontinuitas penanganan, sekaligus justifikasi dari terapi yang diberikan
sehingga pada proses audit informasi yang diberikan lengkap, sekaligus
memenuhi aspek hukum.Penulisan Asesmen harus jelas tanggal dan jam
dilakukan Asesmen dan tertulis atau terdokumentasikan di rekam medik
secara kronologis waktu.
Dokter DPJP melakukan asesmen ulang sekurang-kurangnya setiap
hari, termasuk akhir minggu, selama fase akut dari perawatan dan
pengobatan. Untuk pasien nonakut, dimana asesmen ulang oleh dokter
DPJP biasa kurang dari sekali sehari dan menetapkan interval minimum
untuk jadwal asesmen ulang bagi kasus ini.
8
BAB 3
TATA LAKSANA
3. Asesmen Neonatus
Penting untuk melakukan pemeriksaan bayi sesaat setelah dilahirkan
bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan bayi. Asesmen
neonates ini dilakukan pada pasien sejak dilahirkan sampai dengan
umur 28 hari.
4. Asesmen Restrain
Asesmen restrain ini di lakukan pada pasien yang mengalami
penurunan kesadaran di sertai gaduh gelisah dan pasien dengan
indikasi gangguan kejiwaan (gaduh gelisah).
5. Asesmen Luka
Asesmen ini di tujukan pada pasien yang mengalami luka, baik luka
yang lama maupun luka yang baru.
9
3.2 Asesmen Gawat Darurat
Saat masuk unit gawat darurat setiap pasien akan diberikan asesmen
awal oleh seorang perawat. Asesmen ini akan mencakup:
1. Review singkat mengenai keluhan utama dan riwayat penyakit.
2. Tanda-tanda vital.
3. Nyeri.
4. Berat badan dan tinggi badan untuk pasien pediatric.
5. Riwayat penggunaan obat.
6. Status alergi.
7. Pemeriksaan fisik.
8. Trauma.
9. Tingkat kesadaran (menggunakan skala AVPU).
10. Pengkajian fungsi aktifitas sehari-hari apakah mandiri atau dengan
bantuan.
11. Pengkajian resiko jatuh.
12. Pengkajian resiko dekubitus.
13. Kebutuhan komunikasi, kognisi dan edukasi
14. Psikososial dan ekonomi.
15. Spiritual.
16. Masalah keperawatan.
10
3. Monitoring korban akan kemungkinan terjadinya perubahan-
perubahan pada C, A, B, derajat kesadaran dan tanda vital lainnya.
Triase yang dilakukan di IGD Rumah Sakit Petrokimia Gresikberdasarkan
klasifikasi tingkat prioritas (labeling):
Klasifikasi
Keterangan
11
1. Henti jantung paru.
2. Syok kardiogenik.
3. Persalinan precipitous.
4. Psikosis akut.
5. Major trauma terhadap organ vital.
6. Keracunan.
7. Overdosis obat.
8. Exsanguinations.
9. Koma.
Untuk pasien gawat darurat, asesmen awal medis dan keperawatan
harus diprioritaskan penanganannya berdasarkan kebutuhan dan kondisi
pasien.Untuk asesmen awal IGD harus dilakukan kurang dari 5 menit
sejak pasien dating ke IGD dan harus lengkap dalam waktu kurang dari
30 menit atau lebih cepat tergantung kondisi pasien.
Bilamana tidak cukup waktu untuk mengumpulkan riwayat medis
lengkap dan pemeriksaan fisik pasien gawat darurat yang membutuhkan
operasi, catatan singkat dan diagnosa pra-operasi harus dicatat dalam
catatan kasusnya.
12
anggota staf, sebaiknya paling tidak dengan satu anggota yang sesama
jenis dengan pasien). Data dan informasi Asesmen pasien dianalisis dan
diintegrasikan.Asesmen awal menghasilkan diagnosis awal. Asesmen
awal medis pasien rawat jalan harus diselesaikan dalam waktu kurang
dari 1 jam atau lebih cepat tergantung kondisi pasien.
Rencana penatalaksanaan termasuk setiap pemeriksaan dan obat-
obatan yang diresepkan, rujukan untuk spesialis lain, juga tujuan dari
penatalaksanaan yang direncanakan dan keputusan didokumentasikan di
rekam medis. Pasien beserta keluarga diberi informasi mengenai
diagnosisnya dan rencana perawatan yang direncanakan.
Sebelum pemulangan dari kunjungan klinik, kondisi pasien akan dikaji
kembali oleh Dokter untuk mengevaluasi respon pasien terhadap
perawatan yang sesuai dengan tipe dan alasan kunjungannya, keluhan
yang muncul, intervensi yang diberikan dan didokumentasikan sesuai
dengan itu.
Untuk pasien rawat jalan dengan penyakit akut atau non kronik, maka
asesmen awal harus diperbarui setelah 1 bulan. Sedangkan untuk pasien
rawat jalan dengan penyakit kronik, maka asesmen awal harus diperbarui
setelah 3 bulan.
3.3.2 Asesmen Medis Ulang Pasien Rawat Jalan
Berdasarkan Asesmen awal pasien dan rencana perawatan yang
ditetapkan, asesmen ulang dilakukan dan didokumentasikan selama
proses perawatan dan pemeriksaan lanjutan.
