Anda di halaman 1dari 32

PEMERINTAH KOTA DENPASAR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA


Jln. R.A Kartini No. 133 Denpasar Telp . ( 0361 ) 222487 - 222141 Fax ( 0361 ) 224114
Web site : http://www.denpasarkota.go.id atau http://rsudwangaya.denpasarkota.go.id
E mail : rsudwangaya.dpskota@gmail.com

PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYAKOTA DENPASAR

NOMOR 28 TAHUN 2022

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI BINATU


PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA KOTA DENPASAR

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA KOTA DENPASAR,

Menimbang : a. bahwa pelayanan laundry yang baik di rumah sakit


merupakan salah satu komponen penting dalam
pelayanan kesehatan sehingga dapat memberikan
kesan bersih, sehat, dan higienis ;

b. bahwa agar dalam pelaksanaan kegiatan pada instalasi


laundry dapat berjalan dengan baik dan lancar perlu
disusun pedoman Pelayanan Instalasi Binatu pada
Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar ;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud huruf a dan b perlu menetapkan Peraturan
Direktur Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Binatu
pada Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota
Denpasar;

Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063 ) ;
2. Undang - Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072 ) ;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47
Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang
Perumahsakitan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 57);
4. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 159);
5. Peraturan Walikota Denpasar Nomor 54 Tahun 2021
Tentang Pembentukan, Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tatakerja Rumah
Sakit Umum Daerah Wangaya;

6. Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah


Wangaya Nomor 15 Tahun 2021 tentang Pedoman
Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota
Denpasar;

MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
WANGAYA KOTA DENPASAR TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN INSTALASI BEDAH SENTRAL PADA RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA KOTA DENPASAR

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Rumah sakit adalah Rumah Sakit Umum DaerahWangaya
Kota Denpasar
2. Instalasi Binatu atau Laundry merupakan pelayanan yang
diberikan kepada unit-unit yang membutuhkan linen
bersih yang dipergunakan untuk melakukan perawatan
pasien yang kegiatannya mulai dari prosesperencanaan,
pengadaan, pencucian/dekontaminasi, pengemasan,
penyimpanan, pendistribusian, serta memberikan
jaminan mutu kebersihannya

Pasal 2
Pedoman Pelayanan Instalasi Binatu bertujuan untuk
memberikan acuan bagi Rumah Sakit dalam
menyelenggarakan pelayanan secara optimal, efektif, efisien,
terpadu, dan berkesinambungan bagi Pasien

Pasal 3
Ruang lingkup Pedoman Pelayanan Instalasi Binatu meliputi
:
1. Pendahuluan
2. Standar Ketenagaan
3. Standar Fasilitas
4. Tatalaksana Pelayanan
5. Logistik
6. Keselamatan Pasien
7. Keselamatan Kerja
8. Pengendalian Mutu
BAB II
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 4
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pedoman Pelayanan Instalasi
Bedah Sentral Pada Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota
Denpasar tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur ini

BAB III
Pasal 5
Pada saat Peraturan Direktur ini mulai berlaku, Keputusan
Direktur Nomor 188.45/233/RSUDW/2018 tentang
Penetapan Kebijakan Pelayanan Instalasi Binatu Pada Rumah
Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku

Pasal 6
Peraturan Direktur ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan

Ditetapkan di Denpasar
Pada tanggal, 4 Juli 2022
DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA
KOTA DENPASAR

DR. ANAK AGUNG MADE WIDIASA, SP.,MARS


PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 19701002 200012 1 005
LAMPIRAN : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
WANGAYA KOTA DENPASAR
TANGGAL : 4 JULI 2022
NOMOR : 28 TAHUN 2022
TENTANG : PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI BINATU
PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
WANGAYA KOTA DENPASAR

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI BINATU


PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA KOTA DENPASAR
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan


pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat
penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat’
Pasien yang opname di rumah sakit terinfeksi oleh berbagai kuman
penyakit, sehingga kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial sangat
besar, Terjadinya kontak antar manusia dengan manusia serta manusia
dengan benda memudahkan kuman penyakit menyebar,
mengkontaminasi dan menginfeksi benda ataupun manusia di lingkungan
rumah sakit.
Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan
pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit, Instalasi Laundry
memiliki peran penting. Oleh karena itu Instalasi Laundry harus
ditingkatkan kemampuan hak berupa fasilitas peralatan, sarana prasarana
dan sumber daya manusianya( SDM)

B. Tujuan
Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen di rumah sakit.
Khusus
1. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen di rumah
sakit.
2. Memutuskan mata rantai penyebaran kuman di lingkungan
rumah sakit.
3. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil pencucian terhadap
produk yang dihasilkan

