Anda di halaman 1dari 25

PEMERINTAH KOTA DENPASAR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA


Jln. R.A Kartini No. 133 Denpasar Telp . ( 0361 ) 222487 - 222141 Fax ( 0361 ) 224114
Web site : http://www.denpasarkota.go.id atau http://rsudwangaya.denpasarkota.go.id
E mail : rsudwangaya@denpasarkota.go.id atau rsudwangaya.dpskota@gmail.com

PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA
KOTA DENPASAR

NOMOR 30 TAHUN 2022

TENTANG
PENETAPAN PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI PEMULASARAAN
JENAZAH PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA
KOTA DENPASAR

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA KOTA DENPASAR,

Menimbang : a. bahwa pelayanan instalasi Pemulasaraan Jenazah


merupakan kegiatan perawatan jenazah meliputi merawat
pada saat setelah pasien meninggal di ruangan dan atau
memandikan dan mengkafani baik pasien infeksius
maupun non infeksius sesuai standar Rumah Sakit ;

b. bahwa dalam upaya mewujudkan sebagaimana


dimaksud huruf a diperlukan Pedoman Pelayanan
Instalasi Pemulasaraan Jenazah pada Rumah Sakit
Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar ;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud huruf a dan huruf b, maka perlu menetapkan
Keputusan Direktur tentang Penetapan Pedoman
Pelayanan Instalasi Pemulasaraan Jenazah pada Rumah
Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar ;
Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431) ;

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063) ;

3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah


Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072) ;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 Tentang


Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 57);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2002 tentang
Rahasia Kedokteran ;

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018


tentang Badan Layanan Umum Daerah ;

7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


129/ Menkes / SK / XII /2008 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit ;

8. Peraturan Walikota Denpasar Nomor 54 Tahun 2021 tentang


Pembentukan, Kedudukan Organisasi, Tugas Dan Fungsi
Serta Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya (Berita
Daerah Kota Denpasar Tahun 2021 Nomor 54);

9. Keputusan Walikota Denpasar Nomor 96 Tahun 2008 tentang


Penetapan Badan Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah
Wangaya Kota Denpasar sebagai Badan Layanan Umum
Daerah ;

10. Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya


Kota Denpasar Nomor 15 Tahun 2021 Tentang Pedoman
Organisasi Pada Rumah Sakit Umum Daerahh Wangaya Kota
Denpasar;

MEMUTUSKAN

Menetapkan PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA


KOTA DENPASAR TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI
PEMULASARAAN JENAZAH PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
WANGAYA KOTA DENPASAR

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Rumah sakit adalah Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya
Kota Denpasar
2. Instalasi Pemulasaraan Jenazah (IPJ) adalah suatu
bagian/unit/divisi atau fasilitas di rumah sakit, tempat
penyelenggararaan semua kegiatan pekerjaan pemulasaraan
jenazah yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu
sendiri.
3. Standar Pemulasaraan jenazah adalah pedoman untuk
melakukan Pekerjaan Pemulasaraan jenazah di rumh sakit.
4. Pelayanan Pemulasaraan Jenazah adalah suatu proses
pengurusan jenazah dari penjemputan jenazah ke ruangan,
memandikan jenazah, penitipan jenazah hinga embaling
jenzah.
5. Fasilitas Pemulasaraan Jenazah adalah sarana yang
digunakan untuk melakukan proses pemulasaraan jenazah.
6. Jenazah adalah setiap orang yang sudah dinyatakan
meninggal, memilik tanda kematian biologis dan sudah
memiliki surat kematian yang dikeluarkan oleh rumah sakit.

Pasal 2
Pedoman Pelayanan Instalasi Peulasaraan Jenazah digunakan
oleh rumah sakit sebagai acuan dalam melaksanakan tata kelola
proses Pemlasaraan Jenazah pada Rumah Sakit Umum Daerah
Wangaya Kota Denpasar

Pasal 3
Ruang lingkup Pedoman Pelayanan Farmasi meliputi :
1. Pendahuluan
2. Standar Ketenagaan
3. Standar Fasilitas
4. Tatalaksana Pelayanan
5. Logistik
6. Keselamatan Pasien
7. Keselamatan Kerja
8. Pengendalian Mutu

Pasal 4
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pedoman Pelayanan Instalasi
Pemulasaraan Jenazah Pada Rumah Sakit Umum Daerah
Wangaya Kota Denpasar tercantum dalam lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur ini

Pasal 5
Pada saat Peraturan Direktur ini mulai berlaku, Keputusan
Direktur Nomor 188.45/330/RSUDW/2018 tentang
Pemberlakuan Pedoman Pelayanan Instalasi Pemulasaraan
Jenazah Pada Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota
Denpasar dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Pasal 6

Peraturan Direktur ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Denpasar
Pada tanggal, 7 Juli 2022

DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA
KOTA DENPASAR,

DR. ANAK AGUNG MADE WIDIASA, SP.A.,MARS


PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 19701002 200012 1 005
LAMPIRAN : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA
KOTA DENPASAR
TANGGAL : 07 JULI 2022
NOMOR : 30 TAHUN 2022
TENTANG : PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI
PEMULASARAAN JENAZAH PADA RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH WANGAYA KOTA DENPASAR

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI PEMULASARAAN JENAZAH

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Pelayanan pemulasaraan jenazah adalah pelayanan atau
penanganan yang dilakukan pada jenazah pasien yang dirawat di
rumah sakit maupun pasca bencana. Penyimpanan jenazah harus
dilakukan sebaik-baiknya sebelum dikuburkan sebagai penghormatan
pada korban. Pemulasaraan jenazah tidak dapat diakses langsung oleh
masyarakat. Tersedianya standar pelayanan pemulasaraan jenazah di
rumah sakit yang dapat dipakai sebagai acuan oleh rumah sakit dalam
memberikan mutu pelayanan yang baik bagi korban mati dan
keluarganya.
Secara khusus penanganan jenazah sangat penting guna
mengurangi risiko infeksi nosokomial. Proses penanganan di RSUD
Wangya meliputi penempatan sementara, penitipan, dan pengawetan
sampai diperlihatkan ke keluarga.
Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan di RSUD
Wangaya adalah melalui pemberian pelayanan yang profesional, bemutu
dan aman.

