Menimbang : a. bahwa dalam upaya mutu pelayanan Rumah Sakit, maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi.
b. bahwa pelayanan gizi rumah sakit merupakan salah satu tugas unit
pelayanan di RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Wamena yang harus
mendukung pelayanan rumah sakit secara keseluruhan maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan gizi yang bermutu tinggi dan disesuaikan
dengan keadaan pasien berdasarkan klinis, status gizi, dan status
metabolisme tubuh.
c. bahwa agar pelayanan gizi dapa terlaksana dengan baik, perlu adanya
Pedoman Pelayanan Gizi Surat Keputusan Direktur tentang Kebijakan
pelayanan gizi dan pemberian makan pasien sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan.
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam poin a,
b, dan c maka perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur.
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit.
2. Peraturan Menteri Kesehatan 1691/VIII/2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3.
Mengamanatkan Upaya Perbaikan Gizi
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu
5.
dan Gizi Pangan.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KEBIJAKAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
WAMENA
Memberlakukan Pedoman Gizi Rumah Sakit Wamena sesuai dengan
KESATU :
lampiran keputusan ini
Semua pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Wamena yang
KEDUA :
berkaitan dengan pelayanan gizi harus mengacu pada kebijakan ini
Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan gizi RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH Wamena dilaksanakan oleh Direktur
KETIGA :
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Wamena dan kepala bidang
pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Wamena
Kepala Pelayanan Instalasi Gizi wajib mensosialisasikan keputusan ini
KEEMPAT :
ke seluruh karyawan di pelayanan gizi rumah sakit
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian
KELIMA : hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan
perbaikan sebagaiman mestinya.
Ditetapkan di Wamena
Pada tanggal 5 Juni 2018
DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WAMENA
PEDOMAN
ASUHAN GIZI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WAMENA
INSTALASI FARMASI
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................................ii
Daftar Tabel..............................................................................................................................v
Daftar Gambar.........................................................................................................................vi
Lembar Pengesahan ...............................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Pengertian ..........................................................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................................1
D. Prinsip Dasar ......................................................................................................................2
BAB II GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
A. Sejarah rumah sakit
B. Tujuan
BAB III VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI-NILAI DAN TUJUAN RUMAH SAKIT
A. Visi
B. Misi
C. Motto
D. Falsafah
E. Nilai-nilai dasar
F. Tujuan
BAB IV STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT
BAB V ORGANISASI GIZI
A. Visi ....................................................................................................................................3
B. Misi....................................................................................................................................3
C. Pengorganisasian ..............................................................................................................3
D. Peran dan Fungsi ..............................................................................................................3
BAB VI MEKANISME PELAYANAN GIZI
A. Prosedur Pelayanan Gizi ....................................................................................................4
B. Pelayanan Gizi Rawat Jalan ...............................................................................................4
1. Mekanisme Kegiatan Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Rumah Sakit Umum Daerah Wamena.............................................................................4
2. Prosedur Pelayanan Konseling Gizi Rawat Jalan ..........................................................5
C. Pealayanan Gizi Rawat Inap ..............................................................................................6
1. Prosedur Kegiatan Pelayanan Gizi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Wamena.6
1) Skrining Gizi .........................................................................................................6
2) Proses Asuhan Gizi Terstandar .............................................................................6
2. Koordinasi Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Wamena .....................................8
1. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan .....................................................................8
2. Perawat .....................................................................................................................9
3. Dietisien ...................................................................................................................9
4. Food Model ..............................................................................................................9
5. Klien .........................................................................................................................9
6. Nutrition Related Disease ........................................................................................9
7. Mutu Pelayanan Gizi ................................................................................................9
BAB VII STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya ................................................................................................10
B. Distribusi Ketenagaan Dan Pengaturan Jaga ..................................................................10
BAB VIII STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang ...................................................................................................................11
B. Standar ............................................................................................................................13
1. Standar Sarana/Fasilitas di Ruang Konseling ............................................................13
2. Standar Sarana Peralatan Perlengkapan di Pantri/Dapur Ruang Standar Sarana
Peralata Perlengkapan di Pantry/Dapur Ruangan.......................................................14
Gambar 1. Prosedur Pelayanan Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Wamena ...........................4
v
Gambar 2. Prosedur Pelayanan Konseling Gizi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah
Wamena ...............................................................................................................5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan dan gizi merupakan faktor yang sangat penting untuk menjaga kualitas hidup
yang optimal. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Kondisi status
gizi baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup zatzat gizi. Sedangkan status gizi
kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi. Status gizi lebih
terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan. Kedua kondisi di atas
dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
Berbagai penelitian mengenai hubungan antara zat gizi dan penyakit telah
banyak dilakukan. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh beberapa Rumah
Sakit Umum di Jakarta tahun 1995-1999 menunjukkan 20-60% pasien menderita
kurang gizi pada saat sebelum dan dirawat di rumah Sakit. Untuk itu perlu adanya
terapi gizi medis untuk mempertahankan status gizi yang optimal, mempercepat
penyembuhan dan membantu mencegah memburujnya kondisi kesehatan pasien.
Terapi gizi adalah pelayanan gizi klinik dan asuhan gizi yang merupakan bagian dari
pelayanan medis untuk penyembuhan pasien yang diselenggarakan secara tepadu dengan
upaya pelayanan gizi promotif, preventif dan rehabilitatif.
Terapi gizi medis ini diselenggarakan oleh sekelompok tenaga kesehatan di rumah sakit
yang disebut dengan Tim Terapi Gizi. Tim ini terdiri dari dokter spesialis, dokter, dietisien,
perawat ruangan, seta ahli farmasi yang mempunyai komitmen terhadap pelayanan gizi
klinik.
