Anda di halaman 1dari 12

KEBIJAKAN DAN PANDUAN

DOKTER PENANGGUNG JAWAB PASIEN


KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH H. ABDUL AZIZ MARABAHAN
NOMOR: / /RSUD/
TENTANG

PANDUAN DOKTER PENANGGUNG JAWAB PASIEN (DPJP)


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH H. ABDUL AZIZ MARABAHAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH H. ABDUL AZIZ MARABAHAN

Menimbang :

a. bahwa masalah kesehatan seorang pasien adalah tanggung jawab


pasien itu sendiri;
b. bahwa tindakan kedokteran yang dilakukan oleh dokter atau dokter
gigi untuk meningkatkan atau memulihkan kesehatan seorang pasien
hanya merupakan suatu upaya yang tidak wajib diterima oleh seorang
pasien yang bersangkutan karena sesungguhnya dalam pelayanan
kedokteran, tidak seorangpun dapat memastikan hasil akhir dari
diselenggarakannya pelayanan kedokteran tersebut (uncertainty
result), dan karena itu tidak etis jika dipaksakan;
c. bahwa hasil dari tindakan kedokteran akan lebih berdaya guna dan
berhasil guna apabila terjalin kerjasama yang baik antara dokter dan
pasien sehingga dapat saling mengisi dan melengkapi;
d. bahwa dalam rangka menjalin kerjasama yang baik ini perlu diadakan
ketentuan yang mengatur tentang perjanjian antara dokter atau dokter
gigi dengan pasien, pasien menyetujui (concent) atau menolak, adalah
merupakan hak pribadinya yang tidak boleh dilanggar;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a, b,
dan c, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Datu Sanggul Rantau;
Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;


2. Undang – Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang- Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Pemerintah nomor 10 tahun 1996 tentang Wajib Simpan
Rahasia Kedokteran
5. Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan
6. Peraturan Mentri Kesehatan RI nomor 269/Menkes/Per/III/2008
tentang Rekam Medis
7. Keputusan Direktur RSUD H. Abdul Aziz MarabahanNomor /
RSUD/201 Tentang Kebijakan Pelayanan Rumah Sakit Umum H. Abdul
Aziz Marabahan;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH H. ABDUL AZIZ


MARABAHANTENTANG DOKTER PENANGGUNG JAWAB PASIEN (DPJP)

Kedua : Panduan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP)sebagaimana terlampir


dalam lampiran keputusan ini.

Ketiga : Perubahan panduan harus dibahas sekurang – kurangnya setiap 3 (tiga)


tahun sekali dan apabila diperlukan, sewaktu waktu akan dilakukan
perubahan sesuai dengan perkembangan yang ada.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
dikemudian hari terdapat kesalahan akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Dikeluarkan : Di Marabahan
Pada Tanggal :
Direktur

RSUD H. Abdul Aziz Marabahan

dr. Fathurrahman, M.Sc.SP.PD

NIP. 19720306 200212 1 008


Lampiran
Keputusan Direktur
RSUD H. Abdul Aziz
Marabahan
Nomor :
Tanggal : 10 Februari 2016

BAB I
PENDAHULUAN

1. Pengertian Umum
a. Pelayanan kesehatan di rumah sakit bertujuan untuk menyelamatkan / menyembuhkan
pasien dari penyakitnya dengan menekan berbagai risiko klinis maupun non klinis yang
mungkin terjadi selama proses tersebut.
b. Keselamatan pasien merupakan faktor yang sangat penting dan menjadi prioritas utama.
Dalam rangka melaksanakan pelayanan yang aman, efektif dan efisien diperlukan
komitmen dan tanggung jawab yang tinggi dari para personel rumah sakit, sesuai dengan
wewenang dan kompetensinya. Kerjasama tim dan komunikasi yang baik merupakan
kunci utama untuk mencapai keberhasilan.

