Anda di halaman 1dari 28

DAFTAR ISI

BAB I DEFINISI ................................................................................................... 1


1.1 PENGERTIAN .......................................................................................................1
1.2 TUJUAN ICRA (Infection Control Risk Assessment) .........................................1
BAB II RUANG LINGKUP ................................................................................. 2
BAB III TATA LAKSANA .................................................................................. 3
3.1 PERAN KOMITE PPI ...........................................................................................3
3.2 KEGIATAN PEMBANGUNAN ...........................................................................3
3.3 PERSYARATAN KINERJA ...............................................................................11
3.4 PRODUK DAN BAHAN......................................................................................11
3.5 BARRIER/PENGHALANG ................................................................................12
3.6 PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI SECARA UMUM ........................13
3.7 IZIN KERJA ICRA .............................................................................................15
3.8 IMPLEMENTASI PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI .......................16
3.9 PENYELESAIAN PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI ........................16
3.10 INTERVENSI BERDASARKAN KLASIFIKASI TINGKAT .......................17
3.11 PEMANTAUAN LINGKUNGAN ....................................................................18
3.12 PENDIDIKAN FASILITAS DAN KONTRAKTOR ICRA ............................19
3.13 PENGAWASAN .................................................................................................19
3.14 YANG BERTANGGUNG JAWAB DALAM PROSEDUR ............................20
3.15 KETERLIBATAN KOMITE PPI/TIM PPI DALAM ASPEK
PENGENDALIAN INFEKSISAAT RENOVASI/PEMBANGUNAN DAN
DESAIN RUMAH SAKIT ................................................................................20
3.16 KESIMPULAN...................................................................................................24
BAB IV DOKUMENTASI ................................................................................. 26

Rumah Sakit Metro Medika, Melayani Tiada Henti i


BAB I
DEFINISI

1.1 PENGERTIAN
ICRA (Infection Control Risk Assessment) adalah proses menetapkan risiko
potensial dari transmisi udara yang bervariasi dan kontaminasi melalui air
kotor dalam fasilitas pelayanan kesehatan selama konstruksi, renovasi dan
kegiatan maintenance.
Kegiatan ICRA merupakan multidisiplin, proses kolaborasi yang mengevaluasi
jenis/macam kegiatan konstruksi dan kelompok risiko untuk klasifikasi
penetapan tingkat.
1.2 TUJUAN ICRA (Infection Control Risk Assessment)
Tujuan dari Program ICRA adalah untuk meminimalkan risiko terjadinya
Healthcare Associated Infections (HAIs) kepada pasien yang dapat terjadi bila
jamur atau bakteri tersebar ke udara melalui debu atau air aerosolisasi selama
konstruksi, renovasi, atau proses pemeliharaan di area terdekat dan juga untuk
mengontrol penyebaran debu dari komponen bangunan selama renovasi.

Rumah Sakit Metro Medika, Melayani Tiada Henti 1


BAB II
RUANG LINGKUP

1. Komite PPI yang bertugas untuk membuat ICRA dan memberikan pendidikan
dan pelatihan
2. Bagian Tehnik untuk memfasilitasi dengan memberikan peraturan perundangan
dan perijinan
3. Sanitasi Lingkungan, terkait dengan pembuangan limbah (baku mutulimbah)
4. Tim K-3 RS untuk melakukan edukasi dan supervisi tentang keamanan dan
keselamatan
5. Pimpinan Proyek sebagai pelaksana konstruksi dan renovasi bangunan

Rumah Sakit Metro Medika, Melayani Tiada Henti 2


BAB III
TATA LAKSANA

3.1 PERAN KOMITE PPI


Peran Komite PPI pada program ini antara lain :
1. Membuat Infection Control Risk Assessment (ICRA) dampak dari renovasi
2. Mengembangkan ijin renovasi yang ditanda tangani oleh Ketua Komite
PPI, pimpinan/departemen/unit kerja dari pimpinan proyek
3. Memberikan edukasi sebelum memulai pekerjaan pada penggunaan
Personal Protective Equipment (PPE/APD)
4. Melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi menggunakan check list
5. Mengikuti pertemuan/rapat selama proses renovasi dengan seluruh tim
3.2 KEGIATAN PEMBANGUNAN
Dalam melakukan kegiatan pembangunan, ditentukan terlebih dahulu tipe/jenis
aktifitas debu yang dihasilkan, potensi terbentuknya aerosol udara, durasi dari
aktifitas, dan jumlah sistem HVAC.
Pedoman Petunjuk Tipe Aktifitas Konstruksi :
3.1.1 Langkah Pertama
Menggunakan tabel berikut untuk melakukan identifikasi type/jenis
konstruksi kegiatan proyek (Type A-D).

TYPE KRITERIA

Inspeksi dan kegiatan non-invasif


Termasuk, tetapi tidak terbatas pada :
• Mengganti ubin langit-langit (plafon) untuk inspeksi visual
saja. Misalnya terbatas pada 1 genting/plafon per 50 meter
persegi.
TIPE • Pengecatan (tetapi tidak dengan pengamplasan)
A • Dinding meliputi pekerjaan listrik, pipa kecil, dan kegiatan
yang tidak menghasilkan debu atau memerlukan
pembongkaran dinding atau akses ke langit-langit selain
untuk pemeriksaan yang kelihatan.

