Disusun Oleh:
AYU WARDANI
(1720035)
2021
mpaka PSU Mitra
Lape r cn Pendahuluan kln ffsuhan k C FOWatan \ 1 ipcrpi rck ¿›a di R uang Cc
Name
,'\yu Wardani
Sebagai salah saiu svarnt dalam pernenulian tugas studi Hi m k Program Nltldt PFCi@fi1in Sa9a^^
Departernen Keperawatan Anak, 'and dilaksanakan pada tanggal 7 J unt — 1 2 J tlfl i 2 ? Vil
A. DEFINISI
Demam adalah salah satu gejala yang dapat membedakan apakah seorang itu
sehat atau sakit. Demam adalah kenaikan suhu badan di atas 38oC. Hiperpireksia adalah
suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih dari 41,1oC atau 106oF (suhu rectal).2
Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu >41,5°C yang dapat
terjadi pada pasien dengan infeksi yang parah tetapi paling sering terjadi pada pasien
dengan perdarahan sistem saraf pusat (Dinarello & Gelfand, 2005).
Hiperpireksia adalah keadaan suhu tubuh di atas 41,10 C. Hiperpereksia sangat
berbahaya pada tubuh karena dapat menyebabkan berbagai perubahan metabolisme,
fisiologi dan akhirnya kerusakan susunan saraf pusat.3 Pada awalnya anak tampak
menjadi gelisah disertai nyeri kepala, pusing, kejang serta akhirnya tidak sadar. Keadaan
koma terjadi bila suhu >430 C dan kematian terjadi dalam beberapa jam bila suhu 430 C
sampai 450 C.14
B. KLASIFIKASI
1. KLASIFIKASI DEMAM UNTUK MENENTUKAN TINDAKAN
Demam dapat merupakan satu-satunya gejala yang ada pada pasien infeksi. Panas
dapat dibentuk secara berlebihan pada hipertiroid, intoksikasi aspirin atau adanya
gangguan pengeluaran panas, misalnya heatstroke. Klasifikasi dilakukan berdasar
pada tingkat kegawatan pasien, etiologi demam, dan umur. Klasifikasi berdasarkan
umur pasien dibagi menjadi kelompok umur kurang dari 2 bulan, 3-36 bulan dan
lebih dari 36 bulan. Pasien berumur kurang dari 2 bulan, dengan atau tanpa tanda SBI
(serious bacterial infection). Infeksi seringkali terjadi tanpa disertai demam. Pasien
demam harus dinilai apakah juga menunjukkan gejala yang berat. Menurut Yale
Acute Illness Observation Scale atau Rochester Criteria, yang menilai adakah infeksi
yang menyebabkan kegawatan. Pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) dapat
merupakan petunjuk untuk perlunya perawatan dan pemberian antibiotik empirik.
Klasifikasi berdasarkan lama demam pada anak, dibagi menjadi:
1. Demam kurang 7 hari (demam pendek) dengan tanda lokal yang jelas,
diagnosis etiologik dapat ditegakkan secara anamnestik, pemeriksaan fisis,
dengan atau tanpa bantuan laboratorium, misalnya tonsilitis akut.
2. Demam lebih dari 7 hari, tanpa tanda lokal, diagnosis etiologik tidak dapat
ditegakkan dengan amannesis, pemeriksaan fisis, namun dapat ditelusuri
dengan tes laboratorium, misalnya demam tifoid.
3. Demam yang tidak diketahui penyebabnya, sebagian terbesar adalah
sindrom virus.
C. ETIOLOGI
Penyebab dari demam antara lain dimungkinkan oleh :
