Anda di halaman 1dari 25

PEMERINTAH KABUPATEN DOMPU

RSUD MANGGELEWA

PEDOMAN

PELAYANAN LINEN LAUNDRY

EDISI 1
TAHUN 2023

RSUD MANGGELEWA
Jl. Lintas Calabai Desa Doromelo Kec. Manggelewa Dompu
IGD 081237073050 email : rsmanggelewa26@gmail.com
PERATURAN DIREKTUR RSUD
MANGGELEWA NOMOR : 440 / 12
/PPI/RSUDM/2022

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN LINEN LAUNDRY
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MANGGELEWA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MANGGELEWA

Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan


efektifitas, efisien dan kelancaran pelaksanaan
tugas serta untuk meningkatkan mutu pelayanan,
maka dipandang perlu menetapkan Kebijakan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSUD
Manggelewa;
b. bahwa dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas
pada poin a dan b perlu ditetapkan Peraturan
Direktur Tentang Pedoman Pelayanan Linen
Laundry di RSUD Manggelewa;

Mengingat : 1. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan;
2. Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital
Bylaws);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 Tentang
Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban
Pasien;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
6. SK Menkes RI No. 436/Menkes/SK/VI/1993
tentang Berlakunya Standar Pelayanan Rumah
Sakit dan Standar Pelayanan Medis di Rumah
Sakit;
7. Keputusan Menkes RI No. 129/Menkes/SK/
II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit;
8. Permenkes RI No. 1691/Menkes/PER/VIII/
2011 tentang Keselamatan Pasien;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 012 Tahun 2012 tentang
Akreditasi Rumah Sakit;
10. Buku Standar Akreditasi Rumah Sakit, yang
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina
Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
dengan Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS),
tahun 2011;

5
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PEDOMAN PELAYANAN LINEN LAUNDRY DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MANGGELEWA.

Kesatu : Memberlakukan Pedoman Pelayanan Linen Laundry


di RSUD Manggelewa sebagaimana terlampir.

Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.


Apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di :
Pada Tanggal :
Direktur RSUD Manggelewa

dr. Laela Soraya


Pembina Tk. I/IV.b
NIP. 198612042011012003

6
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat


ALLAH SWT, karena berkat Rahmat dan Karunia Nya kami
dapat menyelesaikan Penyusunan Pedoman Pelayanan
Linen Laundry RSUD Manggelewa. Pedoman ini di buat
dilatar belakangi oleh tuntutan masyarakat yang tinggi atas
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan sesuai dengan
standart khususnya pelayanan keperawatan / kebidanan
di RSUD Manggelewa, selain itu Pedoman Pelayanan Linen
Laundry RSUD Manggelewa yang masih terbatas, sehingga
perlu adanya penyempurnaan-penyempurnaan dari
Pedoman Pelayanan Linen Laundry yang disepakati di
RSUD Manggelewa.
Kami menyadari bahwa isi Pedoman ini masih
memerlukan penyempurnaan, oleh karena itu saran
perbaikan dari pembaca buku ini sangat kami harapkan.
Meskipun demikian mudah- mudahan Pedoman ini masih
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Terima kasih.

Ditetapkan di :
Pada Tanggal :
Direktur RSUD Manggelewa

dr. Laela Soraya


Pembina Tk. I/IV.b
NIP. 198612042011012003

7
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .........................................


PERATURANDIREKTUR....................................... 1
KATA PENGANTAR .............................................. 5
DAFTAR ISI ....................................................... 6
BAB I PENDAHULUAN.............................................7
BAB II RUANG LINGKUP ...................................10
BAB III TATA LAKSANA ......................................14
BAB IV DOKUMENTASI ..................................... 22