Adanya Tim Terapi Gizi di rumah sakit berperan dalam menekan malnutrisi dan
memberikan manfaat lainnya. Hal ini dibuktikan dalam beberapa penelitian seperti penelitian
oleh Weinsier dkk dan Hassel dkk, menunjukkan bahwa intervensi gizi oleh Tim Terapi Gizi
B. Pengertian
Terapi gizi medis adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan penyakit baik akut
maupun kronis, serta merupakan suatu penilaian terhadap kondisi pasien sesuai dengan
intervensi yang telah diberikan, agar pasien serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet
yang telah disusun. Terapi gizi medis merupakan integrasi antara ilmu gizi, medis dan ilmu
perilaku yang memungkinkan tenaga kesehatan membuat perubahan yang bermakna pada
kehidupan pasien.
C. Tujuan
Tujuan terapi gizi medis secara umum adalah untuk meningkatkan kesehatan pasien.
Pengaturan dan pemberian makanan yang memenuhi kecukupan zat gizi pasien, diharapkan
akan:
1. Memberikan zat gizi yang cukup untuk mempertahankan atau mencapai status gizi
optimal.
2. Menghambat proses penyakit dan mengurangi gejala penyakit.
3. Mengurangi biaya perawatan atau pengobatan.
4. Mempercepat proses penyembuhan.
5. Menurunkan angka kesakitan dan kematian.
D. Prinsip Dasar
Terapi gizi medis menekankan pentingnya pengkajian pasien secara mendalam dan
komprehensif sehingga intervensi gizi dapat dilakukan secara individual dan tepat. Pasien
harus dilibatkan dalam menentukan tujuan terapi. Hasil dari terapi gizi medis dievaluasi
dengan baik sampai mencapai tujuan terapi. Prinsip dasar terapi gizi medis antara lain:
1. Makan beraneka ragam dan gizi seimbang.
2. Memberikan pelayanan gizi khusus untuk tujuan menyembuhkan pasien.
3. Mengatur diet dan pola makan yang disesuaikan dengan penyakit dan kondisi pasien.
4. Mengikutsertakan pasien dan keluarganya agar mampu mengatur dietnya sendiri.
Terapi gizi medis harus selalu disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan proses
pengobatan meliputi jenis, komposisi dan jenis zat gizi yang dibutuhkan. Selain itu
konsistensi dan jenis makanan disesuaikan dengan penerimaan pasien.
Pelaksanaan terapi gizi medis harus menyeluruh dan dinamis mengikuti perkembangan
klinis pasien. Diperlukan kerjasama yang baik antara dokter, dietisien, perawat dan petugas
lain yang terkait sejalan dengan pelaksanaan Tim Asuhan Gizi di rumah sakit.
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
A. Sejarah
Rumah Sakit Umum Daerah Wamena dibangun Tahun 1962 dengan kapasitas 20
tempat tidur berlokasi di jalan Trikora Wamena, disamping sekolah Penjenang Kesehatan
Tingkat I Wamena, berupa Barak Kingsren. Rumah Sakit Wamena mulai beroperasi
tanggal 14 April 1963. Tahun 1965 Rumah Sakit Wamena Menjadi Rumah Sakit Umum
Wamena. Tahun 1972 Rumah Sakit Umum Wamena menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
Wamena. Tahun 1976 dimulai pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Wamena di
lokasi yang baru di Jalan Trikora no 9 Wamena. Tanggal 16 Agustus 1977 diresmikan oleh
Bupati Andres Karma di lokasi yang baru berupa satu Bangunan untuk pelayanan
Poliklinik Umum, Ruang Kartu, Ruanag Tunggu Pasien, Pendaftaran Pasien, Ruang
Laboratorium, Ruang Periksa Dokter, Ruang Fluoroscopi kecil dan Kamar Operasi. Tahun
1982 di bangun gedung Adminitrasi, Gegung Dapur/ Gizi, Gedung Laudry, Gedung
Workshop, Gudang Obat, Bangsal Perawatan I, Bangsal Perawatan II, Gedung Radiologi,
Gedung Disel, dan kamar Jenazah. Tahun 1983 di bangun Selasar Rumah Sakit Umum
Daerah Wamena dan Kamar Operasi Baru. Pada 1984 mendapat bantuan dana dari ANZA
( Australian New Zealand Association). Berupa bangunan satu Gedung Ortopedi lengkap
dan peralatan penunjang dan operasionalnya berserta pelatihan petugasnya serta serta
bantuan Presiden Republik Indonesia dan kemudian bantuan dari pemerintah pusat dari
dana Inpres Sarana Kesehatan
Rumah Sakit Umum Daerah Wamena merupakan Rumah Sakit yang terletak di
Kbaupaten Jayawijaya Pegunungan Tenagh Papua dan merupakan Rumah Sakit yang
melayani masyarakat Kabupaten Jayawijaya dan menjadi Rumah Sakit rujukan utama di
Propinsi Irian Jaya bukan hanya di pegunungan tengah tetapi diseluruh Papua sperti dari
Jayapura, Merauke, Senggo, Kaimana, Fak – Fak, Sorong, Nabire, Serui, Waropen, Biak,
dan Manukwari. Rumah Sakit Umum Daerah Wamena mendapat Registrasi dari
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tanggal 130 Februari 2013 denagn Kode
9202013
Susuan Organisasi, Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum
Daerah Wamena di tetapkan denagn Peraturan Daerah Nomor 27 tahun 2009 tanggal 21
Januari 2009. Sedangkan Persetujuan Prinsip Ijin Operasianol Rumah Sakit Umum
Daerah Wamena diberika oleh Bupati Jayawijaya dengan Nomor Surat Persetujuan:
445/2912/BUP pada tanggal 31 Juli 2013
Status Kepemilikan Rumah Sakit Umum Daerah Wamena Kabupaten Jayawijaya
di tetapkan denag Keputusan Jayawijaya Nomor 236 tahun 2013 tanggal 17 September
2013 yang menyatakan bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Wamena yang dimaksud
adalah milik Pemerintah Kabupaten Jayawijaya yang dibuktikan dengan kepemilikan
sertifikat dan alokasi pembiayaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Jayawijaya setiap tahun.
Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Wamena ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.03/I/1320/2015 tanggal 15 Mei 2015. Yang
menyatakan bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Wamena dimaksud adalah milik
Pemerintah Daerah Kabupaten Jayawijaya dan di tetapkan Sebagai Rumah Sakit Umum
Daerah Kelas C yang terletak di Jalan Trikora Nomor 9 Distrik Wamena Kabupaten
Jayawijaya Propinsi Papua
Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C Kabupaten Jayawijaya ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya Nomor 04 Tahun 2015 tanggal 14
Desember 2015
Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah
Kelas C Kabupaten Jayawijaya ditetapkan dengan Peraturan Bupati Jayawijaya Nomor 35
Tahun 2015 tanggal 30 Desember 2015
B. TUJUAN
Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk
mewujudkan penyelenggaraan tugas pemerintah Kabupaten Jayawijaya dalam memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI – NILAI DAN TUJUAN RS
A. VISI
Menjadi Rumah Sakit Rujukan Yang Terbaik di Wilayah Regional Lapago Pengunungan
Tengah Papua.
B. Misi
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas, sesuai dengan standar pelayanan
rumah sakit.
b. Mewujudkan tata kelola rumah sakit yang efektif, efisien, profesional, dan berintegritas,
dan meningkatkan kesejahteraan karyawan.
C. Moto
” Yogotak Hubuluk Motok Hanorogo” yang artinya hari esok harus lebih baik dari
hari ini.
D. Falsafah
Melauani pasien secaraprofesional dan sepenuh hati
E. Nilai – Nlai Dasar
Nilai – nilai Dasar Rumah Sakit adalah WAMENA
a. Wibawa : menjadi rumah sakit terbaik dan dihormati
b. Akuntabel : menjadi rumah sakit yang dapat dipercaya dan bertanggung jawab
c. Mutu : memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas
d. Efektif & efisien : Menyelenggarakan rumah sakit yang efektif dan efisien
e. Nyaman :memberikan rasa nyaman kepada masyarakat yang dilayani
f. Aman : memberikan rasa aman pada masyarakat terhadap berbagai resiko
F. Tujuan
Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk mewujudkan
penyelenggaraan tugas pemerintah kabupaten Jayawijaya dalam memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB IV
Untuk mencapai tujuan terapi gizi yang baik maka dibutuhkan suatu organisasi yang
dapat melaksanakan tugas-tugas dalam terapi gizi yang baku.
A. Visi
Menjadi pusat pelayanan terapi gizi secara tim di rumah sakit, yang selalu berorientasi
kepada kualitas pelayanan, efisiensi biaya, keselamatan dan kepuasan pasien.
B. Misi
Memberikan pelayanan terapi gizi yang berkualitas dan menyeluruh berdasarkan bukti
klinis, teknologi dan ilmu pengetahuan terkini melalui:
1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggotanya.
2. Peningkatan tata kerja melalui standar pelayanan terapi gizi.
3. Pelaksanaan pelayanan kepada pelanggan internal maupun eksternal.
4. Pelaksanaan evaluasi berkala mengenai pelayanan terapi gizi dalam hal efisiensi biaya
dan dampaknya.
C. Pengorganisasian
Organisasi Tim Terapi Gizi dibentuk oleh Direktur Utama Rumah Sakit dan diketuai
oleh dokter spesialis yang mempunyai kompetensi dalam bidang gizi klinik serta
menyediakan waktu penuh untuk pelayanan gizi klinik. Anggota Tim Terapi Gizi terdiri dari
tenaga kesehatan di RS yang berkaitan dengan penyelenggaraan terapi gizi meliputi dietisien,
perawat ruangan serta ahli farmasi.
Agar Tim Terapi Gizi dapat berfungsi secara optimal maka dibuat pengorganisasian dan
jalur koordinasi pelayanan gizi klinik sebagai berikut:
Direktur
Bidang Penunjang
Ka.InstalasiGizi
Hj.Winarna
Unit Penyimpanan Bama Unit pelayanan gizi rawat inap Unit Pelayanan gizi rawat jalan Unit Pengemb.Gizi Terapan
Sri Mariani, Skm Yulianti B. Tupen, SKM Hardiyanti M. Arifin, Amd. Gizi Antonius Hanoe, Amd.Gizi
Nedi Tabuni
Pengorganisasian Pelayanan Gizi Rumah Sakit Wamena mengacu pada SK Menkes Nomor
983 tahun 1998 tentang Organisasi Rumah Sakit dan Peraturan Menkes Nomor
1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit dilingkungan
Departemen Kesehatan. Kegiatan Pelayanan Gizi Rumah Sakit RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH Wamena meliputi : Asuhan Gizi Rawat Jalan, Asuhan Gizi Rawat Inap,
Penyelenggaraan Makanan, Penelitian dan Pengembangan.
A. Prosedur Pelayanan Gizi
Gambar 1. Prosedur Pelayanan Gizi Rumah Sakit Umum Daerah
Wamena
Dalam rangka melindungi pasien RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Wamena perlu
adanya Pelayanan gizi rawat jalan yang merupakan serangkaian proses pelayanan asuhan gizi
yang berkesinambungan dimulai dari asesmen/pengkajian, pemberian diagnosis, intervensi
gizi monitorin evaluasi kepada klien/pasien dirawat jalan. Asuhan gizi rawat jalan pada
umumnya disebut kegiatan konseling gizi dan dietetik atau edukasi/penyuluhan gizi.
1. Mekanisme kegiatan Pelayanan gizi rawat jalan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Wamena
a. Konseling Gizi
1) Pasien datang ke ruang konseling dengan membawa surat rujukan dokter dari
poliklinik yang ada di rumah sakit atau dari luar rumah sakit.
2) Dietisien melakukan pencatatan data pasien dalam buku registrasi.
3) Dietisien melakukan asesmen gizi dimulai dengan pengukuran antropometri
pada pasien yang belum ada data TB, BB.
4) Dietisien menlanjutkan asesmen/pengajian gizi berupa anamnesa riwayat
makan, riwayat personal, membaca hasil pemeriksaan lab dan fisik klinis (bila
ada) kemudian menganalisa semua
4 data asesmen gizi.