B. Latar Belakang
Di RSUD Wangaya Denpasar, instalasi pemulasaraan jenazah berada
di bagian belakang sebelah barat dimana alur untuk penanganan
pelayanan pemulasaraan jenazah sudah diatur. Pemulasaraan jenazah di
instalasi pemulasaraan jenazah tidak bisa dilalui oleh orang yang tidak
berkepentingan. Lalu lintas hanya bias dilalui oleh petugas Instalasi
pemulasaraan jenazah.
Pemulasaraan jenazah suatu rumah sakit bukanlah satu satunya
pintu keluar pasien. Masih terdapat pintu keluar lain yaitu pintu
kesembuhan dan pintu transisi. Walaupun pemulasaraan jenazah
merupakan bagian final keluarnya pasien yang telah benar – benar tanpa
nyawa/ ruh. Penanganan untuk jenazah yang dilakukan oleh RSUD
Wangaya Denpasar melakukan perawatan sebelum diperlihatkan kepada
keluarga, pemulasaraan, dan penitipan. Di pemulasaraan jenazah
diperlukan seorang tenaga kesehatan (doktor, perawat, dll) yang
mempunyai kemampuan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi
sehingga selalu disiplin dalam penggunaan APD.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang khas terjadi atau didapat di
rumah sakit. Infeksi ini telah dikenal sejak lama. Permasalahan yang terjadi
akibat infeksi nosokomial sangatlah kompleks dan dapat menyebabkan
kerugian bagi pasien maupun bagi rumah sakit. Mengingat bahwa
penularan penyakit dapat melalui udara, percikan dan kontak, sehingga
indicator kejadian infeksi nosokomial menjadi penting untuk diperhatikan.
Selanjutnya salah satu upaya untuk menekan kejadian infeksi nosokomial
adalah dengan melakukan standar pemulasaraan jenazah yang baik. Selain
itu pengetahuan dan perilaku petugas kesehatan juga mernpunyai peran
yang sangat penting. Petugas pemulasaraan jenazah wajib menjaga
kesehatan dan keselamatan dirinya dan orang lain(pasien dan pengunjung)
serta bertanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan yang telah
ditetapkan oleh rumah sakit.
.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman bagi Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah
Wangaya Kota Denpasar untuk dapat melaksanakan pelayanan
jenazah dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman pelaksanaan pelayananan di pemulasaraan
jenazah yang merupakan salah satu upaya rumah sakit dalam
mencegah infeksi nosokomial.
b. Mencegah terjadinya infeksi pada petugas kesehatan, pasien,
keluarga dan masyarakat.
c. Sebagai pedoman kerja untuk melaksanakan pelayanan jenazah
sebelum ditunjukkan dan dibawa pulang oleh keluarga..
d. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk
terjadinya infeksi silang.

D. Ruang Lingkup
Penggunaan pedoman ini diterapkan kepada petugas instalasi
pemulasaraan jenazah. Yang diharapkan menerapkan pelayanan jenazah
sesuai prosedur. Sehingga dapat meningkatan mutu pelayanan
pemulasaraan jenazah dan menghindari adanya infeksi silang

E. Batasan Operasional
Sebagai acuan RSUD Wangaya Denpasar dalam memberikan mutu
pelayanan yang baik bagi keluarga dan pasien. Jenazah secara etis
diperlakukan penghormatan sebagaimana manusia, karena ia adalah
manusia. Martabat kemanusiaan ini adalah perawatan kebersihan
sebagaimana kepercayaan agama/adatnya. Perlakuan sopan dan tidak
merusak badan, termasuk kerahasiannya. Oleh karena itu pemulasaraan
jenazah harus bersih dan bebas dari kontaminasi khususnya hal yang
membahayakan petugas, aman bagi petugas yang bekerja, termasuk
terhadap resiko penularan jenazah terinfeksi karena penyakit mematikan.
F. Landasan Hukum
1. UU No. 23 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.
3. Permenkes RI No. 24 tahun2016 tentang Persyaratan Teknis
Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit
4. Permenkes RI No 27 tahun 2017 tentang Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
5. Permenkes RI No. 7 tahun 2019 tentang kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit.
6. Permenkes RI No. 45 tahun 2019 tentang klasifikasi organisasi rumah
sakit di lingkungan kementerian kesehatan
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 4 tahun 2019 tentang standar
teknis pemenuhan mutu pelayanan dasar pada standar pelayanan
minimal bidang kesehatan
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 47 tahun 2021 tentang
penyelenggaraan bidang perumahsakitan
9. Kepmenkes RI No. HK.01.07/MENKES/4834/2021 Tentang Protokol
penatalaksanaan Pemulasaraan dan Pemakaman Jenazah Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19)
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

No. Nama Pendidikan Sertifikasi Jumlah


Jabatan
1 Kepala Dokter atau Ners Pelatihan terkait 1
Instalasi jenazah infeksius
Pemulasaraan
Jenazah
2 Staf Ruangan SLTA Pelatihan terkait 4
Pemulasaraan jenazah infeksius
Jenazah
3 Prakarya SLTP - -

Seluruh tenaga yang bekerja di instalasi pemulasaraan jenazah Rumah


Sakit Umum Daerah Wangaya Denpasar dianjurkan untuk:
1. Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik, X-ray untuk TBC
paling sedikit 1 kali dalam setahun
2. Status imunisasi untuk hepatitis B, tetanus, typhoid fever
3. Laporan mengenai sakit yang dialami selama bekerja di instalasi
pemulasaraan jenazah seperti ISPA, infeksi kulit, infeksi gastrointestinal, dll.