1. Infeksi
2. Toksemia
3. Keganasan
4. Pemakaian obat.
5. Gangguan pada pusat regulasi suhu tubuh, seperti pada heat stroke,
perdarahan otak, koma, atau gangguan sentral lainnya
Sesuai dengan patogenesis, etiologi demam yang dapat mengakibatkan
hiperpireksia dapat dibagi sebagai berikut:
a. Set point hipotalamus meningkat
1) Pirogen endogen
Infeksi
Keganasan
Alergi
panas karena steroid
penyakit kolagen
2) Penyakit atau zat
kerusakan susunan saraf pusat
keracunan DDT
racun kalajengking
penyinaran
keracunan epinefrin
Faktor Endogen:
Mikroorganisme Faktor Eksogen
(virus, bakteri)
Sel host
inflamasi
Tubuh kehilangan
cairan dan
Sitokin elektrolit
Pirogen
Terbentuk
Aksi
antipiretik
Demam
Kecepatan
metabilosme
Peningkatan
Evaporasi meningkat Metabolisme Gangguan
suhu tubuh
tubuh rasa nyaman
meningkat
pH tubuh
menurun
Konsentras rewel
Hipertermi Hipovolemia i, pikiran
mual, logis
muntah
cemas
kelemahan
Masukan makanan
dan minuman
Defisit
Intoleransi Pengetahuan
Risiko Defisit
aktifitas
Nutrisi
G. KOMPLIKASI
Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak
usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya
sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayan otak
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dilakukan pada anak yang mengalami demam bila secara
klinis faktor risiko tampak serta penyebab demam tidak diketahui secara spesifik.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
1. Pemeriksaan awal Darah rutin, urin dan feses rutin, morfologi darah tepi, hitung jenis
lekosit
2. Pemeriksaan atas indikasi Kultur darah, urin atau feses, pengambilan cairan serebro
spinal, toraks foto
I. PENATALAKSANAAN
Menurut Kementrian RI (2012), tahap perkembangan anak umur 24-36 bulan adalah sebagai berikut:
a. Jalan naik tangga sendiri
b. Dapat bermain dan menendang bola kecil
c. Corat-coret pensil pada kertas
d. Baca dengan baik menggunakan 2 kata
e. Dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya ketika di minta
f. Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih
g. Membantu memungut mainan sendiri atau mengangkat piring jika di minta
h. Melepaskan pakaian sendiri
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas
b) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien
saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam,
gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu
makn, eliminasi,
nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
c) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
Objektif
1.Pengisian vena menurun
2.Status mental berubah
3.Suhu tubuh meningkat
Konsentrasi urin meningkat
Berat badan turun tiba-tiba
Risiko Defisit nutisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Gangguan Makan
Definisi: Berisiko mengalami selama 2x24 jam, diharapkan status nutrisi (1.03111)
asupan nutrisi tidak cukup membaik. Dengan kriteria hasil: Tindakan:
untuk memenuhi kebutuhan SLKI: Status Nutrisi (L.03030) Observasi:
metabolisme No Indikator 1 2 3 4 5
- monitor asupan dan keluarnya
Faktor Risiko 1A Frekuensi 1 2 3 4 5
1. Ketidakmampuan makan makanan dan cairan serta
menelan makanan 2A Nafsu 1 2 3 4 5 kebutuhan kalori
2. Ketidakmampuan makan Terapeutik:
mencerna makanan 3C Membrane 1 2 3 4 5 - timbang berat badan secara rutin
3. Ketidakmampuan mukosa - diskusikan perilaku makan dan
mengabsorbsi nutrient Keterangan: jumlah aktivitas fisik yang
4. Peningkatan A:
kebutuhanmtebolisme sesuai
1 : Menurun
5. Factor ekonomi - lakukan kontrak perilaku
2 : Cukup menurun
6. Factor piskologis 3 : Sedang - damping ke kamar mandi untuk
Kondisi Klinis Terkait 4 : Cukup meningkat pengamatan perilaku
1. Srokre 5 : Meningkat memuntahkan Kembali
2. Parkinson makanan
3. Mobius syndrome B: - berikan penguatan positif
4. Cerebral palsy 1 : Meningkat
5. Cleft lip terhadap keberhasilan target dan
2: Cukup meningkat
6. Cleft palate 3 : Sedang perubahan perilaku
7. Amyotropic lateral 4 : Cukup menurun - berikan konsekuensi jika tidak
sclerocis 5 : Menurun mencapai target sesuai kontrak
8. Kerusakan - rencanakan program pengobatan
neuromuscular C: untuk perawatan di rumah
9. Luka bakar 1 : Memburuk Edukasi:
10. Kanker 2 :Cukup memburuk
11. Infeksi 3 : Sedang
12. AIDS 4 : Cukup membaik - anjurkan membuat catatan haria
13. Penyakit Crohn’s 5 : Membaik tentang perasaan dan situasi
14. Enterocolitis pemicu pengeluaran makanan
15. Fibrosis kistik
- anjurkan pengaturan diet yang
tepat
- anjurkan keterampilan koping
untuk penyelesaian masalah
perilaku makan
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang target berat badan,
kebutuhan kalori dan pilihan
makanan
Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan MANAJEMEN ENERGI (I.