5) Dietisimen menetapkan diagnosis gizi
6) Dietisien memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling dengan
langkah menyiapkan dan mengisi leaflet flyer/brosur diet sesuai penyakit dan
kebutuhan gizi pasien serta menjelaskan tujuan diet, jadwal, jenis, jumlah bahan
makanan sehari mengunakan alat peraga food model, menjelaskan tentang
makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, cara pemasakan dan lain-lain
yang disesuaikan dengan pola makan dan keinginan serta kemampuan pasien.
7) Dietisien menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang, untuk mengetahui
keberhasilan intervensi (monev) dilakukan monitoring dan evaluasi gizi
8) Pencatatan hasil konseling gizi dengan format ADIME (Asesmen Diagnosis
Intervensi monitoring dan Evaluasi) dimasukan kedalam rekam medik pasien
atau disampaikan ke dokter melalui pasien untuk pasien di luar rumah sakit dan
diarsipkan di ruang konseling.
b. Penyuluhan Gizi
1) Persiapan penyuluhan :
- Menentukan materi sesuai kebutuhan
- Membuat susunan/outline materi yang akan disajikan
- Merencanakan media yang akan digunakan
- Pengumuman jadwal dan tempat penyuluhan
- Persiapan ruangan dan ala bantu/media yang dibutuhkan
2) Pelaksanaan Penyuluhan :
- Peserta mengisi dafar hadir (absensi).
- Dietisien menyampaikan materi penyuluhan
- Tanya jawab
2. Prosedur Pelayanan Konseling Gizi di Rawat Jalan
Gambar 2. Prosedur Pelayanan Konseling Gizi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah
Wamena
C. Pelayanan Gizi Rawat Inap
Pelayanan Gizi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Wamena merupakan pelayanan
gizi yang dimulai dari proses pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi meliputi,
penyediaan makanan, penyuluhan/edukasi, dan konseling gizi serta monitoring dan evaluasi.
Tujuannya agar memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar memperoleh
asupan makanan yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya mempercepat proses
penyembuhan, mempertahankan dan meningkatkan status gizi.
1. Prosedur Kegiatan Pelayanan Gizi Rawat Inap RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH Wamena
1) Skrining Gizi
Tahapan Pelayanan Gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh
perawat ruangan dan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh dokter.
Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien/klien yang berisiko, tidak
berisiko malnutrisi atau kondisi khusus.
a. Assesmen/Pengajian Gizi
- Riwayat gizi
Anamnesis riwayat gizi pasien ada dua macam, yaitu secara kualitatif dan
kuantitatif. Anamnesis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran
kebiasaan makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi penggunaan
bahan makanan. Sedangkan anamnesis kuantitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran asupan zat gizi sehari melalui “recall” makanan 24
jam dengan alat bantu food model. Kemudian dilakukan analisis zat gizi
yang merujuk kepada daftar makanan penukar.
- Antropometri
Dilakukan dengan berbagai cara, anatara lain pengukuran tinggi badan,
berat badan. Pada kondisi tinggi badan tidak dapat diukur dapat digunakan
panjang badan, tinggi lutut.
- Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
biokimia dalam rangka mendukung diagnosa penyakit serta menegakkan
masalah gizi klien/pasien.
Pemeriksaan ini dilakukan juga untuk menentukan inervensi gizi dan
monitoring/mengevaluasi terapi gizi.
- Pemeriksaan fisik/klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang
berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi. Atau
unntuk menentukan hubungan sebab akibat antara status gizi dengan
kesehatan serta menentukan terapi obat dan diet.
Pemeriksaan fisik meliputi : tanda-tanda klinis kurang gizi (sangat kurus,
pucat, atau bengkak) atau gizi lebih (gemuk atau sangat gemuk/obesitas),
sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan, sitem gastrointesinal, sistem
metabolik/endokrin dan sisem neurologik/psikiatrk.
- Riwayat Personal
Data riwayat personal meliputi 4 are yaitu riwayat obat-obatan atau
suplemen yang sering dikonsumsi; sosial budaya; riwayat penyakit dan data
umum pasien.
6
a) Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang dikonsumsi
b) Sosial budaya status sosial ekonomi,budaya, kepercayaan/agama, situasi
rumah, dukungan pelayanan kesehatan dan sosial serta hubungan sosial
c) Riwayat Penyakit keluhan utama yang berkaitan dengan masalah gizi,
riwayat penyakit dulu dan sekarang, riwayat pembedahan, riwayat
kronik atau resiko komplikasi, riwayat penyakit keluarga, status
kesehatan mental/emosi serta kemampuan kognitif seperti pada pasien
stroke.
d) Data umum pasien anatara lain umur, pekerjaan, dan tingkat pendidikan
b. Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi dilakukan untuk mencari pola dan hubungan antar data yang
terkumpul dan kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilih masalah gizi
yang spesifik dan menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas
menggunakan terminologi yang ada. Penulisan diagnosis gizi terstruktur dengan
konsep PES atau Problem Etiologi dan Signs/Symptoms.
Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu :
1) Domain Asupan
Masalah aktual yang berhubungan dengan asupan energi, zat gizi, cairan,
substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui oral maupun parenteral
dan enteral.
2) Domain Klinis
Masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau fisik/fungsi organ
3) Domain Perilaku/Lingkungan
Masalah gizi yang berkaitan dengan pengetahuan, perilaku/kepercayaan,
lingkungan fisik dan akses dan keamanan makanan.
c. Intervensi Gizi
1) Monitor
Perkembangan yaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi
pasien/klien yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai yang
diharapkan oleh klien maupun7 tim. Kegiatan yang berkaitan dengan monitor
peerkembangan antara lain :
- Mengecek pemahaman dan ketaatan diet pasien/klien
- Mengecek asupan makanan pasien
- Menentukan apakah intervensi dilakukan sesuai dengan
rencana/preskripsi diet
- Menenukan apakah status gizi pasien/klien tetap atau berubah
- Mengidentifikasi hasil lain baik yang positif maupun negatif
- Mengumpulkan informasi yang menunjukkan alasan tidak adanya
perkembangan dari kondisi pasien/klien
2) Mengukur Hasil.