2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud.
Buku Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan petunjuk dan penjelasan tentang
tata cara penentuan dan pelaksanaan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) di
setiap lini pelayanan di Rumah Sakit,demi tercapainya kwalitas pelayanan yang tinggi,
meningkatnya kepuasan pasien dan mencegah serta mengurangi angka kejadian yang
tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera dan sentinel.
b. Tujuan.
1) Agar dapat dijadikan sebagai pedoman bagi para dokter dan petugas kesehatan
lainnya dalam menentukan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) di setiap lini
pelayanan di Rumah Sakit,sehingga diperoleh kesamaan pengertian, keseragaman
dalam pelaksanaan, dan pencatatan dan pelaporan.
2) Agar pengelolaan asuhan medis pasien oleh DPJP terlaksana dengan baik sesuai
dengan standar pelayanan dan standar keselamatan pasien.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut


a. Ruang Lingkup.
Buku Pedoman ini menjelaskan tentang pengertian DPJP, tata cara penerapan DPJP di
berbagai lini pelayanan seperti: IGD, Poliklinik, Ruangan perawatan, ICU / Intermediate
care, dan kamar operasi, serta menjelaskan tentang tata cara penentuan DPJP dalam
perawatan bersama.

b.Tata Urut.
Buku pedoman ini disusun dengan tata urut sebagai berikut :
1) Bab I Pendahuluan
2) Bab II Ketentuan Umum Pelaksanaan
3) Bab III Penutup

4. Landasan :
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran.

5. Pengertian :
a. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
adalah dokter yang bertanggung jawab atas pengelolaan asuhan medis seorang pasien.
b. DPJP Utama adalah :
1) Dokter koordinator pada kasus perawatan bersama antar berbagai disiplin ilmu
terhadap seorang pasien.
2) Dokter yang menangani penyakit yang dinilai terberat dan mengancam nyawa
serta pengelolaan paling kompleks.
3) Pada kondisi tertentu setelah ada kesepakatan bersama antar DPJP dan atau atas
keinginan pasien, DPJP utama dapat dipegang oleh dokter yang pertama kali
memeriksa / menerima atau DPJP lain yang diminta pasien.
4) Pada kasus sulit atau kasus luar biasa, DPJP utama dapat ditentukan oleh Direktur
Rumah Sakit / Ketua Komite Medik setelah melalui Rapat Komite Medik.

c. DPJP tambahan
adalah dokter konsultan yang ikut merawat pasien pada kasus perawatan bersama
setelah dikonsulkan oleh DPJP sebelumnya. DPJP tambahan ditulis langsung sesuai
bidang yang didalaminya, misalnya DPJP Bedah Plastik, DPJP Urology, DPJP Bedah Saraf,
DPJP THT, DPJP Gastroenterology IPD, DPJP Endokrinology IPD, DPJP Tumbuh Kembang
anak, dll.

6. Tugas DPJP
a. Mengelola asuhan medis seorang pasien sesuai dengan standar pelayanan medis yang
meliputi: anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, perencanaan pemberian
terapi, tindak lanjut / follow up (evaluasi asuhan medis) sampai rehabilitasi.
b. Melakukan konsultasi dengan disiplin terkait lain untuk meminta pendapat atau
perawatan bersama.
c. Membuat rencana pelayanan dalam berkas rekam medis yang memuat segala aspek
asuhan medis yang akan dilakukan termasuk pemeriksaan konsultasi, rehabilitasi pasien
dan sebagainya.
d. Memberikan penjelasan secara rinci kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan
hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kejadian yang tidak
diharapkan.
e. Memberikan pendidikan / edukasi kepada pasien tentang kewajibannya terhadap rumah
sakit dan bila diperlukan dibantu oleh staf dokter/perawat/staf administrasi.
f. Pemberian pendidikan/edukasi harus dicatat dalam rekam medis, bahwa DPJP telah
memberikan penjelasan.
g. DPJP harus memberikan penjelasan mengenai kewajiban pasien, yaitu:
1) Pasien dan keluarganya wajib memberi informasi yang jelas, benar, dan jujur tentang
penyakit dan kondisi lain.
2) Pasien dan keluarganya wajib mengetahui kewajiban dan tanggung jawabnya.
3) Pasien dan keluarganya wajib mengajukan pertanyaan untuk hal-hal yang tidak
dimengerti.
4) Pasien dan keluarganya wajib memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5) Pasien dan keluarganya wajib mengikuti instruksi dan menghormati peraturan
rumah sakit.
6) Pasien dan keluarganya wajib memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang
rasa.
7) Pasien dan keluarganya wajib memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
BAB II
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN

1. Kebijakan pelayanan pasien .


Setiap pasien yang dirawat harus memiliki seorang DPJP yaitu Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan yang merawat pasien tersebut dan memberikan asuhan medis sesuai SPO DPJP. Bila
pasien dirawat bersama oleh beberapa dokter dari berbagai disiplin ilmu harussegera ditunjuk
seorang DPJP utama dan satu atau lebih DPJP tambahan sesuai dengan bidang penyakit yang
terkait menangani pasien tersebut.