8
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan
yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus
sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan
penelitian, ternyata memiliki dampak positif dan negatif
terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini mempunyai
konsekuensi perlunya pengelolaan linen dirumah sakit
sebagai bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan rumah
sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari
bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari linen
kotor yang ada dirumah sakit.
Keberhasilan pemerintah dibidang kesehatan membuat
mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah
sakit meningkat, sehingga perlu perhatian khusus dalam
menangani linen dirumah sakit. Hal ini sangat penting jika
dilihat dari sudut hygiene dan pertimbangan resiko
terhadap penularan penyakit. Semua linen yang digunakan
dalam proses pelayanan terhadap pasien, baik diruang
operasi, ruang persalinan, dan ruang perawatan harus
dijaga dalam kondisi yang baik dan bersih.
Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain, tenun.
Laundry adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi
dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan
disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja
dan mesin strika (menurut Permenkes RI nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan.
Linen kotor adalah semua linen yang sudah dipakai
pasien atau yang telah digunakan dalam dalam asuhan
keperawatan. Linen infeksius adalah semua jenis linen yang
terkena cairan tubuh pasien, seperti darah, nanah, air
seni, feses, dll. Linen non infeksius adalah semua linen
kotor yang tidak terkena cairan tubuh pasien/kotoran
9
pasien.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit adalah melalui pelayanan penunjang medic,
salah satunya dalam upaya pengelolaan linen di rumah
sakit. Linen di rumah sakit dibutuhkan disetiap ruangan
.kebutuhan akan linen di setiap ruangan ini sangat
bervariasi baik jenis, jumlah dan kondisinya. Alur
pengelolaan linen cukup panjang, membutuhkan banyak
keterlibatan tenaga kesehatan dengan bermacam-macam
klasifikasi. Untuk mendapatkan kualitas linen yang baik,
nyaman dan siap pakai diperlukan perhatian khusus seperti
kemungkinan terjadinya pencemaran infeksi dan efek
penggunaan bahan kimia.
Linen kotor merupakan sumber kontaminasi udara
penting di rumah sakit.Penanganan linen dilakukan secara
rutin, seperti waktu membersihkan tempat tidur,
pengangkutan linen sepanjang koridor dan ruang-ruang di
rumah sakit yang terdapat linen kotor dapat menebarkan
mikroba ke seluruh bagian rumah sakit. Di tempat
pencucian, penumpukkan linen kotor, sekali lagi akan
menimbulkan gangguan kesehatan kepada para pekerja
laudri dan dapat mengotori linen bersih.
Sehingga agar mutu pelayanan linen tetap terjaga
dengan baik dan tidak merupakan sumber infeksi atau
perantara infeksi, maka diperlukan suatu manajemen linen
yang baik dirumah sakitmulai dari perencanaan, pencucian
linen kotor menjadi linen bersih yang dapat membuat
pasien nyaman dan mencegah penyebaran infeksi, agar
dapat menghasilkan mutu cucian yang memenuhi syarat
hygiene serta dengan biaya yang dapat ditekan serendah
mungkin.

10
B. TUJUAN PEDOMAN

1. Sebagai pedoman proses pengelolaan linen di RSUD


Manggelewa

2. Memutus rantai penularan infeksi

3. Untuk meminimalkan infeksi di Rumah Sakit dengan


meningkatkan standar Precaution.

4. Memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien dan


petugas untuk meningkatkan mutu pelayanan.

C. DEFINISI

Linen adalah bahan/kain yang digunakan di Rumah


Sakit untuk kebutuhan pembungkus Kasur, bantal,
guling dan alat instrument steril lainnya. Jenis kain
yang banyak digunakan seperti katun jepang,
drill,flannel,bahan anti air,dan bahan anti bakteri (Aini
Nur, 2010).

Gaun adalah pelindung tubuh dari pajanan melalui


kontak atau droplet dengan cairan dan zat padat yang
infeksius untuk melindungi lengan dan area tubuh tenaga
kesehatan selama prosedur dan kegiatan perawatan
pasien.

