Anda di halaman 1dari 33

2021

PEDOMAN
PELAYANAN
R U AN G BE R SAL I N
UNIT

1
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RS DHARMA KERTI
No.1407/RSUPH/PDM-12/KKS/I/2021
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN RUANG BERSALIN

DIREKTUR RS PERMATA HATI

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan profesionalisme pelaksanaan


mutu pelayanan ruang bersalin, maka dipandang perlu adanya
Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin;
b. bahwa pedoman tersebut menjadi dasar dalam pelaksanaan
pelayanan di Ruang Bersalin;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Rumah
Sakit tentang Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin;

Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit ;
3. Undang-Undang No.36 Tahun 2014 tentang tenaga Kesehatan ;
4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2016
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.11 Tahun 2017 tentang
Pasien Rumah Sakit;

MEMUTUSKAN

Menetapkan
Kesatu : Memberlakukan Pedoman Pelayana Ruang Bersalin di RSU
Permata Hati
Kedua : Isi Pedoman tersebut harus dijadikan pedoman dalam
memberikan pelayanan di Ruang Bersalin RSU Permata Hati;
Ketiga : Dengan diterbitkannya Surat Keputusan ini, maka Surat Keputusan
No.1407/RSUPH/PDM-12/KKS/I/2021 tentang Pedoman Pelayanan
Ruang Bersalin di RSU Permata Hati

2
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Semarapura
pada tanggal, 5 Januari 2021
Direktur,

dr. DN Januardana, MM

4
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan
karena atas berkat dan rahmat-Nya pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan
Pedoman Pelayanan Ruang Bersalin.
Adapun tujuan dari penyusunan pedoman pelayanan ini adalah sebagai panduan
atau acuan yang dipergunakan sebagai upaya dalam melakukan kegiatan organisasi
pelayanan keperawatan yang meruapakan salah satu syarat suatu unit pelayanan untuk dapat
melakukan aktifitas pelayanan.
Dalam penyusunan pedoman pelayanan ini banyak pihak-pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung telah memberikan sumbangsih baik berupa tenaga, pikiran, dorongan
moril maupun bantuan lain. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepadasemua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan pedoman pelayanan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan pedoman pelayanan ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak demi
kesempurnaan penyusunan selanjutnya.
Semoga pedoman pelayanan ini dapat diterima sebagai panduan bagi seluruh unit
keperawatan dalam membuat pedoman pelayanan.

Semarapura, 5 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….... ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………........ 1
A Latar Belakang………………………………………………………………. 3
B Tujuan………………………………………………………………………… 3
C Ruang Lingkup……………………………………………………………… 3
D. Batasan Operasional……………………………………………………….. 5
E Landasan Hukum……………………………………………………………. 5
BAB II STANDAR KETENAGAAN…………………………………………………...... 6
A Standar Kebutuhan Ketenagaan…………………………………………… 6
B Kualifikasi Pendidikan………………………………………………………. 6
C Kualifikasi berdasarkan level jejang karir…………………………………. 7
D Kegiatan……………………………………………………………………… 8
E Pengaturan Jaga…………………………………………………………….. 10
BAB III STANDAR FASILITAS………………………………………………………..... 31
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN……………………………………………..... 33
BAB V LOGISTIK……………………………………………………………………....... 36
BAB VI KESELAMATAN PASIEN…………………………………………………....... 38
BAB VII KESELAMATAN KERJA……………………………………………………… 42
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU…………………………………………………….. 45
BAB IX PENUTUP………………………………………………………………………. 48
LAMPIRAN

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan Ruang Bersalin adalah merupakan unit Pelayanan yang menyediakan
fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan ibu bersalin.
Pelayanan Ruang Bersalin adalah suatu pelayanan yang melayani kasus kandungan
dan kebidanan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Kamar Bersalin bagi pasien
terutama obstetric dan ginekologi sesuai dengan tugas dan fungsi pemberi pelayanana maka
dirasakan perlu unuk menyusun buku pedoman pelayanan Ruang Bersalin RSU Permata Hati
yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit.

B. TUJUAN PEDOMAN

1. Tujuan Umum :
Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan ruang bersalin RSU Permata Hati
dengan terselenggaranya kegiatan administrasi dan managemen pelayanan keperawatan ibu
anak dirumah sakit sesuai standart.

2. Tujuan Khusus :
a. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan pasien yang dirawat.
b. Sebagai alat ukur kinerja rumah sakit dalam memberikan pelayanan pasien yang di
rawat melalui Indikator Mutu Rumah Sakit.

C. RUANG LINGKUP

1. Metode pelayanan
a. Metode pelayanan / metode penugasan
Metode penugasan yang digunakan di ruang bersalin adalah metode kasus

2
Pelayanan metode asuhan keperawatan dengan lima langkah pelayanan sebagai berikut:
1) Assesment / Pengkajian

2) Nursing diagnosis / Diagnosa keperawatan

3) Planning / Perencanaan

4) Implementation / Pelaksanaan

5) Evaluating / Evaluasi
.
b. Unit pelayanan
Unit pelayanan kesehatan merupakan tempat pemberian pelayanan kesehatan pada
masyarakat dalam rangka meningkatkan status kesehatan. Tempat pelayanan kesehatan ini
sangat bervariasi berdasarkan tujuan pemberian pelayanan kesehatan. Unit pelayanan yang
dikelola oleh ruang bersalin sebagai berikut:
1) Pelayanan obstetri
2) Pelayanan gynekologi

c. Lingkup sistem pelayanan


Lingkup layanan yang kita berikan di ruang bersalin berupa pelayanan kesehatan
primary health care, (pelayanan kesehatan tingkat pertama), secondary care (pelayanan
kesehatan tingkat kedua), dan tertiary health services (pelayanan kesehatan tingkat
ketiga) dengan lingkup
1) Peningkatan kesehatan agar menjadi optimal dan sejahtera
2) Perawatan rawat inap interna baik dewasa maupun anak
3) Pelayanan spesialis dan sebagai rujukan dari rumah sakit maupun klinik jejaring

3
D. BATASAN OPERASIONAL

Unit pelayanan kamar bersalin adalah unit pelayanan yang berada di bawah
Pelayanan Medik dan Keperawatan yang memberikan Pelayanan medik dan
Keperawatan berkoordinasi dengan Unit lain dalam hal pemeriksaan penunjang sesuai
kebutuhan pasien.