Asesmen ulang dilakukan untuk perencanaan pengobatan lanjutan.
Asesmen ulang dilakukan sesuai dengan kondisi pasien dan bilamana
terjadi perubahan yang signifikan pada kondisi mereka, rencana asuhan,
dan kebutuhan individual.
Pada setiap kunjungan lanjutan, keluhan utama, tanda-tanda vital,
Asesmen nyeri menjadi fokus Asesmen, evaluasi test diagnostik dan
rencana penatalaksanaan harus dilakukan dan didokumentasikan sesuai
dengan jenis kunjungannya.
3.3.3 Asesmen awal keperawatan pasien rawat jalan
Pelayanan rawat jalan yang dimiliki oleh rumah sakit meliputi poli
umum, anak, peyakit dalam, kandungan, KKW, THT, paru, bedah umum,
bedah kepala leher, bedah saraf, bedah mulut, bedah plastic, bedah
13
thorax kardio, orthopedic, jiwa, jantung, onkologi, kosmetik kulit dan
kelamin, orthodonsia, rehab medik, urologi, geriatri, saraf, mata,
konservasi gigi, gigi umum, radiologi, rawat luka, dan klinik laktasi. Pada
saat pasien mendatangi klinik rawat jalan di RS Petrokimia Gresik maka
perawat harus mengkaji hal-hal berikut pada pasien :
1. Sumber data, apakah sumber data didapat dari pernyataan pasien
sendiri / keluarga atau orang lain, apakah perlu penerjemah bahasa.
2. Tanggal jam kedatangan serta klinik apa yang dikunjungi pasien
3. Riwayat alergi.
4. TTV serta status nutrisi yaitu BB, TB.
5. Pengkajian fungsional, meliputi: alat bantu pasien, prosthesis ataupun
cacat tubuh.
6. Pengkajian resiko jatuh.
7. Pengkajian nyeri.
8. Kebutuhan komunikasi, kognisi dan edukasi.
Bicaranya normal / tidak, apakah memerlukan bahasa isyarat, apakah
ada hambatan belajar seperti bahasa, pendengaran atau hilangnya
memori.
9. Psikososial dan ekonomi.
a. Keadaan psikologis = kooperatif, agitasi, disorientasi, sedih,
cemas, marah, gelisah.
b. Tingkat pendidikan
c. Pekerjaan
d. Tinggal bersama = suami / istri, orang tua, anak, sendiri, teman,
caregiver.
e. Status ekonomi = pembayaran pribadi / perorangan, jaminan
kesehatan atau asuransi.
f. Spiritual = menjalankan ibadah ada hambatan atau tidak, persepsi
pasien terhadap sakit, meminta pelayanan spiritual atau tidak.
Asesmen awal keperawatan pasien rawat jalan harus di seleseikan
dalam waktu kurang dari 1 jam atau lebih cepat tergantung kondisi
pasien.
Untuk pasien rawat jalan dengan penyakit akut atau non kronik, maka
asesmen awal keperawatan harus diperbarui setelah 1 bulan.Sedangkan
14
untuk pasien rawat jalan dengan penyakit kronik, maka asesmen awal
harus diperbarui setelah 3 bulan.
15
jawab spesialis yang menerima untuk mereview dan memastikan
asesmen tersebut dan mendokumentasikannya padarekam medis
sebagai catatan penerimaan dan menambahkan informasi tambahan
bilamana diperlukan.
Asesmen awal menghasilkan diagnosis awal pasien. Semua asesmen
pasien yang berasal dari luar Rumah Sakit Petrokimia Gresik, maka harus
dilakukan asesmen awal ulang pada saat pasien masuk Rumah Sakit
Petrokimia Gresik.Asesmen ini akan didokumentasikan dalam ‘rekam
medis’. Asesmen tersebut mencakup:
1. Tingkat kritis dari temuan.
2. Kompleksitas pasien.
3. Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan.
Sebagai contoh mengkonfirmasikan kejelasan diagnosa dan setiap
prosedur dan penatalaksanaan yang direncanakan, keberadaan
radiographi yang dibutuhkan untuk operasi, setiap perubahan kondisi
pasien, misalnya pengawasan gula darah, dan mengidentifikasikan
setiap hasil tes lab yang kritis yang mungkin harus diulang.
16
3 Sebagai respon terhadap perubahan penting kondisi pasien.
4 Jika diagnosis pasien berubah dan dibutuhkan perubahan rencana
asuhan.
5 Menentukan apakah pengobatan dan tindakan lain berhasil dan
pasien dapat dipindah atau dipulangkan.
Temuan pada asesmen digunakan selama proses pelayanan untuk
mengevaluasi kemajuan pasien, sehingga sangat perlu semua asesmen,
dicatat dan didokumentasikan dengan baik dan dapat dengan cepat dan
mudah ditemukan kembali dalam rekam medis.
17
Bicaranya normal atau tidak, gangguan bicara, apakah perlu bahasa
isyarat, apakah ada hambatan belajar, misal : bahasa, pendengaran,
hilang memori dan lain-lain.