TIPE Skala kecil, kegiatan durasi pendek yang menghasilkan debu


B minimal

Rumah Sakit Metro Medika, Melayani Tiada Henti 3


TYPE KRITERIA

Termasuk, tetapi tidak terbatas pada :


• Pembukaan tidak lebih dari satu ceiling ubin per 10 ubin
• Pemasangan kabel telepon dan komputer
• Pembongkaran dinding atau atap dimana penyebaran debu
dapat dikontrol
• Renovasi kecil dari suatu ruangan
• Pengamplasan dinding basah
• Akses ke ruang terbuka
Pekerjaan yang menghasilkan debu yang banyak
Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
• Pengamplasan dinding kering, untuk pengecatan atau
penutup dinding
• Pembongkaran dinding, merobohkan dinding kering atau
menyelesaikan bangunan, dimana pekerjaan terbatas satu
kamar
TIPE • Pembongkaran dinding atau pembangunan tembok baru
C • Pekerjaan kecil saluran, pipa, listrik di langit-langit (tidak
termasuk pembongkaran atau instalasi);
• Renovasi ruangan yang ada
• Menarik kabel utama dari beberapa kamar ke jalur akses
yang dibutuhkan
• Kegiatan apapun yang tidak dapat diselesaikan dalam shift
kerja tunggal.
• Setiap aktifitas yang tidak memerlukan penutup/barrier
yang tidak memenuhi syarat sebagai tipe D
Pembongkaran besar dan proyek–proyek konstruksi utama
namun tidak terbatas pada :
• Kegiatan yang memerlukan penutupan unit/relokasi pasien
• Pembongkaran instalasi kabel lengkap, HVAC, pipa,
perlengkapan gas, atau sistem listrik
• Pembongkaran komponen gedung utama
TIPE • Konstruksi baru yang terletak di dekat gedung Rumah Sakit
D (sebagaimana ditentukan oleh TIM ICRA primer)
• Konstruksi baru yang terletak di dekat jalur keluar pasien
dari area perawatan (yang telah ditetapkan oleh TIM ICRA
primer )
• Kegiatan penggalian yang jaraknya dekat dengan bangunan
Rumah Sakit (sebagaimana telah ditetapkan oleh Tim ICRA
Primer)
3.1.2 Langkah Kedua
Identifikasi group pasien yang berisiko.
Risiko Risiko Highest
Risiko Menengah Risiko Tinggi
Rendah
• Area • Cardiology • IGD • Tempat
perkantora • Echocardigraph • Laboratoriu Perawatan
n y m Klinik, Pasien
• Koridor • Endoscopy Spesimen Imunosupresa
Umum • Nuclear • Medical n
Medicine Units • Bank Darah
• Physical • Ruang RR • Klinik Lab
Therapy • Farmasi Mikrobiologi,
• Radiologi/MRI • Ruang Anak Virologi
• Respiratory • Ruang • ICU
Therapy Perawatan • Ruang Isolasi
Bayi Tekanan
• Rawat Jalan Negatif
• Oncology
• Ruang
Operasi

3.1.3 Langkah Ketiga


IC MATRIX – CLASS OF PRECAUTION : CONTRUCTION
PROJECT BY PATIENS RISK
Contruction Project type
Patiens Risk Group
Type A Type B Type C Type D
Low Risk Group I II II III/IV

Medium Risk Group I II III IV

High Risk Group I II III/IV IV

Highest Risk Group II III/IV III/IV IV

Catatan : Persetujuan IC diperlukan bila kegiatan konstruksi dan tingkat


risiko menunjukkan kelas III atau IV, maka prosedur pengendalian
diperlukan.
3.1.4 Langkah Ke Empat
Diperlukan deskripsi tindakan pengendalian infeksi berdasarkan kelas.
Selama Pembangunan Setelah Penyelesaian Proyek
Kelas
Proyek
I. 1. Laksanakan pekerjaan 1. Bersihkan area kerja setelah
dengan metode menyelesaikan tugas.
meminimalisasi
timbulnya debu dari
pelaksanaan kegiatan
konstruksi

2. Segera meletakkan
kembali ke tempat
semula plafon atap
yang diganti untuk
pemeriksaan yang
kelihatan

II. 1. Menyediakan sarana 1. Lap permukaan kerja dengan


aktif untuk mencegah pembersihan/desinfektan;
debu udara dari
penyebaran ke 2. Wadah yang berisi limbah
atmosfer; konstruksi sebelum di
transportasi harus tertutup rapat
2. Air kabut permukaan
kerja untuk 3. Pel basah dan/atau vakum
mengendalikan debu dengan HEPA filter, vakum
pada waktu sebelum meninggalkan area
pemotongan; kerja;

3. Seal pintu yang tidak 4. Setelah selesai,


terpakai dengan mengembalikan sistem
lakban; HVACdimana pekerjaan
dilakukan.
4. Blokir dan tutup
ventilasi udara;

5. Tempatkan tirai debu


di pintu masuk dan
keluar area kerja;
Selama Pembangunan Setelah Penyelesaian Proyek
Kelas
Proyek
6. Hilangkan atau isolasi
sistem HVAC
(Heating, Ventilation,
dan Air Conditioning)
yang sedang
dilaksanakan;

