PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYAKOTA DENPASAR
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
WANGAYA KOTA DENPASAR TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN INSTALASI BEDAH SENTRAL PADA RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA KOTA DENPASAR
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Rumah sakit adalah Rumah Sakit Umum DaerahWangaya
Kota Denpasar
2. Instalasi Binatu atau Laundry merupakan pelayanan yang
diberikan kepada unit-unit yang membutuhkan linen
bersih yang dipergunakan untuk melakukan perawatan
pasien yang kegiatannya mulai dari prosesperencanaan,
pengadaan, pencucian/dekontaminasi, pengemasan,
penyimpanan, pendistribusian, serta memberikan
jaminan mutu kebersihannya
Pasal 2
Pedoman Pelayanan Instalasi Binatu bertujuan untuk
memberikan acuan bagi Rumah Sakit dalam
menyelenggarakan pelayanan secara optimal, efektif, efisien,
terpadu, dan berkesinambungan bagi Pasien
Pasal 3
Ruang lingkup Pedoman Pelayanan Instalasi Binatu meliputi
:
1. Pendahuluan
2. Standar Ketenagaan
3. Standar Fasilitas
4. Tatalaksana Pelayanan
5. Logistik
6. Keselamatan Pasien
7. Keselamatan Kerja
8. Pengendalian Mutu
BAB II
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 4
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pedoman Pelayanan Instalasi
Bedah Sentral Pada Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota
Denpasar tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur ini
BAB III
Pasal 5
Pada saat Peraturan Direktur ini mulai berlaku, Keputusan
Direktur Nomor 188.45/233/RSUDW/2018 tentang
Penetapan Kebijakan Pelayanan Instalasi Binatu Pada Rumah
Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku
Pasal 6
Peraturan Direktur ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan
Ditetapkan di Denpasar
Pada tanggal, 4 Juli 2022
DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA
KOTA DENPASAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen di rumah sakit.
Khusus
1. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen di rumah
sakit.
2. Memutuskan mata rantai penyebaran kuman di lingkungan
rumah sakit.
3. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil pencucian terhadap
produk yang dihasilkan
C. Fungsi laundry
1. Menyediakan kebutuhan linen seperti seprai, sarung bantal,
selimut, baju operasi, handuk dll disemua bagian rumah sakit.
2. Menyelenggarakan pemrosesan linen dari penerima linen,
pemeliharaan linen, pemilahan, pencucian, pengeringan,
penyetrikaan, pelipatan, penyimpanan dan pendistribusian linen
sesuai standar yang berlaku di rumah sakit.
3. Memberikan kontribusi dalam pengembangan pelayanan mutu di
rumah sakit yang terkait dengan pengendalian infeksi.
D. Ruang Lingkup
1. Penerimaan linen di ruangan
2. Penerimaan linen di Instalasi Laundry
3. Pemrosesan linen
4. Penyimpanan Linen
5. Pendistribusian
E. Batasan Operasional
1. Linen adalah merupakan bahan dari perlengkapan di ruang
perawatan sepertti seprai, selimut, sarung bantal, baju operasi,
segala jenis duk, baju operasi, jas operasi, mitella, taplak meja dll.
2. Linen kotor merupakan perlengkapan linen diruang perawatan
yang telah dipakai dalam jangka waktu tertentu sesuai standar yang
berlaku atau terkontaminasi oleh noda seperti feces, urin, darah
atau cairan tubuh lainnya.
3. Dekontaminasi suatu teknik pelaksanaan menghilangkan noda
yang melekat pada linen atau suatu pemrosesan linen dari kotor
menjadi beraih.
4. Pencucian Pemrosesan linen dari yang dikatagorikan kotor
menjadi bersih dengan memakai ditergen dimana pemrosesan
pencucian bisa dilakukan dengan manual atau memakai mesin cuci.
5. Ditergen suatu bahan yang memiliki sifat yang mirip dengan
desinfektan yaitu membunuh atau melemahkan kuman dan
dipakaidalam proses dekontaminasi atau pencucian.
6. Pembilasan. Pembilasan dilakukan untuk membersihkan secara
total kotoran maupun atau pewangi, busa yang melekatdilinen
benar-benar bersih dari kotoran atau busa dan kemudian
diberikan pelembut.
7. Pemerasan. Pemerasan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang
ada dilinen menjadi kering kurang lebih 80% hingga 90%
tergantung linenya
8. Pengeringan. Proses Pengeringan ini dilakukan untuk menjadikan
linen benar-benar kering dengan kondisi 100%. Pengeringan
dilakukan dengan mesin pengering/ drying, pada proses ini
mikroorganisme yang belum mati atau terjadi kontaminasi ulang
diharapkan dapat mati.