C. Fungsi laundry
1. Menyediakan kebutuhan linen seperti seprai, sarung bantal,
selimut, baju operasi, handuk dll disemua bagian rumah sakit.
2. Menyelenggarakan pemrosesan linen dari penerima linen,
pemeliharaan linen, pemilahan, pencucian, pengeringan,
penyetrikaan, pelipatan, penyimpanan dan pendistribusian linen
sesuai standar yang berlaku di rumah sakit.
3. Memberikan kontribusi dalam pengembangan pelayanan mutu di
rumah sakit yang terkait dengan pengendalian infeksi.
D. Ruang Lingkup
1. Penerimaan linen di ruangan
2. Penerimaan linen di Instalasi Laundry
3. Pemrosesan linen
4. Penyimpanan Linen
5. Pendistribusian
E. Batasan Operasional
1. Linen adalah merupakan bahan dari perlengkapan di ruang
perawatan sepertti seprai, selimut, sarung bantal, baju operasi,
segala jenis duk, baju operasi, jas operasi, mitella, taplak meja dll.
2. Linen kotor merupakan perlengkapan linen diruang perawatan
yang telah dipakai dalam jangka waktu tertentu sesuai standar yang
berlaku atau terkontaminasi oleh noda seperti feces, urin, darah
atau cairan tubuh lainnya.
3. Dekontaminasi suatu teknik pelaksanaan menghilangkan noda
yang melekat pada linen atau suatu pemrosesan linen dari kotor
menjadi beraih.
4. Pencucian Pemrosesan linen dari yang dikatagorikan kotor
menjadi bersih dengan memakai ditergen dimana pemrosesan
pencucian bisa dilakukan dengan manual atau memakai mesin cuci.
5. Ditergen suatu bahan yang memiliki sifat yang mirip dengan
desinfektan yaitu membunuh atau melemahkan kuman dan
dipakaidalam proses dekontaminasi atau pencucian.
6. Pembilasan. Pembilasan dilakukan untuk membersihkan secara
total kotoran maupun atau pewangi, busa yang melekatdilinen
benar-benar bersih dari kotoran atau busa dan kemudian
diberikan pelembut.
7. Pemerasan. Pemerasan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang
ada dilinen menjadi kering kurang lebih 80% hingga 90%
tergantung linenya
8. Pengeringan. Proses Pengeringan ini dilakukan untuk menjadikan
linen benar-benar kering dengan kondisi 100%. Pengeringan
dilakukan dengan mesin pengering/ drying, pada proses ini
mikroorganisme yang belum mati atau terjadi kontaminasi ulang
diharapkan dapat mati.
9. Penyetrikaan Suatu alat pemanas yang dipakai untuk merapikan
dan mengencangkan hasil cucian serta memiliki fungsi untuk
membunuh dan melemahkan kuman-kuman penyakit.
10. Penyimpanan linen disimpan didalam lemari tertutup sesuai
dengan jenis linen suhu 22-27 ͦ C dan kelembaban 45-75%
11. Pendistribusian . Pendistribusian linen bersih dibawa
dengan menggunakan troly tertutup untuk mencegah kontaminasi
dalam perjalanan.
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Jumlah tenaga menurut kualifikasi


1. Kepala Instalasi
Instalasi Laundry dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi dan harus
profesional serta mendapat pelatihan, bisa :
a. Dokter
b. Apoteker
c. Perawat
2. Kepala sub Instalasi
Pendidikan minimal D3 dibidang kesehatan dengan masa kerja
selama 3 tahun dibidang laundry , pernah mengikuti pelatihan
laundry.
3. Penanggung jawab administrasi
Minimal lulusan SMU sederajat atau seorang perawat dengan
tambahan pelatihan administrasi serta bisa menggunakan komputer.
4. Staf pelaksana laundry
Pendidikan SMU sederajat serta mengikuti pelatihan laundry yang
bersertifikasi.
B. Distribusi ketenagaan
Semua tenaga laundry ditempatkan di instalasi laundry yang dibagi di
masing-masing ruangan ( penerimaan, pencucian, penyetrikaan, pelipatan,
penyimpanan dan distribusi ).
C. Pengaturan Jaga
Jadwal jaga dibagi menjadi 2 shif ( shif pagi dan sore )
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Contoh tata ruang/denah Laundry

B. Sarana fisik, prasarana dan peralatan


1. Sarana fisik.
Sarana fisik untuk instalasi laundry mempunyai persyaratan tersendiri,
terutama untuk pemasangan peralatan pencucian yang baru. Sarana
fisikinstalasi laundry terdiri dari beberapa ruangan :
a. Ruang penerimaan linen kotor.
Ruangan ini memuat :
- Meja penerimaan untuk linen terinfeksi dan tidak terinfeksi.
- Timbangan duduk.
- Ruangan yang cukup untuk troli pembawa linen kotor.
Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang exhaust
fan dan pencahayaan C= 100-200 Lux.
b. Ruang pemisahan linen.
Ruang ini memuat meja panjang untuk mensortir jenis linen yang
tidak terinfeksi. Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan
memasang exhaust fan dan pencahayaan C= 200-500 Lux.
Lantai ruangan ini tidak boleh dari bahan yang licin.
c. Ruang pencucian dan pengeringan linen.
Ruang ini memuat: mesin cuci dan mesin pengering.
Lantai ruangan ini tidak boleh terbuat dari bahan yang licin.
Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang exhaust fan
dan pencahayaan C=100-200 Lux.
d. Ruang penyetrikaan linen
Ruang ini memuat: flatworkironers, pressing ironers, maupun alat
setrika biasa. Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang
exhaust fan dan pencahayaan D=200-500 Lux.
e. Ruang penyimpanan linen.
Ruang ini memuat;
- Lemari dan rak untuk menyimpan linen.
- Meja administrasi.
Ruang ini bebas dari debu dan pintu selalu tertutup. Sirkulasi udara
dipertahankan tetap baik dengan memasang exhaust fandan
pencahayaan D=200-500 Lux. Suhu22-27 C dan kelembaban 45-
75% RH.

f. Ruang distribusi linen.


Ruang ini memuat meja panjang untuk penyerahan linen bersih
kepada pengguna. Sirkulasi udara perlu dipertahankan dengan
memasang exhaust fan dan pencahayaan C= 100-200 Lux.
2. Prasarana.
a. Listrik.
Sebagian besar peralatan pencucian menggunakan daya listrik.
Kabel yang diperlukan untuk instalasi listrik sebagai penyalur daya
digunakan kabel NYY untuk instalasi dalam gedung dan jenis
NYFGBY untuk instalasi luar gedungpada kabel feeder antara panel
induk utama sampai panel Gedung Instalasi Laundry. Daya cukup
besar terutama untuk mesin cuci, mesin pemeras, mesin pengering,
dan mesin setrika.Untuk instalasi kotak kontak biasa disarankan
untuk memperhatikan penempatan yaitu harus menjauhi tempat
yang lembab dan basah, jenis kotak kontak
hendaknya yang tertutup agar terhindar dari udara lembab,
sentuhan langsung dan paralel yang melebihi kapasitas pengguna.
b. Prasarana air.
Prasarana air pencucian memerlukan sedikitnya 40% dari
kebutuhan di rumah sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat
tidur perhari. Kebutuhan air untuk proses pencucian dengan
kwalitas air bersih sesuai standar air. Reservoir dan pompa perlu
disiapkan untuk menjaga tekanan air 2 kg/cm2.
Standar air yang harus dipenuhi yang digunakan untuk mencuci
adalah berdasarkan Permenkes No 416 tahun 1992 dan standar
khusus bahan kimia dengan penekanan tidak adanya:
*Hardness-garam ( calcium, carbonate dan chlorida)

Standar baku mutu : 0-90 ppm.