Definisi: 05178)
selama 2x24 jam, diharapkan Toleransi
Ketidakcukupan energi untuk 1. Observasi
melakukan aktivitas sehari hari Aktivitas Meningkat dengan kriteria hasil:
Identifkasi gangguan fungsi
Toleransi Aktivitas (L.05047) tubuh yang mengakibatkan
Penyebab
1. Ketidakseimbangan kelelahan
antara suplai dan Monitor kelelahan fisik dan
kebutuhan oksigen emosional
2. Tirah baring Monitor pola dan jam tidur
3. Kelemahan Monitor lokasi dan
4. Imobilitas
ketidaknyamanan selama
5. Gaya hidup monoton
melakukan aktivitas
Gejala dan Tanda 2. Terapeutik
Mayor Sediakan lingkungan nyaman
Subjektif dan rendah stimulus (mis.
1. Mengeluh lelah cahaya, suara, kunjungan)
Objektif Lakukan rentang gerak pasif
1. frekuensi jantung
dan/atau aktif
meningkat >20% dari
kondisi sehat Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
Gejala dan Tanda Fasilitas duduk di sisi tempat
Minor tidur, jika tidak dapat berpindah
Subjektif atau berjalan
1. Dispnea saat/setelah 3. Edukasi
aktivitas
Anjurkan tirah baring
2. Merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas Anjurkan melakukan aktivitas
3. Merasa lemah secara bertahap
Objektif Anjurkan menghubungi perawat
1. Tekanan darah jika tanda dan gejala kelelahan
berubah >20% dari tidak berkurang
kondisi istirahat Ajarkan strategi koping untuk
2. Gambaran EKG
menunjukan aritmia mengurangi kelelahan
saat/setelah aktivitas 4. Kolaborasi
3. Gambaran EKG
menunjukan iskemia
4. Sianosis
Kolaborasi dengan ahli gizi
Kondisi Klinis Terkait tentang cara meningkatkan
1. Anemia asupan makanan
2. Gagal jantung
kongesif
3. Penyakit jantung
koroner
4. Penyakit katup
jantung
5. Aritmia
6. Penyakit paru
obstruksi kronis
(PPOK)
7. Gangguan metabolik
8. Gangguan
muskuloskeletal
F. Keith Battan, MD, FAAP, Glenn Faries, MD. (2017). Chapter 11: Emergencies & Injuries.
Current Pediatric Diagnosis & Treatment, Eighteenth Edition, the McGraw-Hill
Companies; by Appleton & Lange.
Richard C. Dart, MD, PhD. (2017). Chapter 12: Poisoning. Current Pediatric Diagnosis &
Treatment, Eighteenth Edition, the McGraw-Hill Companies; by Appleton & Lange.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Edisi 1. PPNI : Jakarta.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Edisi 1. PPNI : Jakarta
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1. PPNI : Jakarta.
Todd J. Kilbaugh Jimmy W. Huh Mark A. Helfaer. (2016). Chapter 34: Disorders of Temperature
Control. Current Pediatric Therapy, 18th ed.Saunders, An Imprint of Elsevier.
ASUHAN KEPERAWATAN
AN. B DENGAN KASUS HIPERPIREKSIA DI RUANG ANGGREK 2
RSU MITRA DELIMA
Departemen Keperawatan Anak
Disusun Oleh:
AYU WARDANI
(1720035)
MALANG 2021
PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. B No Reg : 86032
TTL : 23 November 2018 Tanggal MRS : 9 Juni 2021
Usia : 2 Th Tanggal Pengkajian :9 Juni 2021
Nama orang tua : Tn W
Pekerjaan orang tua : Swasta
Alamat : Gedangan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan orang tua: -
Diagnosa Medis : Hiperpireksia dan ISPA
2. KELUHAN UTAMA
a. Saat MRS : Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya demam Sejak 3 hari yang lalu
( 06/06/2021) yang disertai batuk pilek, mual dan muntah. Pada tanggal 09 Juni 2021 ibu
pasien membawa pasien ke IGD RSU Mitra Delima. Ketika di rumah pasien sudah diberi
obat tapi panas tidak turun.
b. Saat Pengkajian : Ibu pasien mengatakan bahwa panasnya sudah agak turun namun masih
batuk pilek
3. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
a. Prenatal : Ibu melahirkan bayinya pada usia 34 tahun. Ibu ANC di bidan (BPM)
sebanyak 2 kali pada trimester 1 dan 2 kali pada trimester 2, dan 3 kali pada trimester 3.