2. Penentuan DPJP.
Penentuan DPJP harus dilakukan sejak pertama pasien masuk rumah sakit baik dari IGD
maupun Poliklinik dengan mempergunakan cap stempel pada halaman tersendiri dalam catatan
medis, yaitu:
a. Cap Stempel ”DPJP” bila pasien hanya dirawat oleh seorang dokter (terlampir).
b. Cap Stempel ”RAWAT BERSAMA” bila sejak awal sudah diketahui bahwa pasien dirawat
bersama oleh beberapa dokter (terlampir).

3. Klarifikasi DPJP di ruang perawatan.


Apabila dari IGD maupun poliklinik DPJP belum ditentukan, maka petugas ruangan diwajibkan
segera melakukan klarifikasi tentang siapa DPJP pasien tersebut, termasuk melakukan
klarifikasi DPJP utama dan DPJP tambahan bila pasien sejak awal telah dirawat bersama oleh
beberapa dokter sesuai dengan bidang terkait yang menangani pasien tersebut.

4. Penentuan DPJP pasien baru di masing-masing SMF.


Kebijakan penentuan dan pengaturan DPJP di masing-masing SMF/ Sub SMF berdasarkan
antara lain:
a.Jadwal dokter jaga.
Dokter jaga hari itu menjadi DPJP pasien baru, kecuali kasus rujukan yang ditujukan
langsung kepada salah seorang konsulen.
b. Surat Rujukan langsung kepada salah satu dokter spesialis terkait.
Dokter spesialis yang dituju otomatis menjadi DPJP pasien yang dimaksud, kecuali bila
dokter tersebut berhalangan karena sesuatu hal, maka pelimpahan DPJP beralih kepada
konsulen jaga pada hari itu.

c. Atas permintaan pasien/keluarga.


Pasien dan keluarga berhak meminta salah seorang dokter sebagai DPJP apabila ada
relefansinya dengan bidang spesialisasi dokter yang bersangkutan. Bila tidak ada
relefansinya, hendaknya diberikan penjelasan dan diberikan alternatif DPJP lain sesuai
SPO yang berlaku. Penjelasan sebaiknya dilakukan oleh dokter tersebut dan dilimpahkan
kepada dokter lain yang lebih berkompeten dalam bidangnya.
d. Hasil rapat Komite Medik pada kasus tertentu.
Pada kasus yang sangat kompleks atau jarang, penentuan DPJP / DPJP utama dapat
ditentukan berdasarkan rapat komite medik.
5. Pola Operasional DPJP Rawat Bersama.
Seorang DPJP hanya memberikan pelayanan dibidang kompetensi dan keahliannya saja. Bila
ditemukan penyakit yang memerlukan penanganan disiplin profesi lain harus dikonsulkan dan
ditunjuk DPJP tambahan sesuai kebutuhan, bila diperlukan perawatan bersama maka
dipergunakan cap stempel ”RAWAT BERSAMA” dan akan ditentukan siapa DPJP utama sebagai
koordinator dan DPJP tambahannya. Dalam hal Rawat Bersama lebih dari dua DPJP harus ada
pertemuan bersama para DPJP minimal satu kali dan dicatat dalam rekam medis pasien.

6. Perubahan DPJP Utama.


Untuk efektifitas dan efisiensi pelayanan, bila diperlukan dapat terjadi perubahan DPJP utama
dalam Rawat Bersama. Kriteria penentuan DPJP utama berdasarkan:
a. Penyakit terberat pada penderita tersebut.
b. Atas keinginan keluarga/penderita.
c. Berdasarkan rapat Komite Medik pada kasus tertentu.
Perubahan DPJP utama harus mencantumkan tanggal mulai berlaku dan alasannya.

7. DPJP di ICU.
Bila pasien dirawat di ICU maka harus ditentukan DPJP ICU pasien tersebut sesuai dengan
jadwal konsulen ICU yang berlaku saat itu, atau ditunjuk seorang konsulen ICU lain atas
permintaan penderita / keluarga maupun berdasarkan rapat Komite Medik pada kasus
tertentu.DPJP ICU berwenang memberikan berbagai tindakan medis yang diperlukan dan selalu
berkoordinasi dengan DPJP pasien atau DPJP utama pasien pada kasus Rawat Bersama.