- Tingginya kosentrasi garam dalam air menghambat kerja bahan
kimia pencuci sehingga proses pencucian tidak berjalan
sebagaimana seharusnya.
- Efek pada linen dan mesin.
Garam akan mengubah warna linen putih menjadi keabu- abuan
dan linen warna akan cepat pudar. Mesin cuci akan berkerak
(scale forming), sehingga dapat menyumbat saluran- saluran air
dan mesin.
*Iron-Fe (besi)

Standar baku mutu : 0-0,1 ppm


- Kandungan zat besi pada air mempengaruhi konsentrasi bahan
kimia, dan proses pencucian.
- Efek pada linen dan mesin.
Linen putih akan menjadi kekuning-kuningan (yellowing) dan
linen warna akan cepat pudar. Mesin cuci akan berkarat.

c. Prasarana uap.
Prasarana uap pada instalasi laundry digunakan pada proses
pencucian, pengeringan dan setrika., yakni penggunaan uap
panas dengan tekanan uap minimum 5 kg/cm2. Kwalitas uap yang
baik adalahdengan fraksi kekeringan minimum 70%( pada skala 0-
100%) dan temperatur ideal 70 C.
3. Peralatan
Peralatan pada instalasi laundry antara lain:
a. Mesin cuci / Washing Machine
b. Mesin Peras/ Extractor Machine
c. Mesin Pengering/Drying Thumbler
d. Mesin Penyeterika/ Flatwork Ironer
e. Mesin Penyerika press/ Presser ironer
f. Mesin jahit/Sewing Machine
Pemeliharaan ringan peralatan pencucian terdiri dari :
- Pembersihan peralatan sebelum dan sesudah pemakaian dilakukan
setiap haridengan menggunakan lap basah dicampur dengan bahan
kimia MCP ( Multi Purpose Cleaner ) dan dikeringkan dengan lap
kering.
- Pemeriksaan bagian-bagian yang bergerak dilakukan setiap satu
bulan sekali yaitu pada BEARING, engsel pintu alat atau roda
yang berputar. Berilah minyak pelumas atau fat/gemuk.
Penggantian fat/gemuk secara total disarankan dua tahun
sekali.
- Pemeriksaan V-BELT dilakukan setiap satu bulan yakani
secara visual dengan melihat keretakan lempang V-BELT, dan
dengan perabaan untuk menilai kehalusan V-BELT dan
ketegangannya (kelenturannya), toleransi pengukuran 0,2-0,5
mm. Jika sudah melebihi atau sudah tidak memenuhi syarat V-
BELT tersebut harus segera diganti.
BAB III

TATA LAKSANA

A. Sentralisasi Pelayanan Linen


Sentralisasi merupakan suatu keharusan yang dimulai dari proses
perencanaan, pemantauan dan evaluasi yang merupakan suatu siklus
berputar. Sifat linen adalah barang habis pakai. Supaya terpenuhi
persyaratan mutlak yaitu kondisi yang selalu siap pakai dari segi kwalitas
maupun kwantitas, maka diperlukan sistem pengadaan satu pintuyang
sudah baku dan merupakan satu kebijakan yang turun dari pihak Top
Level Manajemen yang kemudian diaplikasikan menjadi suatu standar
yang harus dijalankan dan dilaksanakan dengan prosedur tetap dan
petunjuk teknis yang selalu dievaluasi. Instalasi Laundry RSUD Wangaya
Kota Denpasar sudah mulai melaksanakan sentralisasi linen sejak tahun
2016.

