Anda di halaman 1dari 18

PEMERINTAH KOTA PALU

DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ANUTAPURA
Jalan Kangkung Nomor 1 Palu, Kode Pos : 94226
Telpon/Faksimile(0451) 460570, 461567
Website :rsap.palukota.go.id, Email: rsu_anutapurapalu@yahoo.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ANUTAPURA PALU
NOMOR :

TENTANG
PEDOMAN PENANGANAN DESINFEKSI TINGKAT TINGGI
CENTRAL STERILLE SUPPLY DEPARTMENT (CSSD)
PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ANUTAPURA PALU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ANUTAPURA PALU

Menimbang : a. bahwa salah satu upaya mendukung peningkatan


mutu pelayanan kesehatan yang prima dan profesional,
khususnya dalam pencegahan dan pengendalian
infeksi di Rumah Sakit Umum Daerah Anutapura Palu
diperlukan suatu pedoman;
b. bahwa pelaksanaan program pencegahan dan
pengendalian infeksi di Rumah Sakit Umum Daerah
Anutapura melibatkan unit-unit terkait., yaitu:
Laundry, Sanitasi, Gizi, Laboratorium, Radiologi,
Farmasi, IPSRS, Medical Record, IRNA, IRJA, CSSD,
IGD dan Pemulasaran Jenazah;
c. bahwa untuk menunjang terlaksananya pelayanan
CSSD yang baik diperlukan sarana dan prasarana yang
mendukung serta ditunjang dengan sumber daya
manusia yang mempunyai kemampuan untuk
mengelola baik dalam perencanaan, keputusan dalam
melakukan prosedur maupun dalam meningkatkan
mutu pelayanan, untuk itu diperlukan adanya
pelatihan secara berkala;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang
dimaksud huruf a, huruf b dan huruf c maka perlu
menetapkan Keputusan Direktur tentang Pedoman
Penanganan Desinfesksi Tingkat Tinggi CSSD Rumah
Sakit Umum Daerah Anutapura Palu tahun 2023;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
1994 tentang pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat
II Palu, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1994 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3555);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3821);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 Tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3681);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman
Manajerial PPI di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1333/ Menkes/ Per/ XII/ 1999 Tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit;
10. Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 6 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Tekhnis
Daerah Kota Palu (Lembaran Daerah Kota Palu Nomor
6 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Daerah Kota Palu
Nomor 6);

MEMUTUSKAN
Menetapkan : Pedoman Penanganan Desinfeksi Tingkat Tinggi Central
Sterille Supply Departement (CSSD) Pada Rumah Sakit
Umum Daerah Anutapura Palu tahun 2023.
KESATU : Pedoman Penanganan Desinfeksi Tingkat Tinggi CSSD
Rumah Sakit Umum Daerah Anutapura Palu sebagaimana
tercantum dalam lampiran dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari keputusan ini.
KEDUA : Pembinaan dan Pengawasan Pedoman Penanganan
Desinfesksi Tingkat Tinggi Rumah Sakit Umum Daerah
Anutapura Palu dilaksanakan oleh bidang penunjang non
medik melalui CSSD Rumah Sakit Umum Daerah
Anutapura Palu.
KETIGA : Keputusan ini dibuat untuk di laksanakan dengan penuh
tanggung jawab.
KEEMPAT : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya keputusan
ini, dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Rumah Sakit Umum Daerah Anutapura Palu.
KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di: Palu


Pada tanggal :

DIREKTUR,

MARIA ROSA DA LIMA RUPA


LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH ANUTAPURA PALU
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG : PEDOMAN PENANGANAN DESINFEKSI
TINGKAT TINGGI CSSD PADA RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH ANUTAPURA
PALU

BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Instalasi Pusat Sterilisasi adalah unit pelayanan non struktural yang
berfungsi memberikan pelayanan sterilisasi yang sesuai standar/ pedoman
dan memenuhi kebutuhan barang steril di rumah sakit. Instalasi Pusat
Sterilisasi dipimpin oleh seoramg kepala yang diangkat dan diberhentikan
oleh pimpinan rumah sakit. Kepala Instalasai Pusat Sterilisasi dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga-tenaga fungsional dan atau
non medis.
Instalasi CSSD (Central Supply Department) yaitu suatu Instalasi di
rumah sakit yang menjadi koordinator dari suatu sistem kerja supply dan
alat alat steril. Secara ideal, CSSD adalah satu instalasi yang independen
dengan fasilitas untuk menerima, mendesinfeksi, membersihkan,
mengemas, mensterilkan, menyimpan dan mendistribusikan alat-alat (baik
yang dapat dipakai berulang kali dan alat sekali pakai), sesuai dengan
standar prosedur.

Dengan CSSD independent yang terpisah, kita dapat menghemat


pengeluaran pembelian alat sterilisasi dengan memusatan alat-alat di satu
departemen. Hal ini juga memastikan bahwa proses steril akan diawasi oleh
petugas khusus dan berjalan sesuai dengan standar prosedur operasi
(SOP).

CSSD di satu rumah sakit mencerminkan satu layanan berkualitas


yang langka. Bertambahnya jumlah penderita yang mengalami infeksi di
rumah sakit (nosocomial infection), telah membuka mata akan pentingnya
CSSD. Jika CSSD tidak ada, maka ada kemungkinan peningkatan
terjadinya infeksi nosocomial. Kemungkinan terjadinya infeksi nosocomial
yang menyebabkan peningkatan angka kematian, peningkatan jangka
waktu rawat inap dan pengeluaran dapat diturunkan dengan membangun
CSSD yang baik.
Instalasi CSSD di Rumah Sakit Anutapura Pau melayani semua unit
di rumah sakit yang membutuhkan alat-alat maupun bahan steril dan
dalam melaksanakan tugas sehari-hari CSSD selalu berhubungan dengan
ruangan-ruangan di bawah ini:

1. Laundry
2. Instalasi pemeliharaan sarana
3. Instalasi Farmasi
4. Sanitasi
5. Pelengkapan/logistik
6. Rawat Inap, Rawat Jalan, IGD, OK dll.

B. TUJUAN
Umum untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan
bahan guna menekan kejiadian infeksi di rumah sakit khusunya pada
desinfeksi tingkat tinggi pada Instalasi CSSD.
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup penanganan alat-alat desinfeksi tingkat tinggi :

1. Penerimaan alat-alat infeksius dari ruangan

2. Melakukan dekontaminasi dan pencucian alat

3. Pengemasan dan pembelian tanda

4. Proses sterilisasi

5. Penyimpanan alat-alat steril di ruangan khusus penyimpanan

6. Distribusi alat-alat ke ruangan


BAB III
TATA LAKSANA

A. TAHAP-TAHAP STERILISASI ALAT/ BAHAN MEDIK

1. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan
benda-benda yang mungkin terkontami nasi oleh mikroba yang berbahaya
bagi kehidupan, sehingga aman untuk proses-proses selanjutnya. Tujuan
dari proses dekontaminasi ini adalah untuk melindungi pekerja yang
bersentuhan langsung dengan alat-alat kesehatan yang sudah melalui
proses dekontaminasi tersebut , dari penyakit-penyakit yang dapat
disebabkan oleh mikroorganisme pada alat-alat kesehatan tersebut.