Ibu tidak mempunyai kebiasaan merokok, minum jamu-jamuan. Ibu mengatakan tidak
mempunyai riwayat penyakit menurun, menular dan menahun seperti DM, hepatitis dan
hipertensi
b. Natal : Ibu melahirkan di Rumah Sakit, jenis persalinan Sesar pada tanggal 23
November 2018
c. Post Natal : Bayi lahir dengan kondisi baik,, berat janin 2800 gr, dengan panjang 48
cm serta tidak ada kelainan.
Keterangan:
: laki- laki
: pasien
: Perempuan
6. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum: compos mentis
b. Tanda-tanda Vital : Nadi 108x/menit
SPO2 99x/menit room air
RR : 26x/menit
S : 38,4°c
BB : 11 kg
c. Pemeriksaan Kepala :
Simetris, tidak ada luka atau benjolan pada kepala, rambut hitam dan tipis
d. Pemeriksaan Leher :
Simetris, tidak ada bendungan vena jugularis
e. Pemeriksaan Thorax :
1) Jantung : bentuk dada simetris
2) Paru : pergerakan dada normal
3) Mammae : Bentuk normal tidak ada kelainan
4) Ketiak : tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
f. Pemeriksaan Abdomen : peristaltic usus 13 kali/menit
g. Pemeriksaan Ekstremitas :
Ekstremitas atas : terpasang infus di tangan sebelah kanan
Ekstremitas bawah: normal
Kekuatan otot :
5 5
5 5
Keterangan kekuatan otot:
0 : Paralis, tidak ada kontraksi otot sama sekali
1 : Teraba dan terlihat getaran kontraksi otot tetapi tidak ada gerakan sama sekali
2: Dapat menggerakkan anggota gerak tanpa gravitasi
3 : Dapat menggerakkan anggota gerak untuk menahan berat (gravitasi)
4 : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif dan melawan tahanan dengan minimal
5 : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif dan melawan tahanan dengan maksimal
(kekuatan normal)
Kontraktur : (-) Pergerakan : normal
Deformitas : (-) Pembengkakan: (-)
Edema: - -
- -
h. Pemeriksaan Genetalia :
tidak ada kelainan dan tidak terpasang kateter
i. Pemeriksaan Integumen :
Kulit teraba hangat, warna kulit sawo matang, lesi (-), tekstur halus, turgor <3detik
Membrane mukosa tampak kering
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium An. B (Dx Medis :Hiperpireksia)
Tanggl: 10 Juni 2021
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
HEMATOLOGI
Hematologi lengkap
DO :
Kenaikan suhu
N: 108x/mnt
tubuh
RR: 26x/mnt
S : 38,4o C
Hipertermi
NO SDKI
1. Hipertermi b.d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas normal (D.0130)
2 Hipovolemia b.d evaporasi tubuh meningkat d.d suhu tubuh meningkat dan
pasien terlhat lemah (D. 0023)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : An B No Reg 086032
Usia : 2Th
SDKI SLKI SIKI
Hipertermi Setelah dilakukan tindakan keperawatan MANAJEMEN
Definisi: Suhu tubuh selama 2x24 jam, diharapkan HIPERTERMIA (I.15506)
meningkat di atas rentang termoregulasi membaik. Dengan kriteria Observasi
normal tubuh hasil:
Identifkasi penyebab
Penyebab: Termoregulasi (L.14134)
9. Dehidrasi hipertermi (mis. dehidrasi
No Indikator 1 2 3 4 5 terpapar lingkungan panas
10. Terpapar lingkungan
1A Pucat 1 2 3 4 5 penggunaan incubator)
panas
11. Proses penyakit (mis. Monitor suhu tubuh
2A Suhu 1 2 3 4 5
infeksi, kanker) Monitor kadar elektrolit
tubuh
12. Ketidaksesuaian Monitor haluaran urine
3A Suhu kulit 1 2 3 4 5
pakaian dengan suhu
Terapeutik
lingkungan
Keterangan: Sediakan lingkungan yang
13. Peningkatan laju
A: dingin
metabolisme
1 : Menurun Longgarkan atau lepaskan
14. Respon trauma
2 : Cukup menurun
15. Aktivitas berlebihan pakaian
3 : Sedang
16. Penggunaan inkubator Basahi dan kipasi permukaan
4 : Cukup meningkat
Gejala dan Tanda Mayor tubuh
5 : Meningkat
Subjektif
Berikan cairan oral
2. (tidak tersedia)
B: Ganti linen setiap hari atau lebih
Objektif
1 : Meningkat sering jika mengalami
2. Suhu tubuh diatas