B. Standar Kerja Laundry


Ada beberapa standar kerja yang harus dipenuhi dalam pelayanan
laundry yaitu:
1. Standar Kwalitas yaitu:
- Linen bersih ( tidak ada noda/kotoran )
- Linen segar (tidak berbau )
- Linen halus ( tidak kusut )
- Linen utuh ( tidak sobek tidak rusak )
- Linen hygienis ( linen tidak terkontaminasi mikroorganisme )
Mikkroorganisme dapat menetap pada : linen yang belum
diproses, habis pakai, infeksius, sehabis dicuci. PERMENKES
1204/MENKES/SK/X/2004 : linen bersih < 6 x 10 spora
bacillus /inch
2. Standar Waktu yaitu:
- Lama pencucian
- Waktu pengambilan
- Waktu penerimaan
- Waktu pendistribusian
3. Standar Servis
Linen yang bermasalah ( misalnya robek tapi masih layak dipakai )
hendaknya segera diservis, oleh karena umur linen sangat terpengaruh
terhadap : noda, kimia laundry, pengeringan dan penyetrikaan, proses
sterilisasi, penyimpanan/ par-stok.
4. Standar Linen
Linen di rumah sakit dibagi/dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
a. Linen medis ; sprei, selimut, stik laken,doek operasi, sarung
bantal, pakaian kerja fungsional.
b. Linen non medis ; taplak meja, korden
Standar linen rumah sakit antara lain:
a. Standar produk
Berhubung sarana kesehatan bersifat universal, maka sebaiknya
setiap rumah sakit mempunyai standar produk yang sama, agar bisa
diproduksi masal dan mencapai skala ekonomi. Produk dengan
kwalitas tinggi akan memberikan kenyamanan pada waktu
pemakaiannya dan mempunyai waktu penggunaan yang lebih
lama,sehingga secara ekonomi lebih optimum dibandingkan
produk yang lebih murah.
b. Standar desain
Pada dasarnya linen rumah sakit lebih mementingkan fungsinya
daripada estetikanya,maka desain yang sederhana,ergonomis dan
unisex merupakan pilihan yang ideal,terutama pada baju bedahdan
baju pasien. Sizing sistem dengan pembedaan warna
diaplikasikan pada baju-baju tertentu untuk mengakomodasikan
individu pemakai. Untuk kepentingan praktis beberapa rumah sakit
menggunakan sprei/laken yang fitted selain yang flat.yang tidak
kalah pentingnya adalah pertimbangan pada waktu pemeliharaan,
penggunaan kancing dan sambungan-sambungan baju lebih baik
dihindari.
c. Standar material
Pemilihan material harus disesuaikan dengan fungsi, cara
perawatan dan penampilan yang diharapkan. Beberapa kain yang
digunakan rumah sakit antara lain Cotton 100%, CVC 50%-50%,
TC 65%-35%, Polyester100% dengan anyaman plat atau
twill/drill,dengan proses akhir yang lebih spesifik seperti: water
repellent,soil release, PU coated, dan sebagainya yang mempunyai
sifat dan penggunaan-penggunaan tertentu. Dengan adanya
berbagai pilihan tersebut memungkinkan bagi kita untuk
mendapatkan hasil yang terbaik untuk setiap produk. Warna pada
kain /baju juga memberikan nuansa tersendiri,sehingga secara
psikologis mempunyai pengaruh terhadap lingkungannya. Oleh
karena itu pemilihan warna sangat penting. Alternatif lain dari kain
warna yang polos adalah kain dengan corak motif, trend ini
memberikan nuansa yang lebih santai dan modern.
d. Standar Ukuran
Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak hanya dari sisi
penggunaan,tetapi juga dari biaya pengadaan dan biaya operasional
yang timbul.makin luas dan berat, makin mahal biaya pengadaan
dan pengoperasiannya. Dengan adanya ukuran tempat tidur yang
standar, misalnya 90 x 200 cm, maka ukuran linen bisa
distandarkan menjadi :
- Laken 160 x 275 cm
- Stik laken 75 x 160 cm
- Zeil 70 x 110 cm
- Sarung bantal 50 x 70 cm
e. Standar jumlah
Idealnya stok linen 5 par (kapasitas) dengan komposisi 3 parberputar
di ruangan : stok 1 par terpakai, stok 1 par dicuci, stok 1 par
cadangan dan 2 par mengendap di logistik : 1 par sudah terjahit dan
1 par berupa lembaran kain.
f. Standar penggunaan.
Linen yang baik seharusnya tahan cuci sampai 350 kali dengan
prosedur normal. Sebaiknya rumah sakit menentukan standar
kelayakan sebuah linen, apkah dengan umur linen, kondisi fisik atau
dengan frekwensi cuci. Untuk itu sebaiknya linen diberi identitas.
5. Standar chemical.
Bahan kimia/chemical yang dipakai secara umum terdiri dari:
a. Alkali
Mempunyai peran meningkatkan fungsi atau peran deterjendan
emulsifier serta membuka pori dari linen.
b. Detergen = sabun pencuci
Mempunyai peran menghilangkan kotoran yang bersifat asam
secara global
c. Emulsifier
Mempunyai peran untuk mengemulsi kotoran yang berbentuk
minyak dan lemak
d. Bleach = pemutih
Mengangkat kotoran /noda, mencemerlangkan linen, danbertindak
sebagai desinfektan, baik pada linen yang berwarna ( Ozone) dan yang
putih ( Chlorin)
e. Sour/ Penetral :
Menetralkan sisa dari bahan kimia pemutih sehingga PH-nya
menjadi 7 atau netral
f. Softener :
Melembutkan linen, Digunakan pada proses akhir pencucian
g. Starch / Kanji :
Digunakan pada proses akhir pencucian untuk membuat linen
menjadi kaku, juga sebagai pelindung linen terhadap noda
sehingga noda tidak sampai keserat.
6. Standar APD ( Alat Pelindung Diri )
APD yang ada di instalasi laundry adalah seragam kerja, topi kain,
masker, apron plastik, sarung tangan karet, sepatu boot karet,
google/kaca mata.
7. Standar Procedur Operating ( SPO )
a. SPO Pengelolaan kebersihan ruangan laundry.
b. SPO Pengambilan linen kotor dari unit kerja.
c. SPO Penanganan linen kotor infeksius dan non infeksius di unit
kerja.
d. SPO Pemilahan linen kotor
e. SPO Pencucian linen kotor infeksius dan non infeksius di unit
laundry
f. SPO Pengeringan linen bersih dengan mesin pengering di unit
laundry
g. SPO Penyetrikaan linen bersih di unit laundry.
h. SPO Penyimpanan linen bersih di unit laundry
i. SPO Pendistribusian linen bersih
8. Standar pelaporan
Hal-hal yang dilaporkan di laundry meliputi:
a. Monitoring dan evaluasi hasil produk laundry
b. Berat linen bersih dan kotor ( perunit kerja)
c. Utyliti (utilitas) operasi mesin
d. Pelaporan kegiatan dan evaluasi