15. Psikososial dan ekonomi.
a. Keadaan psikologis: kooperatif, agitasi, disorientasi, sedih,
cemas, marah, gelisah.
b. Tingkat pendidikan: belum sekolah, SD, SMP, SMA, Diploma,
Sarjana, Pasca Sarjana.
c. Tinggal bersama: suami/istri, orangtua, anak, sendiri, teman,
caregiver.
d. Status ekonomi: pembayaran pribadi/perorangan, jaminan
kesehatan / asuransi.
16. Spiritual : apakah ada hambatan dalam menjalankan ibadah, persepsi
pasien terhadap sakit apakah meminta pelayanan spiritual.
17. Discharge Planning / rencana pemulangan.
a. Apakah setelah pulang pasien akan tinggal dengan keluarga.
b. Apakah posisi kamar pasien di lantai atas.
c. Apakah pasien usianya 60 tahun.
d. Apakah ada keterbatasan mobilitas.
e. Apakah ada perawatan atau pengobatan lanjutan.
f. Apakah memerlukan bantuan untuk aktifitas sehari-hari.
g. Apakah tempat tinggal pasien dekat dengan pelayanan
kesehatan.
Pengumpulan data yang diperoleh/dinilai pada saat Asesmen awal
akan dilanjutkan sampai dengan saat pasien dipulangkan. Masing-masing
kebutuhan perawatan kesehatan, kesiapan untuk belajar, dan halangan
pembelajaran juga akan dikaji pada saat penerimaan dan
didokumentasikan di CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi).
18
dan respon terhadap intervensi. Asesmen ulang keperawatan
didokumentasikan di rekam medis lembar CPPT (Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi) dengan metode SOAP (Subyektif, Obyektif,
Asesmen, Planning).
19
skor 0 maka anak berisiko rendah malnutrisi dan dilakukan skrining gizi
ulang setelah 1 minggu.
20
3. Cara pemberian obat sedasi.
4. Indikasi dan Kontra Indikasi obat sedasi.
5. Efek samping dan monitoring selama pemberian sedasi.
6. Penanganan efek samping dan kegawatan sehubungan dengan obat
sedasi.
7. Reversal agent dari obat sedasi.
Dokter atau perawat yang perlu mendapat sertifikasi pelaksana sedasi
adalah :
1. Dokter IGD.
2. Dokter ICU.
3. Dokter Rawat Inap.
4. Perawat IGD.
5. Perawat ICU.
6. Perawat Anestesi.
7. Perawat unit lain yang bertugas memasukkan obat-obat sedatif
intravena.
Asesmen pre, durante dan post anestesi atau sedasi dilakukan dan
didokumentasikan dalam rekam medik secara lengkap. Pasien tidak
dilakukan tindakan anestesi & sedasi bilamana Asesmen pasien belum
dilakukan dan didokumentasikan di rekam medik, termasuk proses untuk
mendapatkan persetujuan tindakan medik (informed-consent), dan
skrining dilakukan oleh unit kamar bedah atau unit lain yang melakukan
sedasi.
21
Tak Terkendali Atau Pakai
0
Kateter
Buang Air
2. Kadang-Kadang Tak Terkendali
Kecil 1
(Hanya 1 X 24 Jam)
2 Terkendali/Mandiri
Perawatan 0 Butuh Pertolongan Orang Lain
3.
Diri 1 Mandiri
Tergantung Pertolongan Orang
0
Lain
Perlu Pertolongan Pada
Penggunaan
4. Beberapa Kegiatan Tetapi
Toilet 1
Dapat Mengerjakan Sendiri
Beberapa Kegiatan Yang lain
2 Mandiri
0 Tidak Mampu
Perlu Di Tolong Memotong
5. Makan 1
Makanan
2 Mandiri
0 Tidak Mampu
Perlu Banyak Bantuan Untuk
1
6. Transfer Biasa Duduk
2 Bantuan Minimal 1 Orang
3 Mandiri
0 Tidak Mampu
Bisa (Pindah) Dengan Kursi
1
Roda
7. Mobilitas
Berjalan Dengan Bantuan 1
2
Orang
3 Mandiri
8. Berpakaian 0 Tergantung Orang Lain
1 Sebagian Dibantu (Misal :
Memakai Baju)
2 Mandiri
9. Naik Turun 0 Tidak Mampu
Tangga 1 Butuh Pertolongan
2 Mandiri
10. Mandi 0 Tergantung Orang Lain
1 Mandiri
TOTAL SKOR
12 – 20 : Minimal Care 9 – 11 : Partial Care 0 – 8 : Total Care
22
Unit Gawat Darurat dan unit-unit ambulatory lainnya, sesuai tabel
dibawah.
1. Pengkajian
a. Cara Berjalan pasien
1) Tidak seimbang/sempoyongan.
2) Jalan dengan menggunakan alat bantu.
b. Menopang saat akan duduk.
2. Hasil
a. Tidak beresiko : Tidak ditemukan a&b
b. Risiko rendah : Ditemukan salah satu a/b
c. Risiko tinggi : Ditemukan a&b
3. Tindakan
a. Tidak beresiko : Tidak ada tindakan.
b. Risiko rendah : Edukasi.
c. Risiko tinggi : Edukasi & pasang pita kuning
4. Intervensi Risiko Jatuh
a. Intervensi Risiko Rendah Jatuh
1) Pastikan tempat tidur posisi terkunci.