E. LANDASAN HUKUM

Landasan hukum pembentukan pedoman pelayanan Ruang Bersalin


1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 40 Tahun 2017 Tentang Jenjang Karir
Profesional Perawat Klinis
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Kewajiban
Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 47 Tahun 2018 Tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan
10. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 2002 tentang Pedoman Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 129/MenKes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 836/MenKes/SK/SK/VI/2005 tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Bidan
13. Keputusan Menteri kesehatan RI no 604/MenKes/SK/VII/2008 tentang
Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum Kelas B, Kelas
C, dan kelas D
14. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 834/MenKes/SK/VII/2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan High Care Unit (HCU) di Rumah Sakit
15. Keputusan PP.PPNI no. 023/PP.PPNI/SK/XII/2009 tentang Kode Etik Perawat
Indonesia
16. Keputusan PP.PPNI no. 024/PP.PPNI/SK/XII/2009 tentang Standar
Kompetensi Perawat
17. Keputusan PP.PPNI no. 025/PP.PPNI/SK/XII/2009 tentang Standar Praktik
Keperawatan Indonesia

4
BAB II STANDAR

KETENAGAAN

A. Standar Kebutuhan Ketenagaan

Tabel 2.1 Standar kebutuhan tenaga Ruang Bersalin

Ruangan Standar Ka. Unit Jml Rencana Jml akhir


kebutuhan pemenuhan

VK 8 1 9 2 11

TOTAL 8 1 9 2 11

B. Kualifikasi Pendidikan

Selain melihat kebutuhan dari sisi kuantitas, kebutuhan dari sisi kualitas / mutu
merupakan bagian yang sangat serius untuk segera dibenahi. Mutu / kualitas bidan sangat
ditentukan oleh pendidikan yang diterima baik itu formal maupun informal. Pada dasarnya
pendidikan tersebut harus dapat mendukung kinerjanya sebagai bidan. Dari tuntutan profesi
dinyatakan bahwa untuk menghasilkan pelayanan profesional diperlukan perbandingan antara
bidan profesional dengan non professional.Untuk lebih jelasnya latar pendidikan bidan yang ada
saat ini, dapat terlihat dalam table berikut:

Tabel 2.2 Data Latar Belakang Pendidikan Bidan Ruang Bersalin

Pendidikan Bidan yang ada sekarang

Jumlah

D3 9

5
C. Kualifikasi berdasarkan level jenjang karir

Data staf berdasarkan level jenjang karir dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.3 Data bidan berdasarkan level jenjang karir

Ruang Bersalin PK II TOTAL

Margareta Okta K 1 1

Ni Putu Tini Mariati 1 1

Ni Putu Kesti Pulasari 1 1

A.A.I.Anom Sri W 1 1

Ni Made Surya Dewi 1 1

Ni Made Erawati 1 1

Ni Wayan Yuliantari 1 1

Ni Komang Ariani 1 1

Ni Wayan Mega jaya 1 1

6
E. KEGIATAN

1. Kegiatan promosi Rotasi , OJT dan Mutasi Staff


Promosi adalah kegiatan untuk memberikan rewards kepada semua bidan yang
berprestasi. Semakin tingginya tuntutan costumer/ klien terhadap kualitas asuhan
kebidanan dalam suatu Rumah Sakit semakin menuntut cepat meningkatkan kinerja, terus
berusaha agar dapat memenuhi tuntutan / harapan klien terhadap asuhan yang terbaik
secara khusus dan mampu mengikuti seluruh system dan aturan yang ditetapkan oleh
managemen Rumah Sakit untuk menjaga mutu pelayanan.
Tetapi dari hasil beberapa pengamatan, kenyataan kita di lapangan / unit
pelayanan keperawatan tuntutan tersebut, di dapat dari sekian banyak SDM keperawatan
tidak menutup kemungkinan membuat SDM keperawatan kadang – kadang selain
membuat mereka memacu diri untuk berprestasi dapat juga membuat frustasi , kelelahan
dan demotivasi karena merasa kurang mampu atau bahkan tidak mampu memenuhi
tuntutan klien maupun sistem yang berlaku di Rumah Sakit , melihat hal tersebut
diatas manajemen mempunyai kewajiban memberikan solusi yang terbaik untuk SDM
tersebut melalui beberapa program kebidanan seperti program promosi untuk pemberian
penghargaan terhadap kinerja SDM yang berprestasi, yang berarti ada peningkatan
level jabatan/posisi dari level yang lebih rendah ke level yang lebih tinggi, mutasi
dilakukan untuk pemindahan SDM keperawatan ke departemen lain di dalam naungan
Rumah Sakit dengan jabatan/posisi satu level jika kompetensi SDM tersebut sangat
dibutuhkan di departemen lain, program rotasi dilakukan untuk memindahkan SDM
keperawatan dari satu unit ke unit lain dalam satu departemen yaitu departemen
keperawatan tanpa perubahan posisi/jabatan dalam naungan rumah sakit dan program
demosi yang merupakan perpidahan level jabatan/posisi yang lebih tinggi ke level jabatan
yang lebih rendah dalam naungan rumah sakit dan hal tersebut dilakukan jika SDM
tersebut melakukan hal-hal yang membuat suatu sistem mutu pelayanan keperawatan
khususnya dan mutu pelayanan rumah sakit umumnya breakdown dan ada pelanggaran
peraturan perusahan yang dibuat SDM tersebut.
Sehingga dengan dibuatnya beberapa solusi tersebut diharapkan rasa aman ,
nyaman dan tanggung jawab seluruh SDM keperawatan yang ada di rumah sakit dapat
terpenuhi, sehingga menimbulkan rasa bertanggung jawab terhadap hak dan kewajiban
kita sebagai seorang perawat (karyawan) yang ada di bawah naungan suatu perusahaan
dan hubungan yang saling menguntungkan antara karyawan dengan perusahan tersebut
dalam hal ini Rumah Sakit Dharma Kerti.
Tujuan kegiatan ini untuk membina dan memberdayakan karyawan kebidanan
agar tercapai kinerja yang optimal, secara khusus:
1) Sebagai penghargaan perusahan / Rumah Sakit terhadap peningkatan kinerja SDM
keperawatan
2) Sebagai bahan motivasi untuk membuka wawasan yang lebih luas
3) Sebagai bahan untuk menghindari kejenuhan , demotivasi dan pacuan untuk
meningkatkan kinerja & kompetensi SDM keperawatan.
4) Sebagai salah satu cara untuk pemerataan sebaran kompetensi SDM
keperawatan di seluruh unit pelayanan keperawatan.
Kegiatannya sebagai berikut:

7
1) Menginformasikan kepada seluruh staf keperawatan bahwa departemen keperawatan
akan menyelenggarakan promosi, rotasi dan mutasi pada unit kerja tersebut, sehingga
diharapkan keinginan promosi, rotasi dan mutasi dari dirinya sendiri.
2) Penilaian kinerja mengacu pada syarat kompetensi yang ditetapkan SDM Rumah Sakit
oleh atasan langsung, Atasan dua (2) tingkat, diri sendiri, teman
sekerja /selevel karyawan dan bawahannya jika ada.
3) Rekapitulasi dan analisa hasil penilaian oleh bidang SDM Rumah Sakit
4) Informasi dan penandatanganan persetujuan hasil penilaian oleh SDM yang bersangkutan
dan team yang menilai, selanjutnya
5) Atasan karyawan mengisi formulir usulan mutasi/promosi/rotasi & demosi karyawan RSU
Permata Hati
6) Kepala Ruangan keperawatan berkoordinasi dengan bidang keperawatan di rumah sakit,
untuk mendiskusikan, menganalisa dan menetapkan keputusan terhadap SDM/karyawan
yang dinilai tersebut.
7) Jika sudah ada keputusan dikoordinasikan lebih lanjut ke direktur RSU Permata Hati
untuk diketahui dan disetujui langkah berikutnya dilanjutkan ke direktur SDM & Diklat
PT. Murya Sari Abadi agar bisa dikeluarkannya surat keputusan yang telah disetujui ke
SDM/karyawan yang bersangkutan
8) Untuk program promosi dan demosi harus melewati tahapan kegiatan di atas (1 – 6),
tetapi untuk program rotasi dan mutasi boleh tanpa melalui tahapan- tahapan 1-3 ,tetapi
harus dimulai dari tahap 4 dan atasan karyawan/ kepala bagian pembinaan
keperawatan telah menginformasikan dan menjelaskan alasan-alasan yang
melatarbelakangi program tersebut langsung ke karyawan yang bersangkutan
minimal dua minggu ( 12 hari kerja) sebelum program tersebut terlaksana
Promosi adalah kegiatan untuk memberikan rewards kepada semua bidan
yang berprestasi. Kegiatan promosi sebagai bagian kegiatan manajemen
ruangan sebagai berikut;

Table 2.5
Promosi Staf

Promosi

No Nama
Jabatan sebelumnya Promosi ke

1 Margareta Okta K PK II PK III

Ni Putu Tini Mariati PK II PK III


2
3 Ni Putu Kesti Pulasari PK II PK III

4 A.A.I.Anom Sri W PK II PK III

5 Ni Made Surya Dewi PK II PK III

6 Ni Made Erawati PK II PK III

7 Ni Wayan Yuliantari PK II PK III

8
8 Ni Komang Ariani PK II PK III

9 Ni Wayan Mega jaya PK II PK III

9
1) Kepala Ruangan kebidanan berkoordinasi dengan bidang keperawatan di
rumah sakit, untuk mendiskusikan, menganalisa dan menetapkan keputusan
terhadap SDM/ karyawan yang dinilai tersebut.
2) Jika sudah ada keputusan dikoordinasikan lebih lanjut ke direktur RSU Permata Hati
untuk diketahui dan disetujui langkah berikutnya dilanjutkan ke direktur SDM &
Diklat PT. Murya Sari Abadi agar bisa dikeluarkannya surat keputusan yang telah
disetujui ke SDM/karyawan yang bersangkutan
3) Untuk program promosi dan demosi harus melewati tahapan kegiatan di atas (1 –
6), tetapi untuk program rotasi dan mutasi boleh tanpa melalui tahapan-tahapan 1-3
,tetapi harus dimulai dari tahap 4 dan atasan karyawan/ kepala bagian pembinaan
keperawatan telah menginformasikan dan menjelaskan alasan-alasan yang
melatarbelakangi program tersebut langsung ke karyawan yang bersangkutan
minimal dua minggu ( 12 hari kerja) sebelum program tersebut terlaksana

F. PENGATURAN JAGA

Pengaturan jadwal kerja shift terdapat beberapa model yang disesuaikan dengan
kondisi pelayanan dan kebutuhan SDM. Penjadwalan Kerja Shift yang biasa
digunakan antara lain :
1. Empat Grup Tiga Shift
Penjadwalan model ini digunakan untuk aktivitas selama 24 jam sehari dan
beroperasi penuh selama sepanjang tahun, tanpa henti. Bidan terbagi kedalam 4
tim, Bekerja selama 7 hari kerja dengan working hours 7 jam. Berikut Contoh
simulasi penjadwalan 3 Shift seperti tabel di bawah ini:

Tabel 2.8
Jadwal jaga 3 shif

JADWAL JAGA PERIODE………………….