Komonikasi antar disiplin ilmu itu sangat diperlukan untuk memberikan asuhan
yang terbaik bagi pasien. Sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan, dietisien harus
berkolaborasi dengan dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehaan lainnya yang terkait
dalam memberikan pelayanan asuhan gizi. Oleh karenanya perlu mengetahui peranan
masing-masing tenaga kesehatan tersebut dalam memberikan pelayanan.
Bertanggung jawab dalam aspek gizi yang terkait dengan keadaan klinis pasien
Menentukan preskripsi diet awal (order diet awal)
Bersama dietisien menetapkan preskripsi diet definitive
Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai peranan terapi
gizi
Merujuk klien/pasien yang membutuhkan asuhan gizi atau konseling gizi
Melakukan pemantauan dan evaluasi terkait masalah gizi secara berkala
bersama dietisien, perawat dan tenaga kesehatan lain selama klien/pasien dalam
masa keperawatan.
2. Perawat
Melakukan skrining gizi pasien pada asesmen awal perawatan.
Merujuk pasien yang berisiko maupun sudah terjadi malnutrisi dan atau kondisi
khusus ke dietisien.
Melakukan pengukuran antropometri yaitu penimbangan berat badan, tinggi
badan/panjang badan secara berkala.
Melakukan pemantauan, mencatat asupan makanan dan respon klinis
klien/pasien terhadap diet yang diberikan dan menyampaikan informasi kepada
dietisien bila terjadi perubahan kondisi pasien
Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga terkait pemberian makanan
melalui oral /enteral dan parenteral.
3. Dietisien
Mengkaji hasil skrining gizi perawat dan order diet awal dari dokter.
Melakukan asesmen/pengkajian gizi lanjut pada pasien yang beresiko
malnutrisi, malnutrisi atau kondisi khusus meliputi pengumpulan, analisa dan
interpretasi data wilayah gizi riwayat personal; pengukuran antropommetri;
hasil laboraorium terkait gizi dan hasil pemeriksaan fisik terkait gizi.
Mengidentifikasi masalah / diagnosa gizi berdasarkan hasil asesmen dan
menetapkan prioritas diagnosis gizi.
Melakukan koordinasi dengan dokter, terkait dengan diet definitive
Koordinasi dengan dokter, perawat, farmasi dan tenaga lain
4. Food model:
Adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat dati bahan sintetis atau
asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan
kebutuhan,yang digunakan untuk konseling gizi, kepada pasien rawat inap maupun
pengunjung rawat jalan.
5. Klien:
Adalah pengunjung poliklinik rumah sakit, dan atau pasien rumah sakit yang
berstatus rawat jalan.
6. Nutrition related disease:
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan masalah gizi dan dalam tindakan serta
pengobatan memerlukan terapi gizi.
7. Mutu pelayanan gizi:
Suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan pelayanan gizi sesuai dengan
standar dan memuaskan baik kualitas dari petugas maupun sarana serta prasarana
untuk kepentingan klien/pasien.
BAB VII
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya
Agar pelayanan gizi dapat terselenggarakan dengan mutu yang dapat di pertanggung
jawabkan, maka pelayanan Gizi harus dilakukan oleh tenaga yang profesional.
Tabel 1. Kualifikasi Sumber Daya/Tenaga Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Wamena
Tabel 2. Distribusi Ketenagaan dan Pengaturan Jaga Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum
Daerah Wamena
Kualifikasi Formal Jumlah
No Nama Jabatan Waktu Kerja
Dan Informal SDM
1. Kepala Instalasi D3 Gizi Pkl 08.00 – 14.00 1
- Shif. Pagi
Pkl 8.00-14.00
2. Koordinator Unit S1 Gizi atau D3 Gizi 6
- Shif. Siang
Pkl 14.00-17.00
- Shif subuh
Pkl 04.30 -09.00
- Shif pagi
3. Koki SMK Boga 19
Pkl 08.00-13.00
- Ship siang
Pkl 13.00-19.00
- Shif pagi
Asisten Koki Pkl 04.30 -09.00
4. SMK Boga 19
- Shif pagi
Pkl 8.00 -13.00
5. Penyaji SMU Kejuruan - Shif subuh 19
Pkl 04.30 -8.30
- Shif pagi
Pkl 8.00 -13.00
Shif siang
Pkl 13.00-19.00
6. Petugas Sirkuler SLTP Pkl 06.00-14.00 1
BAB VIII
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Gambar 3. Denah Standar Fasilitas Instalasi Gizi Rumah Sakit /Wamena Tidak Sesuai
Tabel 3. Keterangan Denah Instalasi Gizi :
No Uraian Keterangan
1. Ruang penerimaan bahan makanan
1a. Tempat pencucian tangan Tidak ada
1b. Tempat pencucian bahan makanan sayur dan buah Blm Jdi Stu
1c. Meja penerimaan bahan makanan Tidak ada
1d. Timbangan bahan makanan Ada
2. Ruang persiapan bahan makanan sayur dan buah
2a. Meja persiapan sayur Tidak ada
2b. Meja persiapan buah Tidak ada
3. Tempat pencucian dan persiapan bahan makanan daging dan ikan
3a. Tempat pencucian dan persiapan daging Tidak ada
3b. Tempat pencucian dan persiapan ikan Tidak ada
4. Tempat pencucian alat makan pasien
4a. Tempat membersihkan sisa serta menaruh alat makan pasien yang
Gabung Jadi
akan dicuci
4b. Tempat menyabuni dan membilas alat makan pasien Satu
4c. Tempat steril alat makan pasien.
4d. Tempat meniriskan alat makan pasien
5 Tempat pencucian alat masak
5a. Tempat pencucian alat masak Tidak ada
5b. Tempat meniriskan alat masak Jadi satu
5c. Tempat alat masak Ada
B. Standar
A. Pengertian
Pengertian Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan
mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen
dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat.
Termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi.
B. Tujuan
Penyelenggaraan makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk
menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlah yang sesuai kebutuhan serta
pelayanan yang layak dan memadai bagi klien atau konsumen yang membutuhkan.
C. Sasaran
Sasaran penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit Wamena adalah pasien, karyawan,
pengunjung (pasien rawat jalan atau keluarga pasien yang mengunjungi kantin), dan
konsumen katering.
