Anda di halaman 1dari 9

PANDUAN

PENOLAKAN RESUSITASI
(DO NOT RESUSCITATE)

RUMAH SAKIT UMUM SETIA BUDI


TAHUN.....................
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa karna atas rahmat
dan karunianya maka Panduan Penolakan Resusitasi (Do Not Resuscitate) RSU.Setia Budi telah
selesai disusun.
Dengan tersusunnya panduan ini diharapkan akan mempermudah pelaksanaan pelayanan
kepada pasien di RSU. Setia Budi.
Akhir kata kami ucaapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
tersusunnya Panduan Penolakan Resusitasi (Do Not Resuscitate) RSU. Setia Budi. Saran dan
koreksi demi perbaikan panduan ini sangat kami harapkan.

Rimbo Bujang, …..........

Penyusun
RUMAH SAKIT UMUM

SETIA BUDI
Rawat Jalan, Rawat Inap dan Pelayanan Medik Sepesialistik
Jl. Pahlawan Kel.Wirotho Agung Kec.Rimbo Bujang Kab.Tebo Prov.Jambi
Telp: 0747 31215 Hp: 0813 6698 7505 Email: rssetiabudi460@gmail.com

KEPUTUSAN PEMIMPIN RUMAH SAKIT UMUM SETIA BUDI


NOMOR : 052.2/SK/RSU-SB/XII/2022
TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN DO NOT RESUSCITATE (DNR)
DIREKTUR RSU. SETIA BUDI

Menimbang : a. bahwa seluruh staf rumah sakit bertanggung jawab melindungi dan
mengedepankan hak pasien dan keluarga;
b. bahwa RSU. Setia Budi menghormati hak pasien dan dalam
beberapa situasi hak istimewa keluarga pasien;
c. bahwa agar pelayanan pasien di RSU. Setia Budi dapat terlaksana
dengan baik, perlu adanya Panduan Resusitasi (Do Not Resuscitate);
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, b dan c perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur RSU.
Setia Budi;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan


Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 42);
2. Undang–Undang nomor 39 th 1999 Tentang Hak Azazi Manusia
(lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 nomor 165 );
3. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
4. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4846);
5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesi Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
6. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesi Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
7. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 297, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 5606);
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1966
tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/Menkes/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2012 tentang Rahasia Kedokteran (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 915);
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun
2014 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1609);
14. Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medis Nomor HK 00.
06.35.1866 tentang Pedoman Persertujuan Tindakan Medis;
15. Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran Indonesia, KKI Tahun
2006;
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RSU. SETIA BUDI TENTANG


PEMBERLAKUAN PANDUAN PENOLAKAN RESUSITASI (DO
NOT RESUCITATE).
KESATU : Panduan Penolakan resusitasi (Do Not Resuscitate) di RSU. Setia Budi
tercantum dalam lampiran keputusan ini.
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Rimbo Bujang


Pada tanggal, 17 Desember 2022

Mengetahui
Direktur Rumah Sakit
SETIA BUDI

dr. RIZKI WAHYUDI


NIK RS.200192 22 001
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ….............................................................................................. ii


SK PEMBERLAKUAN PANDUAN………………………………………………… iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iv
BAB I : DEFINISI ……….................................................................................. 1
BAB II : RUANG LINGKUP ............................................................................. 2
BAB III : TATA LAKSANA ................................................................................ 3
BAB IV : DOKUMENTASI ................................................................................... 4
BAB I
DEFINISI

DNR (Do Not Resuscitate) adalah suatu perintah yang memberitahukan tenaga medis
untuk tidak melakukan CPR. Hal ini berarti bahwa dokter, perawat, dan tenaga emergensi medis
tidak akan melakukan usaha CPR emergensi bila pernafasan maupun jantung pasien berhenti.
CPR (Cardio Pulmonary Resuscitate) adalah suatu prosedur medis yang digunakan
untuk mengembalikan fungsi jantung (sirkulasi) dan pernapasan spontan pasien bila seorang
pasien mengalami kegagalan jantung maupun pernapasan. CPR melibatkan ventilasi paru
(resusitasi mulut ke mulut atau mulut ke hidung) dan kompresi dinding dada untuk
mempertahankan perfusi ke jaringan organ vital selama dilakukan upaya-upaya untuk
mengembalikan respirasi dan ritme jantung yang spontan.