Menangani, Mengumpulkan dan Transportasi Benda-benda Kotor

Peratatan dan alat-alat kesehatan pakai ulang yang sudah


terkontaminasi, harus ditangani, dikumpulkan dan dibawa ke ruang
dekontaminasi sedemikian rupa sehingga menghindari kontaminasi
terhadap pasien,pekerja,dan fasilitas lainnya.
Oleh karena hal ini harus ditetapkan sehingga:
- Peralatan pakai ulang dipisahkan dari limbah I buangan di tempat
pemakaian oleh pekerja yang mengetahui potensi terjadinya infeksi
dari benda-benda tersebut.
- Benda-benda tajam dipisahkan dan ditempatkan di dalam kontainer
yang baik.
- Kain-kain pakai ulang dititipkan ditempatkan kotor dan
dikembalikan ke laundry.
- Peralatan yang terkontaminasi langsung dibungkus dan dibawa ke
ruang dekontaminasi.
- Peralatan yang terkontaminasi dibungkus dalam kantong plastik
tertutup dan tahan bocor, kantong tertutup, atau kontainer untuk
menghindari tumpahan atau penguapan dan dibawa sesegera
mungkin setelah digunakan ke ruang dekontaminasi dengan kereta
tertutup. Setiap kontainer diberi label untuk memudahkan proses;
peralatan ini harus dijaga kelembabannya supaya kotoran tidak
mengering yang mana akan sukar dibersihkan.
- Semua cairan yang terkontami nasi dimasukkan ke kontainer yang
tahan bocor, jika tidak mungkin dibuang ke toilet atau sink sebelum
membawa peralatan yang kotor.
- Peralatan I equipment yang sudah dipakai ditutup dan dibawa dengan
kereta tertutup.
- Alat-aiat yang terkontaminasi dipisahkan secara fisik dari alat-alat
yang bersih.
- Alat-alat yang tidak dipakai dan tidak dibuka yang dikembalikan ke
ruang dekontaminasi, untuk selanjutnya disteril ulang sebelum
didistribusikan kembali.
- Jika diperlukan, pekerja yang menangani, mengumpulkan dan
membawa alat-alat harus memakai alat pelindung untuk mencegah
kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya.

Pembuangan Limbah
Limbah atau buangan harus dipisahkan dari alat-alat pakai ulang di
tempat pamakaian, diidentifikasi dan dibuang menurut kebijakan Rumah
Sakit yang mengacu pada Permenkes No. 18 Tahun 2020 tentang
pengolahan limbah medis.

Mencuci I Cleaning
Semua alat-alat pakai ulang harus dicuci hingga benar-benar bersih
sebelum didisinfeksi atau disterilkan.

Menangani Alat-alat yang terkontaminasi di Point of Use

Pembersihan alat-alat pakai ulang yang terkontaminasi harus dimulai


sesegera mungkin setelah dipakai. Karenanya, untuk memulai
pembersihan dan mencegah kotoran menjadi kering, alat-alat harus :
- Langsung dibungkus dan dibawa ke ruang dekontaminasi.
- Dibersihkan dari kotoran yang besar-besar di tempat pemakaian
sesuai prosedur yang belaku dan langsung dibungkus untuk
menghindari cipratan, tumpahan , atau penguapan sampai dibawa
ke ruang dekontaminasi.

Menangani Alat-alat yang Terkontaminasi di Ruang Dekontaminasi


Untuk memulai pembersihan, alat-alat harus:
- Dibongkar (disassembled) jika dirakit lebih dari satu komponen
dan dibuka semua sambungannya untuk memastikan seluruh
permukaan tercuci bersih.
- Disortir berdasarkan metode pembersihan.
- Dibersihkan sebelum proses sterilisasi uap ataupun EO, karena baik
uap maupun EO tidak dapat meresap dan membunuh
mikroorganisme. Jika alat-alat tidak dibersihkan dengan baik terlebih
dulu. Alat-alat ini tidak boleh diproses dalam load yang sama seperti
yang akan masuk ke terminal sterilisasi. Aerasi yang baik dari alat-
alat yang didekontaminasi dengan EO juga harus terjadi sebelumnya.
Bahan-bahan Pencuci (Cleaning Agents)