B. Distribusi Ketenagaan
1. Kepala Instalasi pemulasaraan jenazah
a. Tugas Pokok
Menyelenggarakan kegiatan pemulasaraan jenazah. Memberikan
masukan kepada Wakil Direktur Penunjang dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia tentang kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan tugas pokoknya.
b. Fungsi
Memimpin proses pelayanan pemulasaraan jenazah sesuai dengan
standard
c. Wewenang dan Tanggung Jawab
Mengembangkan kemampuan petugas di Instalasi Pemulasaraan
Jenazah; Mengkoordinir, mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan di Instalasi Pemulasaraan Jenazah; dan Bertanggung jawab
kepada Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar
melalui Wakil Direktur Penunjang.
d. Uraian Tugas
1) Merencanakan Kegiatan Pemulasaraan Jenazah;
2) Merencanakan pengembangan sarana dan prasarana pada instalasi
pemulasaraan jenazah
3) Membuat program kerja Instalasi Pemulasaraan Jenazah;
4) Merencanakan kebutuhan SPO di Instalasi Pemulasaraan Jenazah ;
5) Merencanakan kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan pada
Instalasi Pemulasaraan Jenazah ;
6) Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan Pemulasaraan Jenazah;
7) Mengkoordinir pengawasan pelaksanaan kegiatan Instalasi
Pemulasaraan Jenazah;
8) Mengkoordinir penyusunan laporan kegiatan Instalasi
Pemulasaraan Jenazah;
9) Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh atasan;

2. Staf Pemulasaraan jenazah


a. Tugas Pokok
Melaksanakan kegiatan pelayanan pemulasaraan jenazah di Instalasi
Pemulasaraan Jenazah.
b. Fungsi
Melaksanakan kegiatan pemulasaraan jenazah dan menjalankan
perintah atasan.
c. Uraian Tugas
1) Menjemput jenazah.
2) Mencatat identitas jenazah.
3) Memandikan jenasah.
4) Mengkafankan jenazah.
5) Mengawetkan jenazah bila diperlukan.
6) Memetikan jenazah.
7) Memulangkan jenazah.
8) Bertanggungjawab kepada kepala/Waka. instalasi pemulasaraan
jenazah
9) Melakukan pengambilan keperluan instalasi pemulasaraan jenazah
baik formalin, APD atau alat alat rumah tangga.
10) Menjaga kebersihan diri dan ruangan, karena hal tersebut
merupakan cerminan dari kebersihan diri.
11) Menjaga inventaris yang dimiliki instalasi pemulasaraan jenazah
12) Melaksanakan tugas-tugas lain dari atasan

C. Pengaturan Jaga
1. Kepala Instalasi Pemulasaraan Jenazah bekerja mulai pkl. 07.30-15.00
WITA.
2. Petugas Instalasi Pemulasaraan Jenazah akan melakukan pengambilan
jenazh maksimal 2 jam dari laporan/panggilan adanya kematian dari
ruangan dan luar rumah sakit.
3. Jadwal dibagi menjadi 3 shift yaitu, shift pagi (pkl. 08:00-14:00), shift sore
(14:00-20:00) dan shift malam (20:00-08:00).
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah

1. Lantai I (Lampiran 1)
2. Lantai II (Lampiran 2)

B. Standar Fasilitas
Sarana fisik dan peralatan sangat mempengaruhi efisien kerja dan
pelayanan instalasi pemulasaraan jenazah.Mengingat tugas pokok instalasi
pemulasaraan jenazah adalah melayani pasien yang sudah meninggal dengan
atau tanpa penyakit menular, maka diperlukan sarana dan prasarana yang
memadai. Guna mencegah infeksi silang.

No. Jenis Alat Standar Jumlah Yang Keterangan


dimiliki
1 Freezer Jenazah 2 7 Rusak 3
2 Tempat pemandian 1 1
jenazah
3 Kereta jenazah 1 2
4 APD 3 6
5 Brankar jenazah 4 10
6 Survior formalin 3 3