NO TIM 1 TIM 2 TIM 3 TIM 4

1 P S M L

2 P S M L

3 M P L S

4 M P L S

5 L M S P

6 L M S P

7 S L P M

8 S L P M

10
Keterangan :

a. Shift pagi: Pk. 08.00 – 14.00, Sore: Pk.14.00 – 20.00, Shift Malam:
Pk. 20.00 - 08.00
b. Urutan Putaran shift Shift Pagi - Shift Sore - Shift Malam - Libur (P-S-M-L) , Setelah
Shift M karyawan mendapat libur sebanyak 2 hari sebelum memasuki jadwal shift P/S
c. Sistem ini digunakan pada semua perawat fungsional pelaksana pelayanan

11
BAB II
STANDAR FASILITAS

A. Standar Fasilitas

1. Standar fasilitas Ruangan terlihat dari table dibawah ini

Tabel 3.1
Fasilitas Ruang Kamar Bersalin

No Nama Fungsi Kebutuhan fasilitas


Ruangan
1 Ruang Ruang untuk Meja gyn, trolly emergency,
tindakan memberikan tindakan monitor
gynekologi gynekologi
2
Ruang bersalin Ruang untuk Bed obstetric, CTG, Doppler,
melakukan tindakan
obstetri

3 spoelhoek Tempat penyucian alkes Spoelhoek, sikat dan anios


dan perendaman alat.

B. Standar Alat Kesehatan

1. Fungsi
Untuk Penetapan alat keperawatan dan kebidananan baik dari segi jumlah, jenis dan
spesifikasi menjamin terjadinya alat keperawatan dan kebidanan yang memadai untuk
mencapai tujuan pelayanan keperawatan dan kebidanan.

2. Nama Alat dan Ratio terlihat dalam table di bawah ini :

NAMA ALAT RATIO

Alat Resusitasi neonatus 1

Alat Resusitasi dewasa 1

Trolly Emergency 1

Bengkok 3 bh

Tensi Meter 1
Stetoskop dewasa 1

Stetoskop neonatus 1

Timbangan berat badan dewasa 1

31
Timbangan bayi 1

Flow meter 2 ruangan

Bak Instrumen Sedang 4 / ruangan

Bak Instrumen Kecil 1 / ruangan

Meja gynekologi 1

Meja obstetri 3

Set partus 3/ruangan

Set curetage 2

Kursi roda 1

Set busi 1

32
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
KRITERIA PASIEN MASUK UNIT RUANG BERSALIN

1. Pasien masuk melalui IGD


a. Ada komunikasi ke ruangan yang dituju
b.Sudah ada rekam medis pasien
c. Ada surat pernyataan persetujuan rawat inap
d.Pasien sudah terpasang gelang identitas / risiko jatuh /alergi
e.Sudah di periksa pemeriksaan penunjang yang diperlukan
f.Diagnose sudah jelas
i.Pasien diantar keruang bersalin oleh perawat IGD agar bisa timbang terima pasien
dengan baik dan tertulis pada form perpindahan pasien
2. Pasien masuk melalui Rawat Jalan
a. Ada komunikasi ke ruangan yang dituju
b. Sudah ada Rekam Medis pasien
c. Ada surat pernyataan persetujuan rawat inap dan inform consent
d. Pasien sudah terpasang gelang identitas/ Risiko jatuh / alergi
e. Sudah di periksa pemeriksaan penunjang yang diperlukan
f. Pasien sudah di konsulkan kebagian lain bila diperlukan
g. Sudah mendapat terapi
i. Diagnose sudah ditegakkan
j. Pasien diantar oleh perawatan poliklinik agar bisa timbang terima dengan baik dan
tertulis pada e-RM form perpindahan pasien
3. Persiapan Penerimaan Pasien
a. Ada informasi dari bagian front office terkait dengan pasien yang akan dirawat
b. Pasien IGD / rawat jalan menghubungi bidan di ruang bersalin
c. Bidan VK menyiapkan fasilitas yang diperlukan
d. Bidan VK menghubungi dr. DPJP

33
4. Prosedur Kebidanan
a. Pengkajian
1) Keluhan utama
2) Riwayat penyakit
3) Data Bio, psiko social, spiritual
4) Nyeri
5) Risiko jatuh
6) Pemeriksaan penunjang
7) Pemeriksaan fisik
b. Diagnosa Kebidanan
a) Actual
b) Resiko
c) Potensial
c. Rencana Kebidanan
d. Pelaksanaan / Implementasi Disesuaikan dengan prioritas permasalahan
e. Evaluasi
Untuk menilai berhasil / tidaknya asuhan kebidanan yang kita lakukan
5. Prosedur Medis
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan fisik

6. Perpindahan Pasien
a. Dalam Rumah Sakit
1) Ke Kamar Operasi
a) Ada informed consent
b) Bidan menginformasikan rencana operasi kepada perawat OK
c) Bidan menyiapkan pasien tindakan operasi
d) Bidan mengantar pasien ke ruang OK
2) Ke Ruangan Lain
a) Ada persetujuan biaya terkait kelas perawatan
b) Bidan lapor ke FO, terkait ruangan yang akan dituju
c) Ada persetujuan DPJP
d) Menginformasikan ke ruang yang di tuju
e) Mengisi form perpindahan pasien
3) Ke HCU
a) Ada informed consent
b) Penanggung jawab pasien menghubungi bagian FO terkait persetujuan biaya
pindah ke ruang HCU
c) Penanggung jawab pasien memberitahukan perpindahan pasien
ke ruang HCU
d) Perawat ruang HCU menyiapkan dokumen rekan medis pasien.