Menurut penggunaannya, gaun dibagi menjadi 2 yaitu


gaun sekali pakai (disposable) dan gaun dipakai berulang
(reuseable).
Gaun sekali pakai (disposable) dirancang untuk
dibuang setelah satu kali pakai dan biasanya tidak dijahit
(non woven) dan dikombinasikan dengan plastik film
untuk perlindungan dari penetrasi cairan dan bahan yang
digunakan adalah synthetic fibers (misalnya polypropylene,
polyester, polyethylene). Gaun dipakai berulang (reuseable)
terbuat dari bahan 100% katun atau 100% polyester, atau
kombinasi antara katun dan polyester. Gaun ini dapat
dipakai berulang maksimal sebanyak 50 kali dengan
catatan tidak mengalami kerusakan.

11
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Adminitrasi dan Pengelolaan

Pelayanan linen pada hakikatnya adalah tindakan


penunjang medik yang dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya dan bertanggung jawab untuk membantu unit-
unit lain di rumah sakit yang membutuhkan linen yang
siap pakai. Linen adalah bahan atau alat yang terbuat
dari kain atau tenun. Ada bermacam-macam jenis linen
yang digunakan di rumah sakit. Jenis linen dimaksud
antara lain: sprei, steek laken, perlak, sarung bantal,
selimut, tirai/gorden, vitrage,taplak, celemek, topi, lap,
baju operasi, kain penutup (tabung oksigen), popok bayi,
baju bayi, kain bedong, perlak bayi, kelambu bayi, selimut
bayi, washlap, handuk, linen operasi (baju, celana,
kimono, topi, macam-macam linen).
Peran pengelolaan menejemen linen di rumah sakit
cukup penting. Alur aktivitas fungsional dimulai dari
penerimaan linen kotor, penimbangan, pemilahan, proses
pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir noda,
penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan, merapikan,
mengepak, atau mengemas, menyimpan, dan
mendistribusikan ke unit-unit yang membutuhkan,
sedangkan linen yang rusak dikirim ke tempat jahit.
Untuk melaksanakan aktivitas tersebut dengan lancar
dan baik, maka diperlukan alur yang terencana dengan
baik. Peran sentral lainnya adalah perencanaan,
pengadaan, pengelolaan, pemusnahan, kontrol dan
pemeliharaan fasilitas kesehatan, dan lain-lain sehingga
linen dapat tersedia di unit-unit yang membutuhkan.

B. Staf dan Pimpinan


Terciptanya pelayanan yang baik, maka diwajibkan
koordinasi yang baik antara pimpinan dan staff. Saat ini
struktur pengelolaan linen sangat beragam. Pada umumnya
12
diserahkan pada bagian rumah tangga atau bagian pencucian
dan sterilisasi bagian sanitasi.

1. Pengelolaan linen dipimpin oleh seorang Teknisi


Sanitarian Utama

2. Pada pelaksanaannya Sanitarian dibantu oleh Asisten


Teknisi Sanitarian
3. Kepala Instalasi Sanitasi bertanggungjawab atas segala
hal yang berhubungan dengan tanggungjawab seorang
pelaksana linen sesuai dengan undang-undang yang
berlaku

4. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan


pimpinan.
5. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan
tugas yang terkait dengan pekerjaan fungsional yang
diberikan dan juga pada penampilan kerja yang
dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan.
C. Fasilitas dan Peralatan

Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang


dapat mendukungadministrasi, profesionalisme dan
fungsi teknik pelayanan linen, sehingga menjamin
terciptanya pelayanan yang baik. Fasilitas bangunan,
ruangan dan peralatan harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1. Ruang penerimaan linen yang terdiri dari: meja
penerima, timbangan, ruangan troli kotor untuk
dilakukan desinfeksi sesuai standar sanitasi rumah
sakit.
2. Ruang pemisahan linen

3. Ruang pencucian dan pengeringan linen, terdiri dari:


mesin cuci, mesin pengering.
4. Ruang penyetrikaan linen, yang terdiri dari: alat setrika

5. Ruang penyimpanan linen, terdiri dari: lemari dan


rak penyimpanan linen, meja administrasi.