9. Penyetrikaan Suatu alat pemanas yang dipakai untuk merapikan
dan mengencangkan hasil cucian serta memiliki fungsi untuk
membunuh dan melemahkan kuman-kuman penyakit.
10. Penyimpanan linen disimpan didalam lemari tertutup sesuai
dengan jenis linen suhu 22-27 ͦ C dan kelembaban 45-75%
11. Pendistribusian . Pendistribusian linen bersih dibawa
dengan menggunakan troly tertutup untuk mencegah kontaminasi
dalam perjalanan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
STANDAR FASILITAS
c. Prasarana uap.
Prasarana uap pada instalasi laundry digunakan pada proses
pencucian, pengeringan dan setrika., yakni penggunaan uap
panas dengan tekanan uap minimum 5 kg/cm2. Kwalitas uap yang
baik adalahdengan fraksi kekeringan minimum 70%( pada skala 0-
100%) dan temperatur ideal 70 C.
3. Peralatan
Peralatan pada instalasi laundry antara lain:
a. Mesin cuci / Washing Machine
b. Mesin Peras/ Extractor Machine
c. Mesin Pengering/Drying Thumbler
d. Mesin Penyeterika/ Flatwork Ironer
e. Mesin Penyerika press/ Presser ironer
f. Mesin jahit/Sewing Machine
Pemeliharaan ringan peralatan pencucian terdiri dari :
- Pembersihan peralatan sebelum dan sesudah pemakaian dilakukan
setiap haridengan menggunakan lap basah dicampur dengan bahan
kimia MCP ( Multi Purpose Cleaner ) dan dikeringkan dengan lap
kering.
- Pemeriksaan bagian-bagian yang bergerak dilakukan setiap satu
bulan sekali yaitu pada BEARING, engsel pintu alat atau roda
yang berputar. Berilah minyak pelumas atau fat/gemuk.
Penggantian fat/gemuk secara total disarankan dua tahun
sekali.
- Pemeriksaan V-BELT dilakukan setiap satu bulan yakani
secara visual dengan melihat keretakan lempang V-BELT, dan
dengan perabaan untuk menilai kehalusan V-BELT dan
ketegangannya (kelenturannya), toleransi pengukuran 0,2-0,5
mm. Jika sudah melebihi atau sudah tidak memenuhi syarat V-
BELT tersebut harus segera diganti.
BAB III
TATA LAKSANA
C. Penatalaksanaan linen
Penanganan linen dibedakan menurut lokasi dan kemungkinan tranmisi
organisme berpindah :
1. Penanganan linen di ruangan :
- Segera setelah dilepas dari tempat tidur, pisahkan linen
infeksius dengan linen non infeksius.
- Linen infeksius masukkan ke kantong warna kuning
- Linen non infeksius masukkan ke tempat linen kotor
- Tidak melakukan dekontaminasi di ruangan
- Gunakan alat pelindung diri sesuai indikasi
- Tidak meletakkan linen di lantai
- Tidak menyeret linen di lantai
- Tidak meletakkan linen kotor di atas kursi dan meja pasien
- Tidak mengibaskan linen kotor
- Pisahkan penyimpanan linen bersih dari linen kotor
2. Transportasi linen
Pengiriman linen kotor ke ruangan
- Pisahkan troli linen kotor dengan linen bersih
- Pisahkan wadah linen infeksius dan non infeksius
- Bersihkan troli sebelum digunakan kembali
- Bila troli pakai pengalas/sarung segera dicuci setelah linen
kotor diturunkan
- Petugas ruangan tidak boleh masuk ke ruangan linen bersih
- Linen kotor di laundry harus dibedakanantara linen infeksius
dan non infeksius
- Petugas penerimaan laundry melakukan pencatatan jumlah
linen
3. Penanganan linen di laundry
Alur Sentralisasi Laundry RSUD Wangaya:
Pelipatan :
Penyimpanan Sortir Linen
Penyetrikaan Bersih
Dan Distribusi Pengumpulan
Sesuai jenis
o Suhu
Suhu yang direkomendasikan untuk tekstil: Katun ≤ 90 ͦ c, Polykatun
≤ 80 ͦ c, Polyster ≥ 75 ◦ c, wool dan silk ≤ 30 ͦ c.Sedangkan suhu
terkait dengan pencampuran bahan kimia dan proses:
- Proses pra cuci dengan tanpa/bahan kimia dengan suhu
normal
- Proses cuci dengan bahan kimia alkali dan detergen untuk
linen warna putih 45-50 ◦ c, untuk linen warNA 60-80 ͦ C.