D. Bentuk penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit
Bentuk penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit Wamena adalah dengan sistem
swakelola, sehingga melaksanak semua kegiatan penyelenggaraan makanan, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
E. Mekanisme kerja penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit Wamena.
Mekanisme kegiatan penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit Wamena meliputi:
2) Perencanaan menu
Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah
untuk memenuhi selera konsumen pasien, dan kebutuhan zat gizi yang memenuhi
prinsip gizi seimbang Tujuannya untu menyediakan siklus menu sesuai klasifikasi
pelayanan yang ada di rumah sakit, yaitu siklus 11 hari.
Langkah perencanaan menu:
Membentuk tim kerja untuk menyusun menu yang terdiri dari ahli gizi dan kepala
dapur
Mengumpulkan tanggapan/keluhan konsumen mengenai menu dengan cara
menyebarkan kuesioner
Membuat rincian macam dan jumlah konsumen yang akan dilayani
Mengumpulkan data peralatan dan perlengkapan dapur yang tersedia
Menyesuaikan penyusunan menu dengan macam dan jumlah tenaga
Memperhatikan kebiasaan makan daerah setempat, musim, iklim, dan pasar
Menetapkan siklus menu yang akan dipakai Menetapkan standar porsi
Menyusun menu dengan cara:
1) Mengumpulkan berbagai jenis hidangan, dikelompokkan berdasarkan jenis
makanan (kelompok lauk hewani, kelompok nabati, kelompok sayuran,
kelompok buah) sehingga memungkinkan variasi yang lebih banyak
2) Menyusun pola menu dan master menu yang memuat garis besar frekuensi
penggunaan bahan makanan harian dengan siklus menu yang berlaku
3) Memasukkan hidangan hewani yang serasi warna, komposisi, konsistensi
bentuk dan variasinya; kemudian lauk nabati, sayur, buah, dan snack
4) Menyiapkan formulir penilaian yang meliputi pola menu kombinasi warna,
tekstur, konsistensi, rasa, aroma, ukuran, bentuk potongan, temperatur
makanan, pengulangan menu penyajian dan sanitasi
5) Menilai menu dengan beberapa penilaian objektif
6) Melakukan pre-test untuk mengetahui tanggapan konsumen/pasien
7) Membuat perbaikan menu dan selanjutnya menu siap diterapkan
BAB X
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
A. Pengertian
Pengertian penelitian dan pengembangan gizi di instalasi gizi Rumah Sakit Wamena
merupakan kegiatan pendukung Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) yang dilaksanakan
secara terencana dan terus menerus seperti halnya kegiatan gizi yang lain, dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
B. Instalasi Gizi
Rumah Sakit RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Wamena menyusun program-program
penelitian dan pengembangan yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu pelayanan gizi,
disusun berdasarkan kaidah penelitian, yaitu: adanya usulan/proposal penelitian, laporan
hasil penelitian, serta dokumentasi hasil penelitian.
C. Tujuan
1. Sebagai bahan masukan bagi perencanaan kegiatan
2. Evaluasi kegiatan
3. Mengembangkan teori, tatalaksana, atau standar baru
D. Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup penelitian yang dilakukan yaitu secara mandiri dan bekerja sama dengan
unit/instalasi lain
Ruang lingkup pengembangan
Ruang lingkup pengembangan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Wamena dilakukan untuk
mengembangkan mutu pelayanan gizi. Beberapa aspek penting yang perlu dikembangkan
terus menerus adalah aspek sumber daya manusia, standar terapi diet, standar sarana dan
prasarana dan penggunaan berbagai perangkat lunak serta berbagai teknik pengolahan
makanan.
BAB XI
PERSEDIAAN LOGISTIK
Pisang
Jeruk
Pepaya
Semangka
Nanas
Apel
Kacang tanah
Kacang hijau
Tahu
Tempe
7. Persediaan Bumbu
Sereh Bawang merah
Lengkuas Bawang putih
Jeruk nipis Merica bubuk
Daun jeruk Kunyit bubuk
Daun salam Asam jawa
Jahe Santan kara
Kencur Kelapa
Pala Daun bawang
Ketumbar Daun bawang
Kemiri Daun kemangi
Roti tawar
Kabin tawar
Ice cream
Lain-lain
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien yang terkait dengan instalasi gizi rumah sakit Rumah Sakit Umum
Daerah Wamena adalah sanitasi makanan
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik beratkan pada
kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala
bahan yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan, mulai dari sebelum makanan
diproduksi selama proses pengolahan, penyiapan pengangkutan, penjualan sampai pada saat
makanan dan minuman tersebut siap dikonsumsi kepada konsumen (Direktorat Hygiene dan
Sanitasi, Ditjen Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular).
Salah satu kegiatan dari sanitasi makanan adalah penyehatan makanan dan minuman.
Kegiatan ini merupakan upaya untuk mengendalikan faktor- faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan kuman pada makanan dan minuman. Faktor-faktor tersebut berasal dari proses
penanganan makanan, minuman, lingkungan, dan orangnya; sehingga makanan dan
minuman yang disajikan rumah sakit tidak menjadi mata rantai penularan penyakit.
B. Tujuan
Kegiatan penyehatan makanan dan minuman di Rumah Sakit RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH Wamena ditujukan untuk:
- Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan konsumen
- Menurunnya kejadian risiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan melalui
makanan
- Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan.
C. Pelaksanaan Sanitasi Makanan Dalam Penyelenggaraan Makanan
1) Ruang Pengolahan (Dapur)
- Tersedianya fasilitas kamar toilet khusus bagi pegawai dapur, locker untuk
menyimpan pakaian kerja dan ruang untuk ganti pakaian
- Ruang dalam dapur harus bersih, tersedia tempat sampah sementara yang diberi
kantong plastik yang kemudian dibuang dengan plastiknya ke tempat pengumpulan
sampah diluar. Diruang ruangan dapur terdapat fasilitas tempat pengumpulan
sampah yang tertutup.