III 1. Untuk mencegah 1. Jangan menghilangkan barrier


kontaminasi dari dari area kerja sampai proyek
sistem saluran maka selesai diperiksa oleh Komite
hilangkan/lepaskan PPIRS, dibersihkan oleh
atau isolasi sistem bagian kebersihan RS.
HVAC di area, dimana
pekerjaan sedang 2. Hilangkanbarrier material
dilakukan; dengan hati-hati untuk
meminimalisasi penyebaran
2. Lengkapi semua dari kotoran dan puing-puing
barrier penting yaitu yang terkait dengan konstruksi;
sheetrock, playwood,
palstik untuk menutup 3. Vakum area kerja dengan
area dari area yang HEPA filtered vacuums
tidak untuk kerja atau 4. Area untuk lap basah dengan
menerapkan metode pembersih/disinfektan/cleaner
pengendalian kubus
(gerobak dengan 5. Setelah selesai, kembalikan
penutup plastik dan sistem HVAC
koneksi disegel ke
tempat bekerja dengan
HEPA vakum untuk
menyedot debu
sebelum keluar)
sebelum konstruksi
dimulai;

3. Menjaga tekanan
udara negatif di dalam
tempat kerja dengan
menggunakan HEPA
unit yang dilengkapi
Selama Pembangunan Setelah Penyelesaian Proyek
Kelas
Proyek
dengan penyaringan
udara;

4. Wadah tempat limbah


konstruksi sebelum di
transportasi harus
tertutup rapat

5. Tutup wadah
transportasi atau
gerobak. Pita penutup,
jika tidak tutup yang
kuat;

IV 1. Untuk mencegah 1. Jangan menghilangkan barrier


kontaminasi sistem dari area kerja sampai proyek
saluran maka isolasi selesai diperiksa oleh
komitePPIRS. Dibersihkan
sistem HVAC di area,
oleh bagian kebersihan RS.
dimana pekerjaan 2. Hilangkan barrier material
sedang dilakukan; dengan hati-hati untuk
meminimalisasi penyebaran
2. Lengkapi semua dari kotoran dan puing-puing
barrier penting yaitu yang terkait dengan konstruksi
sheetrock, playwood, 3. Wadah untuk limbah
plastik untuk menutup konstruksi harus ditutup rapat
area dari area yang sebelum konstruksi
tidak untuk kerja atau 4. Wadah transportasi atau
gerobak agar ditutup rapat
menerapkan metode
5. Vakum area kerja dengan
pengendalian kubus vakum HEPA filter
(gerobak dengan 6. Area di pel dengan pel basah
penutup plastik dan dengan pembersih/desinfektan
koneksi disegel ke 7. Setelah selesai mengembalikan
tempat bekerja dengan sistem HVAC dimana
HEPA vakum untuk pekerjaan dilakukan
menyedot debu
sebelum keluar)
sebelum konstruksi
dimulai;
Selama Pembangunan Setelah Penyelesaian Proyek
Kelas
Proyek
3. Menjaga tekanan
udara negatif di dalam
tempat kerja dengan
menggunakan HEPA
unit yang dilengkapi
dengan penyaringan
udara;

4. Segel lubang,
pipa,saluran dan
lubang-lubang kecil
yang bisa
menyebabkan
kebocoran;

5. Membangun
serambi/ruangan dan
semua personil
melewati ruangan ini
sehingga dapat disedot
debunya dengan
vakum cleaner HEPA
sebelum
meninggalkan tempat
kerja atau mereka bisa
memakai kain atau
baju kertas yang
dilepas setiap kali
mereka meninggalkan
tempat kerja;

6. Semua personil
memasuki tempat
kerja diwajibkan
untuk mengenakan
penutup sepatu.
Penutup sepatu harus
diganti setiap kali
Selama Pembangunan Setelah Penyelesaian Proyek
Kelas
Proyek
pekerja keluar dari
area kerja.

Identifikasi Daerah sekitar area proyek, menilai dampak potensial


Unit Unit Front
Lateral Lateral Behind
Below Above
Risk Risk Risk Risk Risk Risk
Group Group Group Group Group Group

1. Langkah Ke 5, Identifikasi kegiatan di tempat khusus, misalnya ruang


perawatan, ruang farmasi /obat,dst.
2. Langkah Ke 6, Identifikasi masalah yang berakitan dengan : ventilasi, pipa
ledeng, listrik dalam hal terjadinya kemungkinan pemadaman.
3. Langkah Ke 7, Identifikasi langkah-langkah pencegahan, menggunakan
penilaian sebelumnya, apa jenis barriernya (misalnya barriernya dinding
yang tertutup rapat ). Apakah HEPA filter diperlukan ?
Catatan : Selama dilakukan konstruksi maka area yang
direnovasi/konstruksi seharusnya diisolasi dari area yang dipergunakan dan
merupakan area negatif terhadap sekitarnya.
4. Langkah Ke 8, Pertimbangkan potensial risiko dari kerusakan air. Apakah
ada risiko akibat merusak kesatuan struktur (misalnya : dinding, atap,
plafon).
5. Langkah Ke 9, Jam kerja : dapat atau pekerjaan akan dilakukan selama
bukan jam pelayanan pasien.
6. Langkah Ke 10, Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah ruang
isolasi/ruang aliran udara negatif yang memadai.
7. Langkah Ke 11, Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah dan tipe
tempat/bak cuci tangan.
8. Langkah Ke 12, Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan jumlah minimum
bak/tempat cuci tangan tersebut ?
9. Langkah Ke 13,Apakah PPIRS/ IPCN setuju dengan rencana relatif
terhadap utilitas ruangan bersih dan kotor.
10. Langkah Ke 14, Rencanakan untuk membahas masalah pencegahan
tersebut dengan tim proyek (misalnya :arus lalu lintas, rumah tangga,
pembersihan puing, bagaimana dan kapan).
3.3 PERSYARATAN KINERJA
1. Pengendalian Infeksi sangat penting dalam semua bidang fasilitas
konstruksi, renovasi, dan pemeliharaan karena menyebabkan gangguan
debu yang ada, atau menciptakan debu baru, sehingga harus ditutup dengan
ketat untuk mencegah setiap aliran partikel ke daerah pasien.
2. Pemilik membutuhkan kontraktor yang terikat dengan kebijakan ini,
sehingga sebelum kegiatan dimulai pemilik dan kontraktor harus
mengadakan pertemuan terlebih dahulu sehingga kontraktor dapat
menjalankan renovasi atau konstruksi sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
3. Infection Control (IC) dapat mengubah persyaratan kinerja dari ICRA
sesuai yang diperlukan dengan kondisi lapangan. Modifikasi ini tidak
mengubah maksud dan kebijakan yang ada.