2) Tutuplah pagar tempat tidur.
3) Anjurkan pasien untuk meminta bantuan bila membutuhkan
pemenuhan KDM (makan,minum,BAK,BAB, dan lain-lain).
4) Pastikan panjang celana/sarung diatas tumit.
5) Anjurkan pasien pada posisi postural hypotension.
6) Orientasikan pasien/penunggu tentang ruangan.
23
h. Tempatkan bel pasien dan benda yang dibutuhkan dalam
jangkauan.
i. Anjurkan pasien menggunakan alas kaki yang tidak licin.
j. Pakaikan gelang risiko jatuh warna kuning.
k. Pasang tanda peringatan risiko jatuh pada bed pasien.
l. Bantu aktifitas pasien personal hygiene, saat ke toilet sesuai
kebutuhan.
m. Menetapkan jadwal eleminasi dan penggunaan alat bantu yang
tepat.
6. Intervensi Pasien Risiko Tinggi Jatuh
a. Pastikan tempat tidur dalam posisi terkunci.
b. Tutuplah pagar tempat tidur.
c. Anjurkan pasien untuk meminta bantuan bila membutuhkan
pemenuhan KDM (makan, minum,BAK,BAB,dll).
d. Pastikan panjang celana/sarung diatas tumit.
e. Anjurkan pasien pada posisi postural hypotension.
f. Letakkan tanda kewaspadaan jatuh/label kuning pada tempat tidur
pasien.
g. Sarankan penunggu selalu berada sekitar pasien bila tidak ada
kontra indikasi.
h. Orientasikan pasien/penunggu tentang ruangan.
i. Lakukan pemasangan fiksasi fisik apabila diperlukan dengan
persetujuan keluarga.
j. Jelaskan efek samping pengobatan.
k. Lakukan observasi secara berkala dan sarankan toileting.
Pastikan pasien memiliki identitas gelang warna kuning bagi
penanda risiko tinggi jatuh. Asesmen ini dilanjutkan dengan tindak lanjut
yang sesuai dengan tingkat resiko jatuh dari pasien. Asesmen resiko
jatuh diulang bila :
1. Pasien jatuh.
2. Pasien menerima obat yang meningkatkan resiko jatuh (termasuk
pasien post operatif maupun tindakan lainnya).
3. Pasien mengeluh pusing atau tanda gangguan keseimbangan lain.
Penilaian resiko jatuh di Rumah Sakit Petrokimia Gresik menggunakan 3
metode yaitu Skala Morse Falls untuk menilai resiko jatuh pasien dewasa,
24
skala Humpty Dumpty untuk menilai resiko jatuh pasien anak-anak (0-18
tahun) dan Sydney Scoring untuk pasien geriatri.
Tabel Skala Morse Falls
Skor
Faktor Risiko Skala Poin
Pasien
Ya 25
Riwayat jatuh
Tidak 0
Diagnosis Ya 15
skunder
(≥diagnosis Tidak 0
medis)
Berpegangan pada perabot, kursi roda 30
Alat bantu Tongkat/walker 15
Tidak ada/perawat/tirah baring 0
Terpasang Ya 20
infus/terapi
Tidak 0
intravena
Kerusakan 20
Gaya berjalan Kelemahan 10
Normal /tirah baring/imobilisasi 0
Tidak konsisten dengan perintah 15
Status mental
Sadar akan kemampuan diri sendiri 0
>45 : Risiko tinggi ; 25-44 : Risiko sedang ; 0 -24 :Risikorendah
25
Area pasien rawat jalan 1
Respon Dalam 24 jam 3
terhadap Dalam 48 jam 2
pembedahan, Lebih dari 48 jam/ tidak ada respon
sedasi, dan
1
anestesi
26
Mandiri (boleh memakai alat 0
bantu jalan)
Berjalan dengan bantuan 1 orang 1
Mobilitas (verbal/fisik)
maka
Menggunakan kursi roda 2 skor = 0.
3 Jika nilai
Imobilisasi
total
Total Skor
Paraf/Nama
Beritanda () jika sudah dilakukan, (-) jika belum atau tidak dilakukan, Tgl Tgl…. Tgl…. Tgl….. Tgl…..
(*) jika pasien menolak sekaligus berikan penjelasan. Jam P S M P S M P S M P S M
RT Memastikan tempat tidur /brankard dalam posisi rendah dan roda
a. terkunci
b. Menutup pagar tempat tidur/brankard
- Beritanda () apabila pagar sebelah kanan telah dinaikkan
- Beritanda () apabila pagar sebelah kiri telah dinaikkan
c. Orientasikan pasien/penunggu tentang lingkungan/ruangan
d. Beri tanda segitiga kuning pada tempat tidur pasien
e. Pastikan pasien memiliki kancing warna kuning pada gelang identifikasi
f. Lakukan pemasangan fiksasi fisik apabila diperlukan dengan persetujuan
keluarga
Paraf / InisialPerawat
Beri tanda () jika sudah dilakukan, (-) jika belum atau tidak dilakukan, Tgl Tgl…. Tgl…. Tgl….. Tgl…..