1. Bangunan
Bangunan disesuaikan dengan kapasitas Rumah Sakit Umum Daerah
Wangaya Denpasar
2. Lokasi
Lokasi jauh dari lalu lintas utama rumah sakit karena berdampak pada
efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan cara
meminimalkan terjadinya kontaminasi. Area tertutup tidak dapat diakses oleh
orang yang tidak berkepentingan.
3. Syarat Instalasi pemulasaraan jenazah
Pada prinsipnya pemulasaraan jenazah berada di tempat yang jauh dari lalu
lintas perawatan pasien untuk menghindari terjadinya kontaminasi dan
sesuai dengan alur kerja.
4. Kebersihan ruangan
a. Setiap hari lantai dan permukaan harus dibersihkan
b. Lakukan dekontaminasi permukaan setelah selesai kegiatan
c. Secara teratur dilakukan pembersihan besar yang disesuaikan dengan
jadwal pembersihan Instalasi pemulasaraan jenazah
5. Sarana fisik dan peralatan instalasi pemulasaraan jenazah
Di pemulasaraan jenazah tempat tidur untuk perawatan pasien sebelum
ditunjukkan kepada keluarga.Terdapat troli untuk menempatkan alat – alat yang
dibutuhkan untuk pelayanan jenazah. Terdapat freezer/kulkas dan peti untuk
penitipan jenazah, Terdapat brankar untuk memindahkan jenazah dari rumah
sakit ke mobil jenazah. Di dalam pemulasaraan jenazah terdapat lemari
penyimpanan APD dan kranjang atau box untuk meletakkan APD yang telah
dipakai untuk perawatan jenazah yang nantinya akan dibawa ke ruang laundry.
Terdapat wastafel dan antiseptic serta handwash untuk petugas mencuci tangan
setelah menyiapkan jenazah. Peralatan yang diperlukan di pemulasaraan
jenazah antara lain:
a. Peralatan antropometri
b. System komunikasi internal dan eksternal
c. Sarung tangan pendek dan panjang
d. Sarung tangan karet
e. Spatu karet boot
f. Apron plastik
g. Masker
h. Kacamata google
i. Tutup kepala
j. Surat administrasi
k. Surat kematian
l. Kantung jenazah
m. Peti jenazah
n. Label jenazah
o. Senter
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Alur Penanganan Jenazah di Kamar Jenazah Rumah Sakit Umum Daerah


Wangaya Kota Denpasar

JENAZAH DARI RUMAH SAKIT


INSTALASI GAWAT DARURAT INSTALASI RAWAT JALAN INSTALASI RAWAT INAP

SURAT KEMATIAN

JENAZAH MASUK
JENAZAH DI JEMPUT OLEH KAMAR JENAZAH
PETUGAS JENAZAH DARI
RUANG PERAWATAN

REGRISTRASI JENAZAH TANPA


JENAZAH DENGAN
PENITIPAN
PENITIPAN

DENGAN TANPA
DENGAN TANPA PROSEDUR PROSEDUR
PENDINGIN/C PENDINGIN/C INVANSIF INVANSIF
OOLING OOLING/PETI FORMALIN
FORMALIN

PETUGAS
MELAKUKAN
DENGAN TANPA TINDAKAN
PROSEDUR PROSEDUR INVANSIF
INVANSIF INVANSIF FORMALIN
FORMALIN FORMALIN

PETUGAS
MELAKUKAN
TINDAKAN
INVANSIF
FORMALIN

ADMINISTRASI LUNAS PENGAMBILAN JENAZAH ADMINISTRASI LUNAS


OLEH KELUARGA

1. Pasien dari instalasi lain dan luar yang sudah dinyatakan meninggal
(jenazah), sudah mendapatkan surat kematian dan administrasi
selama perawatan sudah lunas, dijemput oleh petugas dengan kereta
jenazah paling lambat 2 jam setelah pemberitahuan pertama dari
instalasi terkait. Petugas kamar jenazah melakukan pencocokan
identitas jenazah dari surat kematian denga gelang identitas.
2. Di pemulasaraan jenazah dilakukan pemeriksaan/ pencocokan
kembali identitas jenazah guna menentukan lebel jenazah yang akan
digunakan. Lebel hitam untuk jenazah tanpa identitas, lebel merah
untuk jenazah infeksius, lebel kuning untuk jenazah dengan kematian
tidak wajar (pembunuhan, kecelakaan, keracunan, bunuh diri,
penganiyayan dll) kematian tidak wajar wajib dilakukan visum luar
dan melaporkan kepihak yang berwajib dan lebel hijau untuk jenazah
dengan kematian normal.
3. Di pemulasaraan jenazah dilakukan perawatan sebelum ditunjukkan
kepada keluarga. Kepala diberi tali kassa sampai mulut jenazah
tertutup. Tangan diposisikan diatas perut kemudian pergelangan
tangan ditali. Kemudian diantara jempol kaki diselipkan kassa dan
ditali kembali. Setelah posisi dan keadaan jenazah sudah dirapikan,
keluarga dipanggil untuk melihat keadaan jenazah dan menanyakan
kelanjutan dari jenazah apakah langsung dibawa pulang, diawetkan
atau dititipkan di RSUD Wangaya. Apabila jenazah langsung dibawa
pulang petugas jenazah menghubungi ambulan untuk mengantar
jenazah pulang, jika jenazah dititpkan dengan freezer keluarga
diwajibkan untuk mentaati aturan dimana freezer tidak dapat dibuka
kembali sebelum waktu pulang dan keluarga dilarang menaruh
makanan (punjung) didepan freezer, jika jenazah dititpkan diluar
freezer keluarga diwajibkan menggunakan peti dan jenazah
diwajibkan diformalin dengan mengajukan surat permohonan
formalin dan pemetian sehingga menerbitkan berita acara formalin
dan pemetian. Untuk jenazah infeksius atau berlebel merah wajib di
formalin apabila keluarga menolak keluarga menandatangani surat
penolakan.
4. Setelah dilakukan perawatan di pemulasaraan jenazah petugas
pemulasaraan jenazah memberikan surat kematian, surat penitipan,
surat pemetian dan surat pengawetan.
5. Saat pengurusan pemulangan jenazah diwajibkan keluarga yang
menandatangani surat penittipan untuk melakukan penjemputan
apabila ada halangan keluarga yang menitipkan wajib menyertakan
surat kuasa bermatrai 10000 dengan fotocopy KTP kedua belah pihak.
Keluarga membawa surat kematian dan surat penitipan ke ruang
administrasi rumah sakit untuk mengurus biaya perawatan,
pengawetan, dan penitipan selama di Rumah Sakit. Setelah
administrasi telah selesai, keluarga menunjukkan kepada petugas
instalasi pemulasaraan jenazah. Petugas melakukan validasi kembali
dengan mencocokan identitas jenazah pada surat penitipan dengan
identitaz pada lebel jenazah.
6. Untuk jenazah yg tidak dititip setelah administrasi lunas jenazah
diperbolehkan dibawa pulang dengan menggunakan kereta/brankar
khusus untuk jenazah menuju ke mobil jenazah rumah sakit.