8. Wewenang Residen / peserta pendidikan dokter spesialis (PPDS).


Seorang Peserta Pendidikan Dokter Spesialis / Residen yang ditunjuk dapat melaksanakan
kewenangan melakukan tindakan medis tertentu atas nama Konsulen DPJP yang bersangkutan
atau sepengetahuan / izin Konsulen tersebut melalui jalur pelaporan yang berlaku di masing-
masing SMF / Sub SMF.

9. Pengalihan DPJP di IGD.


Dalam pelayanan di IGD, demi keselamatan pasien, apabila dokter DPJP / konsulen Jaga SMF /
Sub SMF tidak dapat dihubungi secara mendesak, dapat dilakukan pengalihan konsultasi kepada
konsulen lain sesuai dengan SPO di IGD dan masing-masing SMF / Sub SMF.

10. DPJP Utama di kamar operasi.


Adalah dokter operator yang melakukan operasi, dan bertanggung jawab terhadap seluruh
kegiatan operasi serta permasalahan yang berkaitan dengan tindakan operasi. Dokter Anestesi
yang melakukan tindakan pembiusan merupakan DPJP Anestesi pasien tersebut dan
bertanggung jawab terhadap permasalahan yang berkaitan dengan tindakan anestesi bahkan
sampai pasien kembali ke ruangan atau ICU / Ruang Intermediate. Sebelum operasi
dilaksanakan, dokter operator dan dokter anestesi harus ikut melakukan prosedur time out dan
menandatangani formulir panduan time out (terlampir), sesuai dengan SPO time out di kamar
operasi.
11. Koordinasi dan Transfer Informasi antar DPJP
a. Koordinasi antara DPJP tentang rencana dan pengelolaan pasien harus dilaksanakan
secara komprehensif, terpadu dan efektif dengan berpedoman kepada SPM dan standar
keselamatan pasien.
b. Koordinasi dan transfer informasi (komunikasi dan konsultasi) antar DPJP harus
dilaksanakan secara tertulis dengan menyampaikan beberapa aspek antara lain diagnosis,
hasil pemeriksaaan, permasalahan dan keperluan konsultasi yang diperlukan.
c. Bila secara tertulis baik dengan formulir maupun dalam berkas rekam medis belum optimal
harus dilakukan koordinasi langsung baik dalam komunikasi pribadi (langsung atau
telepon) maupun pertemuan formal dalam penatalaksanaan kasus tersebut.
d. Koordinasi dan transfer informasi DPJP didalam lingkup satu departemen / SMF yang sama
bisa dibuat tertulis dalam status rekam medis penderita, sedang antar departemen / SMF
harus dalam formulir konsultasi khusus.
e. Konsultasi yang dituju bisa secara khusus kepada disiplin ilmu (sub disiplin / sub SMF)
ataupun kepada konsultan secara perorangan.
f. Konsultasi bisa bersifat biasa maupun segera atau emergency (cito).
g. Penyampaian adanya konsultasi bisa dengan menyampaikan / membawa berkas rekam
medis dan formulir dengan atau tanpa pasien (pada kasus tertentu) atau per telepon untuk
kasus emergency seperti IGD atau kasus di atas meja operasi.
h. Proses konsultasi di IGD dan kamar operasi sesuai SPO yang berlaku di IGD dan kamar
operasi.
i. Dalam hal konsultan pribadi yang dituju berhalangan / tidak di tempat dapat dialihkan
kepada konsultan jaga harian disiplin yang sama dengan melaporkan terlebih dahulu
kepada DPJP yang mengkonsulkan.
j.Konsultasi yang dibuat oleh dokter residen kepada disiplin lain harus sepengetahuan
konsulen DPJP yang bertanggung jawab.
k. Konsultasi di IGD kepada konsultan jaga dilakukan oleh dokter umum jaga IGD bisa
dilakukan dengan lisan per telepon dalam melakukan pengobatan emergency kepada
pasien di bidang disiplin terkait. Jawaban konsulen harus ditulis di dalam berkas rekam
medis setelah dilakukan klarifikasi ulang.
BAB III
PENUTUP