(*) jika pasien menolaksekaligus berikan penjelasan. Jam P S M P S M P S M P S M
RR
a. Memastikan tempat tidur /brankard dalam posisi rendah dan roda terkunci
b. Menutup pagar tempat tidur/brankard
- Beri tanda () apabila pagar sebelah kanan telah dinaikkan
- Beri tanda () apabila pagar sebelah kiri telah dinaikkan
c. Orientasikan pasien/penunggu tentang lingkungan/ruangan
27
akan melakukan asesmen nyeri terhadap pasien, dan melakukan
penanganan nyeri sesuai standar profesi.
Skrining nyeri pasien rawat jalan dilakukan untuk setiap kunjungan
pertama setiap harinya. Kunjungan kedua dan seterusnya tidak perlu
diulang(bila dalam sehari pasien mengunjungi lebih dari satu dokter atau
klinik). Skrining nyeri pasien rawat inap diulang sedikitnya setiap 24 jam
dan didokumentasikan dalam catatan keperawatan.Bila pasien
mengalami nyeri atau sedang dalam terapi nyeri, maka asesmen
dilakukan setiap sebelum pemberian obat nyeri, atau sesuai instruksi
dokter.
Asesmen nyeri juga perlu diulang sebelum 24 jam bila :
1. Setelah menjalani tindakan pembedahan atau invasif lain.
2. Jatuh.
3. Mengeluh nyeri.
Pada pasien dengan nyeri kronik dan berat, Asesmen nyeri dilakukan
lebih sering dan didokumentasikan dalam form monitoring nyeri seperti
pada SOP.
Wong Baker Face Scale
FLACC Pediatric
28
Numeric Pain Intensity Scale
29
Asesmen awal pasien geriatri bertujuan memberikan asuhan medis
ataupun keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien .
Asesmen awal geriatri meliputi :
1. Riwayat kesehatan
2. Keluhan, diagnosis, riwayat kesehatan, alergi, obat yang dikonsumsi,
riwayat tranfusi, merokok, minuman keras.
3. Keadaan umum pasien (Kesadaran, GCS, TTV)
4. Pemeriksaan fisik
5. Asesmen resiko dekubitus dengan skala Norton
6. Status fungsional, meliputi :
a. Nutrisi
b. Eliminasi
c. Kemampuan aktivitas dengan menggunakan Barthel Indeks
d. Istirahat, pengkajian insomnia menggunakan insomnia Rating
Scale dari Kelompok Study Psikiatri Biologi Jakarta (KPSBJ)
7. Tingkat kenyamanan
Asesmen nyeri menggunakan skala Wong Backer
8. Keselamatan
a. Pengkajian resiko jatuh untuk pasien geriatri menggunakan Sydney
Scoring
b. Pengkajian restrain
9. Kebutuhan komunikasi, kognisi dan edukasi
Adakah hambatan komunikasi dan gangguan bicara, penggunaan
bahasa isyarat
10. Psikososial dan ekonomi
11. Spiritual
12. Discharge planning
Perlu dilakukan pengkajian bertujuan untuk mempersiapkan
kepulangan pasien dan perawatan pasien geriatri selama dirumah,
meliputi setelah pulang akan tinggal dengan siapa, posisi kamar
pasien apakah dilantai atas, kondisi penerangannya, usianya apa
lebih dari 60 tahun, adakah keterbatasan mobilitas, perawatan atau
pengobatan lanjutan, apakah perlu bantuan dalam aktifitas sehari-hari
dan apakah tempat tinggal dekat dengan pelayanan kesehatan.
30
3.10.4 Asesmen Pasien Terminal
Pelayanan pada pasien tahap terminal adalah pelayanan yang
diberikan pada pasien yang mengalami sakit atau penyakit yang tidak
mempunyai harapan untuk sembuh dan menuju pada proses kematian
dalam 6 bulan atau kurang. Pasien terminal adalah pasien-pasien yang
dirawat yang sudah jelas bahwa mereka akan meninggal atau keadaan
mereka makin lama makin memburuk. Kondisi terminal adalah proses
yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu proses penurunan
fisik, psikososial dan spiritual. Pasien yang berada pada tingkat akhir
hidupnya memerlukan pelayanan yang berfokus akan kebutuhannya yang
unik. Pasien dalam tahap ini dapat menderita gejala lain yang
berhubungan dengan proses penyakit atau terapi kuratif atau memerlukan
bantuan berhubungan dengan faktor psikososial, agama dan budaya
yang berhubungan dengan proses kematian. Yang berhak untuk
memutuskan pasien berada dalam kondisi terminal adalah dokter yang
merawatnya (DPJP).Apabila dokter yang merawat sedang tidak berada di
tempat, dapat diwakilkan oleh dokter ruangan.