B. Ketentuan Umum Penanganan Jenazah


1. Petugas harus menjalankan kewaspadaan standar ketika menangani
pasien yang meninggal akibat penyakit menular
2. APD lengkap/APD sesuai pedoman penangan new emerging diseases
harus digunakan petugas yang menangani jenazah jika pasien tersebut
meninggal dalam masa penularan.
3. Jenazah dapat dibungkus dengan kain kafan, plastic pembungkus/
kantong jenazah. Setelah dibungkus jenazah tidak boleh dibuka lagi.
4. Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian luar
kantong jenazah.
5. Pindahkan sesegera, paling lambat kurang dari 2 jam ke kamar jenazah
setelah pasien dinyatakan meninggal dunia oleh dokter.
6. Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, diijinkan untuk
melakukannya sebelum jenazah dimasukkan ke dalam kantong
jenazah dengan menggunakan APD.
7. Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga tentang
penangan khusus bagi jenazah yang meninggal dengan penyakit
menular. Sensitivitas adat istiadat dan budaya harus diperhatikan
ketika seorang pasien dengan penyakit menular meninggal dunia.
8. Jika diperlukan untuk membersihkan jenazah dengan kasus new
emerging diseases, seperti SARS, Swine Flu, H5N1, Cov-19 maka air
pencucinya diberikan desinfektan.
9. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi
10. Jenazah diantar oleh mobil jenazah khusus, apabila keluarga menolak
harus mengisi dan menandatangani formulir penolakan.
11. Penggolongan sampah di kamar jenazah disesuaikan dengan
penggolongan sampah pada umumnya. Sampah dari kamar jenazah
berupa ATK, seperti kertas, bunga, dll masuk ke dalam sampah non
medis, sedangkan sarung tangan, apron, dll masuk ke dalam sampah
medis
12. Petugas diwajibkan mandi dan mengganti pakaian setelah menangani
kasus new emerging diseases.

C. Kewaspadaan Universal pada Pemulasaraan Jenazah


Kewaspadaan Universal meliputi:
1. Pengelolaan alat kesehatan habis pakai.
2. Cuci tangan dengan sabun guna mencegah infeksi silang.
3. Pemakaian alat pelindung diri, misalnya pemakaian sarung tangan
untuk mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain.
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan.
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
6. Desinfeksi dan sterilisasi untuk alat yang digunakan ulang.
7. Pengelolaan linen