b. Luar Rumah Sakit


1) Ada surat persetujuan/informed consent
2) Ada surat rujukan yang ditanda tangani oleh PDJP rangkap dua
3) Administrasi sudah di lunasi oleh keluarga
4) Menghubungi ambulance
5) Menghubungi rumah sakit yang dituju
6) Pasien diantar oleh perawat kalau perlu diantar oleh Dokter jaga

34
7. Ringkasan pasien pulang
a. Form diisi pada saat pasien akan pulang
b. Pasien beri penjelasan tentang :
1) Pengertian penyakit
2) Diagnosa
3) Penyebab
4) Terapi yang diberikan
5) Rencana control
6) KIE tentang diet dan perawatan saat dirumah
c. Ada tanda tangan DPJP
d. Form di buat rangkap dua, lembar asli diberikan kepada pasien
8. Rekam Medis
a. Rekan medis pasien yang meninggal / pulang / pindah ke RS lain dilengkapi
oleh DPJP
b. Setelah dilengkapi di kirim ke bagian Rekan Medis
memakai buku expedisi dalam waktu 2 x 24 jam
9. Pasien Pulang Paksa
a. Memberi KIE tentang risiko penyakitnya bila di rawat di rumah
b. Melapor pada dokter ruangan dan DPJP
c. Ada Informed Consernt
d. Administrasi lunas
e. Peralatan pasien yang bersifat invasive di buka
f. Resume pasien pulang rangkap dua, rangkap
pertama diberikan kepada pasien/keluarga
10. Pasien Di Ijinkan Pulang
a. Ada pernyataan tertulis bahwa pasien diijinkan pulang oleh DPJP
b. Ada resume pasien rangkap 2 :
1) Lembar warna putih untuk pasien
2) Lembar warna biru untuk arsip
c. Administrasi sudah diselesaikan memberikan bukti lunas ke perawat kartu merah
muda.
11. Pencatatan Dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan
a. Kegiatan pelayanan yang diberikan pada pasien di tulis di status pasien
b. Semua kegiatan yang ditulis pada status pasien di bawah tanggung jawab
DPJP dan perawatan penanggung jawab asuhan.
c. Setiap shift juga melakukan pelaporan dan serah
terima pasien.

35
BAB V
LOGISTIK

A. Prosedur penyediaan Alat Kesehatan dan Obat

1. Pengertian
Sejumlah obat dan alkes yang disiapakan di ruangan untuk
memenuhi kebutuhan obat pasien dalam keadaan mendesak.
2. Tujuan
a. Agar alat-alat kesehatan dan obat-obatan emergency stok yang ada di Ruang
bersalin tetap terjaga dalam dalam segi kualitas dan kuantitas
b . Memudahkan didalam penggunaan dan pengawasannya
c. Untuk memenuhi kebutuhan obat pasien yang Mendesak ‘
d. Meningkatkan kecepatan pemberian obat kepada pasien
3. Kebijakan
a. Obat dan alkes yang menjadi stock di ruangan ditetapkan jenis dan
jumlahnya sesuai ruang perawatan
b. Obat dan alkes yang dipergunakan harus dicatat oleh perawat
c. Petugas farmasi melengkapi kembali persediaan stock yang telah
digunakan
d. Kepala ruangan bertanggung jawab atas obat dan alkes yang menjadi stock
4. Prosedur
a. Perawat mencatat pemakaian obat dan alkes yang digunakan
b. Perawat kemudian segera mengembalikan obat atau alkes yang digunakan
dengan cara melakukan pengamprahan lewat sistem
c. Setelah barang yang diamprah sudah selesai, perawat menghubungi petugas
farmasi/depo untuk memutasikan barang amprahan tersebut.
d. Petugas farmasi kemudian menyiapkan obat dan alat kesehatan sesuai
dengan amprahan, setelah itu barang dimutasikan lewat sistem sesuai
ruangan yang dituju
e. Petugas farmasi menyerahkan barang amprahan tersebut kepada perawat
f. Perawat menandatangani form mutasi barang rangkap dua, rangkap pertama
untuk Depo dan rangkap kedua untuk arsip ruangan
g. Petugas farmasi mengecek persediaan barang setiap 3 bulan sekali ke ruang
perawatan meliputi jumlah barang, waktu kadaluarsa ( ED), dan kesesuaian suhu
penyimpanan.
B. Pengadaan Barang Alat Tulis, Kantor, Rumah Tangga, Alat- alat Kesehatan
1. Pengertian
Barang logistic ATK dan RT adalah sarana berupa alat ATK, RT, barang cetakan
yang dibutukan sehari-hari untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan di
pelayanan unit (ruangan )
2. Tujuan
Untuk mendukung kegiatan pelayanan unit ( ruangan )
3. Kebijakan
Seluruh barang logistic ATK, RT, dan barang cetakan harus diadakan sesuai
ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Prosedur pengamprahan ATK, rumga
a. Petugas membuat amprahan sesuai kebutuhan di sistem b. Amprahan
dimintakan verifikasi/persetujuan karu.