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien terminal di RS Petrokimia
Gresik meliputi :
1. Gejala seperti mau muntah dan kesulitan bernafas
a. Kegawatan pernafasan
Dyspnea, nafas tidak teratur, ada secret, nafas cepat dan dangkal,
nafas melalui mulut, SP02 kurang dari normal, nafas lambat,
mukosa oral kering, tidak ada kelainan.
b. Kehilangan tonus otot
Mual, sulit menelan, inkontinensia alfi, penurunan pergerakan
tubuh, distensi abdomen, tidak ada kelainan, sulit berbicara,
inkontinensia urin.
c. Nyeri (ada tidaknya nyeri)
d. Perlambatan sirkulasi
Bercak dan sianosis pada ekstremitas, gelisah, lemas, kulit dingin
dan berkeringat, tekanan darah menurun, nadi lambat dan lemah,
tidak ada kelainan.
2. Faktor-faktor yang membangkitkan gejala fisik, antara lain melakukan
aktifitas fisik pindah posisi atau yang lainnya.
31
3. Managemen gejala saat ini dan respon pasien sehingga
memunculkan masalah keperawatan (mual, perubahan persepsi
sensori, nyeri akut, pola nafas tidak efektif, konstipasi, nyeri kronis,
bersihan jalan nafas tidak efektif, defisit perawatan diri).
4. Orientasi spiritual pasien dan keluarga
Perlu atau tidaknya layanan spiritual.
5. Urusan dan kebutuhan spiritual pasien dan keluarga seperti putus
asa, penderitaan, rasa bersalah / pengampunan
Perlu / tidaknya di doakan, perlu / tidaknya bimbingan rohani, perlu /
tidaknya pendampingan rohani.
6. Status psikososial dan keluarga
a. Apakah ada orang yang ingin dihubungi saat ini.
b. Bagaimana rencana perawatan selanjutnya, apakah tetap dirawat
di Rumah Sakit atau di rawat dirumah, apakah perlu pelayanan
home care.
c. Reaksi pasien atas penyakitnya
Menyangkal, marah, takut, sedih / menangis, rasa bersalah,
ketidakberdayaan.
d. Reaksi keluarga atas penyakit pasien
Marah, gangguan tidur, penurunan konsentrasi, lelah, rasa
bersalah, keluarga kurang berpartisipasi, keluarga kurang
komunikasi dengan pasien.
7. Kebutuhan dukungan atau kelonggaran pelayanan bagi pasien,
keluarga, dan pemberi layanan lainnya
Apakah pasien perlu pendampingan keluarga, keluarga / sahabat
dapat mengunjungi pasien diluar waktu berkunjung.
8. Faktor resiko bagi keluarga yang ditinggalkan
a. Asesmen informasi : marah, depresi, rasa bersalah,
letih, bangun tidur, sedih / menangis, penurunan konsentrasi.
b. Asesmen keperawatan : koping individu tidak efektif,
distress spiritual.
Identifikasi pasien dengan kondisi terminal dilakukan diseluruh unit,
baik oleh dokter maupun oleh perawat. Pada pasien terminal perlu
dilakukan secara khusus Asesmen mengenai kebutuhan dari pasien
maupun keluarga dengan mengkaji :
32
1. Metode penyampaian berita buruk yang paling sesuai untuk pasien.
Dokter berunding dengan keluarga terlebih dahulu mengenai
bagaimana dan kapan waktu yang sesuai untuk menyampaikan berita
buruk.
2. Setelah pasien mengetahui kondisinya, perlu ditawarkan suatu bentuk
pendampingan psikologis atau psikiatrik yang mungkin diperlukan
untuk melalui fase denial (penyangkalan), fase anger (kemarahan)
hingga sampai fase acceptance (menerima). Hal ini dapat dilakukan
dalam outpatient atau inpatient setting.
3. Hal-hal seputar pilihan yang dimiliki pasien seperti ingin meninggal di
mana, serta berbagai kehendak pasien terkait dengan akhir hidupnya
(advanced directives) yang terkait dengan penanganan pasien.
4. Kadang pasien tidak dalam kondisi sadar / mampu berkomunikasi,
maka langkah di atas mungkin pula diperlukan untuk keluarga pasien.
5. Kebutuhan akan Layanan spiritual, yang dapat disediakan oleh rumah
sakit dandapat ditawarkan kepada pasien atau keluarga pasien,
namun pasien / keluarga dapat juga memilih untuk mengundang
penasehat spiritual pilihannya sendiri dengan menginformasikan
kepada perawat ruangan (untuk inpatient).
6. Kelonggaran dalam berdoa dan jumlah pengunjung diberikan melihat
kondisi ruangperawatan dan diberikan oleh penanggung jawab ruang
perawatan bagi pasien terminal dengan catatan tidak mengganggu
pasien lain.
7. Ke-adekuatan (adequacy) dari obat-obatan paliatif yang diberikan
(terutama obatnyeri), serta asesmen nyeri dan gejala lain yang
mungkin timbul pada pasien terminal.
8. Pasien terminal yang terpasang alat medik dan rencana akan dirawat
di rumah dengan alat medik tersebut (misalnya ventilator) perlu dikaji
mengenai siapa yang akan melakukan pengawasan terhadap
pengoperasian alat medik tersebut. Edukasi dan pelatihan terhadap
pasien atau yang merawat selanjutnya perlu dilakukan hingga
dipastikan bahwa mereka mampu mengoperasikan alat medik
tersebut dengan benar.