D. Prosedur Kewaspadaan Universal Pemulasaraan Jenazah


1. Persiapan Alat
a. Alat pelindung untuk semua petugas
b. Sarung tangan karet panjang sampai siku
c. Sepatu boot sampai lutut
d. Masker penutup mulut dan hidung
e. Kacamata/google
f. Apron
g. Tempat mandi jenazah
h. Handuk
i. Plester kedap air
j. Kapas
k. Wadah barang berhaga
l. Brankar. jenazah dewasa
m. Label pengenal/identitas jenazah (dilepas saat serah terima dengan
keluarga)
2. Langkah-Langkah
a. Petugas melakukan hand hygiene.
b. Petugas memakai APD (masker, penutup kepala, google/kaca mata,
sarung tangan panjang, apron dan sepatu boot).
c. Petugas memandikan jenazah di kamar jenazah.
d. Memandikan harus dilakukan oleh petugas yang telah memahami
cara membersihkan/memandikan jenazah, dengan memperhatikan
beberapa hal.
e. Petugas harus segera mencuci kulit dan permukaan lain dengan air
bila terkena darah atau cairan tubuh.
f. Setelah selesai dimandikan petugas mengeringkan jenazah dengan
handuk (handuk setelah dipakai dibuang).
g. Petugas menutup kelopak mata, telinga dan mulut dengan kapas
dan kasa, kemudian menutup dengan plester kedap air.
h. Petugas meletakkan jenazah dalam posisi terlentang dengan tangan
di sisi atau terlipat di dada.
i. Petugas menaruh handuk kecil di bawah kepala untuk menampung
rembesan darah. Sampah dan bahan terkontaminasi lainnya
ditempatkan dalam tas plastik warna kuning. Pembuangan sampah
dan bahan terkontaminasi dilakukan sesuai dengan pencegahan
infeksi.
j. Pengawetan jenazah dilakukan atas permintaan keluarga, dan
keluarga menandatangani lembar permohonan tindakan
pengawetan.
k. Setiap percikan atau tumpahan darah di permukaan segera
dibersihkan dengan larutan klorin 0,5%.
l. Peralatan yang akan digunakan kembali harus diproses dengan
urutan: dekontaminasi, pembersihan, disinfeksi, dan sterilisasi.
m. Pasang label pengenal/identitas (untuk pasien dari luar atau yang
langsung ke kamar jenazah).
n. Petugas membungkus jenazah dengan kafan atau kain
pembungkus lain sesuai dengan kepercayaan agamanya.
o. Selesai ritual keagamaan, jenazah dimasukkan ke dalam kantong
plastik dengan ketebalan tertentu.
p. Petugas membereskan alat
q. Petugas melepas APD
1) Rendam tangan yang masih mengenakan sarung tangan karet
dalam larutan klorin 0,5%, lalu bilas dengan sabun dan air
mengalir.
2) Lepaskan kacamata pelindung, lalu rendam dalam larutan
klorin 0,5%.
3) Lepaskan masker pelindung, buang ke tempat sampah medis.
4) Lepaskan celemek plastik, buang ke tempat sampah medis.
5) Lepaskan gaun pelindung, rendam pada larutan klorin 0,5%.
6) Celupkan bagian luar sepatu pada larutan klorin 0,5%, bilas
dengan air bersih lalu lepaskan sepatu dan letakkan di tempat
semula.
7) Terakhir lepaskan sarung tangan plastik, buang ke tempat
sampah medis.
r. Petugas melakukan hand hygiene/cuci tangan
3. Hal-hal yang harus diperhatikan
a. Cuci tangan/hand hygiene.
Semua petugas dan keluarganya yang akan menangani jenazah
harus mengenakan sarung tangan dan gaun pelindung kedap air.
b. Pakai masker dan pelindung mata bila ada kemungkinan percikan.
c. Lepaskan infus dan selang lainnya dari tubuh yang terpasang dan
buang ke limbah infeksius.
d. Lepaskan pakaian kotor dan tempatkan dalam wadah khusus
(plastik warna kuning).
4. Pembersihan Kamar Jenazah
a. Petugas kebersihan melakukan kebersihan tangan
b. Petugas kebersihan memakai APD (masker, apron, sarung tangan
rumah tangga, sepatu boot)
c. Petugas kebersihan membersihkan debu pada pintu, jendela dan
mebel dengan lap basah (air sabun), kemudian lap basah air bersih
lalu dilap kering.
d. Bila terkena percikan darah atau cairan tubuh lain maka
pembersihannya dengan larutan klorin 0,5% terlebih dahulu.
e. Petugas kebersihan menyiapkan troly yang berisi :
1) Lap 2 buah.
2) Ember I (berisi air) untuk mencuci pel kotor.
3) Ember II (berisi air) untuk mencuci/membilas.
4) Ember III berisi larutan clorin 0,05%.
5) Pel putih, untuk mengepel ruang dalam.
6) Pel biru, untuk mengepel lantai di luar ruangan.
f. Petugas kebersihan membersihkan lantai dari kotoran kasar
dengan mop (jangan sampai debu berterbangan). Untuk debu
dihilangkan dengan cara dipel.
g. Petugas kebersihan memulai mengepel dari ujung ke ujung atau
dari ujung ke dekat pintu, dengan pel yang telah dibasahi dengan
larutan clorin 0.05%
h. Petugas kebersihan mengulangi pengepelan pertama dengan
pengepelan kedua dengan cara yang sama.
i. Biarkan 10 menit dengan tidak diinjak
j. Petugas kebersihan membawa peralatan ke spoel hock
k. Petugas kebersihan memakai APD tambahan (google)
l. Petugas kebersihan mencuci kain pel di spoel hoek
m. Petugas kebersihan membereskan alat-alat
n. Petugas kebersihan melepas APD
o. Petugas kebersihan melakukan cuci tangan dan kaki
5. Dekontaminasi Alat
Dekontaminasi adalah suatu tindakan yang dilakukan agar
alat-alat kesehatan dapat ditangani secara aman oleh petugas
pembersih alat medis. Alat kesehatan yang dimaksud adalah meja
pemeriksaan, alat-alat bedah, sarung tangan dan peralatan
kesehatan lain yang terkontaminasi oleh cairan tubuh jenazah
setelah pelaksanaan suatu prosedur atau tindakan medis. Alat
kesehatan yang digunakan direndam dalam larutan desinfektan
yaitu chlorine 0.5% selama 10 – 30 menit. Dekontaminasi peralatan
yang tidak bisa direndam misalnya permukaan meja, dapat
dilakukan dengan menggunakan lap yang dibasahi desinfektan.
Langkah-langkah dekontaminasi alat sebagai berikut:
a. Pencucian dan pembilasan
Pencucian alat-alat kesehatan adalah proses secara fisik untuk
menghilangkan darah, cairan tubuh atau benda-benda asing (debu
atau kotoran). Setelah dicuci dengan deterjen, alat kesehatan
dibilas dengan air bersih.
b. Sterilisasi
Macam-macam sterilisasi yang dilakukan:
1) Sterilisasi fisik
a) Pemanasan basah, untuk koagulasi dan denaturasi protein.
Dilakukan pada suhu 121°C selama 20 – 30 menit.
b) Pemanasan kering, yaitu melalui oven, pembakar, sinar infra
merah. Digunakan untuk membunuh spora. Pemanasan
dilakukan pada suhu 150 – 170°C selama 30 menit.
2) Sterilisasi kimiawi
a) Glutaraldehyde 2% untuk merendam alat kesehatan 8 – 10 jam
dan formaldehyde 8%. Kedua zat ini tidak dianjurkan karena
dapat mengiritasi kulit, mata dan saluran nafas.
b) Gas etilineoxide, merupakan gas beracun. Digunakan untuk
alat yang tidak tahan panas (contoh : karet, plastik, kabel, dll)
c. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) Desinfeksi tingkat tinggi adalah
suatu proses yang menghilangkan sebagian besar mikro
organisme namun tidak dapat membunuh endospora dengan
sempurna seperti tetanus dan gas gangren.
Cara melakukan DTT:
1) Merebus dalam air mendidih selama 20 menit.
2) Rendam dalam desinfektan kimiawi.
6. Tujuan Kewaspadaan Universal Pemulasaraan new emerging diseases:
a. Agar prosedur pemulasaraan jenazah dengan new emerging
diseases berjalan dengan baik dan teratur.
b. Meminimalkan risiko penularan virus dan penyakit menular
lainnya dari jenazah ke petugas yang menangani.
c. Memberikan rasa aman pada petugas dan keluarga
d. Memberikan rasa aman pada lingkungan tempat dirawatnya
jenazah.
7. Perawatan Jenazah di Ruang Perawatan dan Pemindahan Jenazah ke
Kamar Jenazah
a. Persiapan
1) Sarung tangan latex
2) Gaun pelindung
3) Kain bersih penutup jenazah
4) Klem dan gunting
5) Plester kedap air
6) Kapas, kasa absorben dan pembalut
7) Kantong jenazah kedap air
8) Wadah bahan infeksius
9) Wadah barang berharga
10) Brankar jenazah
b. Prosedur
1) Cuci tangan.
2) Memakai sarung tangan, gaun, masker.
3) Lepas selang infus dll, buang pada wadah infeksius.
4) Bekas luka diplester kedap air.
5) Lepaskan pakaian dan tampung pada wadah khusus, lekatkan
kasa pembalut pada perineum (bagian antara lubang dubur dan
alat kelamin) dengan plester kedap air
6) Letakkan jenazah pada posisi terlentang.
7) Letakkan handuk kecil di belakang kepala.
8) Tutup kelopak mata dengan kapas lembab, tutup telinga dan
mulut dengan
c. Kapas/kasa.
8) Bersihkan jenazah.
9) Tutup jenazah dengan kain bersih disaksikan keluarga.
10) Pasang label sesuai kategori di pergelangan kaki/ ibu jari kaki.
11) Beritahu petugas kamar mayat, bahwa pasien meninggal
adalah penderita penyakit menular.
12) Masukkan jenazah ke dalam kantong jenazah.
13) Tempatkan jenazah ke dalam brankar tertutup dan dibawa ke
kamar mayat.
14) Cuci tangan dan lepas gaun untuk direndam pada tempatnya,
buang bahan yang sekali pakai pada tempatkhusus.
BAB V
LOGISTIK