2) Bangunan
- Pintu-pintu tempat ruang persiapan dan masak harus dibuat membuka/menutup
sendiri (self closing door), dilengkapi peralatan anti lalat seperti kasa, tirai, dan
pintu
- Fasilitas Cuci Tangan:
Terletak di luar ruang ganti pakaian, wc/kamar mandi
Tersedia air yang mengalir
Tersedia sabun dan kain lap pengering
Terbuat dari bahan yang mudah di bersihkan, kuat, antikarat dan permukaan
halus
- Saluran limbah, sebagai pembuangan limbah pengolahan makanan yang aman dari
binatang
D. Prosedur Kerja
Kontaminasi makanan atau kontaminasi ulang dapat disebabkan oleh perilaku si penjamah
makanan selama bekerja. Hal ini disebabkan karena pegawai tidak bekerja sesuai dengan
prosedur kerja yang ada.
E. Upaya Pengendalian
Upaya pengendalian faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kuman pada makanan dan
minuman, dapat dilakukan dengan pemantauan titik-titik rawan pada jalur penanganan
makanan dan minuman yang diperkirakan memudahkan timbulnya bakteri dan fungi. Titik-
titik rawan dalam proses penanganan makanan dan minuman adalah:
A. Pengertian
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kegiatan yang berkaitan erat
dengan kejadian yang disebabkan oleh kelalaian petugas, yang dapat mengakibatkan
kontaminasi bakteri terhadap makanan. Kondisi yang padat mengurangi bahaya dan
terjadinya kecelakaan dalam proses penyelenggaraan makanan antara lain karena pekerjaan
yang terorganisir, dikerjakan sesuai dengan prosedur, tempat kerja yang aman dan terjamin
kebersihannya, istirahat yang cukup. Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya, biasanya
terjadi secara tiba- tiba dan tidak direncanakan ataupun tidak diharapkan, serta dapat
menyebabkan kerusakan pada alat-alat, makanan, dan ”melukai” pegawai.
Pengertian keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas
ataupun kelalaian/kesengajaan.
B. Tujuan
Menurut Undang-Undang Keselamatan Kerja Tahun 1970, syarat-syarat keselamatan
kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dengan tujuan:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya ledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian lain yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi perlindungan pada pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/psikis,
keracunan, infeksi, dan penularan.
Prinsip keselamatan kerja pegawai dalam proses penyelenggaraan makanan adalah sebagai
berikut:
1. Pengembalian teknis mencangkup
a. Letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi syarat yang
telah ditentukan
b. Ruangan dapur cukup luas, denah sesuai dengan arus kerja dan dapur dibuat dari
bahan-bahan atau konstruksi yang memenuhi syarat.
c. Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang praktis
Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat.
d. Tersedianya ruang istirahat untuk
2. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan terciptanya
kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai.
3. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari pegawai .
4. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang telah
ditentukan. Dan pegawai diberi waktu untuk istirahat setelah 3 jam bekerja, karena
kecelakaan kerja sering terjadi setelah pegawai bekerja > 3 jam.
a. Perawatan alat dilakukan secara kontinyu agar peralatan tetap dalam kondisi yang
layak pakai
b. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai
c. Adanya fasilitas/peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama yang cukup
d. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja
a. Menggunakan alat pembuka bungkus bahan makanan menurut cara yang tepat dan
jangan melakukan dan meletakkan posisi tangan pada tempat ke arah bagian alat
yang tajam (berbahaya)
b. Barang yang berat selalu ditempatkan di bagian bawah dan angkatlah dengan alat
pengangkit yang tersedia untuk barang tersebut.
c. Pergunakan tutup kotak/tutup panci yang sesuai dan hindari tumpahan bahan
d. Tidak diperkenankan merokok di ruang penerimaan dan penyimpanan bahan
makanan.
e. Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan/diperlukan
f. Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan pekerja
g. Tidak mengangkat barang dalam jumlah yang banyak, yang dapat membahayakan
badan dan kualitas makanan.
h. Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin di ruang penerimaan dan
penyimpanan
2. Di ruang persiapan dan pengolahan makanan
Keamanan dan keselamatan kerja di ruang ini akan tercapai bila:
a. Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik, misalnya gunakan
pisau, golok, parutan kelapa dengan baik, dan jangan bercakap-cakap selama
menggunakan alat tersebut.
b. Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan atau mengolah bahan makanan.
c. Menggunakan berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk pemakaiannya
d. Membersihkan mesin menurut petunjuk dan matikan mesin sebelumnya
e. Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan dibersihkan
f. Berhati-hati bila membuka dan menutup, menyalakan atau mematikan mesin, lampu
gas/listrik, dan lain-lain. 33
g. Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan.
h. Pada saat selesai menggunakannya, teliti kembali apakah semua alat sudah
dimatikan mesinnya.
i. Mengisi panci-panci menurut ukuran semestinya, dan jangan melebihi porsi yang
ditetapkan.
j. Tidak memuat kereta makanan melebihi kapasitasnya.
k. Meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi.
l. Bila ada alat pemanas atau baki perhatikan cara penggunaan dan pengisiannya
m. Bila membawa air panas, tutup dengan rapat dan jangan mengisi terlalu penuh
n. Perhatikan bila membawa makanan pada baki, jangan sampai tertumpah atau
makanan tersebut tercampur .
o. Perhatikan posisi tangan sewaktu membuka dan mengeluarkan isi kaleng.
3. Di ruang pembagian makanan di instalasi gizi Rumah Sakit Umum Daerah Wamena
a. Baju kerja, celemek dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin, dan enak
dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja
b. Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada di lingkungan dapur (tidak
menggunakan hak tinggi)
c. Menggunakan cempal/serbet pada tempatnya
d. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan jumlah yang
cukup, sabun, alat pengering, dan sebagainya
e. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik di tempat yang mudah terjangkau
f. Tersedia alat/obat P3K
g.
BAB XIV
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengawasan
Pengendalian mutu pada pelayanan gizi di Rumah Sakit RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH Wamena terdiri dari pengawasan dan pengendalian.