Supaya efektif, bahan pencuci harus membantu menghilangkan


residu kotoran organik tanpa merusak alat. Karenanya , bahan
pencuci harus :
- Sesuai dengan bahan,alat dan metoda mencuci yang dipilih.
- lkuti rekomendasi dari produsen alat mengenai tipe bahan pencuci
yang dapat dipakai. Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada
tipe kotoran yang ada, pada umumnya, protein lebih mudah
dihilangkan dengan detergen yang bersifat basa. Garam mineral lebih
mudah dihilangkan dengan detergen asam. Pemilihan bahan pencuci
dan metode mencuci harus ditetapkan sebelum proses dijalankan,
jika tidak, kerusakan pada alat yang akan dicuci atau alat pencuci
bisa terjadi.
- Tentukan banyaknya detergen yang diperlukan, tergantung pada
kandungan kadar garam mineral pada air. Jika kandungan garam
mineral sedikit, gunakan sedikit detergen ,dan gunakan lebih banyak
detergen jika kandungan garam mineral pada air lebih banyak.
- Pertimbangkan untuk menggunakan enzim pelarut protein untuk
mencuci alat-alat yang memiliki fumens atau sambungan .
- Digunakan sesuai petunjuk produsen dan sesuai dengan bahan
alat.

Metode Merendam/Membilas
Mencuci bersih adalah proses yang menghilangkan semua partikel yang
kelihatan dan hampir semua parlikel yang tidak kelihatan, dan
menyiapkan permukaan dari semua alat-alat agar aman untuk proses
disinfeksi dan sterilisasi. Mencuci dapat dilakukan secara manual atau
mekanikal atau kombinasi keduanya. Karenanya, untuk memastikan
kebersihan dan tidak merusak alat serta keamanan pekerja, alat-alat
harus :
- Dibongkar (disassemble), jika dirakit lebih dari satu komponen dan
semua sambungan harus dibuka untuk memastikan seluruh
permukaan alattercuci bersih.
- Dimulai dengan merendam dalam air pada suhu 20°C - 43°C
selama 20 menit dan I atau dalam produk enzim yang dapat
melepaskan darah dan zat-zat protein lainnya untuk mencegah
terjadinya koagulasi darah pada alat dan juga membantu
menghilangkan protein.
- Atau dapat juga dimuli dengan membilas dengan air keran yang
mengalir untuk melepaskan partikel-partikel kotoran.

Mencuci Secara Manual


Beberapa macam alat atau instrumen yang lembut atau rumit perlu dicuci
secara manual setelah direndam. Pada proses ini, alat atau instrumen
harus :
- Dicuci didalam air untuk mencegah penguapan jika alat dapat
tenggelam/terendam.
- Dicuci menurut aturan dari produsen jika alat tidak dapat tenggelam/
terendam.
- Dicuci dengan alat antigores untuk mencegah kerusakan pada alat.
Alat-alat dengan lumens atau berlubang kecil-kecil harus dibersihkan
dengan sikat dengan diameter yang tepat. lngat bahwa sikat ini harus
didisinfeksi atau disterilkan setiap hari.
- Dibilas dengan air keran yang mengalir dengan suhu 40°C - 55°C
untuk menghilangkan detergen. Lebih baik lagi jika menggunakan air
deionisasi atau air suling.
- Setelah dicuci dan dibilas, dikeringkan dulu sebelum dilubrikasi
(dengan parafin) ,didisinfeksi atau disterilkan.

Mencuci secara mekanis


Menggunakan mesin cuci dapat meningkatkan produktivitas, lebih
bersih dan lebih aman bagi pekerja. Mesin cuci dapat dipilih sesuai
kebutuhan:
- Pembersih ultrasonic melepaskan semua kotoran dari seluruh
permukaan alat-alat dan instrumen. Mesin ini tidak didisain untuk
membunuh mikroorganisme, tetapi dapat mencuci bersih.
- Ada dua tipe mesin cuci: (1) untuk melepaskan mikroorganisme
dengan mencuci bersih, dan (2) menghancurkan mikroorganisme
tertentu dengan berbagai variasi cuci.
- Alat-alat pembersih ini juga harus dicuci secara rutin.
- Penggunaan detergen dan zat pembersih lainnya harus sesuai dengan
rekomendasi produsen.