13
D. Kebijakan dan Prosedur

Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan


dicantumkan tanggal, nomor dikeluarkannya peraturan
tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus
mencerminkan standar pelayanan linen yang sesuai dengan
peraturan dan tujuan pelayanan linen. Kriteria prosedur
disusun oleh pimpinan instalasi yang dimana prosedur
tersebut harus memiliki landasan hukum. Prosedur pengelolaan
linen terdiri dari:
1. Perencanaan
2. Penerimaan linen kotor
3. Penimbangan
4. Pensortiran/pemilahan
5. Proses pencucian
6. Pemerasan
7. Pengeringan
8. Sortir noda
9. Penyetrikaan
10. Sortir linen rusak
11. Pelipatan
12. Merapikan, pengepakan/pengemasan
13. Penyimpanan
14. Distribusi
15. Perawatan kualitas linen
16. Pencatatan dan pelaporan
17. Ruang distribusi linen yang terdiri dari: meja distribusi
E. Pengembangan Staff dan Program Pendidikan
Seluruh staf di rumah sakit memiliki hak
dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan.
1. Staf baru wajib mengikuti program orientasi hingga
mengetahui tugas dan tanggung jawabnya.
2. Setiap staff diwajibkan update knowlage

3. Staf diberikan kesempatan yang sama untuk mengikuti


pelatihan

4. Staf harus secara aktif dibantu untuk mengikuti


program yang diadakan oleh organisasi profesi,

14
perkumpulan dan institusi terkait.
5. Penyelenggaraan pendidikan dan penyuluhan dengan
cara aktif mengikuti seminar

F. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi merupakan salah satu upaya


untuk meningkatkan pelayanan linen. Adapun untuk
monitoring dan evaluasi yang dilakukan adalah:
1. Monitoring
Aspek-aspek yang dimonitoring mencangkup:
a. Sarana, prasarana, dan peralatan

b. Standar/pedoman pelayanan linen, SOP, kebijakan-


kebijakan direktur, visi dan misi rumah sakit
c. Pengamatan dengan penglihatan pada linen, yaitu
warna yang kusam, pudar atau keabu-abuan
menggambarkan usia linen, terdapat bayangan dari
barang yang dibungkusnya menunjukkan linen
sudah menipis.
d. Dari perabaan bila ditarik terjadi perobekan atau
lapuk.
e. Penandaan tahun pengadaan, sehingga bisa dihitung
frekuensi pencuciannya. Setelah mengalami 90 kali
pencucian linen tersebut tidak layak pakai, namun
tergantung pada kualitas bahan linen. Apabila
kuallitas bahan baik, pencucian hingga 120 kali
masih layak pakai.
2. Evaluasi
Materi yang di evaluasi yaitu antara lain:
a. Kuantitas dan kualitas linen
b. Bahan kimia yang digunakan
c. Baku mutu air bersih
d. Baku mutu limbah cair

15
BAB III
TATA LAKSANA
Penatalaksanaan linen dibedakan menurut lokasi dan
kemungkinan transmisi organisme berpindah.
1. Ruangan
2. Perjalanan transportasi linen kotor
3. Proses pencucian di laundry
4. Penyimpanan linen bersih
5. Distribusi linen bersih

Linen kotor yang dapat dicuci di laundry dapat dikategorikan


menjadi:
1. Linen kotor infeksius.

Adalah linen yang terkontamominasi dengan darah,


cairan tubuh, dan feses terutama yang berasal dari infeksi
TB paru, infeksi salmonella dan shigella, HBV dan HIV dan
infeksi lainnya yang spesifik (SARS) dimasukkan ke dalam
kantong dengan segel yang dapat terlarut dalam air dan
kembali ditutup dengan kantong luar berwarna kuning
bertuliskan infeksius.
2. Linen kotor non infeksius.