C. Penatalaksanaan linen
Penanganan linen dibedakan menurut lokasi dan kemungkinan tranmisi
organisme berpindah :
1. Penanganan linen di ruangan :
- Segera setelah dilepas dari tempat tidur, pisahkan linen
infeksius dengan linen non infeksius.
- Linen infeksius masukkan ke kantong warna kuning
- Linen non infeksius masukkan ke tempat linen kotor
- Tidak melakukan dekontaminasi di ruangan
- Gunakan alat pelindung diri sesuai indikasi
- Tidak meletakkan linen di lantai
- Tidak menyeret linen di lantai
- Tidak meletakkan linen kotor di atas kursi dan meja pasien
- Tidak mengibaskan linen kotor
- Pisahkan penyimpanan linen bersih dari linen kotor
2. Transportasi linen
Pengiriman linen kotor ke ruangan
- Pisahkan troli linen kotor dengan linen bersih
- Pisahkan wadah linen infeksius dan non infeksius
- Bersihkan troli sebelum digunakan kembali
- Bila troli pakai pengalas/sarung segera dicuci setelah linen
kotor diturunkan
- Petugas ruangan tidak boleh masuk ke ruangan linen bersih
- Linen kotor di laundry harus dibedakanantara linen infeksius
dan non infeksius
- Petugas penerimaan laundry melakukan pencatatan jumlah
linen
3. Penanganan linen di laundry
Alur Sentralisasi Laundry RSUD Wangaya:

Linen kotor ruangan


 Infeksius Ruang Penerimaan Linen Infeksius
linen kotor:
 Non Infeksius
 Pencatatan
 Penimbangan
linen Linen non infeksius
 Pemilahan
linen
 CSSD
 IRJA Pencucian dg washer Pencucian dg washer
 IBS
 IRNA c
 IRIT
Pengeringan
 Pemilahan sesuai
Belum Bersih
jenis
 Pemilahan
Kebersihan Linen

Pelipatan :
Penyimpanan  Sortir Linen
Penyetrikaan Bersih
Dan Distribusi  Pengumpulan
Sesuai jenis

Penjelasan lebih lanjut tahapan pekerjaan di Laundry sebagai berikut:

a. Penerimaan linen kotor dan penimbangan prosedur pencatatan


Linen kotor diterima yang berasal dari ruangan dicatat berat timbangan
sedangkan jumlah satuan berasal dari informasi ruangan dengan
formulir yang sudah distandarkan. Tidak dilakukan pembongkaran
muatan untuk mencegah penyebaran organisme.
b. Pemilahan dan penimbangan linen kotor
o Lakukan pemilahan berdasarkan beberapa kriteria:
 Linen infeksius berwarna
 Linen infeksius putih
 Linen tidak terinfeksi berwarna
 Linen tidak terinfeksi
 Linen asal OK (disediakan jaring) karena terdiri dari pakaian
dengan banyak tali
 Linen berkerah dan bertali disediakan jaring untuk prose
pencucian
o Upaya tidak melakukan pensortiran. Pensortiran untuk linen
infeksius sangat tidak dianjurkan, penggunaan kantung sejak dari
ruangan adalah salah satu upaya menghindari sortir.
o Penimbangan sesuai dengan kapasitas dan kriteria dari point 2
dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan bahan-bahan kimia
dalam tahapan proses pencucian.
o Keluarkan linen infeksiusndari kantung luar dan masukkan
kantung luar tanpa membuka segel.
c. Pencucian
Pencucian mempunyai tujuan selain menghilangkan noda ( bersih). Awer
(tidak cepat rapuh), namun memenuhi persyaratan sehat (bebas dari
mikroorganisme patogen). Sebelum melakukan pencucian setiap harinya
lakukan pemanasan- desinfeksi untuk membunuh seluruh mikroorganisme
yang mungkin tumbuh dalam semalam dimesin-mesin cuci. Untuk dapat
mencapai tujuan pencucian, harus mengikuti persyaratan teknis pencucian:
o Waktu
Waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan temperatur
dan bahan kimia guna mencapai hasil cucian yang bersih, sehat.Jika
waktu tidak tercapai sesuai dengan yang di persyaratkan, maka kerja
bahan kimia tidak berhasil dan yang terpenting mikroorganisme dan
jenis pesta pests seperti kutu dan tungau dapat mati.