36
c. Barang amprahan diterima oleh petugas unit ( ruangan) dan dilakukan
pengecekan kembali barang amprahan selanjutnya di informasikan kepada
kepala ruang bahwa barang amprahan sudah datang
d. Barang disimpan di almari penyimpanan yang telah ditentukan.
5. Prosedur pengamprahan alkes
a. Petugas membuat amprahan sesuai kebutuhan di sistem
b. Amprahan dimintakan verifikasi/persetujuan manager, accounting
dan direktur RS
c. Barang amprahan diterima oleh petugas unit ( ruangan) dan dilakukan
pengecekan kembali barang amprahan selanjutnya di informasikan kepada
kepala ruang bahwa barang amprahan sudah datang
d. Barang disimpan di almari penyimpanan yang telah ditentukan

37
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Suatu kondisi untuk keselamatan pasien bebas dari bahaya / cidera (penyakit,
cedera fisik, psikologi social, penderitaan, cacat, kematian dll) yang tidak seharusnya
terjadi atau cidera yang potensial, terkait dengan pelayanan kesehatan.
Keselamatan pasien RS / pelayanan rawat inap suatu system dimana RS / Ruang
bersalin membuat asuhan pasien lebih aman

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Unit Rawat Inap.
2. Meningkatkan akuntabilitas Unit Rawat Inap terhadap pasien dan
instansi rawat inap
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di Unit Rawat Inap
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian yang tidak di harapkan.

C. Tatalaksana Keselamatan Pasien


1. Mengidentifikasi pasien dengan benar
a. Setiap pasien yang dirawat atau one day care dipasang gelang identitas
b. Pasien di identifikasi dengan identitas barcode yang berisi nama, tanggal,
alamat lahir dan no. RM.
c. Identifikasi pasiendi rawat inap dan one day care adalah dengan
menanyakan nama dan tanggal lahir
d. Nomor kamar dan lokasi pasien tidak digunakan untuk identitas
e. Pengecualian procedure identifikasi dapat dilakukan pada kondisi kegawat
daruratan pasien di IGD, HCU dan Kamar Operasi dengan tetap memperhatikan
data pada gelang identitas pasien
f. Identifikasi untuk pasien tanpa identitas atau tidak dikenal dengan memakai
nama Mr/Mrs X
g. Identifikasi untuk pasien yang tidak mengetahui tanggal lahirnya memakai
tanggal 31 desember dengan tahun kelahiran dihitung tahun sekarang dikurangi
perkiraan umur pasien.
h. Untuk identitas lantai 4 yang baru lahir memakai identitas By. (nama ibu),
tanggal lahir, jam lahir, jenis kelamin, cara persalinan, berat badan/panjang
badan.
i. Pasien di lakukan identifikasi pada saat:
1) Pasien di identifikasi sebelum pemberian obat
2) Pasien di identifikasi sebelum pemberian produk darah
3) Pesien di identifikasi sebelum di ambil darah atau specimen lain untuk
pemeriksaan klinis
4) Pasien di identifikasi sebelum dilakukan tindakan/pengobatan
5) Pasien di identifikasi sebelum pemberian diet

2. Meningkatkan komunikasi yang efektif


Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien.
Teknik yang di pergunakan adalah teknik SBAR ( Situation, Back Round,
Assement, Recommendation) di pergunakan saat melaporkan kondisi pasien
secara lisan/verbal dan pertelpon dan transfer pasien untuk meningkatkan efektifitas
komunikasi antar pemberi pelayanan :

38
a. Situation: kondisi terkini yang terjadi pada pasien
b. Background: informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi pasien
terkini
c. Assessment: hasil pengkajian kondisi pasien terkini
d. Recommendation: apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat
ini
Rumah sakit konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi dari
komunikasi lisan atau verbal dengan catat, baca kembali dan konfirmasi ulang
(TULBAKON/Read Back terhadap perintah yang diberikan, bila dalam perintah ada
instruksi obat sound alike dilanjutkan dengan mengeja huruf demi huruf dan
menempel stiker “Sign Here”)
Dalam melaporkan kondisi pasien saat timbang terima atau pertukaran shift
jaga dan penulisan asuhan terintegrasi untuk meningkatkan efektifitas komunikasi antar
pemberi layanan dengan teknik SOAP.
a. Subjective: data berdasarkan keluhan pasien
b. Objective: data berdasarkan hasilpemeriksaan terkini
c. Assesment: hasil analisa berdasarkan pengkajian kondisi pasien terkini
d. Planning: apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat ini.
3 Meningkatkan keamanan obat yang harus di waspadai
Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert medication) adalah obat yang
presentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadi kesalahan/eror/kejadian sentinel. Obat
yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan demikian pula obata-
obatan yang tampak mirip/ucapan mirip.
a. Norum ( nama obat, Rupa ucapan mirip atau Lasa ( Look Alike Sound Alike)
1) Tulis bagian yang berbeda dengan huruf capital
2) Jangan meletakkan obat yang mirip pada tempat berdekatan
b. Elektrolit Konsentrat
Contohnya :
1) Kalium klorida 2 meq / ml atau lebih dekat
2) Kalium fospat, natrium klorida yang lebih pekat dari 0,9 %
3) Magnesium sulfat 5% atau lebih pekat
Tempat penyimpanan
1) Disimpan di unit farmasi dan unit tertentu yaitu : UGD, HCU, OK
2) Tidak boleh disimpan di unit pelayanan
3) Disimpan di tempat dengan akses terbatas
c. Prinsip Pemberian Obat :
1) Benar pasien
2) Benar indikasi
3) Benar obat
4) Benar dosis
5) Benar cara pemberian
6) Benar waktu pemberian
7) Benar dokumentasi
4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar
a. Penandaan Lokasi Operasi
1) Orang yang bertanggung jawab dalam membuat tanda pada pasien
adalah operator/orang yang bertindak melakukan tindakan operasi
2) Operator yang hadir harus hadir pada operasi tersebut