Pengertian Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar
pekerjaan atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi, pedoman, standar,
peraturan an hasil yang telah ditetapkan sebelumnya agar mencapai tujuan yang diharapkan.
Pengawasan bertujuan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijakan yang
telah ditetapkan dapat mencapai sasaran yang dikehendaki. Selain itu pengawasan bertujuan
untuk membina aparatur negara yang bersih dan berwibawa.
B. Pengendalian
C. Evaluasi/penilaian
Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi manajemen. Evaluasi ini bertujuan
untuk menilai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan yang disusun
sehingga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki. Melalui penilaian, pengelola dapat
memperbaiki rencana yang lalu bila perlu, ataupun membuat rencana program yang baru.
Pada keiatan evaluasi, tekanan penilaian dilakukan terhadap masukan, proses, luaran,
dampak untuk menilai relevansi kecukupan, kesesuaian dan kegunaan. Dalam hal ini
diutamakan luaran atau hasil yang dicapai.
36
2) Pencatatan dan pelaporan tentang penyelenggaraan makanan
a. Buku laporan timbang terima antara pergantian rotasi (berisi pesan- pesan yang
penting)
b. Buku laporan pasien baru/yang berdiet khusus
c. Buku laporan pasien baru makanan biasa
d. Buku laporan pergantian/pertukaran diet pasien
6. Pengawasan Harga
Langkah-langkah yang perlu dilakukan:
1. Tetapkan kebijakan keuangan yang ingin dicapai
2. Buat format isian pelaksanaan pencatatan pelaporan yang baku untuk pengawasan
a. Pencatatan pemasukan bahan makanan, harga pemakaian bahan makanan untuk
setiap putaran menu, bulanan, triwulan, dan tahunan
b. Kalkulasi harga pemasukan bahan makanan, harga pemakaian bahan makanan
untuk setiap putaran menu, bulanan, triwulan, dan tahunan
c. Perhitungan stok bahan makanan akhir
d. Kumpulkan data klien harian, satu putaran menu, bulanan, triwulan, dan
tahunan
e. Biaya overhead (dalam hal ini penyusutan) dicatat harian, setiap putaran menu,
bulanan, triwulan, dan tahunan
1. Kalkulasi pemasukan bahan makanan berikut nilai rupiahnya setiap saat
dan pada periode tertentu yang telah ditentukan
2. Hitung biaya per porsi atau biaya per orang per hari
3. Pengendalian biaya
Pengendalian biaya adalah suatu proses dimana pimpinan atau pengelola
mencoba mengatur biaya guna mencegah pemborosan dari biaya yang
dikeluarkan.
Biaya yang dimaksud disini yaitu biaya makan. Biaya bahan makanan
dapat meningkat atau menurun dari harga yang diperkirakan. Oleh karena
itu biaya makanan dapat dikendalikan melalui berbagai cara; seperti
menukar, mengubah, atau mengganti bahan makanan dengan bahan
makanan lain. Pengendalian biaya ini merupakan proses yang
berkelanjutan dan melibatkan aktivitas-aktivitas seperti perencanaan menu,
pembelian (pemesanan), penerimaan, pengolahan, dan juga
tenaga/personelnya.
3. Tujuan pengendalian biaya makana
a. Menganalisa biaya yang direncanakan dibandingkan dengan harga yang
sesungguhnya digunakan untuk penyelenggaraan makanan
b. Menilai harga penawaran bahan makanan
c. Mencegah sisa bahan makanan yang tidak efisien
d. Menyediakan data untuk laporan penyelenggaraan institusi
e. Membandingkan dua atau lebih kegiatan pelaksanaan penyelenggaraan
makanan
4. Cara Pengendalian Biaya Makanan
a. Kembangkan kebijakan keuangan bagi institusi. Hal ini tergantung pada tujuan
dan bentuk kegiatan, target keuntungan dan persentase dari makanan, tenaga,
dan biaya overhead lainnya yang dapat dicapai
b. Kembangkan pengendalian secara rutin. Pengendalian kegiatan harus
mencakup prosedur kerja karyawan dan pemeriksaan menyeluruh mulai dari
perencanaan menu, pembelian, penerimaan, penyimpanan, pengeluaran,
produksi, distribusi serta penyajian/penjualan
c. Pengendalian pada pos kegiatan. Hal ini berkaitan dengan laporan biaya
makan, perhitungan hasil, dan mengambil tindakan perbaikan jika diperlukan.
7. Standar prosedur.
Berkenaan dengan cara/teknik yang ditetapkan sebagai cara yang benar untuk
kegiatan sehari-hari dalam proses penyelenggaraan
a. Melatih tenaga penyelenggaraan makanan untuk memahami dan melaksanakan
standar-standar yang telah ditetapkan
b. Memonitor, melihat, mengukur, mengecek pelaksanaan yang dilakukan
kemudian membandingkan antara pelaksanaan kegiatan yang benar-benar
dilakukan dengan standar yang telah dibuat sebelumnya. Bila terjadi
ketidaksamaan atau penyimpangan- penyimpangan yang merupakan umpan
balik (feed back) yang harus
c. Menetapkan tindakan perbaikan/koreksi untuk mengatasi penyimpangan
dengan melaksanakan cara-cara yang telah disepakati berdasarkan data kegiatan
terdahulu.
Tujuan Untuk memaksimalkan efisiensi tenaga kerja secara berdaya guna sesuai
dengan standar kualitas dan pelayanan yang dilakukan, sehingga dapat tercapai
tujuan yang optimal.
1. Faktor yang mempengaruhi biaya
a. Tipe menu dan besarnya persiapan yang diperlukan
b. Jenis pelayanan
c. Jumlah hidangan yang disajikan setiap hari
d. Jumlah dan jenis makanan yang dijual
e. Peralatan yang digunakan 39
f. Jumlah tenaga kerja
B. Saran
Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Wamena Kabupaten Jayawijaya Propinsi Papua,
disarankan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Wamena selalu aktif dalam memberikan
konseling gizi kepada Pasien serta mengajak lembaga masyarakat atau instansi kesehatan
lainnya memberikan perhatian khusus dalam membantu meningkatkan gizi.
41