o Suhu
Suhu yang direkomendasikan untuk tekstil: Katun ≤ 90 ͦ c, Polykatun
≤ 80 ͦ c, Polyster ≥ 75 ◦ c, wool dan silk ≤ 30 ͦ c.Sedangkan suhu
terkait dengan pencampuran bahan kimia dan proses:
- Proses pra cuci dengan tanpa/bahan kimia dengan suhu
normal
- Proses cuci dengan bahan kimia alkali dan detergen untuk
linen warna putih 45-50 ◦ c, untuk linen warNA 60-80 ͦ C.
- Proses bleaching atau dilakukan desinfeksi 65◦ c atau 71ͦ c
- Proses bilas I dan II dengan suhu normal
- Proses penetralan dengan suhu normal
- Proses pelembut/pengkajian dengan suhu normal
o Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan terdiri dari: alkali, rmulsifer, detergen,
bleach ( chlorine bleach dan oksigen bleach), sour, softener dan starch.
Masing-masing mempunyai fungsi sendiri. Penangan linen infeksius
sipersyaratkan menggunakan baham kimia Chlorine formulasi 1% atau
10.000 ppm av.Cl2 ( untuk virus HIV & HBV ). Untuk Chlorine yang
dipasarkan untuk laundry biasanya memiliki bahan aktif 10% atau
100.000 ppm av Cl2
o Mechanicalaction
Mechanical action adalah putaran mesin pada saat proses
pencucian, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor :
- Loading/muatan tidak sesuai dengan kapasitas mesin. Mesin
harus dikosongkan 25% dari kapasitas mesin.
- Level air tidak tepat
Level air adalah jumlah air yang diperlukan sebagai pengencer
bahan kimia yang terdiri dari level : TINGGI = 50% dari kapasitas
drum; SEDANG = 32% dari kapasitas drum; dan RENDAH = 16,6
% dari kapasitas drum.
- Motor penggerak yang tidak stabil
Motor penggerak tidak stabil dapat disebabkan poros yang tidak
simetris lagi dan automatic reverse yang tidak bekerja.
- Takaran deterjen yang berlebihan
Takaran deterjen yang berlebihan mengakibatkan melicinkan
linen dan busa yang berlebihan akan menyebabkan sedikit
gesekan.
- Bahan kimia
Bahan kimia akan berfungsi dengan baik apabila 3 faktor
tersebut diatas berfungsi dengan baik. Menggunakan bahan
kimia berlebihan tidak akan membuat hasil menjadi lebih baik,
begitu juga bila terjadi kekurangan.
Proses pencucian linen.
Basic laundry :
o Flush yaitu proses pembasahan untuk melepaskan kotoran yang
mudah larut ( tanpa bahan kimia pembersih dan suhu rendah.
o Break yaitu pembasahan dengan menambahkan alkali untuk
melepaskan kotoran protei dalam air dengan suhu ruangan
o Prewash yaitu proses pencucian dengan menambahkan deterjen ,
alkali, dan emulsifer dengan suhu hangat.
o Main wash yaitu proses pencucian untuk melepaskan semua jenis
kotoran dengan air suhu tinggi agar deterjen bereaksi optimal.
o Bleach yaitu proses dengan menggunakan aktif klorin dalam air
suhu 60 C untuk melepaskan noda organik yang tidak bisa lepas
dengan cara diatas untuk jenis linen warna putih.
o Rinse yaitu proses membilas sisi-sisa reaksi kimia dengan
menggunakan air dingin dalam jumlah banyak dan diulang-ulang
o Intermediate extract yaitu pembilasan akhir dengan pemerasan
ringan.
o Final rinse yaitu proses menetralkan sisa-sisa bahan kimia
sebagai pembilasan akhir.
d. Pemerasan
Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap
pencucian selesai. Pemerasan dilakukan dengan mesin cuci yang juga
memiliki fungsi pemerasan /extractor. Namun jika mesin extractor
terpisah maka diperlukan troli untuk memindahkan hasil cucian
menuju mesin extractor. Proses pemerasan dilakukan dengan mesin pada
putaran tinggi selama sekitar 5-8 menit.
e. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering /drying yang mempunyai
suhu sampai 70UUC selama 10 menit. Pada suhu ini jika mikroorganisme
yang belum mati atau terjadi kontaminasi ulang diharapkan dapat mati.
f. Penyetrikaan
Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika besar dapat disetel
sampai dengan suhu sampai dengan 120UUC, namun harus diingat linen
mempunyai keterbatasan terhadap suhu sehingga suhu disetel 70- 80UUC.
g. Pelipatan
Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapihan juga mudah digunakan
pada saat penggantian linen dimana tempat tidur kosong atau saat pasien
di atas tempat tidur. Proses pelipatan sekaligus juga melakukan
pemantauan antara linen yang masih baik dan sudah rusak agar tidak
dipakai lagi.
h. Penyimpanan
Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindungi linen dari
kontaminasi ulang baik dari bahaya seperti mikroorganisme pest,juga
untuk mengontrol posisi linen tetap stabil.

i. Pendistribusian
Pendistribusian mempunyai aspek administrasi yang penting yaitu
pencatatan linen yang keluar. Disini diterapkan sistem FIFO yaitu linen
yang tersimpan sebelumnya yang mengendap di penyimpanan harus
dikeluarkan sedangkan yang selesai dicuci disiapkan untuk yang
berikutnya.
j. Penggantian linen rusak
Linen rusak dapat dikatagorikan :
o Umur linen yang sudah standard
o Human error termasuk dihilangkan
Jenis kerusakan ada yang dapat diperbaiki dan ada pula yang memang
harus mendapatkan penggantian.
BAB V
LOGISTIK

Pengadaan barang untuk kebutuhan pelayanan di laundry dimulai dari proses


perencanaan yang diajukan ke Bidang Penunjang baik berupa barang
menetap maupun bahan habis pakai ( BHP ). Untuk selanjutnya sistem
amprahan barang diadakan di gudang Farmasi dan di gudang Rumah Tangga
( RT ) sesuai dengan jenis barang yang dibutuhkan.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Salah satu dari enam sasaran keselamatan pasien adalah menurunkan


resiko infeksi nosokomial ( HAIs ). Ini berarti bahwa petugas Laundry
mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan
pada pasien yang dirawat di rumah sakit sehubungan dengan alat tenun/
linen yang digunakan. Tanggung jawab pasien safety di pelayanan Laundry
dimulai dari infrastruktur, lay out, fasilitas wastafel dan ruang ganti dan
fasilitas lainnya, harus ada kebijakan dan SPO, optimalisasi indikator mutu,
pencatatan dan dokumentasi setiap proses ( penerimaan linen kotor,
pencucian, pengeringan, penyetrikaan, pelipatan, penyimpanan dan
distribusi )
BAB VII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