33
3.10.5 Asesmen Kebutuhan Rohani
Tahapan asesmen kebutuhan rohani
1. Bimbingan doa yang diinginkan
2. Kunjungan spiritual yang diinginkan pasien
3. Tanggapan terhadap kebutuhan spiritual
4. Metode kunjungan yang diharapkan
5. Kebutuhan rohani pasien
34
Glascow Coma Scale
35
Glascow Coma Scala Anak
36
5. Riwayat persalinan
6. Keadaan bayi
Melihat baik buruknya bayi saat dilahirkan menggunakan APGAR
score, mengukur berat dan panjang badan, lingkar kepala dada
lengan, bagaimana reflek bayi, penggunaan ASI eksklusif, IMD
serta TTV
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi : kulit, kepala dan leher, mata telinga
serta hidung, dada, perut, kelamin, anus, ekstremitas
8. Pengkajian nyeri menggunakan skala NIPS (Neonatal Infant Pain
Scale)
9. Pengkajian resiko jatuh untuk pasien neonates menggunakan skala
Humpty Dumpty. Sedangkan untuk asesmen neonatus medis
pengkajian meliputi :
a. Pemeriksaan fisik kepala, dada, abdomen, ekstremitas,
genetalia
b. Downes score
c. Ballard score
d. Kulit, lanugo, lipatan piantar, payudara, daun telinga, genetalia
pria dan wanita.
10. Identifikasi diagnosa masalah potensial dan kebutuhan akan
tindakan segera.
11. Discharge planning.
37
dikonsulkan ke psikiater. Pasien dengan ketergantungan zat (obat,
alkohol, rokok). Penanganan pasien dengan gangguan kejiwaan :
1. Pasien dengan gangguan psikotik dirujuk ke RS dr. Soetomo
Surabaya atau RS Jiwa.
2. Pasien dengan percobaan bunuh diri atau ancaman bunuh diri dirawat
dengan kewaspadaan tinggi dibawah tanggung jawab psikiater, atau
dirujuk bila dinilai ancaman bunuh dirinya tinggi, karena Rumah Sakit
Petrokimia Gresik tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk
pencegahan bunuh diri.
3. Pasien lain ditangani sesuai kondisi psikiatrinya.
4. Pasien dengan kecanduan obat.
38
3. Pemeriksaan penunjang
4. Diagnosis
5. Rencana(Edukasi, diagnostik, terapi, rujukan).
Asesmen awal kebidanan di rawat inap meliputi :
1. Tanggal MRS, register
2. Identitas pasien, status perkawinan, lama menikah, berapa kali
menikah
3. Riwayat kebidanan meliputi : keluhan utama, riwayat kehamilan
sekarang, riwayat penyakit keluarga, riwayat menstruasi, riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas, riwayat alergi, tranfusi, merokok
4. Keadaan umum meliputi : kesadaran, GCS, TTV
5. Pemeriksaan fisik
6. Pemeriksaan khusus meliputi: TFU, letak, His, DJJ, periksa dalam /
VT
7. Pemeriksaan penunjang
8. Status fungsional meliputi : nutrisi, eliminasi, aktifitas, pengkajian
nyeri menggunakan skala Wong Backer, pengkajian resiko jatuh
dengan skala Morse
9. Kebutuhan komunikasi
10. Psikososial dan ekonomi
11. Spiritual, menjalankan ibadah atau tidak, persepsi terhadap sakit,
apakah meminta pelayanan spiritual
12. Discharge planning
13. Identifikasi diagnosa dan kebutuhan tindakan segera
39
Composmentis, apatis, delirium, somnolen
2. Tanda-tanda vital
Tensi, nadi, suhu, pernafasan
3. GCS
Buka mata, bicara dan gerakan
4. Kondisi pasien
Gelisah, delirium, berontak, pasien kooperatif/tidak.
40
3.10.14 Asesmen Gigi
Asesmen gigi ini di tujukan pada pasien yang mempunyai masalah
pada gigi dan mulut meliputi:
1. Poli Gigi
Adalah suatu tempat pelayanan kesehatan yang di dalamnya
mencakup pelayanan terhadap perawatan dan pemeliharaan gigi.
2. Poli Bedah Mulut
Adalah suatu tempat pelayanan kesehatan yang di dalamnya
mencakup pelayanan pengobatan penyakit gigi dan mulut dengan
jalan operasi yang dilayani dokter spesialis bedah mulut.
3. Poli Konservatif Gigi
Adalah suatu tempat pelayanan kesehatan yang di dalamnya
mencakup pelayanan penanggulangan kelainan atau penyakit
jaringan keras gigi, pulpa dan periapes untuk mempertahankan gigi
di dalam mulut.
41
4. Asesmen terhadap kemungkinan fraktur multipel dilakukan, terutama
pada korban yang tidak dapat mengeluhkan nyeri untuk dirinya sendiri
(anak kecil, bayi maupun orang tua atau dengan kecacatan atau
keterbatasan).
5. Konsultasi psikologi dilakukan pada pasien dengan curiga korban
kekerasan atau penganiayaan.