Adalah linen yang tidak terkontaminasi darah, cairan, dan


feses yang berasal dari pasien lainnya secara rutin dari
seluruh pasien dari ruangan biasa ataupun ruang isolasi
yang terinfeksi.
Untuk lebih terperinci penanganan linen dibedakan dengan
lokasi sebagai berikut:
a. Pengelolaan linen di ruangan. / pemilahan

Seperti disebutkan di atas yang dimaksud dengan linen


yang infeksius dan non infeksius yang secara spesifik
diperlakukan secara khusus dengan kantong linen yang
berbeda.Penanganan linen dimulai dari proses
penggantian linen. Proses penggantian linen dilakukan
oleh perawat dengan melepaskan linen yang kotor
terlebih dahulu.
Prosedur untuk linen kotor infeksius:

16
1) Biasakan untuk melakukan kebersihan tangan
sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
2) Gunakan APD (sarung tangan dan masker).
3) Persiapkan alat dan bahan.
4) Lipat bagian yang terinfeksi ke bagian dalam dan
masukkan linen ke dalam troli tertutup dan segera
bawa ke spoel hock.
5) Noda darah atau feses dibuang ke spoel hock, basahi
linen dengan air lalu masukkan kedalam kantong
berwarna kuning.
6) Tutup rapat kantong dan segera masukkan ke troli
linen kotor dekat ruang spoel hock dan siap dibawa
ke laundry.
Prosedur untuk linen kotor tidak infeksius:
Biasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan pekerjaan.
1. Gunakan APD (sarung tangan, dan masker).
2. Persiapkan alat dan bahan.
3. Masukkan linen kotor ke dalam troli kotor yang
berada dekat ruang spoel hock dan siap dibawa ke
laundry.
b. Transportasi Linen
Transportasi dapat merupakan bahaya potensial dalam
menyebarkan organism, jika linen kotor tidak tertutup
dan troli tidak dibersihkan. Persyaratan alat transportasi
linen:
1. Dipisahkan antara troli linen kotor dan linen bersih,
jika tidak maka wadah penampung yang harus
terpisah.
2. Bahan troli terbuat dari stainless stell dan tidak
mudah berkarat.
3. Wadah mampu menampung beban linen.
4. Wadah mudah dilepas dan setiap saat habis
difungsikan selalu dicuci demikian juga dengan troli
harus dicuci.
5. Muatan atau loading linen kotor dan bersih tidak
boleh berlebihan.
6. Wadah harus tertutup.
7. Lakukan pembersihan trolly secara rutin
17
8. Troli linen kotor tidak diperbolehkan
beriringan dengan trolli linen bersih.

c. Alur Laundry
Tahapan kerja laundry :

1. Penerimaan linen kotor dan penimbangan prosedur


pencatatan Linen kotor diterima yang berasal dari
ruangan dicatat berat timbangan. Tidak dilakukan
pembongkaran muatan untuk mencegah penyebaran
organisme.
2. Pemilahan dan penimbangan linen kotor.

a. Lakukan pemilahan berdasarkan linen infeksius


dan non infeksius.
b. Upayakan tidak melakukan pensortiran.
Penggunaan kantong dari ruangan adalah salah
satu upaya menghindari sortir.
c. Penimbangansesuai dengan kapasitas mesin
cuci yang digunakan.
3. Pencucian.

Pencucian mempunyai tujuan selain


menghilangkan noda (bersih), awet (tidak cepat
rapuh), namun memenuhi persyratan sehat bebas
dari mikroorganisme pathogen. Sebelum melakukan
pencucian setiap harinya lakukan pemanasan
samapi dengan desinfeksi untuk membunuh
mikroorganisme yang mungkin tumbuh dimesin cuci.
Untuk dapat mencapai tujuan pencucian harus
mengikuti persyaratan teknis pencucian:
a. Waktu.

Waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan


dengan temperature dan bahan kimia guna
mencapai hasil cucian yang bersih, dan sehat. Jika
waktu tidak tercapai sesuai dengan yang
dipersyaratkan maka kerja bahan kimia tidak
berhasil dan yang terpenting mikroorganisme dan

18
jenis petst seperti kutu dan tungau dapat mati.
b. Suhu
Suhu yang direkomendasikan sangat bervariasi
mulai 70 derajat celcius sampai dengan 90 derajat
celcius tergantung dari bahan dan jenis linen.
Proses pra cuci dengan atau tanpa bahan
kimia dengan suhu normal.
1) Proses cuci dengan bahan kimia alkali dan
detergent untuk linen putih 45-50 derajat
celcius, untuk linen warna 60-80 derajat
celcius.
2) Proses bleaching atau dilakukan desinfeksi 65
atau 70 derajat celcius.
3) Proses bilas 1 dan 2 dengan suhu normal.

4) Proses penetralan dengan suhu normal.

5) Proses pelembut atau pengkanjian dengan


suhu normal.
c. Bahan kimia

Bahan kimia yang digunakan terdiri dari alkali,


emulsifier, detergent, bleach (clorine dan oksigen
bleach), sour, softerner, dan starch. Masing-
masing mempunyai fungsi.
1) Mechanical action.

Adalah putaran mesin pada saat proses


pencucian. Faktor yang mempengaruhi:
2) Loading atau muatan tidak sesuai dengan
kapasitas mesin. Mesin harus dikososngkan
25% dari kapasitas mesin.
3) Level air yang tidak tepat.

4) Motor penggerak yang tidak stabil yang


disebabkan oleh poros tidak simetris lagi dan
automatic reverse yang tidak bekerja.
5) Takaran detergent yang berlebihan dapat
mengakibatkan melicinkan linen dan busa yang
berlebihan akan mengakibatkan sedikit
19
gesekan.
6) Menggunakan bahan kimia yang sesuai atau
tidak berlebihan.
4. Pemerasan
Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air
setelah tahap pencucian selesai. Pemerasan dilakukan
dengan mesin cuci yang juga memiliki fungsi pemerasan.
5. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering atau
drying yang mempunyai suhu mencapai 70 derajat
celcius selama 35 menit. Pada proses ini, jika
mikroorganisme yang belum mati atau terjadi
kontaminasi ulang diharapkan dapat mati.
6. Penyetrikaan

Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika


otomatis dengan suhu 120 derajat celcius, namun harus
diingat bahwa linen mempunyai keterbatasan terhadap
suhu antara 70-80 derajat celcius.

7. Pelipatan

Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapihan


juga mudah digunakan pada saat penggantian linen
dimana tempat tidur kosong atau saat pasien di atas
tempat tidur. Proses pelipatan sekaligus juga
melakukan pemantauan antara linen yang masih
baik dan sudah rusak agar tidak dipakai lagi.
8. Penyimpanan

Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindungi


linen dari kontaminasi ulang baik dari bahaya seperti
mikroorganisme dan pest, juga untuk mengontrol
posisi linen tetap stabil. Sebaiknya penyimpanan
linen 1,5 par di ruang penyimpanan dan 1,5 par
disimpan di ruangan. Ada baiknya lemari
penyimpanan dipisahkan menurut masing- masing
ruangan dan diberi obat anti ngengat yaitu kapur
barus.Sebelum disimpan sebaiknya linen dibungkus

20
dengan plastic transparan sebelum didistribusikan.
9. Pendistribusian

Disini diterapkan system FIFO yaitu linen yang


tersimpan sebelumnya harus dikeluarkan atau
dipakai terlebih dahulu.
10. Penggantian linen yang rusak Linen rusak dapat
dikategorikan:
a. Umur linen yang sudah standart.

Human error termasuk hilang Jenis


kerusakan ada yang dapat diperbaiki dan adapula
yang memang harus diganti. Penggantian dapat
segera dilakukan petugas laundry dengan
mengirimkan formulir permintaan linen ke pihak
logistic.