3.4 PRODUK DAN BAHAN


1. Tipe Barrier :
Untuk menghindari kebakaran Polyethylene, biasanya ketebalan 6-mil,
dinding gypsum, fiberglass diperkuat plastik (mirip dengan Api-X
Glassboard ), kayu lapis dan masonite (harus dicat dengan cat tahan api)
sebagaimana ditentukan dalam ijin kerja ICRA.
2. Bleach :
Sebuah disinfektan berbasis air dengan bahan natrium hipoklorit, biasanya
dengan ukuran 1 bagian pemutih di 10 bagian air (1 ¾ cangkir pemutih
dalam 1 galon air). Harus dibuat baru setiap 24 jam.
3. Carpet Vacuum: dengan HEPA Filter
4. Control Cube
5. Jenis Pintu:
Pintu kayu maupun logam harus berbingkai logam, handel pintu
dipolietilena, atau polietilena masuk tumpang/tindih ganda sebagaimana
ditentukan dalam ijin ICRA.
6. Exhaust Selang:
Fleksible, baja yang kuat, Ventilasi Blower Hose, WPG
7. HEPA Vacuum:
Harus dapat melakukan penyaringan sampai dengan 0,5 mikron
8. Mesin tekanan negatif:
Harus mampu menyaring 200-2000 kaki kubik permenit.
9. Kipas angin tekanan negatif:
Bertekanan udara tinggi, tekanan statis, tanpa filter.
10. Walk-off mats:
Sediakan karpet ukuran minimal 18 inci x 24 inci dibasahi dengan larutan
pemutih untuk akses jalan petugas sehingga mencegah debu keluar dari
zona.
3.5 BARRIER/PENGHALANG
1. Ada pintu yang dapat menjadi penghalang ICRA bagi pekerja proyek
dengan paparan ruangan. Ini akan dapat dilaksanakan dengan
memperhatikan kontruksi ruang, jenis kegiatan, dan kelompok risiko.
2. Penghalang yang mengkin ditentukan :
a. A. Polyethylene
b. Halaman, disamping pintu masuk zona kerja
c. Menutup langit-langit, ruangan, tempat-tempat interstitial dan lain-lain
d. Metode penutupan lain yang sesuai dengan ketentuan ICRA
3. Penghalang plastik dapat dipakai dengan bingkai logam menggunakan
semprot perekat, sekrup dan lain-lain
4. Hambatan dinding kering bisa dengan memiliki sendi dan sekrup ditutupi
atau disegel
5. Flaps Polyethylene ganda yang digunakan sebagai pintu masuk ke tempat
kerja harus tumpang tindih maksimal 2 meter
6. Jika pintu masuk berengsel digunakan untuk pintu penghalang, sebuah
mesin udara 2000 CFM negatif yang besar harus digunakan untuk
memastikan 100 kaki permenit udara keluar dari ruang kerja, ini dapat
dimodifikasi dengan ruangan yang kecil
7. Bukaan pintu ganda mungkin diperlukan sebagai airlock dan PPE area.
Hanya satu pintu yang boleh dibuka pada suatu waktu, pengecualian dibuat
untuk pengiriman barang besar. Dua pintu dibuka secara bersamaan harus
diminimalkan.
3.6 PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI SECARA UMUM
1. Fasilitas (pelaksana) kegiatan dan IC akan diberitahu sejak awal
perencanaan atau desain tahap dari proyek
2. Untuk memenuhi persyaratan ICRA, TIM ICRA primer kalau perlu tim
Ad hoc ICRA akan meninjau proyek lingkup pekerjaan, desain, lokasi
sekitar dan dampak dari sistem utilitas. Konstruksi jenis kegiatan, group
risiko, dan klasifikasi tingkat akan ditugaskan
3. Seluruh tahapan proyek berdasarkan ICRA dapat revisi, tergantung
kondisi
4. TIM ICRA Primer bertanggung jawab untuk mengembangkan ICRA dan
menyikapi kebutuhan lain diluar ICRA
5. Pengawas proyek (PM) akan mengevaluasi setiap proyek untuk
menentukan klasifikasi peringkat. PM dan IC akan mengevaluasi setiap III
tingkat dan IV tingkat
6. Fasilitas pemeliharaan dan petugas akan mengikuti intervensi ICRA untuk
proyek tingkat I dan II secara rutin tanpa penilaian ICRA resmi atau izin
kerja. Untuk tingkat II dan IV proyek mereka harus mendapatkan izin kerja
ICRA dari PM atau IC
7. Jika mesin udara negatif bermasalah, PM, IC, dan kontraktor akan
meninjau intalasi sebelum koneksi
8. Kontraktor bertanggung jawab untuk memperoleh surat izin ICRA
sebelum memulai bekerja, posting dipintu masuk zona kerja, informasikan
persyaratan ICRA kepada orang sekitar yang terkena dampak
9. Kontraktor bertanggung jawab menyediakan tenaga kerja dan peralatan
sesuai yang disyaratkan oleh ICRA
10. Kontraktor bertanggung jawab untuk menjaga peralatan mereka termasuk