42
layanan (dokter atau perawat) tidak dapat berbicara dalam bahasa
yang paling nyaman untuk pasien tersebut, maka diupayakan
mencari keluarga pasien atau staf Rumah Sakit Petrokimia Gresik
yang mampu menjembatani komunikasi dengan baik kepada pasien
atau walinya.
4. Dalam hal pasien diwakili oleh wali (surrogate), misalnya pasien
anak-anak atau kondisi secara fisik atau psikis terganggu, maka
pertanyaan-pertanyaan di atas perlu diajukan ke wali pasien
tersebut.
5. Apakah ada hal-hal terkait dengan budaya atau kepercayaan yang
dianut yang berhubungan dengan proses perawatannya? Termasuk
menanyakan adanya obat-obat alternatif yang dikonsumsi atau
dilakukan selama perawatan.
43
5. Memasukkan riwayat minum alkohol dan merokok sebagai bagian
dari pertanyaan rutin untuk Medical Check Up.
6. Tergantung dari kondisi pasien, dokter yang mengidentifikasi
(mencurigai adanya masalah ketergantungan) dapat melakukan
Asesmen awal berupa pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a. Berapa banyak merokok? minum alkohol?
b. Jika drug abuse : obat apa yang digunakan? darimana
didapatkan?
c. Sejak usia berapa?
d. Pernah mencoba berhenti atau mengurangi?
e. Apakah pasien sadar bahaya dan resiko dari merokok atau
konsumsi alkohol atau obat?
7. Bila ditemukan populasi beresiko, pasien dibuatkan rujukan ke
psikiater untuk Asesmen dan penanganan lebih lanjut. Penanganan
meliputi :
a. Psikoterapi.
b. Medikamentosa.
c. Konseling untuk HIV oleh tim HIV bagi pengguna obat via injeksi
(injecting drug users/IDUs).
8. Seluruh proses penanganan ini didokumentasikan dalam rekam
medik.
44
Dalam hal pasien buta, komunikasi verbal merupakan metode
utama untuk Asesmen, dan dalam hal pasien bisu atau tuli, maka
komunikasi tertulis merupakan salah satu alternatif pertama untuk
Asesmen.
Dalam hal gangguan pendengaran total dan pasien berkomunikasi
dengan bahasa isyarat untuk orang tuna rungu, dan keluarga yang ada
pada saat itu tidak dapat berkomunikasi, maka Rumah Sakit Petrokimia
Gresik mengundang ahli bahasa isyarat untuk membantu proses
komunikasi atau menunggu hingga anggota keluarga yang mampu
berkomunikasi hadir di Rumah Sakit Petrokimia Gresik, kecuali dalam
keadaan life saving.
Untuk pasien dengan gangguan kognitif, komunikasi dilakukan
sebatas dokter menganggap informasi dan komunikasi yang ada dapat
dipercaya (reliable). Dan perlu dilakukan konfirmasi dengan keluarga
mengenai hasil Asesmen tersebut.
45
5. Memberikan informasi obat analgesia yang akan digunakan pada
operasi.
Proses asesmen pre anastesi dilakukan pada semua pasien setelah
pasien yang akan menjalani prosedur bedah dikonsultasikan ke bagian
anastesi untuk dilakukan operasi elektif minimal dalam 1 x 24 jam
sebelum operasi, atau sesaat sebelum operasi, seperti pada pasien
emergency.
46
BAB 4
DOKUMENTASI
47
48
49
\
50
51
4.2 ASSESMENT AWAL KEBIDANAN IGD
52
53
54
4.3 ASSESMENT AWAL PASIEN RAWAT JALAN
55
56
4.4 ASESMEN ULANG RAWAT JALAN
57
58
4.5 PENGKAJIAN AWAL PASIEN RAWAT JALAN OBSTETRI-GYNEKOLOGI
59
60
61
62
4.6 ASESMEN AWAL PASIEN RAWAT JALAN GIGI PENGKAJIAN
KEPERAWATAN GIGI
63
64
65
4.7 ASSESSMENT AWAL MEDIS RAWAT INAP
66
67
4.8 ASSASSMENT AWAL GERIATRI
68
69
70
71
4.9 ASSASSMENT AWAL KEPERAWATAN
72
73
74
75
4.10 ASSASSMENT ULANG PASIEN RISIKO JATUH DEWASA
76
4.11 ASSASSMENT ULANG DAN INTERVENSI PASIEN RISIKO JATUH
ANAK
77
ASSASSMENT ULANG PASIEN RISIKO JATUH GERIATRI(SYDNEY
SCORING)
78
4.12 ASSASSMENT KEBIDANAN PADA OBSTETRI-GINEKOLOGI
79
80
81
82
4.13 ASSASSMENT AWAL NEONATUS
83
84
85
86
4.14 ASSASSMENT NUTRISI PADA DEWASA
87
4.15 ASSASMENT NUTRISI PADA ANAK
88
4.16 ASSASSMENT NYERI USIA >3 TAHUN
WONG BAKER FACE SCALE
89
4.17 ASSASSMENT NYERI
NEONATAL INFANT PAIN SCALE (NIPS)
90
4.18 ASSASSMENT NYERI ANAK
91
ASSASSMENT RESTRAIN
92
4.19 PEMBERIAN INFORMASI KONDISI TERMINAL
93
94