Instalasi pemulasaraan jenazah di Rumah Sakit Umum Daerah


Wangaya Kota Denpasar sebagai salah satu bagian penting rumah sakit
untuk mencegah resiko infeksi dan menunjang pelayanan medis baik
untuk petugas, pasien dan pengunjung. Apabila alat dan bahan untuk
pelayanan habis maka petugas atau staf menulis permintaan barang
kepada Ka. Instalasi pemulasaraan jenazah. Ka. Instalasi pemulasaraan
jenazah memberikan formulir permintaan bahan dan alat kepada bagian
rumah tangga dan petugas dapat mengambil alat dan bahan tersebut
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
Untuk pengajuan kebutuhan logistik serta keperluan gudang
pemulasaraan jenazah selama satu tahun dibuatkan dalam satu
anggaran pada satu tahun berjalan. Setiap anggaran yang dibuat
diharapkan dapat digunakan secara optimal dalam tahun berjalan.
Sistem Logistik yang digunakan mengacu pada panduan logistik yang
dibuat oleh bagian logistik dan Inventaris dengan mengacu pada sistem
yang baku.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keseimbangan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman.Hal ini termasuk asesmen resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau
situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm
(penyakit, cedera, cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya
terjadi. (KKP-RS)

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu sistem
keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar terciptan budaya
keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian
tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak
diharapkan. (KKP-RS)

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah
menuju keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut
adalah:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Mencipatakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan
fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko. Mengembangkan
system dan proses pengelolaan resiko, serta melakukan identifikasi
dan asesmen hal potensial bermasalah.
4. Mengembangkan system pelaporan. Memastikan karyawan agar
denngan mudah dapat melaporkan kejadian / insiden, serta rumah
sakit mengatur pelaporan kepada KKP-PS.
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-
cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.
Mendorong karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk
belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah
untuk melakukan perubahan pada system pelayanan.
8. Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien
harus diterapkan. Standar tersebut adalah:
a. Hak pasien
b. Mendidik pasien dan keluarga
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
d. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
f. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
g. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai
keselamatan pasien.
9. Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:
a. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit.
b. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek
1-2 tahun
c. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah
sakit
d. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi
jajaran manajemen dan karyawan
e. Menetapkan system pelaporan insiden (peristiwa keselamatan
pasien)
f. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah
sakit seperti tersebut diatas
g. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti
tersebut diatas) dan melakukan self assessment dengan instrument
akreditasi pelayanan keselamatan pasien rumah sakit
h. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
i. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan
pasien rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan.
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