penggantian HEPA dan filter sesuai program sertifikasi filter
11. Tergantung pada lingkup pekerjaan, fase pekerjaan, dan lokasi
pembuangan udara tanpa filter udara negatif dapat diizinkan
12. Kontraktor bertanggung jawab untuk menjamin penghalang ICRA sesuai
standar
13. Pada setiap awal shift, ketika tekanan udara diperlukan petugas harus dapat
memenuhi semuanya
14. Kontraktor harus dapat menyediakan peralatan dan tenaga kerja sesuai
kebutuhan untuk pembersihan area kerja sehingga dapat mencegah
akumulasi debu dan puing
15. Penetrations (pipa, saluran, kabel) dan lain-lain harus disegel
16. Penghalang harus ada pada lift atau tangga yang ada di zona kerja
17. Investigasi yang mungkin memerlukan pembukaan ubin atau langit-langit
harus segera diganti setelah selesai penyelidikan dan ketika tanpa
pengawasan
18. Pekerjaan yang dilakukan di ICRA bisa diberi penghalang sementara, tapi
harus segera dipindahkan dan dibersihkan setelah proses selesai
19. Jika cube pengendalian wajib memiliki udara negatif, sebuah sertifikat
mesin udara negatif harus digunakan
20. Mesin udara negatif dapat dihubungkan ke daya normal atau darurat dan
harus dijalankan terus menerus
21. Efektifitas penghalang harus dipantau dan penghalang diperbaiki atau
ditingkatkan untuk mencegah debu dan puing-puing keluar dari zona
22. HVAC register dan ventilasi dalam bidang konstruksi harus capped
kecuali khusus disetujui oleh PM atau IC
23. Metode untuk menyerap debu ketat harus menahan tekanan udara statis
24. Wadah transportasi, gerobak, kotak peralatan, dan lain-lain harus bebas
dari debu
25. Debu harus dibersihkan dari zona kerja dalam wadah tertutup rapat dan
diangkut melalui rute yang diidentifikasi dan ditentukan oleh ICRA
26. Kontraktor dan bahan yang tidak boleh melewati area pasien harus
ditunjuk elevator
27. Kontraktor harus bebas dari debu sebelum keluar dari zona kerja, jika
menggunakan coverral harus dibersihkan dizona kerja sebelum keluar ke
ruang ante
28. Karpet untuk berjalan harus selalu bersih, diganti setiap hari atau lebih
sering lebih efektif
29. Peralatan kontraktor harus dibersihkan dengan cairan pemutih untuk
mencegah debu keluar dari zona kerja
30. Kontraktor wajib segera membersihkan debu yang keluar dari zona kerja
31. Semua debu yang harus dilakukan dengan menggunakan vacum HEPA
disaring
3.7 IZIN KERJA ICRA
1. Tulis ICRA IMTA diperlukan untuk pekerjaan tingkat III dan IV, tapi bisa
juga mungkin untuk tingkat II
2. Ditulis Infection Control Risk Mitigation Plan (ICRMR)untuk semua
konstruksi baru dan renovasi besar dari kamar pasien, atau ruang
perawatan
3. Formulir izin kerja dan intervensi yang terdaftar dapat dimodifikasi sesuai
yang diperlukan
4. IC akan mengeluarkan nomor izin kerja, dan kemudian memberikan
kepada PM
5. Izin kerja akan ditanda tangani oleh PM, disimpan di file proyek dan IC
akan diberi salinannya
6. Salinan akan ditempel ditempat kerja, dan akan ditampilkan untuk durasi
proyek
7. PM dan IC dapat menambahkan rincian komentar atau persyaratan yang
diperlukan untuk pekerjaan tertentu
8. Kontraktor harus mematuhi semua intervensi komentar tambahan,
persyaratan kalau perlu intervensi tambahan Pengendalian Infeksi
3.8 IMPLEMENTASI PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI
1. PM dan pemilik akan mengatur untuk relokasi persediaan, peralatan,
mebel, dan lain-lain dari zona kerja sebelum penghalang dibuat
2. Segel jendela, area masuk bangunan harus terjamin untuk meminimalkan
infiltrasi dari luar yang mencemari ketika zona kerja berada dibawah
tekanan negatif
3. Kontraktor akan menjalankan mesin udara negatif di zona kerja sebelum
penghalang dipasang
4. Izin kerja akan ditunjukkan sebelum memasang penghalang di area debu
ketat
5. Kontraktor akan memasang penghalang sesuai dengan persyaratan yang
disetujui ICRA
6. Serambi akan dibangun untuk menjaga aliran udara dari sisi bersih melalui
serambi dan masuk ke zona kerj