Disinfeksi Kimia
Memilih zat disinfeksi harus ditentukan berdasarkan pemakaian alat dan
level disinfeksi yang diperlukan untuk pemakaian tersebut. Untuk
menghancurkan mikroorganisme, disinfektan, dalam konsentrasi tertentu,
harus kontak langsung dengan permukaan alat dalam waktu yang cukup
lama untuk terjadinya penetrasi ke dalam sel mikroba dan mendeaktivasi
sel-sel patogen. Kerenanya, sangat sulit atau bahkan tidak mungkin untuk
menghancurkan mikroorganisme pada alat yang belum dibersihkan.
Pasteurisasi
Bisa digunakan bila rumah sakit memiliki fasilitas tersebut.
Pasteurisasiadalah proses yang bertujuan untuk membunuh
mikroorganisme dalam media cair dengan menggunakan panas.
Pasteurisasi pertama kali ditemukan oleh ilmuwan asal Perancis yang
bernama Louis Pasteur.
• Pasteurisasi efektif dalam membunuh mikroorganisme vegetatif
namun tidak begitu efektif dalam membunuh spora.
• Proses pasteurisasi dilakukan dengan merendam peralatan
selama 30 menit dengan suhu dipertahankan 71°c
• Peralatan yang dapat proses dengan pasteurisasi
Keuntungan pasteurisasi pada peralatan rumah sakit :
- Efektiv dan efisien dalam mendisinfeksi peralatan semi – kritikal
rumah sakit.
- Tidak beracun. Ramah lingkungan.
- Aman untuk diaplikasikan.
- Tidak merusak material.

Memilih Prosedur
Tingkat disinfeksi yang diperlukan suatu alat tergantung pada risiko infeksi
sehubungan dengan penggunaan alat tersebut. Karenanya, memilih metode
dekontaminasi didasarkan pada tingkat daya bunuh (aktivitas germicidal)
yang diperlukan yaitu tingkat tinggi atau tingkat rendah.

Memilih Disinfektan
Zat disinfektan diklasifikasikan menurut aktivitas germicidal-nya.
Disinfektan tingkat rendah menghancurkan hampir semua bakteri vegetatif
bukan spora atau (tubercule bacili), beberapa jamur, dan virus lipophilic.
Disinfektan menengah menghancurkan hampir semua bakteri vegetat if
bukan spora (tubercu/e baci/ i), jamur , virus-virus hydropliilic dan
lipophilic. Disinfektan tingkat tinggi menghancurkan semua bakteri
vegetalif, beberapa spora, tubercule bacili, virus-virus hydrophilic dan
lipophilic. Jika digunakan dalam waktu yang lebih lama, disinfektan tingkat
tinggi dapat menghancurkan semua spora bakteri dan dapat dianggap
sebagai sterilan. Kerenanya, memilih disinfektan harus berdasarkan
aktivitas germicidalnya yang sesuai dengan penggunaan alat tersebut.

Penggunaan Disinfektan
Harus sesuailabel dan instruksi produsen.
- Pelajari bagaimana mengaktivasi produk, berapa lama
efektifitasnya, dan apakah bisa dipakai ulang (reusable).
- Pelajari, sesuaikan dengan rekomendasi dari produsen alat yang
akan didisinfeksi, alat-alat apa saja yang sesuai dengan zat tersebut
dan dapat diproses dengan aman.
- Pelajari mikroorganisme apa saja yang dapat dibunuh oleh zat
tersebut dan berapa lama waktu serta suhu yang diperlukan untuk
membunuh mikroorganisme tersebut.
- Pelajari bagaimana menggunakan produk tersebut dengan aman.
Hindari kontak langsung dengan produk, baik dalam bentuk cairan
atau bubuk, dengan kulit, membran mucous, dan mata. Pakailah
pelindung seperti sarung tangan, goggle atau penutup wajah, dan
gaun atau apron lengan panjang yang tahan cairan. Ruangan harus
berventilasi baik. Tutuplah produk setiap waktu. Memanaskan
produk dapat meningkatkan evaporasi dan gas beracun.
- Pelajari bagaimana menggunakan produk secara efektif. Alat-a lat
harus dibersihkan dulu untuk mengurangi bioburden dan
dikeringkan agar cairan disinfektan dapat berkontak langsung
dengan seluruh permukaan alat. Zat-zat organik yang tertinggal pada
alat dapat melindungi mikroorganisme atau membuat disinfektan
tidak aktif. Detergen yang tertinggal dapat mempengaruhi PH
disinfektan sehingga mengurangi efektivitasnya. Air yang tertinggal
akan membuat disinfektan lebih cair sehingga efektivitasnya
berkurang. Alat alat harus dibilas dengan baik dengan aqua bidest
dan dikeringkan dengan kompresor udara khusus (tanpa oli/oil Jess)
untuk medis sebelum disimpan dan dipakai.
- Pelajari bagaimana menyimpan dan membuang limbah cair.
Produsen harus menyediakan Material Safety Data Sheet bila
diperlukan.