- Proses bleaching atau dilakukan desinfeksi 65◦ c atau 71ͦ c
- Proses bilas I dan II dengan suhu normal
- Proses penetralan dengan suhu normal
- Proses pelembut/pengkajian dengan suhu normal
o Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan terdiri dari: alkali, rmulsifer, detergen,
bleach ( chlorine bleach dan oksigen bleach), sour, softener dan starch.
Masing-masing mempunyai fungsi sendiri. Penangan linen infeksius
sipersyaratkan menggunakan baham kimia Chlorine formulasi 1% atau
10.000 ppm av.Cl2 ( untuk virus HIV & HBV ). Untuk Chlorine yang
dipasarkan untuk laundry biasanya memiliki bahan aktif 10% atau
100.000 ppm av Cl2
o Mechanicalaction
Mechanical action adalah putaran mesin pada saat proses
pencucian, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor :
- Loading/muatan tidak sesuai dengan kapasitas mesin. Mesin
harus dikosongkan 25% dari kapasitas mesin.
- Level air tidak tepat
Level air adalah jumlah air yang diperlukan sebagai pengencer
bahan kimia yang terdiri dari level : TINGGI = 50% dari kapasitas
drum; SEDANG = 32% dari kapasitas drum; dan RENDAH = 16,6
% dari kapasitas drum.
- Motor penggerak yang tidak stabil
Motor penggerak tidak stabil dapat disebabkan poros yang tidak
simetris lagi dan automatic reverse yang tidak bekerja.
- Takaran deterjen yang berlebihan
Takaran deterjen yang berlebihan mengakibatkan melicinkan
linen dan busa yang berlebihan akan menyebabkan sedikit
gesekan.
- Bahan kimia
Bahan kimia akan berfungsi dengan baik apabila 3 faktor
tersebut diatas berfungsi dengan baik. Menggunakan bahan
kimia berlebihan tidak akan membuat hasil menjadi lebih baik,
begitu juga bila terjadi kekurangan.
Proses pencucian linen.
Basic laundry :
o Flush yaitu proses pembasahan untuk melepaskan kotoran yang
mudah larut ( tanpa bahan kimia pembersih dan suhu rendah.
o Break yaitu pembasahan dengan menambahkan alkali untuk
melepaskan kotoran protei dalam air dengan suhu ruangan
o Prewash yaitu proses pencucian dengan menambahkan deterjen ,
alkali, dan emulsifer dengan suhu hangat.
o Main wash yaitu proses pencucian untuk melepaskan semua jenis
kotoran dengan air suhu tinggi agar deterjen bereaksi optimal.
o Bleach yaitu proses dengan menggunakan aktif klorin dalam air
suhu 60 C untuk melepaskan noda organik yang tidak bisa lepas
dengan cara diatas untuk jenis linen warna putih.
o Rinse yaitu proses membilas sisi-sisa reaksi kimia dengan
menggunakan air dingin dalam jumlah banyak dan diulang-ulang
o Intermediate extract yaitu pembilasan akhir dengan pemerasan
ringan.
o Final rinse yaitu proses menetralkan sisa-sisa bahan kimia
sebagai pembilasan akhir.
d. Pemerasan
Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap
pencucian selesai. Pemerasan dilakukan dengan mesin cuci yang juga
memiliki fungsi pemerasan /extractor. Namun jika mesin extractor
terpisah maka diperlukan troli untuk memindahkan hasil cucian
menuju mesin extractor. Proses pemerasan dilakukan dengan mesin pada
putaran tinggi selama sekitar 5-8 menit.
e. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering /drying yang mempunyai
suhu sampai 70UUC selama 10 menit. Pada suhu ini jika mikroorganisme
yang belum mati atau terjadi kontaminasi ulang diharapkan dapat mati.
f. Penyetrikaan
Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika besar dapat disetel
sampai dengan suhu sampai dengan 120UUC, namun harus diingat linen
mempunyai keterbatasan terhadap suhu sehingga suhu disetel 70- 80UUC.
g. Pelipatan
Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapihan juga mudah digunakan
pada saat penggantian linen dimana tempat tidur kosong atau saat pasien
di atas tempat tidur. Proses pelipatan sekaligus juga melakukan
pemantauan antara linen yang masih baik dan sudah rusak agar tidak
dipakai lagi.