7. ICRA akan menunjukkan apakah perangkat pemantauan tekanan udara
negatif diperlukan, kontraktor akan mengatur untuk instalasi
8. Setelah menyelesaikan barrier, kontraktor akan memverikasi tekanan
negatif diterima
3.9 PENYELESAIAN PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI
PM akan memverifikasi bahwa utilitas serta sistem mekanik yang ditugaskan
dan/atau berfungsi sesuai spesifikasi :
1. Setelah pembersihan semua peralatan kontraktor, kontraktor akan
mengecek semua pipa dengan membilas semua perlengkapan selama 5
menit kemudian disiram ke toilet selama beberapa kali
2. Setelah pembilasan pipa, penghalang, peralatan dan seluruh zona kerja
dibersihkan
3. Setelah membersihkan penghalang, IC atau PM yang ditunjuk akan
melakukan pemeriksaan
4. HVAC akan dibersihkan dan ditutup, serta dimatikan. Penutup udara
pasokan akan dibersihkan sebelum penutup udara kembali dilepas. Jika
tindakan ini menghasilkan debu atau kotoran pembersihan dan
pemeriksaan akan diulang
5. Pembersihan hambatan ICRA harus dilakukan dengan hati-hati untuk
mencegah kontaminasi daerah sekitarnya
6. Untuk meminimalkan debu aerosolisasi selama pembersihan hambatan,
polietilena mungkin ringan semprot dengan larutan pemutih
7. Kontraktor harus melipat polietyline dengan meminimalkan debu yang
mungkin bertebaran
8. Puing-puing harus ditempatkan diwadah tertutup untuk proses transportasi
9. Pembersihan penghalang segera dilakukan jika penghalang akan diambil
10. Bersihkan mesin udara negatif
11. Sedot dengan mesin HEPA debu atau kotoran yang dihasilkan saat
pembersihan
12. Seimbangkan sistem HVAC
13. Pembersihan penghalang dilihat dan disetujui oleh IC atau PM yang
ditunjuk
3.10 INTERVENSI BERDASARKAN KLASIFIKASI TINGKAT
1. Tingkat 1
a. Izin kerja tidak diperlukan, tetapi PM dapat membuat jika diperlukan
b. PM dan kontraktor bertanggung jawab untuk mengidentifikasi tingkat
intervensi yang berlaku, jika belum jelas bisa berkonsultasi dengan IC
c. PM dan kontraktor memverifikasi dan bertanggung terhadap proyek
yang dilakukan
2. Tingkat 2
a. Izin kerja ICRA tidak diperlukan tetapi bisa membuat jika diinginkan
b. Kontraktor dan PM bertanggung jawab untuk mengidentifikasi
intervensi tingkat II jika belum jelas bisa berkonsultasi dengan IC
3. Tingkat 3
Harus mematuhi semua tingkat I dan II
a. PM dan IC diperlukan untuk menyelesaikan ICRA
4. Tingkat 4
Patuhi semua tingkat IV, III, II, dan I
a. PM dan IC kembali diminta untuk melengkapi ICRA
b. PM dan IC diperlukan untuk menyelesaikan ICRMR untuk semua
konstruksi baru dan renovasi kamar perawatan pasien
c. Setelah kegiatan debu hasil dari pembongkaran/konstruksi dan sepatu
dibersihkan
Jika intervensi dilakukan di lokasi risikotertinggi (OK, CSSD, Bone
Transplantasi Sumsum/BMT, dan lain-lain):
1. Jika pekerjaan dilakukan di Ruang Operasi, kontraktor harus mematuhi
intervensi pengendalian infeksi yang diterapkan didaerah berisiko tinggi
yang ditetapkan oleh Tim ICRA Primer
2. Semua peralatan yang akan masuk ke ruang risiko tinggi harus dilakukan
penyekaan dengan desinfektan sampai bebas debu dan kotoran
3. Kontraktor harus memakai pakaian sesuai dengan ketetapan Ruang Operasi
atau CSSD
4. Semua pekerjaan yang dilakukan dalam lokasi risiko tertinggi harus
dijadwalkan oleh PM dan perawat manager atau yang ditunjuk oleh mereka
5. Semua pekerjaan yang dilakukan diatas langit-langit atau pekerjaan yang
menciptakan debu dan air aerosolisasi harus dilakukan dalam pengawasan
atau Control Cube memanfaatkan HEPA mesin udara negatif yang
bersertifikat
3.11 PEMANTAUAN LINGKUNGAN
1. PM Keselamatan Departemen, IC akan menentukan kapan sampling udara
diperlukan
2. Kontraktor mendokumentasikan visual konfirmasi tekanan negatif pada
Negatif Air Presure Log Verifikasi
3. Pemilik boleh memilih untuk memonitor kualitas udara seluruh proyek
4. PM dan kontraktor mungkin diperlukan untuk menyelesaikan setiap hari