3) Penanadaan titik akan dioperasi adalah sebelum pasien


dipindahkan ke ruang dimana operasi akan dilakukan. Pasien ikut

39
dilibatkan , terjaga dan sadar, sebaiknya dilakukan sebelum pemberian obat pre
medikasi
4) Dengan menggunakan tanda dibuat oleh operator memakai spidol
anti air / permanen
5) Lokasi untuk semua procedure yang melibatkan sayatan , tusukan perkutan
atau penyisipan instrument harus ditandai
b. Time Out
1) Dilaksanakan di kamar operasi
2) Yang di periksa adalah :
a) Anggota tim ( nama dan peran )
b) Nama pasien, prosedur, lokasi insisi
c) Antibiotic profilaksis apa sudah diberikan
d) Antisipasi kejadian kritis
e) Imaging yang di perlukan apa sudah di pasang
c. Sign In
Yang di periksa :
1) Identifikasi pasien, prosedur informed consent apa sudah di cek
2) Sisi operasi apa sudah di tandai
3) Mesin anastesi dan obat sudah lengkap
4) Pulse oxi metri sudah terpasang dan apa berfungsi baik
5) Apa ada alergi
6) Apa ada kemungkinan kesulitan jalan nafas atau aspirasi
7) Apa ada resiko kehilangan darah > 500 ml

d. Sign Out
1) Mengkonfirmasi secara verbal nama prosedur, instrument, verban, jarum,
specimen sudah di beri label masalah peralatan
2) Hal hal yang harus di perhatikan dalam recorvery dan manajemen
pasien
5. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
a. Mencuci tangan secara efektif ( 6 langkah menurut WHO )
Ada Hand wash dan hand Rub ( hand wash di lakukan bila sudah 5 kali hand rub
dan atau karena cairan tubuh )
b. Memberi tanggal pemasangan infuse, catheter, NGT
c. Kepastian alat dalam keadaan steril ( diisi tanggal waktu steril )
d. Memberi tanggal pengisian hand rub dan expired date
e. Lima waktu mencuci tangan :
1) Sebelum kontak dengan pasien
2) Sebelum melakukan tindakan aseptic
3) Setelah kontak dengan pasien
4) Setelah kontak dengan caira tubuh
5) Setelah kontak dengan peralatan di sekita pasien
6. Mengurangi risiko cdera pasien akibat jatuh
a. Melakukan pengakajian pasien risiko jatuh dengan menggunakan :
1) skala morse untuk pasien dewasa
2) skala humpty dumpty untuk pasien dibawah 13 tahun
3) untuk pasien lantai 4 umur 0-28 hari tidak perlu dilakukan
pengkajian karena pasien tersebut sudah termasuk risiko tinggi jatuh
b. Melakukan penatalaksanaan pasien risiko jatuh sesuai dengan criteria:
1) score 0-7, risiko jatuh rendah untuk penatalaksaanya nomor 1-12
2) score 8-13, risiko jatuh sedang untuk penatalaksanaanya nomor 1-17

40
3) score >14 , risiko jatuh tinggi untuk penatalaksanaanya nomor 1-22

c. untuk pasien dengan risiko sedang dan tinggi pasien akan dipasangkan gelang
kuning, dan diberikan KIE kepada pasien/keluarga bahwa apsien berisiko jatuh.

41
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian

Adalah suatu system dimana RSU Permata Hati membuat suatu asuhan kesehatan
dan keselamatan kerja rumah sakit bagi petugas di lingkungan Unit Pelayanan Rawat Inap.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari program K3RS di RSU Permata Hati adalah untuk
meningkatkan kualitas dan produktifitas pekerja rumah sakit dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya, dengan jalan mencegah timbulnya dan mengurangi masalah
kesehatan kerja serta faktor-faktor risiko yang dapat terjadi pada masyarakat
pekerja rumah sakit

2. Tujuan Khusus
a. Terbentuknya dan terbinanya unit organisasi pembina dan pelaksana
kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit
b. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kerja paripurna untuk
masyarakat pekerja rumah sakit
c. Terpenuhinya syarat-syarat kesehatan dan keselamatan kerja di berbagai jenis
pekerjaan di rumah sakit
d. Meningkatkan kemampuan masyarakat pekerja rumah sakit dalam
menolong diri sendiri dari ancaman gangguan dan resiko kesehatan dan
keselamatn kerja
e. Meningkatkan profesionalisme di bidang kesehatan dan keselamatan kerja bagi
para Pembina, pelaksana, penggerak dan pendukung program K-3 di rumah
sakit
f. Terlaksananya system informasi kesehatan dan keselamatan kerja serta jaringan
pelayanan di rumah sakit.

C. Tatalaksana Keselamatan Kerja

1. Meningkatkan Pelayanan K3RS di Rumah Sakit


a. Sosialisasi kebijakan K3RS, termasuk melakukan sosialisasi kawasan tanpa
rokok bagi masyarakat rumah sakit
b. Melakukan evaluasi program sebelumnya untuk mendukung rencana
selanjutnya
c. Rencana dan implementasi
2. Pengembangan dan Pemeliharaan Fasilitas Rumah Sakit
a. Inventarisasi alat medis dan non medis
b. Pemeliharaan / servis / kalibrasi peralatan medis, non medis termasuk listrik
diesel, , lift, APAR, hydrant, APD, dll
c. Pemeliharaan gedung, bangunan dan lingkungan rumah sakit
d. Pemeliharaan fasilitas keamanan dan keselamatan
e. Pemeliharaan dan kelengkapan alat pelindung diri
3. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
a. Melakukan penyegaran tentang pedoman dan SPO yang ada

42
b. Mengikuti seminar / pelatihan terkait dengan peningkatan mutu layanan dan
keselamatan pasien
c. Monitoring dan evaluasi dan tindakan launjut terhadap program