Buku Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan petunjuk dan penjelasan tentang tata
cara penentuan dan pelaksanaan DPJP dalam mengelola asuhan medis pasien, melakukan konsultasi
dengan disiplin terkait, membuat rencana pelayanan dalam berkas rekam medis, memberi
pendidikan / edukasi kepada pasien serta memberi penjelasan tentang hak dan kewajiban pasien
selama dalam perawatan di rumah sakit.
Masukan saran dalam upaya penyempurnaan buku pedoman ini sangat diharapkan demi
tercapainya tugas pokok dan kwalitas pelayanan sesuai standar perkembangan ilmu kedokteran
dan teknologi, serta keselamatan pasien di setiap lini pelayanan di Rumah Sakit.
Demikian Buku Pedoman ini disusun untuk dijadikan pedoman dan disosialisasikan agar
tercapai kesamaan pengertian, keseragaman dalam pelaksanaan pencatatan dan pelaporan serta
pengawasan dan pengendalian DPJP

Direktur

RSUD H. Abdul Aziz Marabahan

dr. Fathurrahman, M.Sc.SP.PD

NIP. 19720306 200212 1 008


BLUD RSUD DATU SANGGUL
BLUD RSUD DATU
RANTAU DOKTER
DOKTERPENANGGUNG
PENANGGUNGJAWAB
JAWABPASIEN
PASIEN(DPJP)
(DPJP)
SANGGULRANTAU

No. Dokumen No. Revisi Halaman


No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/2
2/2
Ditetapkan,
Ditetapkan,
Jl. Brigjend H. Hasan Baseri Direktur RSU Datu Sanggul Rantau
Jl. Brigjend H. Hasan Baseri Tanggal
Tanggalterbit
terbit Direktur RSU Datu Sanggul Rantau
Km. 1 Rantau
Km. 1 Rantau 1 Mei 2015
1 Mei 2015
Telp: (0517) 31075-31112
Telp: (0517) 31075-31112
Drg. Hj. MAY SALAMAH EMMA.G.MM
STANDAR PROSEDUR
STANDAR PROSEDUR Tanggal
TanggalRevisi
Revisi
Drg.NIP.
Hj. 19631112 199203
MAY SALAMAH 2 008
EMMA.G.MM
OPERASIONAL
OPERASIONAL - -
NIP. 19631112 199203 2 008
DPJP : dokter penanggung jawab pasien, yaitu seorang dokter yang
PENGERTIAN 1. Bila keluarga pasien menyetujui adanya pengalihan DPJP maka
bertugas mengelola rangkaian asuhan medis pasien.
menulis di form persetujuan pengalihan DPJP
Adanya dokter
2. Dalam yang bertanggung
kondisi jawab
apabila DPJP di dalam memberikan
hubungi rangkaian
2x 10 menit tidak
TUJUAN
asuhan medis pasien.
terhubung dengan baik maka dapat dialihkan ke DPJP yang lain
PROSEDUR dengan spesialisasi yang sama.
KEBIJAKAN 1. Setiap pasien yang mendapatkan pelayanan dan pengelolaan
3. Perawat menginformasikan dokter spesialis sejenis untuk
asuhan medis harus ditetapkan oleh DPJP.
menginformasikan adanya pasien
4. Pasien lama di upayakan ditangani oleh DPJP yang sebelumnya
telah menanganinya
1. Instalasi rawat Inap
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Intensif
3.Instalasi gawat darurat.
2. DPJP bertanggung jawab atas seluruh rangkaian pelaksanaan
pelayanan dan pengelolaan asuhan medis dari awal pasien masuk
sampai keluar rumah sakit.
3. DPJP berkewajiban melakukan visitasi pasien sesuai ketentuan
dari awal masuk sampai keluar rumah sakit
4. DPJP yang berhalangan melakukan visitasi agar melaporkan
kepada kabid pelayanan medis yang selanjutnya kabid pelayanan
medis mencarikan pengganti dokter spesialis sejenis berdasarkan
rekomendasi DPJP atau berdasarkan kesiapan dokter spesialis
sejenis yang ada.
5. Bagi DPJP yang tidak melakukan visitasi terhadap pasien (baik
umum,asuransi atau BPJS) tanpa pemberitahuan kepada pihak
rumah sakit maka pasien tersebut akan dialihkan kepada DPJP
yang lain atas persetujuan pasien dan rekomendasi pihak RS.
5. Perawat memberitahukan informasi kepada keluarga pasien bila
PROSEDUR dokter DPJP tidak dapat melakukan visitasi
6. Perawat memberikan alternative untuk pengalihan DPJP

Anda mungkin juga menyukai