TUJUAN DNR
Untuk menyediakan suatu proses dimana pasien bisa memilih prosedur yang nyaman dalam hal
bantuan hidup oleh tenaga medis emergensi dalam kasus henti jantung atau henti napas.

BAB II
RUANG LINGKUP

Rumah sakit menghormati hak pasien dan keluarga dalam menolak tindakan resusitasi
atau pengobatan bantuan hidup dasar. Penolakan resusitasi dapat diminta oleh pasien dewasa
yang kompeten dalam mengambil keputusan.
Pasien yang tidak bisa membuat keputusan terhadap dirinya (belum cukup umur,
gangguan kesadaran mental dan fisik) diwakilkan kepada anggota keluarga atau wali yang
ditunjuk.

A. Menghormati keinginan pasien dan keluarganya :


1. Kecuali perintah DNR dituliskan oleh dokter untuk seorang pasien, maka dalam kasus-
kasus henti jantung dan henti napas, tenaga emergensi wajib melakukan tindakan
resusitasi.
2. Ketika memutuskan untuk menuliskan perintah DNR, dokter tidak boleh
mengesampingkan keinginan pasien maupun walinya.
3. Perintah DNR dapat dibatalkan (atau gelang DNR dapat dimusnahkan)

B. Kriteria DNR
1. Perintah DNR dapat diminta oleh pasien dewasa yang kompeten mengambil keputusan,
telah mendapat penjelasan dari dokternya, atau bagi pasien yang dinyatakan tidak
kompeten, keputusan dapat diambil oleh keluarga terdekat, atau wali yang sah yang
ditunjuk oleh pengadilan.
2. Dengan pertimbangan tertentu, hal-hal dibawah ini dapat menjadi bahan diskusi perihal
DNR dengan pasien/walinya :
a. Kasus-kasus dimana angka harapan keberhasilan pengobatan rendah atau CPR hanya
menunda proses kematian yang alami.
b. Pasien tidak sadar secara permanen.
c. Pasien berada pada kondisi terminal.
d. Ada kelainan atau disfungsi kronik dimana lebih banyak kerugian dibanding
keuntungan jika resusitasi dilakukan.

BAB III
TATA LAKSANA

1. Identifikasi pasien atau keluarga dengan keinginan untuk DNR.


2. Beritahu DPJP tentang keinginan DNR tersebut.
3. DPJP memberikan edukasi tentang DNR dan konsekuensi dari permintaan jika resusitasi
tidak dilakukan.
4. Jika pasien/keluarga tetap menginginkan DNR, maka pasien/keluarga mengisi formulir
permintaan DNR.
5. Untuk kasus pasien dengan ketergantungan alat medis untuk bertahan hidup, DPJP harus
mempertimbangkan dari berbagai aspek. Bicarakan masalah permintaan DNR tersebut
didalam subkomite etika dan profesi.
6. Bila keputusan DNR telah diambil, DPJP membuat order DNR.
7. Berikan tanda gelang ungu DNR pada pasien dengan order DNR.
8. Pada kondisi dihadapkan pada resusitasi, identifikasi kembali dengan melihat gelang DNR
dan memastikan identitas sesuai dengan yang tercantum dalam order DNR, panggil keluarga
sebagai saksi pelaksanaan order DNR.
9. Hormati order DNR selama transportasi rujukan. Bila pasien meninggal selama dalam
transportasi, pertimbangkan hal-hal:
a. Kecuali secara khusus meminta, pasien tidak harus dikembalikan ke kediaman pribadi
atau fasilitas RS rujukan.
b. Lanjutkan kerumah sakit tujuan atau kembali ke rumah sakit yang berasal jika tidak
memerlukan waktu yang lama. Jika waktu transportasi rujukan membutuhkan waktu yang
lama maka dialihkan ke rumah sakit terdekat.
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh seluruh penyelenggara RS dengan menggunakan


format yang sudah disediakan oleh rekam medis.
2. Penolakan pemberian DNR (Do Not Resuscitate) atau jangan lakukan resusitasi dengan
mengisi formulir keputusan DNR.
3. Seluruh tindakan yang dilakukan dicatat dalam catatan keperawatan.

Evaluasi : - Tidak ada perubahan panduan DNR (Do Not Resuscitate)


- Perubahan tanggal terbit

Ditetapkan di Rimbo Bujang


Pada tanggal, .............
Mengetahui
Direktur Rumah Sakit
SETIA BUDI

dr. RIZKI WAHYUDI


NIK RS.200192 22 002

Anda mungkin juga menyukai