h. Penyimpanan
Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindungi linen dari
kontaminasi ulang baik dari bahaya seperti mikroorganisme pest,juga
untuk mengontrol posisi linen tetap stabil.
i. Pendistribusian
Pendistribusian mempunyai aspek administrasi yang penting yaitu
pencatatan linen yang keluar. Disini diterapkan sistem FIFO yaitu linen
yang tersimpan sebelumnya yang mengendap di penyimpanan harus
dikeluarkan sedangkan yang selesai dicuci disiapkan untuk yang
berikutnya.
j. Penggantian linen rusak
Linen rusak dapat dikatagorikan :
o Umur linen yang sudah standard
o Human error termasuk dihilangkan
Jenis kerusakan ada yang dapat diperbaiki dan ada pula yang memang
harus mendapatkan penggantian.
BAB V
LOGISTIK
A. Kesehatan Kerja
Upaya kesehatan kerja menurut UU No.23 tahun 1992 tentang
kesehatan khususnya pasal 23 tentang kesehatan kerja menyatakan
bahwa kesehatan kerja harus diselenggarakan di semua tempat kerja
,khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan,
mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan lebih dari
sepuluh.
1. Potensi bahaya pada instalasi pencucian
a. Bahaya mikrobiologi
Bahaya mikrobiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh mikroorganisme hidup seperti
bakteri,virus, ricketsia, parasit dan jamur. Mikroorganisme
tersebut adalah : mycobacterium TBC, virus hepatitis B, virus
HIV. Pencegahan : penanganan linen sesuai SPO dan penggunaan
APD yang tepat.
b. Bahaya bahan kimia
Sebagian besar dari bahaya di instalasi pencucian diakibatkan oleh
zat kimia seperti deterjen,desinfektan, zat pemutih dll. Penanganan
bahaya tersebut mengikuti / sesuai dengan petunjuk MSDS (
Material Safety Data Sheet ) produk.
c. Bahaya fisika: karena bising, debu, cahaya, listrik, panas,
getaran. Pencegahan : bekerja sesuai SPO dan pemakaian APD
yang tepat
d. Ergonomi ; mengangkat beban/barang yang berat. Pencegahan:
mengangkat beban tidak berlebihan ( setengah dari berat badan
pengangkat dan beban harus dibagi 2 ), mengangkat dengan teknik
yang benar.
e. Bahaya Psikososial ; akibat pekerjaan di rumah sakit. Misalnya
stress. Pencegahan : jaga kebugaran fisik, kegiatan-kegiatan
yang menimbulkan rasa menyenangkan sepertimakan bersama
dll.
B. Keselamatan kerja.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Beberapa
bahaya potensial untuk terjadinya kecelakaan kerja di Instalasi
laundry:
1. Kebakaran
Kebakaran terjadi apabila terdapat tiga unsur bersama-sama
secara seimbang yaitu: zat asam, bahan yang mudah terbakar, dan
panas. Bahan yang mudah terbakar misalnya bahan yang ada pada
mesin cuci.
Pengendalian:
- Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang
mudah terbakar.
- Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
dilakukan secara terus menerus.
- Ada jalan untuk menyelamatkan diri (jalur evakuasi).
- Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran
misalnya APAR.
2. Terpeleset/terjatuh
Penanggulangan:
- Konstruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari
bahan yang tidak licin.
- Pekerja jangan memakai sepatu dengan hak tinggi,sol yang
rusak atau memakai tali sepatu yang longgar.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
B. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap proses akhir seperti
pada tahap pencucian, pengeringan dan sebagainya, juga evaluasi
secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kinerja dari
pengelolaan linen di rumah sakit.
Tujuan dari evaluasi antara lain:
1. Meningkatkan kinerja pengelolaan linen di rumah sakit.
2. Sebagai acuan/masukan dalam perencanaan pengadaan
linen, bahan kimia pembersihan sarana dan prasarana
kamar cuci.
3. Sebagai acuan dalam perencanaan system pemeliharaan
mesin-mesin.
4. Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuandan
ke\trampilan sumber daya manusia.
Salah satu cara yang mudah untuk melaksanakan evaluasi
adalah dengan menyebarkan kuesioner ke unit kerja
pemakai linen secara berkala setiap semester atau minimal
setip satu tahun sekali. Sebagai responden diambil dua atau
tiga jenis petugas dilihat dari fungsinya, misalnya kepala
bangsal/ ruangan, perawat pelaksana dan pekarya.
PENUTUP
DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA
KOTA DENPASAR