Check List monitor kepatuhan konstruksi pengendalian infeksi sehari-hari
3.12 PENDIDIKAN FASILITAS DAN KONTRAKTOR ICRA
1. Semua kontraktor dan PM harus mengikuti pelatihan ICRA
2. Pendidikan ICRA harus diberlakukan sebelum pekerjaan awal individu
3. Kontraktor terlatih harus dikawal ICRA terlatih, persetujuan untuk
menggunakan non-kontraktor ICRA terlatih harus disetujui oleh PM
4. Sesi pelatihan akan ditawarkan dalam kuliah formal atau disetujui oleh IC
dalam presentasi
5. Kontraktor yang telah melakukan pelatihan mendapat sertifikat yang
berlaku selama satu tahun
6. Pendidikan harus diulang setiap satu tahun
7. Tes tertulis harus diberikan untuk memastikan bahwa poin yang
bersangkutan telah dipelajari
3.13 PENGAWASAN
1. PM, IC dan fasilitas kesehatan akan memastikan kepatuhan dalam
menjalankan kebijakan ini, dan mereka mempunyai wewenang untuk
menghentikan semua pekerjaan jika kegiatan berisiko terhadap pasien, staf,
dan publik
2. Individu yang tidak bersertifikat tidak mempunyai pelatihan valid diminta
untuk meninggalkan fasilitas
3. ICRA memantau kepatuhan konstruksi dengan melihat inspeksi dari ICRA
dan zona kerja
4. Ketidakpatuhan akan segera ditindaklanjuti melalui komunikasi verbal dan
kemudian melalui dokumen tertulis. Rincian pelanggaran akan dikirim ke
PM, IC dan Fasilitas Departemen dan akan ditempatkan di file proyek.
Selanjutnya ulasan akan dibahas dalam proyek dan pertemuan konstruksi
5. Pelanggaran kebijakan ini dapat mempengaruhi status sebagai kontraktor
yang berkualitas untuk panawaran selanjutnya
6. PM akan memberitahukan Assosiated Director sesuai facilities jika
kontraktor melakukan pelanggaran ulang
3.14 YANG BERTANGGUNG JAWAB DALAM PROSEDUR
1. Epidemiologi Rumah Sakit
2. Koordinator IC
3. Fasilitas yang ditunjuk oleh PM
4. Asosiasi Direktur Fasilitas Perencanaan dan Konstruksi
5. Direktur Pemeliharaan Fasilitas
6. Direktur Keselamatan
3.15 KETERLIBATAN KOMITE PPI/TIM PPI DALAM ASPEK
PENGENDALIAN INFEKSISAAT RENOVASI/PEMBANGUNAN
DAN DESAIN RUMAH SAKIT
1. Prinsip Dasar
• Pencegahan infeksi terhadap pasien, staf rumah sakit, pekerja
bangunan dan pengunjung akibat gangguan kualitas lingkungan saat
renovasi/pembangunan dan sesudahnya
• Desain harus memungkinkan staf melaksanakan pedoman PPI (IPC
Guidelines)
Masalah yang terjadi saat renovasi/pembangunan rumah sakit adalah :
a. Debu
Renovasi/pembangunan akan mengotori udara sehingga berdebu
dengan konsentrasi spora jamur (Aspergillus sp) dan kuman (Legionella
sp) tinggi (CONSTRUCTION RELATED NOSOCOMIAL
INFECTIONS)
PALING PENTING : CEGAH TERPAPAR
RISIKO “OUTBREAKS” ASPERGILLOSIS
• Semua aktifitas yang mengakibatkan peningkatan spora di udara:
Pembangunan Gedung, Konstruksi, Renovasi, Perbaikan
• Permukaan Lembab
b. Kontaminasi Air dan Sistem Pendingin Udara:
Saat renovasi terkontaminasi patogen Legionella Sp
LEGIONELLA Sp.
• Airborne & Waterborne Transmission
• Umum Terdapat dalam Sumber Air Natural
• Berakumulasi dalam “BIOFILM” Pipa Air, Bak Penampungan
• Berkembang Biak pada Suhu 20° - 45° C
c. Pasien “High Risk”.
• Pasien Transplantasi
• Pasien di Bangsal Hematologi dan Onkologi → Neutropenia
• Pasien dengan Pengobatan Corticosteroid
• Pasien “Immunocompromised” Lainnya (DM, ODHA, dll)
2. Sumber Mikroorganisme
Penyebab Infeksi
a. Debu dan Tanah
b. Pipa Saluran Air
c. Sistem Ventilasi
Pencegahan :
a. Kurangi Debu
b. Cegah Migrasi Debu dari Lokasi :“Barrier” Plastik dari Lantai sampai
Langit Langit
c. “Pre-Construction“(Sebelum Kegiatan Dimulai)
• Konsultasi kepada Komite PPIRS
• Identifikasi Kemungkinan Kerusakan Saluran Pipa Air / Sistem AC
• Identifikasi dan Peta Pasien“High Risk”
• Pelatihan Pekerja
• Tentukan Alur Gerakan Pekerja.
d. “Construction” (Saat Kegiatan)
• Awasi Alur Pasien, Kalau Perlu Gunakan Masker N-95 / Respirator
kepada Pasien
• Tutup Rapat Pintu dan Jendela, Tambahkan “Seal”
• “Barrier” Debu
• Tekanan Negatif Area Kerja
• Hepa Filter di Bangsal Pasien “High Risk”.
• Awasi Kegiatan dengan Ketat :