A. Kesehatan Kerja
Upaya kesehatan kerja menurut UU No.23 tahun 1992 tentang
kesehatan khususnya pasal 23 tentang kesehatan kerja menyatakan
bahwa kesehatan kerja harus diselenggarakan di semua tempat kerja
,khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan,
mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan lebih dari
sepuluh.
1. Potensi bahaya pada instalasi pencucian
a. Bahaya mikrobiologi
Bahaya mikrobiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh mikroorganisme hidup seperti
bakteri,virus, ricketsia, parasit dan jamur. Mikroorganisme
tersebut adalah : mycobacterium TBC, virus hepatitis B, virus
HIV. Pencegahan : penanganan linen sesuai SPO dan penggunaan
APD yang tepat.
b. Bahaya bahan kimia
Sebagian besar dari bahaya di instalasi pencucian diakibatkan oleh
zat kimia seperti deterjen,desinfektan, zat pemutih dll. Penanganan
bahaya tersebut mengikuti / sesuai dengan petunjuk MSDS (
Material Safety Data Sheet ) produk.
c. Bahaya fisika: karena bising, debu, cahaya, listrik, panas,
getaran. Pencegahan : bekerja sesuai SPO dan pemakaian APD
yang tepat
d. Ergonomi ; mengangkat beban/barang yang berat. Pencegahan:
mengangkat beban tidak berlebihan ( setengah dari berat badan
pengangkat dan beban harus dibagi 2 ), mengangkat dengan teknik
yang benar.
e. Bahaya Psikososial ; akibat pekerjaan di rumah sakit. Misalnya
stress. Pencegahan : jaga kebugaran fisik, kegiatan-kegiatan
yang menimbulkan rasa menyenangkan sepertimakan bersama
dll.
B. Keselamatan kerja.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Beberapa
bahaya potensial untuk terjadinya kecelakaan kerja di Instalasi
laundry:
1. Kebakaran
Kebakaran terjadi apabila terdapat tiga unsur bersama-sama
secara seimbang yaitu: zat asam, bahan yang mudah terbakar, dan
panas. Bahan yang mudah terbakar misalnya bahan yang ada pada
mesin cuci.
Pengendalian:
- Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang
mudah terbakar.
- Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
dilakukan secara terus menerus.
- Ada jalan untuk menyelamatkan diri (jalur evakuasi).
- Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran
misalnya APAR.
2. Terpeleset/terjatuh
Penanggulangan:
- Konstruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari
bahan yang tidak licin.
- Pekerja jangan memakai sepatu dengan hak tinggi,sol yang
rusak atau memakai tali sepatu yang longgar.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu pelayanan laundry dilaksanakan melalui monitoring


dan evaluasi.
A. Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati
pelayanan dan cakupan program pelayanan seawal mungkin, untuk
dapat menemukan dan selanjutnya memperbaiki masalah dalam
pelaksanaan program.
Tujuan monitoring adalah:
1. Untuk mengadakan perbaikkan, perubahan orientasi atau
disain dari sistem pelayanan ( bila perlu)
2. Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan
yang dilaksanakan di lapangan, sesuai dengan temuan-
temuandilapangan.
3. Hasil analisis dari monitoring digunakan untukperbaikkan
dalam pemberian pelayanan di rumah sakit. Monitoring
sebaiknya dilakukan sesuai keperluan dan dipergunakan
segera untuk perbaikan program.
Khusus dalam pelayanan linen di rumah sakit monitoring hendaknya
dilakukan secara teratur/kontinu.

Aspek-aspek yang di monitor mencakup:

1. Sarana, prasarana, peralatan


2. Standar/pedoman pelayanan linen, SOP, Kebijakan-kebijakan
direktur rumah sakit, visi, misi dan motto rumah sakit, dan lain- lain.
3. Pengamatan dengan penglihatan pada linen, yaitu warna yang
kusam, pudar, tidak cerah/ putih tua atau keabu-abuan
menggambarkan usia pakai. Terdapat bayangan dari barang yang
dibungkusnya, menunjukkan linen sudah menipis.
4. Dari perabaan bila ditarik terjadi perobekan/lapuk.
5. Apabila ada penandaan tahun pengadaan/penggunaan, tinggal
menghitung umur lamanya, sehingga bisa dihitung frekwensi
pencuciannya. Biasanya setelah mengalami pencucian 90 kali linen
tersebut sudah harus dihapus( tidak layak pakai), itupun
tergantung kualitas bahan. Ada bahan yang sampai 120 kali
pencucian masih tetap baik dan layak pakai.
Kelayakan pakai dan sisi infeksi dilakukan melalui uji kuman secara
insidentil bila dijumpai banyak terjadi infeksi disatu unit rawat inap
atau lebih. Contoh diambil untuk dilakukan swab dari kulit untuk
kultur, sementara menunggu hasil kultur, monitoring prosedur
pencucian ditingkatkan.

B. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap proses akhir seperti
pada tahap pencucian, pengeringan dan sebagainya, juga evaluasi
secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kinerja dari
pengelolaan linen di rumah sakit.
Tujuan dari evaluasi antara lain:
1. Meningkatkan kinerja pengelolaan linen di rumah sakit.
2. Sebagai acuan/masukan dalam perencanaan pengadaan
linen, bahan kimia pembersihan sarana dan prasarana
kamar cuci.
3. Sebagai acuan dalam perencanaan system pemeliharaan
mesin-mesin.
4. Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuandan
ke\trampilan sumber daya manusia.
Salah satu cara yang mudah untuk melaksanakan evaluasi
adalah dengan menyebarkan kuesioner ke unit kerja
pemakai linen secara berkala setiap semester atau minimal
setip satu tahun sekali. Sebagai responden diambil dua atau
tiga jenis petugas dilihat dari fungsinya, misalnya kepala
bangsal/ ruangan, perawat pelaksana dan pekarya.

Materi yang dievaluasi sesuai dengan tujuan yaitu antara


lain:

1. Kuantitas dan kualitas linen


a. Kuantitas linen
Kuantitas/ jumlah linen yang beredar diruangan sangat
menentukan kualitas pelayanan, demikian pula linen yang
berputar di ruangan yang diam akan mengakibatkan linen
yang satu cepat rusak dan linen yang lainnya terlihat belum
digunakan.
Hal-hal seperti ini dapat mengganggu pada saat penggantian
linen berikutnya maupun jika linen tersebut hendak diturunkan
kelasnya. Untuk itu perlu adanya monitoring ke ruangan-
ruangan dengan frekuensi minimal 3 ( tiga) bulan sekali atau
setiap kali ada pencatatan di buku yang tidak mengindahkan
psinsip FIFO.
b. Kualitas Linen
Kualitas yang diutamakan dari linen adalah bersih( fisik linen),
awet ( tidak rapuh) dan sehat ( bebas dari mikroorganisme
patogen).
Frekuensi :
 Untuk monitoring bersih dapat dilakukan dengan
memanfaatkan panca indra secara fisik mulai dari bau
(harum dan bebas dari bau yang tidak sedap), rasa
(lembut di kulit) dan skala noda. Dilakukan pada tahap
sortir di dalam perputaran pencucian. Jika terdapat
kekurangan dari tiga aspek tersebut, maka perlu ada
pencucian ulang sesuai dengan permasalahan masing-
masing.
 Awet (tidak rapuh) dapat dilakukan dengan
mengendalikan penggunaan formulasi bahan kimia
yang serendah mungkin tanpa mengabaikan hasil.
Substitusi penggunaan bahan kimia yang mempunyai
sifat melapukan seperti phenol. Frekuensi dapat
dilakukan setiap perputaran waktu standar linen
ditetapkan misalnya 200 kali pencucian.
 Sehat (bebas mikroorganisme patogen) dilakukan dengan
pemeriksaan linen bersih melalui pemeriksaan angka
kuman dilaboratorium untuk mengetahui adanya
mikroorganisme patogen ataupun
mikroorganisme non-patogen dalam jumlah yang banyak
( rekontaminasi).
2. Bahan Kimia
a. Fisik dan karakteristik bahan kimia
Fisik dan karakteristik bahan kimia dapat berupa
warna, butiran serta bau yang khas dari bahan kimia.
Penjelasan spesifikasi bahan kimia pada awal pembelian
menjadi penting serta melihat pembanding bahan kimia
dari produk bahan kimia lainnya akan sangat membantu
dalam memonitor kualitas bahan kimia yang dikirim pihak
rekanan, Untuk menjaga kualitas selalu dilakukan
monitoring setiap bahan kimia akan digunakan.
b. Ph ( Power Hidrogen) dan persentase pH dan bahan aktif
seperti yang dipersyaratkan dalam LDP (Lembar Data
Pengaman) atau MSDSs. Informasi Ph penting dalam
mengetahui kualitas bahan kimia yang akan digunakan
apakah mengalami perubahan pada saat penyimpanan
dan penggunaan. Frekuensi
pemeriksaan dilakukan pada awal penggunaan,
pertengahan akhir.
3. Baku Mutu Air Bersih
a. Persyaratan Permenkes 416
Persyaratan dasar air yang digunakan adalah standar
air bersih. Depkes (Permenkes 416) yaitu dilakukan
monitoring sedikitnya 6 bulan sekali.
b. Persyaratan khusus kandungan besi dan garam-garam
Perlu dilakukan pemeriksaan awal untuk mengetahui
adanya dua polutan pengganggu tersebut. Jika standar
yang diinginkan tidak dipenuhi, maka harusdilakukan
usaha untuk menurunkan tingkat polutan di air yang
akan digunakan. Sebaiknya sama dilakukaBn setiap 6
bulan sekali.
4. Baku Mutu Limbah Cair
Berdasarkan PP No. 85 tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun,
dengan lampiran dikategorikan sebagai limbah B3:
Kode Limbah : D 239
Jenis kegiatan : Laundry dan Dry Cleaning
Kode kegiatan : 9301
Sumber Pencemaran: Proses cleaning dan degreasing
yang memakai pelarut organik kuat dan pelarut
kostik.
Asal/uraian ilmiah: Pelarut bekas; larutan kostik
bekas; sludge proses cleaning dan degreasing.
Pencemaran Utama : Pelarut organik, hidrokarbon
terhalogenasi; lemak dan gemuk.
Dengan demikian limbah laundry dan dry cleaning
harus dikelola sesuai dengan Standar Baku Mutu
sesuai dengan tingkat pencemar yang dimaksud,
namun PermenLH No.58 tahun 1995 tidak/belum
mengakomodir untuk limbah cair laundry dan dry
cleaning rumah sakit.
Polutan yang mencemari: phospat, senyawa aktif biru
metilen dan sulfat.
Frekuensi pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan
sekali. Hasil evaluasi diberikan kepada penanggung
jawab dan pengelola pelayanan linen di rumah sakit dan
umpan balik yang diberikan dapat menjadi bahan
laporan dan pertimbangan dalam pembuatan
perencanaan sesuai tujuan evaluasi.
BAB IX

PENUTUP

Undang-undang Nomer 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen


menjadi tantangan yang harus diantisipasi para praktisi pelayanan kesehatan
, selain itu kita dituntut memberikan pelayanan yang profesional dengan
diberlakukannya undang-undang tentang praktek kedokteran yang ditujukan
bagi kepastian hukum baik bagi penerima pelayanan kesehatan maupun
pemberi pelayanan kesehatan.
Kejadian infeksi nosokomial ( HAIS ) adalah infeksi yang didapat atau timbul
waktu pasien dirawat dirumah sakit. Bagi pasien yang dirumah sakit , infeksi
nosokomial merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung
maupun tidak langsung terhadap kematian pasien. Beberapa kejadian infeksi
nosokomial mungkin tidak menyebabkan kematian pasien namun menyebabkan
pasien menyebabkan pasien dirawat lebih lama di rumah sakit, ini berarti pasien
membayar lebih mahal dan dalam kondisi tidak produktif, disamping juga pihak
rumah sakit akan mengeluarkan biaya lebih besar. Pencegahan dan pengendalian
infeksi dirumah sakit merupakan suatu kejadian yang sangat penting dan salah satu
faktor yang mendukung untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan erat
kaitannya dengan citra rumah sakit. Oleh sebab itu pencegahan dan pengendalian
infeksi perlu diperhatikan. Salah satu upaya untuk mencegah kejadian infeksi
nosokomial adalah dengan melaksanakan pelayanan laundry yang baik dan sesuai
standar. Tanggung jawab untuk melaksanakan pelayanan tersebut adalah
menjadi tanggungjawab semua petugas di laundry.

DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA
KOTA DENPASAR

DR. ANAK AGUNG MADE WIDIASA, SP.,MARS


PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 19701002 200012 1 005

Anda mungkin juga menyukai