UU No 23 tahun 1992 menyatakan bahwa tempat kerja wajib


menyelenggarakan upaya kesehatan kerja adalah tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai paling sedikit 10 orang. Rumah Sakit adalah tempat kerja
yang termasuk dalam kategori seperti disebut diatas, berarti wajib
menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program
keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga
bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan
di dalam dan di luar rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan
bahwa “Setiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah
pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada
dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat
manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian
integral dari perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini tim PPK dan
perlindungan terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari
rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan
meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas
rumah sakit. Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja dimaksudkan untuk menjamin:
1. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu
berada dalam keadaan sehat dan selamat.
2. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara
efisien.
3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu:
1. Kondisi dan lingkungan kerja
2. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
3. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan
dan penyakit akibat kerja dapat terjadi bila:
1. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus;
2. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan
proses produksi;
3. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan
terlalu panas atau terlalu dingin;
4. Tidak tersedia alat-alat pengaman;
5. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya
kebakaran dll.
A. Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan
1. Petugas kesehatan yang menangani linen kotor harus mendapatkan
pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit,
tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan
protokol jika terpajan.
2. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan
penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
3. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular
melalui udara harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak
merokok, tidak minum dingin) dengan baik dan menjaga kebersihan
tangan setiap saat dan:
a. Memeriksa suhu dua kali sehari dan mewaspadai munculnya
gejala pernapasan terutama batuk
b. Memiliki catatan pribadi mengenai kontak yang dialami. Catatan
tidak boleh dibawa ke dalam area isolasi
c. Bila timbul demam, segera batasi interaksi dan isolasi diri dari
area umum. Segera lapor kepada Tim Dalin/Pandalin, Tim
Kesehatan kerja (K3) dan dokter poliklinik RS, adanya
kemungkinan terinfeksi penyakit menular yang sedang ditangani.

B. Petunjuk Pencegahan infeksi untuk Petugas Kesehatan


1. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan
pelayanan kesehatan, petugas harus menggunakan APD yang sesuai
untuk kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan
penularan secara kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan
penyebaran penyakit.
2. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang
gejala penyakit menular yang sedang dihadapi.
3. Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus
dievaluasi untuk memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah
perlu dipindah tugaskan dari kontak langsung dengan pasien,
terutama mereka yang bertugas di unit perawatan intensif (ICU),
ruang rawat anak, ruang bayi.
4. Jika petugas kesehatan mengalami gejala demam atau gangguan
pernapasan dalam jangka waktu 10 hari setelah terpajan penyakit
menular melalui udara, maka ia perlu dirawat di ruang isolasi.
5. Petugas terpajan yang tidak memiliki gejala demam atau gangguan
pernapasan tidak perlu dibebastugaskan namun harus melaporkan
pajanan yang dialami segera kepada Tim Dalin.
6. Surveilans aktif perlu dilakukan terhadap gejala demam dan gangguan
pernapasan setiap hari kepada petugas kesehatan yang terpajan.
Petugas diinstruksikan untuk mewaspadai timbulnya demam,
gangguan pernapasn dan atau peradangan konjungtiva selama 10 hari
setelah terpajan dengan penyakit menular melalui udara.
BAB IX
PENUTUP

Undang-undang no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen


menjadi tantangan yang harus diantisipasi oleh para praktisi pelayanan
kesehatan. Selain itu juga dituntut memberikan pelayanan yang
professional dengan diberlakukannya undang – undang tentang praktek
kedokteran yang ditujukan kepada kepastian hukum baik bagi penerima
pelayanan kesehatan maupun pemberi pelayanan kesehatan.
Pelayanan pemulasaraan jenazah adalah pelayanan atau
penanganan yang dilakukan pada jenazah pasien yang dirawat di rumah
sakit maupun pasca bencana. Penyimpanan jenazah harus dilakukan
sebaik-baiknya sebelum dikuburkan sebagai penghormatan pada korban.
Pemulasaraan jenazah tidak dapat diakses langsung oleh masyarakat.
Tersedianya standar pelayanan pemulasaraan jenazah di rumah sakit
yang dapat dipakai sebagai acuan oleh rumah sakit dalam memberikan
mutu pelayanan yang baik bagi korban mati dan keluarganya.
Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak menyebabkan
kematian namun menyebabkan hari perawatan menjadi lebih lama di
rumah sakit. Ini berarti pasien membayar lebih mahal dan dalam kondisi
tidak produktif, disamping pihak rumah sakit juga akan mengeluarkan
biaya yang lebih besar. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah
Sakit merupakan kegiatan yang sangat penting dan salah satu factor yang
mendukung untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan erat kaitannya
dengan citra rumah sakit. Oleh karena itu pencegahan dan pengendalian
infeksi rumh sakit harus diperhatikan.
Salah satu kegiatan untuk menekan kejadian infeksi nosokomial
adalah dengan melaksanakan pelayanan instalasi pemulasaraan jenazah
yang baik.Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara
aman dilingkungan Instalasi Pemulasaraan Jenazah menjadi
tanggungjawab petugas instalasi pemulasaraan jenazah. Pada dasarnya
kecelakaan kerja di lingkungan Instalasi Pemulasaraan Jenazah dapat
dihindari dengan cara megetahui potensi bahaya yang dapat timbul.
Dengan cara memperhatikan secara seksama dan melatih teknik – teknik
bekerja secara aman maka resiko terjadinya kecelakaan kerja dapat
diturunkan secara signifikan.

DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA
KOTA DENPASAR,

DR. ANAK AGUNG MADE WIDIASA, SP.A.,MARS


PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 19701002 200012 1 005
Lampiran 1: Denah Instalasi Pemulasaraan Jenazah lantai I

TEMPAT MELETAKAN JENAZAH DENGAN PETI

KERETA JENAZAH LIFT TROLLEY

PEMANDIAN
GUDANG
JENAZAH PENYIMPANAN
APD

WASTAFEL

F F F F F
R R R R R
E E E E E
E E E E E
Z Z Z Z Z
E E E E E
R R R R R
Lampiran 2: Denah Instalasi Pemulasaraan Jenazah lantai II

RUANG TUNGGU PENGUNJUNG INSTALASI PEMULASARAAN


JENAZAH
KAMAR PETUGAS

KANTOR/
TEMPAT ADMINISTRASI

KAMAR
MANDI PETUGAS

Anda mungkin juga menyukai