B. DEKONTAMINASI PERALATAN PERAWATAN PASIEN


Pada tahun 1968 Spaulding mengusulkan tiga kategori
risiko berpotensi infeksi untuk menjadi dasar pemilihan praktik
atau proses pencegahan yang akan digunakan (seperti
sterilisasi peralatan medis, sarung tangan dan perkakas
lainnya) sewaktu merawat pasien. Kategori Spaulding adalah
sebagai berikut:
a) Kritikal
Bahan dan praktik ini berkaitan dengan jaringan steril atau
sistem darah sehingga merupakan risiko infeksi tingkat
tertinggi. Kegagalan manajemen sterilisasi dapat
mengakibatkan infeksi yang serius dan fatal.

b) Semikritikal
Bahan dan praktik ini merupakan terpenting kedua setelah
kritikal yang berkaitan dengan mukosa dan area kecil di
kulit yang lecet.Pengelola perlu mengetahui dan memiliki
keterampilan dalam penanganan peralatan invasif,
pemrosesan alat, Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT),
pemakaian sarung tangan bagi petugas yang menyentuh
mukosa atau kulit tidak utuh.
c) Non-kritikal
Pengelolaan peralatan/ bahan dan praktik yang
berhubungan dengan kulit utuh yang merupakan risiko
terendah. Walaupun demikian, pengelolaan yang buruk
pada bahan dan peralatan non-kritikal akan dapat
menghabiskan sumber daya dengan manfaat yang
terbatas (contohnya sarung tangan steril digunakan untuk
setiap kali memegang tempat sampah atau memindahkan
sampah).
Dalam dekontaminasi peralatan perawatan pasien
dilakukan penatalaksanaan peralatan bekas pakai perawatan
pasien yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh (pre-
cleaning, cleaning, disinfeksi, dan sterilisasi) sesuai Standar
Prosedur Operasional (SPO) sebagai berikut:
a) Rendam peralatan bekas pakai dalam air dan detergen atau
enzyme lalu dibersihkan dengan menggunakan spons
sebelum dilakukan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau
sterilisasi.
b) Peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius harus
didekontaminasi terlebih dulu sebelum digunakan untuk
pasien lainnya.
c) Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dimusnahkan
sesuai prinsip pembuangan sampah dan limbah yang benar. Hal
ini juga berlaku untuk alat yang dipakai berulang, jika akan
dibuang.
d) Untuk alat bekas pakai yang akan di pakai ulang, setelah
dibersihkan dengan menggunakan spons, di DTT dengan
klorin 0,5% selama 10 menit.
e) Peralatan nonkritikal yang terkontaminasi, dapat
didisinfeksi menggunakan alkohol 70%. Peralatan
semikritikal didisinfeksi atau disterilisasi, sedangkan
peralatan kritikal harus didisinfeksi dan disterilisasi.
f) Untuk peralatan yang besar seperti USG dan X-Ray, dapat
didekontaminasi permukaannya setelah digunakan di
ruangan isolasi.