- Alur Material dan Bahan Sisa/Sampah
- Kepatuhan Pekerja
- Risiko Kontaminasi Pipa Air atau Sistem AC
e. “Post Construction” (Pasca Kegiatan)
• Area Harus Bersih dan Bebas Debu
• IPCO Menilai Area Sebelum Digunakan
• Kalau Perlu Lakukan “Air Sampling” dan “Kultur Lingkungan”
3. Faktor “Design” yang Mempengaruhi Transmisi Infeksi Rumah Sakit
a. Jumlah Pasien dan Perawat
b. Jumlah dan Jenis Pemeriksaan / Prosedur
c. Ruangan yang Tersedia
d. Jumlah dan Jenis Kamar
e. Jumlah Tempat Tidur per Kamar
f. Lantai dan “Permukaan”
g. Air, Listrik dan Sanitasi
h. Ventilasi dan Kualitas Udara
i. Pengelolaan Alat Medis
j. Pengelolaan Makanan, Laundry dan Limbah
▪ Jumlah Pasien dan Perawat;
Rasio Pasien – Perawat
1 : 3 – 10
▪ Jumlah dan Jenis Pemeriksaan / Prosedur:
Desain Ketersediaan Alat Medis dan APD (Jumlah dan Jenis) yang
Dibutuhkan
▪ Ruangan yang Tersedia:
Ruang Tunggu, Ruang Petugas, Ruang Rawat, Ruang Isolasi (di tiap-
tiap Bangsal)
▪ Jumlah dan Jenis Kamar:
- Maksimum 40 Tempat Tidur setiap Bangsal / Ruangan
- Tersedia “Single Room” untuk Isolasi Pasien Infeksius
▪ Jumlah Tempat Tidur per Kamar:
- 2 – 4 Tempat Tidur (Jarak Minimum 1 Meter)
Ideal : 1 Tempat Tidur Tiap Kamar
- Tiap Kamar Tersedia Fasilitas Alcohol – Based Hand Rub (ABHR)
Ideal : Tiap Tempat Tidur
- Toilet dan Shower tiap Kamar
▪ Lantai dan “Permukaan:
- Mudah Dibersihkan
- Tidak Ada Karpet
- Rekomendasi : Vinyl
▪ Air, Listrik dan Sanitasi:
- Air Minum Diperiksa Secara Berkala
- Air Bersih dan Listrik Tersedia 24 Jam / Hari
- Pengelolaan Air Unit Khusus (Hemodialisis, Bangsal Transplant) --
- Cegah Perkembangan Kuman Legionella, Pseudomonas, Jamur
dan Mikroorganisme Lingkungan Lainnya
▪ Ventilasi dan Kualitas Udara:
- Who Menyarankan Ventilasi Alamiah untuk PPI – TB ( 2009 )
- Mampu Mencegah Transmisi Airborne
▪ Pengelolaan Alat Medis:
- “Clean” & “Dirty” Harus Terpisah
- Tindakan Mempersiapkan Infus dan Injeksi di Ruang Bersih dan
Terpisah
- Alat Steril Disimpan di Lemari Tertutup
▪ Pengelolaan Makanan, Laundry dan Limbah:
- Lantai Dapur dan “ Permukaan “ Harus Terbuat dari Bahan yang
Mudah Dibersihkan
- Makanan Hangat Segera Dikonsumsi atau Didinginkan Sebelum
Disimpan
- Linen dan Pakaian Kerja Petugas Sudah Terkontaminasi → Cuci di
Rumah Sakit
Alasan WHO Menyarankan 1 Kamar - 1 Tempat Tidur (Single Bed
Rooms)
- Kwalitas Tidur Lebih Baik
- Privasi Meningkat
- Tingkat Kebisingan Menurun
- Transmisi Mikroorganisme Menurun
- Kesalahan Pemberian Obat Menurun
- Proteksi Data Pasien Lebih Baik
3.16 KESIMPULAN
1. IPCO Harus Dilibatkan dalam Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan
2. Pelatihan terhadap Pekerja Bangunan
3. Tentukan Alur Pekerja, Bahan Material dan Sampah Bangunan
4. Pekerjaan Tidak Boleh Dimulai Sebelum “Penilaian Risiko” Lengkap
Dilakukan
5. Waspada Terhadap “CONSTRUCTION RELATED NOSOCOMIAL
INFECTIONS”
▪ Aspergillosis
▪ Legionellosis
6. Fokus Perhatian
▪ Lingkungan Sekitar Area
▪ Sistem Pipa Air
▪ Sistem Ventilasi
7. Renovasi di Rumah Sakit berbeda karena Pasien lebih Memerlukan
Kualitas Udara yang Baik
8. Syarat Penting dalam Desain
▪ Suplai Air Bersih dan Listrik Konstan 24 Jam / Hari
▪ Jumlah dan Jarak Tempat Tidur Adekuat
▪ Ventilasi sesuai Prinsip PPI
▪ Sanitasi Untuk :
- Pasien
- Pengunjung
- Staf Rumah Sakit
- Lantai dan Permukaan
- Bahan yang Mudah Dibersihka
BAB IV
DOKUMENTASI

Standar Prosedur Operasional (SOP) ICRA Akibat Dampak dari Renovasi dan
Konstruksi Gedung Rumah Sakit, terlampir.

Rumah Sakit Metro Medika, Melayani Tiada Henti 26


DAFTAR PUSTAKA

Fasilities Guideline Institute (FGI), 2010

Guidelaine for design and Construction of Health Care Facilities

Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas


Pelayanan Kesehatan lainnya, Depkes RI – Perdalin Pusat Jakarta, 2008

Perdalin Pusat, Handout Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah


Sakit, 2012

Materi Bimbingan KARS 2013

Anda mungkin juga menyukai