TANJUNG UBAN
NOMOR : /PER/DIR/ /2014
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TANJUNG
UBAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TANJUNG UBAN
Menimbang
Negara
Tahun
1992
Nomor
100,
Tambahan
M E M U T U S K AN :
Menetapkan :
Pertama
: PERATURAN
DAERAH
DIREKTUR
TANJUNG
UBAN
RUMAH
SAKIT
TENTANG
UMUM
KEBIJAKAN
Kedua
:
Pembinaan
dan
pengawasan
penyelenggaraan
pelayanan Rumah Sakit Royal Progress dilaksanakan
oleh setiap manajer pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah
Tanjung Uban.
Ketiga
Keempat
Lampiran
Peraturan Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Tanjung Uban
Nomor
: /PER/DIR/II/2014
Tanggal
: 1 Mei 2014
KEBIJAKAN PELAYANAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TANJUNG UBAN
1. Pelayanan Instalasi :
4. Identifikasi :
Setiap pasien yang masuk rawat inap dipasangkan gelang identitas
pasien.
Prosedur identifikasi menggunakan NAMA dan TANGGAL LAHIR
disesuaikan dengan tanda pengenal resmi pasien.
Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau
produk darah, sebelum pengambilan darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan laboratorium klinis, serta sebelum tindakan /
prosedur
Rumah sakit menggunakan gelang identifikasi berwarna kuning
untuk pasien berisiko jatuh dan gelang identifikasi berwarna
merah untuk pasien dengan alergi.
Pengecualian prosedur identifkasi dapat dilakukan pada kondisi
kegawatdaruratan pasien di IGD, ICU dan kamar operasi dengan
tetap memperhatikan data pada gelang identitas pasien.
5. Transfer/ perpindahan di dalam rumah sakit :
Penerimaan atau perpindahan pasien ke dan dari unit
pelayanan intensif atau pelayanan khusus ditentukan dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
6. Transfer keluar rumah sakit / rujukan :
Rujukan ke rumah sakit ditujukan kepada individu secara spesifik
dan badan dari mana pasien berasal.
Rujukan menunjuk siapa yang bertanggung jawab selama proses
rujukan serta perbekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan
selama transportasi.
Kerjasama yang resmi atau tidak resmi dibuat dengan rumah sakit
penerima.
Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.
7. Penundaan pelayanan :
Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan
atau pengobatan
8. Pemulangan pasien :
9. Transportasi :
Transportasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum
dan peraturan yang berlaku berkenaan dengan pengoperasian,
kondisi dan pemeliharaan.
Pasien yang akan ditransportasi dengan menggunakan ambulan
rumah sakit wajib dimonitor
13.
14.
Asesmen pasien :
Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi
kebutuhan pelayanannya melalui suatu proses asesmen yang
baku.
Hanya mereka yang kompeten sesuai perizinan, undang-undang
dan peraturan yang berlaku dan sertifikasi dapat melakukan
asesmen.
Asesmen awal medis dilaksanakan dalam 24 jam pertama
sejak rawat inap atau lebih dini/cepat sesuai kondisi pasien atau
kebijakan rumah sakit.
Asesmen awal keperawatan dilaksanakan dalam 24 jam pertama
sejak rawat inap atau lebih cepat sesuai kondisi pasien atau
kebijakan rumah sakit.
Asesmen awal medis yang dilakukan sebelum pasien di rawat
inap, atau sebelum tindakan pada rawat jalan di rumah sakit,
tidak boleh lebih dari 30 hari, atau riwayat medis telah
diperbaharui dan pemeriksaan fisik telah diulangi.
Untuk asesmen kurang dari 30 hari, setiap perubahan kondisi
pasien yang signifkan, sejak asesmen dicatat dalam rekam medis
pasien pada saat masuk rawat inap.
Asesmen awal termasuk menentukan kebutuhan rencana
pemulangan pasien (discharge).
Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu
15.
Manajemen obat :
Rumah sakit meningkatkan keamanan obat-obatan yang perlu
diwaspadai.
Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien
kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil
untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja di area tersebut,
bila diperkenankan kebijakan.
Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien
diberi label yang jelas dan disimpan dengan cara yang
membatasi akses (restrict access).
16.
Manajemen nutrisi :
Semua pasien di skrining untuk status gizi.
Penyiapan, penyimpanan dan penyajian makanan dengan cara
mengurangi risiko kontaminasi dan pembusukan.
17.
Manajemen nyeri :
Semua pasien di skrining untuk rasa sakit dan dilakukan
pemberian tanda.
Menggunakan suatu checklist untuk melakukan verifikasi
praoperasi tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien dan
semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,
19.
Hand Hygiene:
20.
21.
22.
hak pasien.
DPJP di ICU adalah dokter spesialis anestesi, kecuali permintaan
pasien.
DPJP bertanggungjawab terhadap semua pelayanan kepada
pasien.
DPJP wajib melengkapi berkas rekam medis pasien.
DPJP wajib memenuhi hak pasien.
Komunikasi Efektif:
Komunikasi yang efektif di seluruh RSUD Tanjung Uban.
Rumah sakit menggunakan sistem SBAR dalam melaporkan
kondisi pasien untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antar
pemberi layanan.
Rumah sakit konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap
akurasi dari komunikasi lisan dengan mencatat, membaca
kembali dan mengkonfirmasi ulang terhadap perintah yang
23.
diberikan.
Pelaporan kondisi pasien kepada DPJP pasien menjadi
24.
Manajemen di instalasi :
Semua petugas instalasi wajib memiliki izin sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
Melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat
rutin bulanan minimal satu bulan sekali.
Setiap bulan wajib membuat laporan.
Rumah sakit menyediakan pelatihan tentang mutu dan
keselamatan pasien sesuai dengan