Gambar 20. Alur Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien


Keterangan Alur:
1) Pembersihan Awal (pre-cleaning): Proses yang membuat
benda mati lebih aman untuk ditangani oleh petugas
sebelum di bersihkan(umpamanya

menginaktivasi HBV, HBC, dan HIV) dan mengurangi,


tapi tidak menghilangkan, jumlah mikroorganisme yang
mengkontaminasi.
2) Pembersihan: Proses yang secara fisik membuang semua
kotoran, darah, atau cairan tubuh lainnya dari
permukaan benda mati ataupun membuang sejumlah
mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi mereka
yang menyentuh kulit atau menangani objek tersebut.
Proses ini adalah terdiri dari mencuci sepenuhnya
dengan sabun atau detergen dan air atau menggunakan
enzim, membilas dengan air bersih, dan mengeringkan.
Jangan menggunakan pembersih yang bersifat mengikis,

misalnya Vim®atau Comet® atau serat baja atau baja


berlubang, karena produk produk ini bisa menyebabkan
goresan. Goresan ini kemudian menjadi sarang
mikroorganisme yang membuat proses pembersihan
menjadi lebih sulit serta meningkatkan pembentukan
karat.
3) Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): Proses menghilangkan
semua mikroorganisme, kecuali beberapa endospora
bakterial dari objek,dengan merebus, menguapkan atau
memakai disinfektan kimiawi.
4) Sterilisasi: Proses menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteria, virus, fungi dan parasit) termasuk endospora
menggunakan uap tekanan tinggi (otoklaf), panas kering
(oven), sterilisasi kimiawi, atau radiasi.
a. Sterilisator Uap Tekanan Tinggi (autoklaf):
Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode sterilisasi
yang efektif, tetapi juga paling sulit untuk dilakukan
secara benar.Pada umumnya sterilisasi ini adalah metode
pillihan untuk mensterilisasi instrumen dan alat-alat lain
yang digunakan pada berbagai fasilitas pelayanan
kesehatan. Bila aliran listrik bermasalah, maka
instrumen-instrumen tersebut dapat disterilisasi dengan
sebuah sterilisator uap non-elektrik dengan
menggunakan minyak tanah atau bahan bakar lainnya
sebagai sumber panas.Atur agar suhu harus berada pada
121°C; tekanan harus berada pada 106 kPa; selama 20
menit untuk alat tidak terbungkus dan 30 menit untuk
alat terbungkus. Biarkan semua peralatan kering
sebelum diambil dari sterilisator. Set tekanan kPa atau
lbs/in² mungkin berbeda tergantung pada jenis
sterilisator yang digunakan. Ikuti rekomendasi pabrik,
jika mungkin.
b. Sterilisator Panas Kering (Oven):
Baik untuk iklim yang lembab tetapi membutuhkan
aliran listrik yang terus menerus, menyebabkan alat ini
kurang praktis pada area terpencil atau pedesaan.
Selain itu sterilisasi panas kering yang membutuhkan
suhu lebih tinggi hanya dapat digunakan untuk benda-
benda dari gelas atau logam–karena akan melelehkan
bahan lainnya. Letakkan instrumen di oven, panaskan
hingga 170°C, selama 1 (satu) jam dan kemudian
didinginkan selama 2-2,5 jam atau 160°C selama 2 (dua)
jam.Perlu diingat bahwa waktu paparan dimulai setelah
suhu dalam sterilisator telah mencapai suhu sasaran.
Tidak boleh memberi kelebihan beban pada sterilisator
karena akan mengubah konveksi panas. Sisakan ruang
kurang lebih 7,5 cm antara bahan yang akan disterilisasi
dengan dinding sterilisator.
BAB IV

DOKUMENTASI

Pengelolaan instrumen desinfeksi tingkat tinggi yang telah


disterilisasi dilakukan monitoring setiap bulannya. Untuk pengawasan
pengelolaan instrumen dilakukan pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas
sterilisasi dan petugas di setiap ruangan.

Ditetapkan di: Palu


Pada tanggal :

DIREKTUR,

MARIA ROSA DA LIMA RUPA

Anda mungkin juga menyukai