4. Keselamatan Kerja Kebakaran , Evaluasi dan Kewaspadaan Bencana


a.Bekerja sesuai dengan SPO yang ada
b.Pengamanan / penggunaan APD saat bekerja
c.Kondisi, daerah potensi bahaya yang harus di perhatikan d. Membiasakan cara
aman dalam melaksanakan pekerjaan e. Hand Hygiene, cuci tangan sebelum
dan sesudah bekerja f. Pelatihan BHD ( Bantuan Hidup Dasar )
d. Pelatihan penanggulangan bencana, kebakaran dan evakuasi di Rumah Sakit
5. Pelaksanaan Pemerikasaan Kesahatan Tenaga Kerja
a. Pemeriksaan kesehatan awal
b. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan risiko tinggi
c. Pemeriksaan kesehatan khusus
d. Pemantauan, pemeriksaan dan pengobatan karyawan ( rawat jalan dan rawat
inap)
6. Pengamanan dan Alat Pelindung Diri yang ada di Tempat Kerja
a. Bekerja sama dengan Tim PPI untuk menyiapkan / inventarisasi APD di
tempat kerja
b. Bekerja sama dengan tim PPI mekakukan monev penggunaan dan
penyimpanan APD di tempat kerja
7. Bahan Berbahaya Beracun
a. Melakukan Inventarisasi B3
b. Melakukan pengecekan lembar MSDS pada setiap kemasan B3
c. Sosialisasi SPO B3
d. Melakukan sosialisasi pengadaan, penyimpanan dang
langkah penanggulangan bila terjadi paparan atau pencemaran B3
8. Hand Hygience
a. Pelatihan hand hygiene bagi seluruh karyawan rumah sakit
b. Bekerja sama dengan Tim PPI melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan hand hygiene sebelum dan sesudah bekerja bagi petugas RS
9. Daerah Potensial Berbahaya
a. Melakukan sosialisasi daerah-daerah potensial berbahaya
b. Membuat simbul-simbul atau tanda daerah potensial berbahaya
10. Identifikasi, Keamanan dan Keselamatan
a. Membuat dan memberlakukan tanda pengenal bagi pengunjung rumah
sakit
11. Tangga Darurat Bancana di Rumah Sakit
a. Membuat Disaster Plan
b. Melakukan sosialisasi Disaster plan
c. Melakukan simulasi Disaster Plan
D. Cara Melaksanakan Kegiatan
1. Sosialisasi
2. Pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan K3RS
3. Mengikuti seminar K3RS
4. Pencatatan dan Monev
5. Simulasi
6. Pembuatan dan pengadaan simbul-simbul / tanda/ rambu-rambu

43
7. Pemeriksaan kesahatan bagi petugas risti

E. Sasaran Program K3RS


1. Seluruh masyarakat pekerja rumah sakit
2. Pimpinan dan pengelola Rumah Sakit
3. Petugas Pembina kesehatan kerja di rumah sakit

44
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat diartikan keseluruhan


upaya dan kegiatan secara komprehensif dan integratif memantau dan menilai mutu
pelayanan, memecahkan masalah-masalah yang ada dan mencari jalan keluarnya,
sehingga mutu pelayanan akan menjadi lebih baik.
Di rumah sakit upaya peningkatan mutu pelayanan adalah kegiatan yang
bertujuan memberikan asuhan atau pelayanan sebaik-baiknya kepada pasien. Upaya
peningkatan mutu pelayanan akan sangat berarti dan efektif bilamana upaya peningkatan
mutu menjadi tujuan sehari-hari dari setiap unsur di termasuk pimpinan, pelaksana
pelayanan langsung dan staf penunjang.
Upaya peningkatan mutu termasuk kegiatan yang melibatkan mutu asuhan atau
pelayanan dengan penggunaan sumber daya secara tepat dan efisien. Walaupun disadari
bahwa mutu memerlukan biaya, tetapi tidak berarti mutu yang lebih baik selalu
memerlukan biaya lebih banyak atau mutu rendah biayanya lebih sedikit.
Pemilihan indikator mutu unit berdasarkan :
1. Fokus mengukur hal-hal yang ingin diperbaiki di unit
2. Prioritas pengukuran mutu pelayanan klinis di rumah sakit. Indikator mutu yang
dipergunakan untuk mengukur mutu di prioritas pengukuran mutu rumah sakit,
sumber data umumnya dari unit dan menjadi indikator mutu unit.
3. Pengukuran mutu nasional, sumber data indikator mutu nasional adalah di unit.
Karena itu indikator mutu nasional menjadi indikator mutu unit,
4. Melakukan koordinasi dengan komite medis, bila evaluasi penerapan panduan
praktik klinis dan evaluasi kinerja dokter menggunakan indikator mutu
5. Bila di unit ada KSO alat medis, outsourcing yan, misalnya pelayanan gigi, maka
perlu ada indikator yang memonitor mutu alat tersebut. Unit akan mengumpulkan
data nya. Indikator menjadi indikator mutu unit
Dalam pemilihan Prioritas pelayanan klinis yang akan diperbaiki, indicator tersebut
harus jelas. Unit pelayanan sangat berperan dalam penyediaan data untuk
pengukuran/indikator mutu. Data yang disediakan meliputi : Indikator mutu unit sesuai dng
program mutu unit, Indikator mutu prioritas RS, bila unit tsb sebagai tempat implementasi
mutu prioritas RS, Indikator mutu nasional, bila sumber data ada di unit tsb dan Penilaian
kinerja profesi klinis. Indikator mutu Ruang Bersalin meliputi:

45
Tabel 8.1

46
47
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan Ruang Bersalin RSU Permata Hati ini mempunyai peranan
penting sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan sehari- hari tenaga Ruang Bersalin
yang bertugas sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan khususnya pelayanan di
Pelayanan Ruang Bersalin.
Penyusunan pedoman pelayanan Ruang Bersalin ini adalah langkah awal ke suatu
proses yang panjang, sehingga memerlukan dukungan dan kerja sama dari berbagai
pihak dalam peenerapannya untuk mencapai tujuan. Kami menyadari bahwa pedoman
pelayanan ini masih jauh dari sempurna, karena itu kami menerima saran dan kritik guna
menyempurnakan pedoman ini.
Akhir kata, semoga pelayanan Ruang Bersalin ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca sekalian.

48

Anda mungkin juga menyukai