Pada saat penerimaan sampai dengan


penyetrikaan merupakan proses yang krusial
dimana kemungkinan organism masih hidup, maka
petugas diwajibkan memakai apd.

Alat pelindung diri petugas laudry :


1) Pakaian kerja dari bahan yang menyerap keringat.
2) Apron.
3) Sarung tangan.
4) Sepatu boot digunakan untuk area basah.
5) Masker digunakan pada proses pemilihan dan
sortir
6) Topi digunakan pada saat penyetrikaan
7) Kaca mata di gunakan pada saat pencucian linen
kotor
8) Sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan
biasakan untuk mencuci tangan sebagai pertahanan
diri.
d. Perencanaan Linen

1. Sentralisasi Linen

Merupakan suatu keharusan yang dimulai dari

21
proses perencanaan, pemantauan dan evaluasi dimana
merupakan siklus yang berputar. Sifat linen adalah
barang habis pakai. Supaya terpenuhi dengan baik
maka diperlukan system pengadaan satu pintu yang
sudah terprogam dengan baik.
2. Standarisasi Linen

Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh


produk tekstil yang berada di rumah sakit yang
meliputi linen diruang perawatan maupun ruang
operasi dan unit lain yang ada.
Standarisasi linen yang dipakai adalah :
a. Standart produk.
Berhubung sarana kesehatan bersifat universal, maka
sebaiknya setiap rumah sakit mempunyai standart produk
yang sama agar bisa diproduksi secara massal. Produk
dengan kualitas tinggi akan memberikan kenyamanan
pada waktu pemakaiannya dan mempunya waktu
penggunaan yang lebih lama, sehingga secara ekonomi
lebih optimal dibandingkan dengan produk yang lebih
murah.
b. Standart desain.
Pada dasarnya baju rumah sakit lebih mementingkan
fungsi daripada estetikanya, maka dibuatlah desain yang
sederhana, ergonomis dan unisex.
c. Standart material.
Pemilihan material harus disesuaikan dengan fungsi, cara
perawatan dan penampilan yang diharapkan. Beberapa
kain yang dipakai di rumah sakit antara lain cotton 100%,
CVC 50-50%, TC 65%-35%, polyster 100% dengan
anyaman plat atau twill atau drill. Dengan adanya
berbagai pilihan tersebut memungkinkan untuk
mendapatkan hasil terbaik untuk setiap produk.
Warna pada kain juga memberikan nuansa
tersediri, sehingga secara psikologis mempunyai
pengaruh terhadap lingkungannya. Oleh karena itu
pemilihan warna sangat penting.Alternatif dari kain
warna yang polos adalah kain dengan corak motif,
trend ini memberikan nuansa yang lebih santai dan
22
modern.
d. Standar jumlah.
Idealnya jumlah stok linen 5 par ( kapasitas )
dengan posisi 3 par berputar di ruangan: 1 stok
terpakai, 1 stok dicuci, 1 stok cadangan dan 2 par
mengendap di logistic: 1 par sudah terjahit dan 1
par masih berupa lembaran kain.
e. Standart Penggunaan

Standart yang baik seharusnya tahan cuci sampai


350 kali dengan prosedur normal. Sebaiknya setiap
rumah sakit menentukan standart kelayakan sebuah
linen, apakah dengan umur linen., kondisi fisik atau
dengan frekuensi cuci. Sebaiknya linen itu sendiri
diberi identitas ataupun informasi. Informasi yang
ditampilkan biasanya:
1. Logo rumah sakit dan nama rumah sakit.
2. Tanggal beredar atau mulai dipergunakan.
3. Item ukuran.
4. No. ID

23
BAB IV
DOKUMENTASI

Pendokumentasian dilakukan dalam bentuk buku laporan


yang diisi setiap hari dan dilaporkan kepada ketua komite
setiap bulan dan kepada direktur setiap 3 bulan dalam
bentuk laporan.

24
25
26
27

Anda mungkin juga menyukai