2: Cukup meningkat hiperhidrosis (keringat
nilai normal
3 : Sedang
Gejala dan Tanda Minor berlebih)
4 : Cukup menurun
Subjektif Lakukan pendinginan eksternal
5 : Menurun
2. (tidak tersedia) (mis. selimut hipotermia atau
Objektif
C: kompres dingin pada dahi,
6. Kulit merah
1 : Memburuk leher, dada, abdomen,aksila)
7. Kejang
2 :Cukup memburuk Hindari pemberian antipiretik
8. Takikardi
3 : Sedang
9. Takipnea atau aspirin
4 : Cukup membaik
10. Kulit terasa hangat Batasi oksigen, jika perlu
5 : Membaik
Kondisi Klinis Terkait Edukasi
7. Proses infeksi
Anjurkan tirah baring
8. Hipertiroid
9. Stroke Kolaborasi
10. Dehidrasi Kolaborasi cairan dan
11. Trauma elektrolit intravena, jika perlu
12. Prematuritas
Objektif
1.Pengisian vena menurun
2.Status mental berubah
3.Suhu tubuh meningkat
Konsentrasi urin meningkat
Berat badan turun tiba-tiba
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tanggal : 9 Juni 2021
Jam : 17.00 WIB
No SDKI Implementasi Evaluasi
1 Hipertermi b.d MANAJEMEN Evaluasi:
HIPERTERMIA (I.15506)
proses penyakit S: Ibu pasien mengatakan
Observasi
d.d suhu tubuh Identifkasi penyebab demam sudah turun
diatas normal hipertermi (mis. dehidrasi O:
terpapar lingkungan panas
- TTV: S : 37,0 C
0
(D.0130) penggunaan incubator)
Monitor suhu tubuh N: 110x/mnt
Monitor kadar elektrolit
Monitor haluaran urine
RR: 20x/mnt
Terapeutik - SPO2 98% room air
Sediakan lingkungan yang
- Kesadaran
dingin
Longgarkan atau lepaskan composmentis
pakaian - GCS 456
Basahi dan kipasi permukaan
tubuh A:
Berikan cairan oral - Masalah taeratasi
Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
sebagian
hiperhidrosis (keringat P:
berlebih)
- Lanjutkan intervensi
Lakukan pendinginan eksternal
(mis. selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen,aksila)
Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
2 Hipovolemia b.d Manajemen Hipovolemia S: ibu pasien mengatakan
(I.03116)
evaporasi tubuh demam sudah mulai turun
Observasi
meningkat d.d 1. Periksa tanda dan gejala O:
hipovolemia (mis. frekuensi
- TTV: S : 37,0 C
0
suhu tubuh
nad! meningkt ae ran mukoea
meningkat dan tekanan darah menurun, N: 110x/mnt
tekanan nadi menyempit,
pasien terlihat RR: 20x/mnt
turgor kulit ey kering, Volume
lemah (D. 0023) urin menurun, hematokrit - SPO2 98% room air
meningkat, haus, lemah )
- Kesadaran
2. Monitor intake dan output
cairan composmentis
Terapeutik
- GCS 456
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan asupan cairan oral - Pasien tampak lemah
A: Masalah teratasi
Edukasi
-Anjurkan memperbanyak sebagaian
asupan cairan oral
P: Lanjutkan Intervensi
-Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
-Pemberian cairan IV isotonis
(mis. NaCl, RL) ..
-Kolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis (mis. glukosa
2,5%, NaCl 0,4%)
-Kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis. albumin,
Plasmanate)
-Kolaborasi pemberian
produk darah
Tanggal : 10 Juni 2021
Jam : 11.00 WIB
No SDKI Implementasi Evaluasi
1 Hipertermi b.d MANAJEMEN Evaluasi:
HIPERTERMIA (I.15506)
proses penyakit S: Ibu pasien mengatakan
Observasi
d.d suhu tubuh Identifkasi penyebab demam sudah turun
diatas normal hipertermi (mis. dehidrasi O:
terpapar lingkungan panas
(D.0130) penggunaan incubator) - TTV: S : 36,6 C
0
tampak lemah
Edukasi
-Anjurkan memperbanyak A: Masalah teratasi
asupan cairan oral
P: Hentikan Intervensi
-Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak (Pasien KRS)
Kolaborasi
-Pemberian cairan IV isotonis
(mis. NaCl, RL) ..
-Kolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis (mis. glukosa
2,5%, NaCl 0,4%)
-Kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis. albumin,
Plasmanate)
-Kolaborasi pemberian
produk darah